Abad Pertengahan/Sejarah/Bizantium

Dari Wikibuku bahasa Indonesia, sumber buku teks bebas
Panji kekaisaran pada masa dinasti Palaiologos, dinasti terakhir Bizantium
Perkembangan wilayah Kekaisaran Bizantium (kuning)

Bizantium adalah sebutan untuk pecahan bagian timur dari Kekaisaran Romawi, karena itulah Bizantium disebut juga Romawi Timur. Karena merupakan penerus Romawi kuno, Bizantium disebut juga Romawi meskipun mayoritas penduduk dan penguasa, bahasa, kebudayaan, serta agamanya lebih bersifat Yunani.

Pada 285 M, kaisar Diokletianus membagi administrasi Kekaisaran Romawi menjadi bagian barat dan timur. Antara 324 dan 330 M, Konstantinus I memindahkan ibukota utama Romawi dari Roma ke Bizantium, kemudian dikenal sebagai Konstantinopel ("Kota Konstantinus") atau Nova Roma ("Roma Baru". Di bawah Theodosius I, militer dan administrasi Kekaisaran diatur ulang dan bahasa Yunani menggantikan bahasa Latin sebagai bahasa resmi pemerintahan.

Wilayah Kekaisaran berubah-ubah selama keberadaannya karena mengalami beberapa siklus kemunduran dan pemulihan. Selama pemerintahan Yustinianus I, Kekaisaran mencapai wilayah terluasnya setelah menaklukan kembali sebagian besar wilayah di Mediterania Barat yang dahulu pernah dikuasai oleh Romawi, termasuk Afrika utara, Italia, dan kota Roma itu sendiri, yang mereka pertahankan selama lebih dari dua abad. Selama pemerintahan Maurikios, perbatasan timur Kekaisaran meluas dan wilayah utaranya distabilkan, akan tetapi pembunuhannya menyebabkan perang dua dasawarsa melawan Persia Sasan yang menguras sumber daya Kekaisaran dan ikut menyebabkan kehilangan wilayah besar-besaran selama penaklukan oleh Muslim pada abad ke-7 M. Dalam waktu beberapa tahun setelahnya, Kekaisaran kehilangan dua provinsinya yang paling kaya, Mesir dan Syria, kepada Arab.

Selama dinasti Makedonia (abad ke-10 dan 11 M), Kekaisaran lagi-lagi meluas dan mengalami dua abad kemajuan, yang berakhir dengan lepasnya sebagian besar Anatolia kepada Turk Seljuk setelah Pertempuran Manzikert pada 1071 M. Pertempuran ini membuka jalan bagi bangsa Turk untuk menjadikan Anatolia sebagai pusat peradaban mereka yang baru.

Abad-abad terakhir Kekaisaran secara umum menunjukkan kecenderungan kemunduran. Bizantium kesulitan pulih selama abad ke-12 M dan mengalami pukulan berat dalam Perang Salib Keempat ketika Konstantinopel dijarah dan Kekaisaran dibagi-bagi dan dipecah menjadi negara-negara Yunani dan Latin yang saling bersaing. Meskipun Konstantinopel akhirnya kembali pulih dan Kekaisaran didirikan kembali pada 1261 M, Bizantium hanya menjadi satu dari beberapa negara kecil yang saling bersaling di kawasan tersebut selama dua abad terakhir keberlangsungannya. Sisa-sisa wilayahnya kemudian terus-menerus dicaplok oleh Utsmaniyah selama abad ke-15, dan kejatuhan Konstantinopel oleh Kesultanan Utsmaniyah pada 1453 pada akhirnya meruntuhkan Kekaisaran Bizantium.