Manajemen Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan/Integrasi ASDP dengan moda lain

Dari Wikibuku bahasa Indonesia, sumber buku teks bebas

Untuk melakukan integrasi ASDP sebagai bagian dalam simstem logistik dalam angkutan multimoda membutuhkan prasarana yang menjamin terjadinya integrasi multimoda, tehnologi yang selalu dikembangkan mengikuti kemajuan zaman serta peraturan perundangan yang mendukung terjadinya angkutan multi moda.

Logistik[sunting]

Logistik[1] secara sederhana, dapat didefinisikan sebagai penyediaan suatu barang yang dibutuhkan yang pengadaannya dapat dilakukan langsung oleh pihak yang membutuhkan atau dilakukan oleh pihak lain. Dalam perkembangannya, persepsi tentang logistik berubah, logistik dipersepsikan bukan lagi suatu barang yang dibutuhkan tetapi proses mengadakan barang kebutuhan tersebut dipersepsikan sebagai logistik.

Di dalam suatu masyarakat baik yang modern maupun yang tradisional, pada dasarnya produk atau barang-barang, diangkut dari tempat yang menghasilkan ke tempat yang mengkonsumsikannya. Pertukaran dapat terjadi apabila terjadi perbedaan antara jumlah, tipe dan waktu ketersediaan dan kebutuhan akan produk atau barang tersebut. Apabila satu atau beberapa individu atau organisasi memiliki surplus atas suatu produk atau barang yang dibutuhkan oleh individu atau organisasi lain, keadaan ini merupakan basis terjadinya pertukaran.

Angkutan multimoda[sunting]

Angkutan multimoda didalam Peraturan Pemerintah No 8 Tahun 2011 tentang Angkutan Multimoda didefinikan sebagai:

Angkutan Multimoda adalah angkutan barang dengan menggunakan paling sedikit 2 (dua) moda angkutan yang berbeda atas dasar 1 (satu) kontrak sebagai dokumen angkutan multimoda dari satu tempat diterimanya barang oleh badan usaha angkutan multimoda ke suatu tempat yang ditentukan untuk penyerahan barang kepada penerima barang angkutan multimoda.

Angkutan multimoda diatur dalam United Nations Convention on International Multimodal Transport of Goods, dan dalam ASEAN Framework Agreement on Multimodal Transport (AFAMT). Peran angkutan multimoda semakin penting dengan adanya agenda integrasi sistem logistik ASEAN menuju kepada perwujudan pasar tunggal ASEAN. Integrasi sistem logistik ASEAN dan ASEAN Framework Agreement on Multimodal Transport menyiratkan adanya liberalisasi di bidang jasa angkutan multimoda di kawasan ASEAN yang pada akhirnya menuju kepada liberalisasi jasa pada tataran global General Agreements on Tariffs and Trade (GATT’s). Dengan demikian perlu diciptakan iklim yang kondusif bagi berkembangnya badan usaha angkutan multimoda Nasional yang tumbuh berkelanjutan dan berdaya saing.

Angkutan multimoda[2] pada awalnya dimulai disektor maritim, dengan diperkenalkannya penggunaan petikemas pada tahun 1960an yang kemudian berkembang dengan berintegrasi ke moda-moda angkutan lainnya. Kontainerisasi berkembang karena waktu bongkar muat yang lama untuk barang-barang umum (general cargo). Kapal barang umum pada waktu itu waktu bongkar membutuhkan waktu bongkar muat dipelabuhan yang lebih lama dari waktu berlayarnya.

Pada gambar berikut ditunjukkan peran angkutan multi moda dalam satu kesatuan mulai dari terminal lokal sampai terminal nasional.

Prasarana pemadu moda[sunting]

Salah satu kelemahan dari moda angkutan perairan adalah tidak bisa dilaksanakan untuk angkutan dari pintu ke pintu sehingga harus diintegrasikan dengan moda lainnya untuk menjadi lebih fleksibel.

Ro-Ro[sunting]

Pelaksanaan multimoda pada awalnya terkendala dengan pemindahan muatan dari moda yang satu dengan moda lainnya yang membutuhkan waktu bongkar muat yang lama, keadaan ini berubah dengan berkembangnya tehnologi kapal Ro-ro. Kapal Ro-ro pada awalnya dikembangkan oleh angkatan perang untuk memobilisasi kendaraan perang dengan menggunakan Landing Craft Tank (LCT).

Konsep ini yang kemudian dikembangkan untuk angkutan kendaraan yang menggelinding masuk dan menggelinding keluar dari kapal. Untuk mempermudah kendaraan measuk dan keluar kapal maka kapal diberi jembatan (moveble bridge) yang menghubungkan kapal ke dermaga. Sistem ini sangat menguntungkan untuk perjalanan pendek, sedang untuk perjalanan panjang, masalah yang ditemukan adalah pemanfaatan ruang kapal tidak optimal karena seluruh mobil yang tidak perlu diangkut ikut dibawa dalam kapal sehingga kemudian langkah yang dikembangkan untuk perjalanan jarak jauh adalah dengan tidak membawa head trucknya, sehingga kapal hanya membawa trailer beserta muatannya.

Peti kemas[sunting]

Perkembangan yang kemudian berkembang adalah untuk perjalanan jarak jauh yang lebih efisien dalam penggunaan ruang kapal adalah Peti kemas / Container.

Jenis Peti Kemas[sunting]

Kereta api yang sedang menarik peti kemas tangki 20 kaki yang berdampingan dengan petikemas barang umum

Berbagai variasi bentuk peti kemas digunakan untuk barang-barang yang spesifik namun menggunakan ukuran yang standar untuk mempermudah handling dan perpindahan moda angkutan.

Jenis peti kemas

  • Peti kemas barang umum untuk diisi kotak-kotak, karung, drum, palet dls, jenis yang paling banyak digunakan
  • Peti kemas tabung gas
  • Peti kemas tangki untuk curah cair
  • Peti kemas berventilasi untuk barang organik yang membutuhkan ventilasi
  • Peti kemas Generator
  • Peti kemas berpendingin
  • Peti kemas terbuka untuk pengakutan barang curah
  • Peti kemas yang diperlengkapi dengan isolasi
  • Peti kemas dengan pintu disamping
  • Collapsible ISO

Jenis peti kemas Tabung gas, tangki, generator biasanya tidak dilengkapi dengan dinding samping, depan belakang dan atas.

Pengembangan angkutan peti kemas harus didukung dengan fasilitas bongkar muat yang membutuhkan investasi yang cukup besar.

Tehnologi Multimoda[sunting]

Tehnologi angkutan multi moda berkembang sejalan dengan waktu semakin lama dengan semakin efisien dengan penggunaan petikemas, sehingga semua moda angkutan barang mengarah armada yag didesain secara khusus untuk mengangkut peti kemas ataupun dimodifikasi agar bisa mengangkut peti kemas.

Kapal Ro-Ro[sunting]

Untuk dapat mengikuti perkembangan angkutan petikemas didalam kapal roro, maka pengelompokan kapal roro menjadi seperti berikut[3]:

  • Kapal khusus Roll on-Roll off atau yang dikenal sebagai Full Ro-Ro
  • Kapal General Cargo dengan akses tambahan Ro-Ro atau yang dikenal sebagai GenRo
  • Kapal Peti kemas/Container vessels dengan kapasitas Ro-Ro atau yang dikenal sebagai ConRo
  • Kapal Roro pengangkut khusus mobil penumpang atau yang dikenal sebagai Pure Car Carriers (PCC) ataupun kapal Roro campuran yang dikenal sebagai Pure Car and Truck Carriers (PCTC)

Peralatan bongkar muat peti kemas[sunting]

Peti kemas yang sedang dimuat dengan Reachstacker ke atas truk

Kran peti kemas dalam bahasa Inggris disebut Container Crane atau Portainer adalah kran yang digunakan untuk membongkar atau memuat peti kemas dari dan ke dermaga ke kapal peti kemas atau memindahkan peti kemas dari satu tempat ketempat lain di dalam terminal peti kemas.

Peti kemas yang diangkat, dipindah adalah peti kemas ISO yang berukuran panjang 20, 40 dan 45 kaki yang dari truk chasis bergerak dibawah kran, kemudian diangkat keatas dan kemudian ke kapal dan sebaliknya. Kran bergerak diatas rel, sehingga posisi kran hanya bisa bergerak menelusuri dermaga.

Reach stacker merupakan perangkat untuk memindahkan petikemas ke tuk ataupun untuk memindahpan petikemas dilapangan penumpukan peti kemas. Reach stacker berbentuk dan bekerja seperti forklift.

Referensi[sunting]

  1. Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia, Cetak Biru Penataan Dan Pengembangan Sektor Logistik Indonesia,2008
  2. Intermodal Transportation, Dr. Jean-Paul Rodrigue, Dr. Brian Slack and Dr. Claude Comtois [1]
  3. Roll On-Roll Off - Ships and Concepts