Manajemen Lalu Lintas/Trotoar

Dari Wikibuku bahasa Indonesia, sumber buku teks bebas
Trotoar dikiri kanan jalan yang sibuk

Trotoar adalah jalur pejalan kaki yang umumnya sejajar dengan jalan dan lebih tinggi dari permukaan perkerasan jalan yang berfungsi untuk meningkatkan keamanan pejalan kaki yang bersangkutan.

Para pejalan kaki berada pada posisi yang lemah jika mereka bercampur dengan kendaraan, maka mereka akan memperlambat arus lalu lintas. Oleh karena itu, salah satu tujuan utama dari manajemen lalu lintas adalah berusaha untuk memisahkan pejalan kaki dari arus kendaraan bermotor, tanpa menimbulkan gangguan-gangguan yang besar terhadap aksesibilitas dengan pembangunan trotoar.Untuk keamanan pejalan kaki maka trotoar ini harus dibuat terpisah dari jalur lalu lintas kendaraan, oleh struktur fisik berupa kereb.

Perlu tidaknya trotoar dapat diidentifikasikan oleh volume para pejalan kaki yang berjalan dijalan, tingkat kecelakaan antara kendaraan dengan pejalan kaki dan pengaduan/permintaan masyarakat.

Penempatan trotoar[sunting]

Fasilitas pejalan kaki dapat ditempatkan disepanjang jalan atau pada suatu kawasan yang akan mengakibatkan pertumbuhan pejalan kaki dan biasanya diikuti oleh peningkatan arus lalu lintas serta memenuhi syarat-syarat atau ketentuan-ketentuan untuk pembuatan fasilitas tersebut. Tempat-tempat tersebut antara lain :

  • Daerah perkotaan secara umum yang tingkat kepadatan penduduknya tinggi
  • Jalan yang memiliki rute angkutan umum yang tetap
  • Daerah yang memiliki aktivitas kontinyu yang tinggi, seperti misalnya jalan-jalan dipasar, pusat perkotaaan, daerah industri
  • Lokasi yang memiliki kebutuhan/permintaan yang tinggi dengan periode yang pendek, seperti misalnya stasiun-stasiun bis dan kereta api, sekolah, rumah sakit, lapangan olah raga
  • Lokasi yang mempunyai permintaan yang tinggi untuk hari-hari tertentu, misalnya lapangan/gelanggang olah raga, masjid

Aspek desain trotoar[sunting]

kelandaian pada akses yang dilengkapi dengan bolard untuk menghalangi mobil naik ke trotoar

Aspek yang perlu diperhatikan dalam perencanaan/desain trotoar:

  • Perbedaan tinggi trotoar dari muka jalan yang tidak terlalu rendah tetapi juga tidak terlalu tinggi karena akan mengurangi kapasitas jalan. Ketinggian dari perkerasan jalan yang disarankan adalah 150 mm.
  • Kelandaian pada akses jalan untuk memungkinkan penderita cacat yang menggunakan kursi roda untuk bisa menggunakan trotoar dengan gampang dan mudah.
  • Lintasan yang bisa dilewati oleh penderita cacat yang buta.
  • Lebar yang sesuai dengan jumlah pejalan kaki yang menggunakan trotoar

Lebar fasilitas pejalan kaki[sunting]

Lebar fasilitas pejalan kaki yang ideal bisa dihitung dengan menggunakan pendekatan sebagai berikut:

Dimana: P = volume pejalan kaki (Orang/menit/meter) W = lebar fasilitas pejalan kaki (meter)

Bila pada fasilitas pejalan kaki masih ditambah dengan perabot jalan atau fasilitas lainnya maka perlu ada pelebaran untuk fasilitas tersebut dari hasil perhitungan sebagaimana rumus diatas. Pada daftar berikut[1] ditunjukkan tambahan lebar yang dibutuhkan:

No Jenis Fasilitas Tambahan lebar, Cm
1 Kursi roda 100 - 120
2 Tiang lampu penerang 75 - 100
3 Tiang lampu lalu lintas 100 - 120
4 Rambu lalu lintas 75 - 100
5 Kotak Surat/Pos 100 - 120
6 Keranjang sampah 75 - 100
7 Pohon/Tanaman peneduh 60 - 120
8 Pot Bunga 150

Jenis perkerasan[sunting]

Perkerasan yang digunakan dapat berupa:

  • Perkerasan lentur/aspal
  • Perkerasan kaku/beton
  • Paving block

Perkerasan ini harus diberikan elevasi sekurang-kurangnya sebesar 2 % sampai dengan maksimum 3 % agar tidak terjadi genangan air pada waktu hujan. Sedangkan kelandaian memanjang trotoar maksimum bisa sampai 7 %.

Referensi[sunting]

  1. Direktorat Jenderal Bina Marga, Pedoman Perencanaan Jalur Pejalan Kaki pada Jalan Umum, [1]