Lompat ke isi

Hans Andersen's Fairy Tales/The Angel

Dari Wikibuku bahasa Indonesia, sumber buku teks bebas
Hans Andersen's Fairy Tales  (1843)  oleh Hans Christian Andersen
The Angel

diterjemahkan oleh Chantique

Dengarkan versi lisan dari buku ini

(2 bagian, 9 menit)

THE ANGEL

“Setiap ada seorang anak baik hati yang meninggal dunia, seorang malaikat Tuhan akan turun dari Surga, membawa anak tersebut dalam pelukannya, menggembangkan sayap putihnya yang besar, dan terbang bersamanya melewati seluruh tempat yang disukai anakk tersebut semasa hidupnya. Kemudian, dia akan mengumpulkan segenggam bunga yang besar, yang dibawanya ke hadapan Yang Maha Kuasa, supaya bunga-bunga tersebut dapat mekar lebih cerah di surga daripada di bumi. Lalu, Yang Maha Kuasa akan memeluk bunga-bunga tersebut ke dalam hati-Nya, tetapi, Ia akan mencium bunga yang paling disukai-Nya, dan bunga itu akan menerima sebuah suara, sehingga dapat bergabung dalam paduan suara kebahagiaan."

Kalimat tersebut diucapkan oleh seorang malaikat Tuhan, seraya ia mengangkat anak yang sudah meninggal itu ke dalam surga, dan anak tersebut mendengarkan seperti sedang berada di dalam mimpi. Kemudian, mereka melewati tempat-tempat terkenal, tempat di mana anak kecil itu sering bermain, dan melalui kebun-kebun indah yang dipenuhi oleh bunga-bunga yang cantik.

"Diantara semua bunga ini, yang mana yang akan kita bawa ke surga untuk ditanamkan di sana?" tanya malaikat tersebut.

Di dekat situ tumbuh sebuah semak mawar yang ramping dan indah, tetapi tangan-tangan jahat telah mematahkan batangnya, dan kuncup-kuncup mawar yang setengah mekar tergantung layu dan kering di cabang-cabangnya yang merunduk.

"Semak mawar yang malang itu!" jawab anak tersebut, 'Mari kita bawa dia ke surga, agar dia bisa mekar di dalam taman Tuhan."

Sang Malaikat

Malaikat itu mengambil semak mawar tersebut, kemudian mencium anak itu, dan anak itu mebuka setengah matanya. Malaikat itu juga mengumpulkan beberapa bunga yang indah, serta beberapa bunga sedeherhana seperti yolanda dan pansy liar.

"Sekarang kita sudah memiliki bunga yang cukup," kata anak tersebut. Namun, sang malaikat hanya mengangguk dan tidak terbang menuju surga.

Malam sudah tiba, dan suasana di kota besar itu sangatlah sunyi. Mereka menetap di sana, dan malaikat itu terbang melayang di atas sebuah jalan yang kecil dan sempit, di mana terdapat tumpukan jerami, abu, dan sampah yang besar, bekas dari rumah-rumah yang telah dikosongkan. Di situ terdapat pecahan piring, serpihan plester, kain bekas, topi tua, dan berbagai sampai lainnya yang tidak menyenangkan untuk dilihat. Di tengah semua kekacauan itu, sang malaikat menunjuk ke sebuah pecahan pot bunga dan segumpal tanah yang jatuh dari dalamnya. Tetapi, tanah itu tidak hancur berkeping-keping karena diikat oleh akar bunga liar yang telah layu, yang dibuang bersamaan dengan tumpukan sampah itu.

"Kita akan membawa ini juga," kata malaikat itu, "Aku akan memberitahu alasannya selagi kita terbang."

Dan seraya terbang, sang malaikat menceritakan sebuah kisah.

Di gang sempit itu, di dalam sebuah ruang bawah tanah yang gelap, hiduplah seorang anak laki-laki sakit yang malang. Ia telah jatuh sakit sejak masih kecil dan bahkan di hari-hari terbaiknya, ia hanya mampu berjalan mondar-mandir di dalam ruangannya dengan bantuan kruk miliknya sekali atau paling banyak dua kali, dan tidak lebih. Pada beberapa hari di musim panas, sinar matahari akan menyinari lantai ruang bawah tanah itu selama sekitar setengah jam. Di tempat itulah anak yang malang itu akan duduk, menghangatkan dirinya di bawah sinar matahari, dan memperhatikan darah merah melalui jari-jarinya yang halus saat dia memegangnya di depan wajahnya. Lalu, ia akan berkata bahwa ia sudah main ke luar, meskipun ia tidak tahu apa-apa tentang hutan hijau dengan dedaunan di musim semi, sampai anak tetangganya membawa sebatang dahan hijau dari pohon bewuk. Ia meletakkan dahan itu di atas kepalanya dan membayangkan dirinya berada di dalam hutan pohon bewuk sementara matahari bersinar dan burung-burung bernyanyi dengan riang.

Suatu hari di musim semi, anak tetangganya membawakannya beberapa bunga liar, dan di antara bunga-bunga itu ada satu yang akarnya masih menempel. Dengan hati-hati, ia menanam bunga itu di sebuah pot, lalu meletakkannya di dekat jendela di sebelah tempat tidurnya. Karena ditanam oleh tangan yang penuh keberuntungan, bunga itu tumbuh, mengeluarkan tunas-tunas baru, dan mekar setiap tahun. Bunga itu menjadi taman kecil yang indah bagi anak yang sakit tersebut, sebuah harta kecil miliknya di dunia ini.

Ia menyirami bunga itu, merawatnya, dan memastikan bunga itu menerima setiap sinar matahari yang berhasil masuk ke ruang bawah tanah itu, mulai dari sinar matahari pagi yang pertama hinga matahari terbenam. Bunga itu bahkan hadir di dalam mimpinya, bagi anak itu bunga tersebut mekar, dan bagi dirinya, bunga itu menyebarkan keharumannya. Bunga itu menghibur matanya, dan kepadanya ia berpaling, bahkan hingga saat kematiannya, ketika Tuhan memanggilnya.

Sekarang sudah satu tahun Ia berada bersama Tuhan. Selama waktu itu, bunga itu tetap berada di jendela, layu, dan terlupakan, hingga akhirnya dibuang ke tumpukan sampah di jalan, pada hari penghuni ruang bawah tanah itu pindah. Namun, meskipun bunga yang malang ini telah menjadi layu dan pudar, kami tetap menambahkannya ke dalam rangkaian bunga kami, karena bunga ini telah memberikan kebahagiaan yang jauh lebih nyata bahkan jika dibandingkan dengan bunga paling indah di taman seorang ratu.

"Tetapi, bagaimana kamu bisa tahu ini semua?" tanya anak tersebut kepada malaikat yang membawanya ke surga.

"Tentu saja aku tahu," jawab malaikat tersebut, "karena akulah anak laki-laki malang yang sakit tersebut, yang membutuhkan bantuan kruk untuk berjalan, lalu, aku sangat mengetahui bunga milikku.

Kemudian anak itu membuka matanya dan menatap wajah malaikat yang penuh kebahagiaan dan keagungan. Pada saat yang sama, mereka menemukan diri mereka berada di rumah surgawi di mana segala sesuatu dipenuhi dengan kebahagiaan dan sukacita. Kemudian Tuhan memeluk anak yang telah meninggal itu dengan penuh kasih, dan memberikan sayap kepadanya sehingga ia dapat terbang bersama dengan malaikat itu, bergandengan tangan. Kemudian Yang Mahakuasa menekan semua bunga itu ke dalam hati-Nya; tetapi Ia mencium bunga liar yang layu, dan bunga itu mendapatkan sebuah suara. Lalu bunga itu bergabung dalam nyanyian para malaikat yang mengelilingi takhta, beberapa berada dekat, dan yang lainnya dalam lingkaran yang lebih jauh, namun sama bahagiannya. Mereka semua bergabung dalam paduan suara pujian, baik yang besar maupun yang kecil-anak yang baik dan bahagia, serta bunga liar yang malang, yang dulunya layu dan dibuang di tumpukan sampah di sebuah jalan kecil yang gelap.

Sumber: The Angel di Wikisource