Romawi Kuno/Arsitektur: Perbedaan antara revisi

Dari Wikibuku bahasa Indonesia, sumber buku teks bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Alagos (bicara | kontrib)
Alagos (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 27: Baris 27:
Di dalam basilika, hakim mengadili suatu perkara, polirikus menggelar pidato, guru mengajar murid-muridnya. Di tangga basilika, orang-orang menjual makanan atau menukarkan uang. Ketika basilik Aemilia terbakar habis, banyak koin perunggu (hasil pertukaran) yang meleleh ke lantai basilika.
Di dalam basilika, hakim mengadili suatu perkara, polirikus menggelar pidato, guru mengajar murid-muridnya. Di tangga basilika, orang-orang menjual makanan atau menukarkan uang. Ketika basilik Aemilia terbakar habis, banyak koin perunggu (hasil pertukaran) yang meleleh ke lantai basilika.


== Aqueduct ==
== Akuaduk ==
Seiring kota-kota Romawi menjadi semakin besar, maka kebutuhan terhadap pasokan air pun bertambah. Saluran pembuangan dialirkan ke sungai sehingga sungai tidak layak untuk dijadikan sumber air oleh rakyat Romawi. Akhirnya pemerintah Romawi memutuskan untuk membangun saluran air dari batu yang sangat panjang dan digunakan untuk mengalirkan air bersih dari bukit terdekat sampai ke kota. Bangunan ini disebut aqueduct, dari kata ''aqua'' (air) dan ''ductus'' (saluran). Aqueduct pertama dibangun di kota Roma sebelum kemudian dibangun juga di kota-kota lain. Pada akhirnya, sebagian besar kota di Romawi punya setidaknya satu aqueduct, sementara kota besar seperti Roma bisa punya sampai sepuluh aqueduct.
Seiring kota-kota Romawi menjadi semakin besar, maka kebutuhan terhadap pasokan air pun bertambah. Saluran pembuangan dialirkan ke sungai sehingga sungai tidak layak untuk dijadikan sumber air oleh rakyat Romawi. Akhirnya pemerintah Romawi memutuskan untuk membangun saluran air dari batu yang sangat panjang dan digunakan untuk mengalirkan air bersih dari bukit terdekat sampai ke kota. Bangunan ini disebut Akuaduk, dari kata ''aqua'' (air) dan ''ductus'' (saluran). Akuaduk pertama dibangun di kota Roma sebelum kemudian dibangun juga di kota-kota lain. Pada akhirnya, sebagian besar kota di Romawi punya setidaknya satu Akuaduk, sementara kota besar seperti Roma bisa punya sampai sepuluh Akuaduk.


Aqueduct tidak mudah untuk dibangun, arsiteknya harus benar-benar memperhitungkan supaya airnya bisa sampai dengan benar, tidak berhenti di tengah jalan atau mengalir terlalu cepat. Untuk menjaga agar alirannya tepat, pembangunan aqueduct seringkali harus disesuaikan dengan keadaan kota, kadang aqueduct dibuat dengan penyangga berbentuk lengkungan, kadang dialirkan lewat saluran batu di tanah, bahkan kadang melalui terowongan bawah tanah.
Akuaduk tidak mudah untuk dibangun, arsiteknya harus benar-benar memperhitungkan supaya airnya bisa sampai dengan benar, tidak berhenti di tengah jalan atau mengalir terlalu cepat. Untuk menjaga agar alirannya tepat, pembangunan Akuaduk seringkali harus disesuaikan dengan keadaan kota, kadang Akuaduk dibuat dengan penyangga berbentuk lengkungan, kadang dialirkan lewat saluran batu di tanah, bahkan kadang melalui terowongan bawah tanah.


Aqueduct dibangun di seluruh penjuru Kekaisaran Romawi, mulai dari Suriah sampai Inggris. Penduduk kota bisa memperoleh air bersih dari aqueduct, namun orang-orang di desa yang tidak memiliki akses ke aqueduct terpaksa harus mengambil air dari sungai, yang tidak terjamin kebersihannya. Banyak wanita dan anak-anak yang harus bersusah payah mengambil air dari sungai ke rumah mereka dengan menggunakan wadah dari tanah liat.
Akuaduk dibangun di seluruh penjuru Kekaisaran Romawi, mulai dari Suriah sampai Inggris. Penduduk kota bisa memperoleh air bersih dari Akuaduk, namun orang-orang di desa yang tidak memiliki akses ke Akuaduk terpaksa harus mengambil air dari sungai, yang tidak terjamin kebersihannya. Banyak wanita dan anak-anak yang harus bersusah payah mengambil air dari sungai ke rumah mereka dengan menggunakan wadah dari tanah liat.


Aqueduct terus digunakan sampai 400-an M. Setelah Romawi runtuh, kota-kota di Eropa menjadi lebh kecil, dan pasokan air didapat dari sumur. Di kota Ostia, bahkan sumur dibuat di tengah jalan raya.
Akuaduk terus digunakan sampai 400-an M. Setelah Romawi runtuh, kota-kota di Eropa menjadi lebh kecil, dan pasokan air didapat dari sumur. Di kota Ostia, bahkan sumur dibuat di tengah jalan raya.


== Saluran pembuangan ==
== Saluran pembuangan ==
== Forum ==
== Forum ==
== Senat ==
== Senat ==
== Amphiteater ==
Kebanyakan orang lebih sering mendengar tentang Colosseum di Roma, namun masih banyak amphiteater lainnya di Kekaisaran Romawi. Pertarungan-pertarungan gladiator terawal, pada masa Etruska, digelar di mana saja asalkan di tempat yang rata di dekat bukit, supaya orang-orang bisa duduk di lereng bukit dan menonton pertarungan yang berlangsung di bawahnya. Namun tempat seperti itu jarang ada, sehingga pada tahun 300-an SM, para orang kaya dan pemerintah membangun amphitheater sementara dari kayu bagi orang-orang untuk duduk, seperti layaknya bukit buatan. Bangunan tersebut dinamai amphiteater karena terlihat seperti dua teater yang saling berhadapan.


== Amfiteater ==
== Kuil Kastor dan Pollux ==
== Kuil Kastor dan Pollux ==
== Istana Emas Nero ==
== Istana Emas Nero ==

Revisi per 11 Desember 2010 16.26

Salah satu hal yang terkenal dari bangsa Romawi adalah kehebatan mereka dalah hal arsitektur. Bangsa Romawi banyak melakukan inovasi dalam bidang arsitektur, tiga yang terkenal adalah penggunaan atap melengkung, batu bata, dan semen.

Sekitar 700 SM, bangsa Etruska memmperkenalkan arsitektur Asia Barat ke Italia, dan mengajarkannya pada bangsa Romawi. Kini tidak banyak arsitektur Etruska yang tersisa, namun banyak makam bawah tanah mereka yang masih ada, selain juga reruntuhan kuil-kuil mereka.

Pada periode Republik, bangsa Romawi banyak melaukan pengembangan pada kota mereka. Mereka membangun saluran air, jalan, dan saluran pembuangan. Forum dan kuil Romawi juga berkembang. Orang-orang juga membuat teater dan colosseum untuk permainan para gladiator.

Kaisar pertama Romawi, Augustus, melakukan lebih banyak perubahan. Dia membangun Altar Perdamaian, pemakaman untuk keluarganya, dan teater batu yang besar untuk pertunjukan drama. Cucu tiri Augustus, Tiberius, membangun ulang kuil Kastor dan Pollux di Forum Romawi. Cicit buyut Augustus, Nero, juga membangun banyak bangunan, termasuk Istana Emasnya. Pada 69 M, Vespasianus mengambil beberapa material dari Istana Emas untuk membangun Colosseum. Putra Vespasianus, Titus, membangun pelengkung kejayaan, dan putranya Domitianus membangun istana besar untuk dirinya sendiri di bukit Palatine.

Meskipun Domitianus terbuh pada 96 M, arsitek-arsitek selanjutnya terus menggunakan gaya yang pernah dikembangkan untuk istananya, karena kaisar-kaisar berikutnya tinggal di istana Domitianus.

Arsitek-arsitek Trajanus menggunakan batu bata dan lengungan beton untuk membuat bangunan Forum yang baru dengan tiang yang besar serta bangunan pasar. Trajanus juaga membangun pemandian umum besar pertama di kota Roma. Arsiteknya kemungkinan adalah orang yang sama yang nantinya membangun Pantheon Hadrianus, sebuah kuil untuk semua dewa. Kuil itu memiliki kubah yang sagat besar, dan tidak ada yang membuat kubah yang lebih besar dari ini selama lebih dari seribu tahun kemudian.

Di provinsi-provinsi Kekaisaran Romawi, orang-orang membangun forum, kuil, pemandian umum, dan amfiteater, meskipun secara umum lebih kecil daripada yang ada di kota Roma. Ada banyak kota yang sangat terawat di Kekaisaran Romawi. Di Italia ada kota Pompeii, Ostia, dan Cosa. Sementara di sekitar Mediterania, ada kota Ampurias di Turki, Caesarea di Israel, Lepcis Magna di Libya, Bulla Regia, Dougga, dan Maktar di Tunisia, Volubilis di Maroko, dan Italica serta Empurias di Spanyol.

Setelah masa kaisar Hadrianus, Romawi mulai jarang melakukan penaklukan sehingga harta pemasukan berkurang dan program pembangunan mulai dihentikan. Namun kaisar Caracalla masih bisa membangun pemandian umum yang besar di kota Roma pada awal 200-an M, dan di akhir 200-an M, kaisar Diokletianus membangun pemandian lainnya. Pada awal 300-an M, kaisar Maxentius membangun istana yang besar di luar dinding Roma, dan basilika di Forum Romawi. Kaisar Konstantinus membangun pelengkung kejayaan, beberapa gereja, dan memindahkan ibukota Kekaisaran Romawi ke Konstantinopel (Istanbul). Di sana, dia dan keturunannya membangun lebih banyak gereja, tempat sirkus, dan istana.

Kuil

Seperti bangsa Mesir, Asia Barat, Kartaghe, Yunani, dan Etruska, bangsa Romawi juga membangun banyak kuil untuk dewa-dewa mereka. Salah satu bangunan tertua di kota Roma adalah kuil Kapitolina, yang didirikan di puncak Bukit Kapitolina pada masa peemrintahan para raja. Itu adalah kuil untuk tiga dewa, Jupiter, Juno, dan Minerva. Namun kuil itu kini sudah hancur, dan hanya sedikit fondasinya yang masih tersisa.

Pada periode Republik (500-1 SM), jenderal Romawi membangun ratusan kuil di kota Roma. Kuil-kuil ini terutama dibangun sebagai rasa sukur atas kemenangan yang diraih dalam pertempuran. Kuil-kuil itu dibangun di sepanjang Via Sacra (Jalan Suci) yang dilalui oleh para jenderal ketika mereka kembali ke Roma untuk mereyakan kemenangan. Lagi-lagi, sebagian besar dari kuil-kuil ini kini telah hancur.

Basilika

Jika orang Romawi ingin melakukan kegiatan kelompok, mereka biasanya berkumpul di basilika. Bagian dalam basilika sedikit banyak mirip dengan gereja Kristen atau katedral abad pertengahan; ada ruangan besar dengan tiang-tiang untuk membentuk gang-gang. Kadang ada tempat duduk untuk orang-orang tertentu. Lantai basilika Aemilia dibangun dari berbagai jenis marmer, yang didatangkan dari Numidia, Mesir, Yunani, dll, untuk menunjukkan tempat-tempat kekuasaan Romawi.

Beda antara basilika dengan gereja adalah bahwa pintu masuknya terletak di sisi panjang bangunan.

Di dalam basilika, hakim mengadili suatu perkara, polirikus menggelar pidato, guru mengajar murid-muridnya. Di tangga basilika, orang-orang menjual makanan atau menukarkan uang. Ketika basilik Aemilia terbakar habis, banyak koin perunggu (hasil pertukaran) yang meleleh ke lantai basilika.

Akuaduk

Seiring kota-kota Romawi menjadi semakin besar, maka kebutuhan terhadap pasokan air pun bertambah. Saluran pembuangan dialirkan ke sungai sehingga sungai tidak layak untuk dijadikan sumber air oleh rakyat Romawi. Akhirnya pemerintah Romawi memutuskan untuk membangun saluran air dari batu yang sangat panjang dan digunakan untuk mengalirkan air bersih dari bukit terdekat sampai ke kota. Bangunan ini disebut Akuaduk, dari kata aqua (air) dan ductus (saluran). Akuaduk pertama dibangun di kota Roma sebelum kemudian dibangun juga di kota-kota lain. Pada akhirnya, sebagian besar kota di Romawi punya setidaknya satu Akuaduk, sementara kota besar seperti Roma bisa punya sampai sepuluh Akuaduk.

Akuaduk tidak mudah untuk dibangun, arsiteknya harus benar-benar memperhitungkan supaya airnya bisa sampai dengan benar, tidak berhenti di tengah jalan atau mengalir terlalu cepat. Untuk menjaga agar alirannya tepat, pembangunan Akuaduk seringkali harus disesuaikan dengan keadaan kota, kadang Akuaduk dibuat dengan penyangga berbentuk lengkungan, kadang dialirkan lewat saluran batu di tanah, bahkan kadang melalui terowongan bawah tanah.

Akuaduk dibangun di seluruh penjuru Kekaisaran Romawi, mulai dari Suriah sampai Inggris. Penduduk kota bisa memperoleh air bersih dari Akuaduk, namun orang-orang di desa yang tidak memiliki akses ke Akuaduk terpaksa harus mengambil air dari sungai, yang tidak terjamin kebersihannya. Banyak wanita dan anak-anak yang harus bersusah payah mengambil air dari sungai ke rumah mereka dengan menggunakan wadah dari tanah liat.

Akuaduk terus digunakan sampai 400-an M. Setelah Romawi runtuh, kota-kota di Eropa menjadi lebh kecil, dan pasokan air didapat dari sumur. Di kota Ostia, bahkan sumur dibuat di tengah jalan raya.

Saluran pembuangan

Forum

Senat

Amphiteater

Kebanyakan orang lebih sering mendengar tentang Colosseum di Roma, namun masih banyak amphiteater lainnya di Kekaisaran Romawi. Pertarungan-pertarungan gladiator terawal, pada masa Etruska, digelar di mana saja asalkan di tempat yang rata di dekat bukit, supaya orang-orang bisa duduk di lereng bukit dan menonton pertarungan yang berlangsung di bawahnya. Namun tempat seperti itu jarang ada, sehingga pada tahun 300-an SM, para orang kaya dan pemerintah membangun amphitheater sementara dari kayu bagi orang-orang untuk duduk, seperti layaknya bukit buatan. Bangunan tersebut dinamai amphiteater karena terlihat seperti dua teater yang saling berhadapan.

Kuil Kastor dan Pollux

Istana Emas Nero

Colosseum

Pelengkung Titus

Istana Domitianus

Tiang Trajanus

Pasar Trajanus

Pemandian umum

Pantheon Hadrianus

Insulae

Pemandian umum Karakalla

Basilika Maxentius