Seni Berperang/Serangan Strategis: Perbedaan antara revisi

Dari Wikibuku bahasa Indonesia, sumber buku teks bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Alagos (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 20: Baris 20:
Jadi, bahkan jika ia (sang jenderal) memerintahkan para prajuritnya untuk menyerang tembok-tembok seperti semut, sepertiga dari mereka aikan terbunuh dan kota itu masih belum tertaklukkan.
Jadi, bahkan jika ia (sang jenderal) memerintahkan para prajuritnya untuk menyerang tembok-tembok seperti semut, sepertiga dari mereka aikan terbunuh dan kota itu masih belum tertaklukkan.
Ini adalah konsekuensi yang membawa malapetaka akibat melakukan serangan yang demikian.</br>
Ini adalah konsekuensi yang membawa malapetaka akibat melakukan serangan yang demikian.</br>

{{AoW}}

Revisi per 22 Maret 2012 14.22


Bagian 3

Serangan Strategis




Sun Zi berkata: Pada umumnya, dalam melancarkan peperangan, menangkap seluruh bangsa secara utuh merupakan strategi yang lebih baik; menghancurkan dan meluluh-lantakkan bangsa itu adalah pilihan yang lebih lemah.

Menangkap seluruh divisi secara utuh adalah strategi yang lebih baik; menghancurkan divisi itu adalah opsi yang lebih lemah.

Menangkap seluruh battalion secara utuh adalah strategi yang lebih baik; menghancurkanya adalah opsi yang lebih lemah.

Menangkap seluruh kompi secara utuh adalah suatu strategi yang lebih baik; menghancurkanya adalah opsi yang lebih lemah.

Menangkap seluruh seksi secara utuh adalah strategi yang lebih baik; menghancurkanya adalah opsi yang lebih lemah.

Jadi, bertempur dalam seratus kemenangan bukanlah suatu cerminan strategi yang paling hebat.

Kemampuan untuk mengalahkan musuh tanpa pertempuran sama sekali adalah cerminan strategi yang paling hebat.

Jadi, strategi yang paling hebat adalah menyerang berbagai rencana dan strategi musuh.

Strategi terbaik berikutnya adalah menyerang berbagai hubungan dan persekutuannya dengan negara-negara lain.

Strategi terbaik berikutnya adalah menyerang tentaranya.

Strategi terburuk adalah menyerang kota-kota yang dikelilingi tembok.

Seranglah kota-kota yang dikelilingi tembok bila tidak ada alternative lain.

Persiapan tameng besar, kereta penyerang, dan berbagai peralatan serta senjata penyerang lainnyapaling sedikit memerlukan waktu 3 bulan.

Pembangunan menara-menara pengintai akan membutuhkan tambahan waktu 3 bulan. (Dalam kondisi demikian), jenderal yang bertugas bisa kehilangan ketenangannya dan menjadi tak mampu mengendalikan kesabarannya. Jadi, bahkan jika ia (sang jenderal) memerintahkan para prajuritnya untuk menyerang tembok-tembok seperti semut, sepertiga dari mereka aikan terbunuh dan kota itu masih belum tertaklukkan. Ini adalah konsekuensi yang membawa malapetaka akibat melakukan serangan yang demikian.