Dongeng/Kura-Kura dan Monyet Yang Rakus: Perbedaan antara revisi

Dari Wikibuku bahasa Indonesia, sumber buku teks bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: perubahan_terbaru Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: perubahan_terbaru
Baris 37: Baris 37:
“Sebiji pun tidak ada,” jawab monyet rakus.
“Sebiji pun tidak ada,” jawab monyet rakus.


“Monyet, ini pohon pisangku!” rengek gajah hampir menangis.
“Monyet, ini pohon pisangku!” rengek gajah hampir marah.


“Salah sendiri mengapa tidak bisa memanjat pohon?” ejek monyet.
“Salah sendiri mengapa tidak bisa memanjat pohon?” ejek monyet.


Gajahpun mulai menangis. Hatinya sedih bercampur marah. Ia lalu menggoyang-goyang pohon pisang itu.
Gajahpun mulai geram. Hatinya sedih bercampur marah. Ia lalu menggoyang-goyang pohon pisang itu.


Tiba-tiba…. bruk! Pohon pisang itu tumbang. Monyet itu jatuh. Dia mengerang kesakitan. Tubuhnya tertimpa batang pohon pisang.
Tiba-tiba…. bruk! Pohon pisang itu tumbang. Monyet itu jatuh. Dia mengerang kesakitan. Tubuhnya tertimpa batang pohon pisang.


“Ampun gajah, tolong aku! Aku menyesal…” kata monyet.
“gajah tolong aku! Aku menyesal… maafkan aku” kata monyet.


sekalipun gajah marah dan kecewa sama monyet,tapi gajah merasa kasihan sama monyet,akhirnya gajahpun membantu monyet lepas dari pohon pisang yang menimpa dirinya dengan janji monyet yang tidak akan mengulangi lagi. Sang monyet pun menyesal dan meminta maaf kepada gajah dan kali ini mereka makan buah pisang sama"
Tetapi, gajah hanya berlalu begitu saja menghiraukan teriakan monyet. Sang monyet pun merengek kesakitan sekaligus menyesal telah kehilangan sahabat baiknya.
== Teks judul ==


[[Kategori:Dongeng]]
[[Kategori:Dongeng]]

Revisi per 22 Februari 2018 23.36

Di tepi hutan hiduplah seekor monyet dan seekor gajah. Pada suatu hari, monyet mengajak gajah menanam pohon pisang.

"Gajah", mari kita menanam pohon pisang,” ajak monyet.

“Ayo, kau di sebelah kanan aku di sebelah kiri,” jawab gajah.

Hari berganti hari. Setiap hari kura-kura merawat pohon pisangnya.

“Tumbuh, tumbuhlah pohon pisangku,” gajah bernyanyi riang.

Monyet hanya melihat tingkah gajah sambil tiduran di rerumputan.

“Apa kabar Monyet? Bagaimana pohon pisangmu?” sapa gajah kepada monyet.

“Biarkan saja, besok-besok juga berbuah,” jawab monyet sombong.

Bulan berganti bulan, pohon pisang gajah berbuah. Buahnya besar-besar. Ia akan mengundang kawan-kawannya untuk diajak berpesta pisang. Sebaliknya, pohon pisang monyet mati karena tidak dirawat.

Pisang tanaman gajah pun siap dipanen.

“Bagaimana cara memetik buah pisang ini?” pikir gajah. “Mungkin monyet mau membantuku.”

Gajah lalu meminta bantuan kepada monyet.

“Maukah kau membantuku memetik buah pisang ini?” tanya gajah.

“Aku bersedia, tetapi buah pisang itu nanti dibagi dua.” jawab monyet.

“Baik! ” jawab gajah.

Monyet lalu memanjat pohon pisang gajah. Bau harum buah pisang menggoda selera monyet. Ia lupa akan janjinya.

Gajah menunggu di bawah pohon pisang.

“Monyet, mana pisang bagianku?” teriak gajah.

“Sebiji pun tidak ada,” jawab monyet rakus.

“Monyet, ini pohon pisangku!” rengek gajah hampir marah.

“Salah sendiri mengapa tidak bisa memanjat pohon?” ejek monyet.

Gajahpun mulai geram. Hatinya sedih bercampur marah. Ia lalu menggoyang-goyang pohon pisang itu.

Tiba-tiba…. bruk! Pohon pisang itu tumbang. Monyet itu jatuh. Dia mengerang kesakitan. Tubuhnya tertimpa batang pohon pisang.

“gajah tolong aku! Aku menyesal… maafkan aku” kata monyet.

sekalipun gajah marah dan kecewa sama monyet,tapi gajah merasa kasihan sama monyet,akhirnya gajahpun membantu monyet lepas dari pohon pisang yang menimpa dirinya dengan janji monyet yang tidak akan mengulangi lagi. Sang monyet pun menyesal dan meminta maaf kepada gajah dan kali ini mereka makan buah pisang sama"

Teks judul