Buku Saku Farmakoterapi/Syok Anafilaksis: Perbedaan antara revisi

Dari Wikibuku bahasa Indonesia, sumber buku teks bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Helito (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Sabjan Badio (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
 
Baris 34: Baris 34:
* memepelajari obat-obat yang bisa memicu syok anafilaksis, misal antibiotik dan lain-lain. Jika obat-obat pemicu bisa dikenali, rekomendasi atau tindakan bisa diambil
* memepelajari obat-obat yang bisa memicu syok anafilaksis, misal antibiotik dan lain-lain. Jika obat-obat pemicu bisa dikenali, rekomendasi atau tindakan bisa diambil
* melakukan wawancara dengan calon penerima obat-obat yang bisa memicu syok anafilaksis. Apakah ada riwayat alergi terhadap obat ini? (informasi ini sangat penting !!)
* melakukan wawancara dengan calon penerima obat-obat yang bisa memicu syok anafilaksis. Apakah ada riwayat alergi terhadap obat ini? (informasi ini sangat penting !!)
* menyediakan epinefrin di kotak P3K di apotek atau tempat praktek. Hal ini akan sangat menolong pada keadaan darurat jika teman sejawat melihat/menemui penderita yang terkena syok anafilaksis.
* menyediakan epinefrin di kotak P3K di apotek atau tempat praktik. Hal ini akan sangat menolong pada keadaan darurat jika teman sejawat melihat/menemui penderita yang terkena syok anafilaksis.


==Referensi==
==Referensi==

Revisi terkini sejak 13 Juli 2019 07.56

Syok anafilaksis adalah keadaan alergi yang mengancam jiwa yang ditandai dengan penurunan tekanan darah secara tiba-tiba dan penyempitan saluran pernapasan, menyebabkan penderita jatuh pingsan dan tidak sadarkan diri.

Hal ini biasanya dipicu oleh reaksi alergi yang disebabkan oleh respon sistem imun tubuh yang abnormal terhadap benda asing (bisa berupa makanan atau obat-obatan). Zat-zat kimia yang dilepaskan oleh sistem imun tubuh sewaktu terjadi reaksi alergi menyebabkan pembuluh darah melebar, menurunkan tekanan darah secara mendadak, dan penurunan aliran darah ke otak.

Patofisiologi[sunting]

Mekanisme alergi bisa dibagi menjadi beberapa tahapan yaitu paparan awal, sensitisasi, paparan ulang alergen, dan reaksi alergi. Reaksi alergi sejati bisa terjadi dengan syarat harus ada paparan awal dan sensitasi sebelumnya.

Pada paparan ulang selanjutnya (antigen challenge), barulah muncul reaksi alergi. Berikut penjelasan lebih lengkap: Paparan awal yaitu pada individu yang rentan (individu atopik) terkena paparan awal alergen, dan selanjutnya individu mengembangkan respon sel Th2 yang kuat.

Setelah paparan awal, individu dikatakan “peka” terhadap alergen. Individu mungkin tidak menunjukkan “reaksi alergi” terhadap paparan awal karena dibutuhkan waktu untuk respon antibodi menjadi matang.

Ketika individu tersebut kembali terpapar antigen, antigen berikatan dengan IgE yang telah menempel pada sel mast, menyebabkan ikatan silang (cross-linking) dan sel mast menjadi aktif. Respon ini cepat dalam hitungan menit setelah antigen challenge.

Dengan mengetahui mekanisme ini, kita bisa mengenali bahwa paparan antigen selanjutnya (kedua atau seterusnya), reaksi alergi bisa muncul pada individu atopik.

Karakteristik gejala dari syok anafilaktik termasuk nadi cepat, lemah, ruam pada kulit, mual, muntah dan anggota gerak yang hangat. Penderita syok anafilkaksis memerlukan injeksi epinefrin segera dan segera dibawa ke rumah sakit karena hal ini dapat menyebabkan kematian dengan cepat.

Reaksi anafilaksis timbul bila sebelumnya telah terbentuk IgE spesifik terhadap alergen tertentu. Alergen yang masuk kedalam tubuh lewat kulit, mukosa, sistem pernapasan maupun makanan, terpapar pada sel plasma dan menyebabkan pembentukan IgE spesifik terhadap alergen tertentu.

IgE spesifik ini kemudian terikat pada reseptor permukaan mastosit dan basofil. Pada paparan berikutnya, alergen akan terikat pada IgE spesifik dan memicu terjadinya reaksi antigen antibodi yang menyebabkan terlepasnya mediator yakni antara lain histamin dari granula yang terdapat dalam sel.

Ikatan antigen antibodi ini juga memicu sintesis SRS-A (Slow reacting substance of Anaphylaxis) dan degradasi dari asam arakidonat pada membrane sel, yang menghasilkan leukotrine dan prostaglandin. Reaksi ini segera mencapai puncaknya setelah 15 menit. Efek histamin, leukotrine (SRS-A) dan prostaglandin pada pembuluh darah maupun otot polos bronkus menyebabkan timbulnya gejala pernafasan dan syok (Koury dan Herfel, 2000). Reaksi ini disebut hipersensitivitas segera karena dimulai dengan cepat, beberapa menit setelah antigen challenge (paparan antigen yang sama selanjutnya).

Manajemen[sunting]

Adrenalin atau epinefrin merupakan obat pilihan dari syok anafilaksis. Hal ini dikarenakan:

  • Adrenalin merupakan bronkodilator yang kuat, sehingga penderita dengan cepat terhindar dari hipoksia yang merupakan pembunuh utama;
  • Adrenalin merupakan vasokonstriktor pembuluh darah dan inotropik yang kuat sehingga tekanan darah dengan cepat naik kembali;
  • Adrenalin merupakan histamin bloker, melalui peningkatan produksi cyclic AMP sehingga produksi dan pelepasan chemical mediator dapat berkurang atau berhenti (Tanra, 2012)

Apoteker bisa berperan dalam hal-hal terkait syok anafilaksis. Hal-hal yang bisa dilakukan:

  • memepelajari obat-obat yang bisa memicu syok anafilaksis, misal antibiotik dan lain-lain. Jika obat-obat pemicu bisa dikenali, rekomendasi atau tindakan bisa diambil
  • melakukan wawancara dengan calon penerima obat-obat yang bisa memicu syok anafilaksis. Apakah ada riwayat alergi terhadap obat ini? (informasi ini sangat penting !!)
  • menyediakan epinefrin di kotak P3K di apotek atau tempat praktik. Hal ini akan sangat menolong pada keadaan darurat jika teman sejawat melihat/menemui penderita yang terkena syok anafilaksis.

Referensi[sunting]

Anaphylaxis and acute allergic reactions. In :International edition Emergency Medicine.Eds :Tintinalli,Kellen,Stapczynski 5th ed McGrraw-Hill New York-Toronto.pp 242-46.