Vita dan Harta Karun Nirwana

Dari Wikibuku bahasa Indonesia, sumber buku teks bebas
Lembah Bukit Labu

Suara burung-burung mulai samar terdengar di telinga. Sinar matahari pun mulai menyapa, menembus celah ventilasi kamar seorang gadis yang sekarang baru terbangun dari tidurnya.  Gadis itu adalah Vita, usianya baru menginjak 15 tahun. Vita sangat menyukai cerita tentang harta karun.

           Setelah nyawanya terkumpul, Vita mulai bergegas mandi dan bersiap untuk pergi sekolah. Tak lupa sebelum sekolah ia menyantap sarapan yang dibuat ibunya. Sesampainya di depan gerbang sekolah, terdengar bunyi bel. Oh tidak! Vita hampir terlambat. Vita berlari ke kelasnya, untung saja gurunya belum masuk. Saat gurunya sudah masuk, dimulailah kelas kimia yang sangat tidak Vita sukai. Kelas ini punya tiga jam mata pelajaran, itu artinya kelas akan habis saat waktu istirahat tiba.

           “TENG. TENG. TENG. TENG. TENG”.

           Bunyi bel lima kali, itu tandanya waktu istirahat telah tiba. Vita sangat senang karena kelas kimia yang menurutnya berasa lama sekali itu akhirnya selesai juga. Saat istirahat Vita memakan bekalnya bersama temannya, Eci. Mereka sering menceritakan berbagai macam hal saat bersama.

           Hari itu Eci bercerita mengenai harta karun Negeri Sampura. Harta karun tersebut merupakan perhiasan milik Putri Nirwana yang merupakan pemimpin Negeri Sampura. Putri Nirwana yang sangat cantik itu dikutuk menjadi hewan karena menolak pinangan Pangeran Sabrang. Putri Nirwana dan Pangeran Sabrang merupakan penduduk langit. Begitu juga Negeri Sampura yang berada di langit.

           Mendengar cerita tentang harta karun, Vita sangat antusias mendengarkannya. Eci lalu melanjutkan ceritanya. Katanya harta karun tersebut terdapat di lembah bukit Labu, tak jauh dari kota mereka. Untuk melihat letak harta karun tersebut, mereka harus mengucapkan mantra sesampainya di sana.

           Setelah mendengar cerita tersebut, Vita sangat senang dan mengajak Eci untuk pergi ke sana. Vita benar-benar sangat terobsesi dan penasaran dengan harta karun tersebut. Akhirnya mereka memutuskan akan pergi ke lembah bukit Labu pada hari minggu, saat mereka libur. Sekalian healing  katanya. Setelah itu bel masuk pun berbunyi dan mereka melanjutkan kelas berikutnya.

           Beberapa hari menunggu, akhirnya hari minggu pun tiba. Vita sangat antusias dengan perjalanan yang akan dilakukannya bersama Eci hari ini. Ia bahkan bangun lebih awal dari biasanya. Jam sudah menunjukkan pukul tujuh pagi. Vita segera berpamitan kepada orang tuanya , lalu menjemput Eci ke rumahnya.

           Eci sudah berdiri di depan pagar rumahnya saat Vita tiba menjemputnya. Senyum Eci sangat lebar sekali. Dia sudah lama tidak jalan-jalan,  jadi dia merasa sangat senang. Eci pun menaiki motor Vita dan mereka berdua menuju Taman Labu untuk memarkir motor. Lalu mereka akan melanjutkan perjalanan ke lembah bukit Labu nantinya dengan berjalan kaki.

           Mereka pun sudah sampai di Taman Labu. Dari Taman Labu, mereka akan berjalan kaki melewati sedikit kawasan hutan untuk sampai ke Lembah Bukit Labu. Dari awal memasuki hutan, mereka merasa diikuti sesuatu. Mereka memutuskan untuk berhenti, dan tiba-tiba semak di sekitar mereka bergerak. Eci mendekat pada semak itu. Vita yang berada di belakang Eci mulai merasa takut. Eci berkata kepada Vita bahwa mereka harus tenang.

           Eci semakin dekat dengan semak itu. Tiba-tiba terdengar suara.

           “Miiaauuww”

           Oh! Itu suara kucing! Seekor kucing melompat dari semak itu lalu menghampiri Vita dan Eci. Vita langsung menggendong kucing itu. Ah, iya. Selain suka cerita harta karun, Vita juga sangat suka kucing.

           Kucing itu sangat cantik. Tubuhnya memiliki motif calico dan mata seperti boba. Vita bilang dia ingin membawa kucing itu pulang. Jadi dia menggendong kucing itu sampai ke lembah bukit Labu. Kucing itu ia beri nama Oza.

           Singkat cerita, mereka akhirnya sampai lembah bukit Labu. Di sini tempatnya sangat indah, terdapat sebuah air terjun yang menghasilkan pancaran pelangi dan di bawahnya terdapat aliran sungai yang airnya sangat jernih. Mereka bermain-main di pinggir sungai tersebut bersama kucing tadi.

           Sampai akhirnya mereka teringat sesuatu. Mereka belum mengucapkan mantra agar harta karun terlihat. Ya, mereka mulai komat-kamit membaca mantra. Setelah mantranya selesai, Vita dan Eci saling menatap. Tidak terjadi apa-apa, batin mereka. Namun, tiba-tiba Oza berlari ke belakang air terjun. Vita dan Eci reflek mengejar Oza.

           Di belakang air terjun, ternyata terdapat sebuah ruang dan Oza masuk ke sana. Ruang tersebut tidak luas. Vita dan Eci masuk ke sana. Betapa terkejutnya mereka saat melihat peti berwarna ungu berukir tulisan Nirwana di dalam ruang itu. Mereka segera mendekat dan membuka peti yang tidak terkunci tersebut. Wow, di dalamnya terdapat berbagai perhiasan milik Sang Putri.

Vita melihat sebuah gelang yang punya mata berlian berwarna marun. Vita pikir itu akan cocok dijadikan kalung untuk Oza yang punya motif calico. Vita pun memakaikan kalung tersebut kepada Oza yang sedang menatapnya. Oza mengeong, lalu tiba-tiba muncul cahaya yang menyilaukan pandangan Vita dan Eci. Mereka tersentak. Sesaat setelah itu cahaya tersebut menghilang. Oza juga tidak ada di hadapan mereka.

Yang berada di hadapan mereka adalah seorang wanita cantik memakai baju berwarna putih dengan sedikit warna jingga dan hitam. Wanita tersebut berbicara kepada Eci dan Vita. Dia mengaku bahwa dirinya adalah Putri Nirwana, pemilik perhiasan yang ada dalam peti di hadapan mereka. Dia juga mengatakan bahwa Vita dan Eci telah membebaskannya dari kutukan yang menjadikannya kucing. Iya, Putri Nirwana adalah Oza, kucing yang digendong Vita selama perjalanan.

Untuk kesekian kalinya, Vita dan Eci terkejut. Putri Nirwana berterima kasih kepada mereka berdua yang telah membebaskannya dari kutukan. Putri Nirwana bilang ia dikutuk menjadi kucing oleh Pangeran Sabrang karena kesombongannya. Ia menolak Pangeran Sabrang dengan mengatakan bahwa Pangeran Sabrang tidak pantas bersanding dengannya karena ia merupakan wanita tercantik di antara penduduk langit dan bumi serta memiliki perhiasan yang terbaik di antara penduduk langit.

Akhirnya Pangeran Sabrang murka dan mengutuk Putri Nirwana menjadi kucing di bumi. Saat berubah menjadi kucing, perhiasannya berjatuhan di tanah dan Pangeran Sabrang memungut perhiasan tersebut. Lalu memuatnya ke dalam peti dan diletakkan di belakang air terjun lembah bukit Labu.

Sebelum kembali ke langit, Pangeran Sabrang berucap kepada Putri Nirwana. Jika ia ingin kutukannya hilang dan dapat kembali ke langit, maka pakailah salah satu dari perhiasannya. Namun Putri Nirwana tidak dapat membuka peti tersebut sehingga ia masih menjadi kucing sampai akhirnya Vita membebaskannya.

Vita dan Eci sangat takjub dengan apa yang mereka alami. Putri Nirwana bilang, ia akan segera kembali ke langit. Ia sangat berterima kasih kepada Vita dan Eci. Sebagai ungkapan terima kasihnya, ia memberikan perhiasan miliknya yang ada di dalam peti tadi. Ia kembali ke langit dengan hanya membawa satu buah perhiasan, yaitu gelang yang dipakaikan Vita kepadanya. Setelah Putri Nirwana kembali ke langit, Vita dan Eci juga pulang. Masing-masing dari mereka membawa perhiasan yang diberi Putri Nirwana di dalam ransel dengan perasaan takjub dan senang.