Sejarah Internet Indonesia/AI3 ITB

Dari Wikibuku bahasa Indonesia, sumber buku teks bebas

Jaringan Pendidikan AI3 Indonesia[sunting]

Sambungan internet dari jaringan di ITB ke jaringan luar negeri mulai dilakukan setelah ITB mendapat penawaran dari pihak WIDE Project di Jepang, Pada masa itu, jika seorang user ingin menggunakan internet, connection harus dilakukan dengan saluran telepon ke UI Jakarta. Biayanya mahal, karena menggunakan line telepon dengan perhitungan pulsa interlokal, apalagi karena kebanyakan koneksi dilakukan siang hari.

Di tahun 1995-1996, sejumlah akademisi ITB yang tergabung dalam Computer Network Research Group (CNRG) berusaha untuk membangun jaringan internet dengan menggunakan Radio Paket, dan kala itu mereka berhasil menyambungkan jaringan dengan IPTEKNET/BPPT melalui Lapan, dan tahun 1995, sambungan tersebut ditingkatkan menjadi sambungan dengan Leased Line 14.4Kbps melalui RISTI Telkom di Bandung yang merupakan bagian dari negosiasi Dewan Riset Nasional (w:DRN) yang dipimpin Samaun Samadikun.

Negosiasi dengan WIDE Project Jepang[sunting]

Awal tahun 1996, ada penawaran dari WIDE Project di Jepang kepada sejumlah institusi pendidikan di Negara-negara Asia untuk bergabung sebagai patner dengan Asian Internet Interconnection Initiative atau AI3, sebuah jaringan yang bertujuan mengembangkan teknologi infrastruktur internet network untuk wilayah Asia-Pasifik. AI3 ini merupakan suatu Konsorsium sejumlah lembaga penelitian dan Universitas tergabung di WIDE Project Jepang yang bekerjasama dengan perusahaan satelit JCSat Jepang, Japan Satelllite Corporation.

Sejumlah lembaga pendidikan di Indonesia, seperti BPPT, ITS dan UI juga memperoleh kabar mengenai penawaran partnership tersebut dan sangat berminat untuk bergabung dengan AI3, karena hal tersebut akan sangat membantu perkembangan infrastruktur jaringan internet, terutama di lembaga yang bersangkutan, karena partner akan memdapatkan akses internet gratis dengan kecepatan 2 Megabyte per second.

ITB kemudian mengirimkan surat menyatakan minatnya untuk menjadi partner AI3, dan kemudian Pihak Jepang mengirimkan balasan, mengatakan bahwa mereka akan menilai masing-masing peminat, karena ada sejumlah lembaga lain yang juga telah menyatakan keinginannya untuk begabung dengan AI3, seperti ITS Surabaya, BPPT, dan beberapa pihak lain. Perjuangan dilakukan dengan proses negosiasi melalui e-mail yang memakan waktu beberapa hari antara Onno W. Purbo (ITB) dan Suguru Yamaguchi (AI3 WIDE Project). Onno W. Purbo pada saat itu hampir tidak tidur untuk menyiapkan jawaban, dan argumentasi-argumentasi, paper untuk dikirimkan pihak AI3 WIDE Project.

Untuk menseleksi peminat, AI3 kemudian mengadakan berbagai seminar dan korespondensi, diantaranya di Singapura, dimana Onno W. Purbo dan Sugiharjo Soegidjoko yang dikirim kesana oleh ITB melakukan presentasi bahwa ITB sebenarnya sudah memiliki track record dalam bidang penelitian dan pengembangan internet dengan berbagai teknologi yang memungkinkan saat itu, dengan keterbatasan infrastruktur mulai dari yang paling sederhana sampai yang terakhir, dengan sambungan leased line dan Yellow Cable Network. Kemudian, dengan berbagai usaha selanjutnya sambil terus berkorespondensi dengan pihak AI3, akhirnya ITB dipilih menjadi mitra AI3 untuk Indonesia, bersama dengan Hong Kong University of Science and Technology di Hongkong, serta Asian Institute of Technology di Thailand.

Membangun Jaringan Pendidikan AI3 Indonesia[sunting]

Selanjutnya, ITB menyambungkan jaringan AI3 tersebut dengan sejumlah perguruan tinggi / universitas se-Indonesia, sebagai salah satu upaya membentuk jaringan antar universitas di Indonesia. Sehingga universitas-universitas yang ada di Indonesia akan bisa saling terhubung satu sama lain dan bertukar informasi serta pegetahuan. Untuk wilayah Bandung sendiri, Universitas Parahyangan (Unpar), Universitas Padjadjaran (Unpad), Universitas Islam bandung (Unisba), Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP; sekarang menjadi Universitas Pendidikan Indonesia / UPI), terhubung dengan ITB. Dari luar daerah, diantaranya Universitas Syiah Kuala Aceh, Universitas Lampung, Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed), Universitas Muhammadyah Malang (UMM) dan sejumlah universitas lainnya. Sambungan dilakukan dengan menggunakan satelit, dengan bandwidth yang disewa dari Elektrindo.