Profil Becak di Indonesia/Asal-muasal becak
Profil Becak di Indonesia |
---|
Sejarah |
Asal-muasal becak · Sejarah perkembangan becak di Indonesia |
Jenis becak |
Becak kayuh • Becak bermotor |
Kebijakan terhadap Becak |
Kebijakan terhadap Becak • Profil Becak di Indonesia/Pemilikan becak • Becak masa depan |
Becak di Sumatera |
Becak dayung • Becak mesin • Becak Siantar • Becak Sidempuan • Becak dayung Sumbagsel • Bentor Bangka |
Becak di Jawa |
Becak • Bentor Jakarta |
Becak di Sulawesi |
Becak Makasar • Bentor |
Modernisasi becak |
Helicak • Bajaj • Kancil • Velotaxi |
Status: |
Becak merupakan alat untuk mengangkut orang dan/atau barang dalam jumlah kecil, menggunakan dasar sepeda yang dimodifikasi menjadi kendaraan beroda tiga yang dilengkapi dengan kabin penumpang. Becak direncanakan untuk mengangkut 2 orang penumpang, tetapi terkadang digunakan untuk mengangkut sampai 4 orang. Becak kemudian dipermodernisasi yang diperlengkapi dengan motor penggerak, menjadi becak bermotor.
Awal perkembangan becak
[sunting]Ternyata asal-usul becak dari Jepang[1]. Munculnya kendaraan yang ditarik dengan tenaga manusia itu, untuk pertama kalinya hanya kebetulan saja. Tahun 1869, seorang pria Amerika yang menjabat pembantu di Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jepang, berjalan-jalan menikmati pemandangan Kota Yokohama. Suatu saat ia berpikir, bagaimana cara istrinya yang kakinya cacat bisa ikut berjalan-jalan? Tentu diperlukan sebuah kendaraan. Kendaraan itu, pikirnya, tidak usah ditarik kuda karena hanya untuk satu penumpang saja. Kemudian ia mulai menggambar kereta kecil tanpa atap di atas secarik kertas. Rancangan tersebut ia kirimkan kepada sahabatnya[2], Frank Pollay. Pollay membuatnya sesuai rancangan Goble lalu membawanya ke seorang pandai besi bernama Obadiah Wheeler. Jadilah becak.
Orang-orang Jepang yang melihat kendaraan pribadi yang ditarik manusia itu, menamakannya "Jinrikisha" (人力車, 人 jin = orang, 力 riki = tenaga, 車 sha = kendaraan), yang berarti "kendaraan tenaga manusia" . Penarik jinrikisha biasanya diberi upah tiap minggu. Lama-lama, jinrikisha menarik perhatian masyarakat Jepang, khususnya para bangsawan. Pada tahun 1950-an becak yang ditarik manusia ini menghilang dari bumi Jepang[3].
Perkembangan becak ke Tiongkok
[sunting]Pada tahun 1800-an, jinrikisha akhirnya sampai ke telinga masyarakat di Tiongkok. Hingga dalam waktu singkat, jinrikisha dikenal sebagai kendaraan pribadi kaum bangsawan dan kendaraan umum. Kendaraan ini (dalam bahasa Inggris) diberi nama rickshaw. Sementara penghelanya disebut hiki. Tapi, lama-lama para pemerhati kemanusiaan di Tiongkok iba melihat para hiki yang kerja bagaikan kuda itu. Jadi mulai 1870, rickshaw dilarang beroperasi di seluruh jalan-jalan di negeri Tiongkok. Sementara jinrikisha di Jepang sebelumnya sudah lama dilarang.
Perkembangan lebih lanjut
[sunting]Pada tahun 1930-an berkembang di India, Pakistan dan awal 1940-an becak mulai dikenal di Singapura, Indonesia dan negara-negara Asia Tenggara lainnya. Berbeda dengan jinrikisha dan rickshaw yang beroda dua dengan ban mati, becak yang dikembangkan di Asia Tenggara sudah lebih modern. Rodanya tiga dan menggunakan ban angin, mengemudikannya dikayuh dengan kedua kaki. Becak tersebut berkembang dengan cepat karena dirasakan manfaatnya besar bagi orang kaya setelah itu.