Lompat ke isi

Cerita Dubes Morgenthau/Bab 2

Dari Wikibuku bahasa Indonesia, sumber buku teks bebas

BAB II

"SISTEM BOS" DI KEKAISARAN UTSMANIYAH DAN BAGAIMANA ITU BERGUNA UNTUK JERMAN

TALAAT, pria utama dalam rombongan perampas kekuasaan tersebut, benar-benar memiliki kualitas pribadi yang menonjol. Secara alamiah, kehidupan dan karakter Talaat memberikan peminatan kepadaku, karena aku telah bertahun-tahun familiar dengan sistem Bos di negaraku sendiri, dan aku melihat Talaat memiliki banyak kemiripan dari kekejaman yang membuat warga negara yang seringkali meraih kekuasaan pada masa lampai dalam politik lokal dan negara. Cikal bakal Talaat sangat sama karena terdapat pertentangan cerita yang beredar mengenainya. Satu catatan menyatakan bahwa ia adalah gipsi Bulgaria, sementara yang lainnya menyebutnya seorang orang Pomak. Orang Pomak merupakan orang berdarah Bulgaria yang para leluhurnya, berabad-abad lampau, telah menerima keyakinan Islam. Menurut penjelasan akhir tersebut, yang aku pikir benar, penguasa sebenarnya Kekaisaran Turki bukanlah orang Turki secara keseluruhan. Aku dapat secara pribadi menguji bahwa ia tak peduli akan Islam karena ia merendahkan semua agama, seperti kebanyakan pemimpin dari golongannya. "Aku benci semua pendeta, rabi, dan hodja," ujarnya kepadaku. Hodja nyaris sama dengan pemimpin agama Islam. Dalam politik kota Amerika, banyak orang dari perjalanan hidup terpencil mengenal akan perkembangan kemampuan besar sebagai politikus, dan sama halnya dengan Talaat yang memulai kehidupannya sebagai pembawa surat. Dari pekerjaan tersebut, ia naik tingkat menjadi operator telegraf di Adrianopel; dan permulaan kecil tersebut membuatnya sangat bangga. Aku mengunjunginya sesekali atau dua kali ke rumahnya. Meskipun Talaat merupakan orang paling berkuasa saat itu di Kekaisaran Turki, tempat tinggalnya masih merupakan rumah sederhana dari kalangan masyarakat. Perabotannya berharga murah. Seluruh bagiannya mengingatkanku pada rumah susun berbayar sederhana di New York. Barang paling memukaunya adalah alat telegraf yang sempat ia pakai untuk penghidupannya. Pada suatu malam, Talaat berkata kepadaku bahwa ia menerima gaji sebagai Mendagri. Ia berkata bahwa setelah membayar utangnya, ia hanya memiliki seratus dolar yang ditinggalkan di dunia. Ia gemar menjalani paruh waktu luangnya dengan barang berbentuk bundar yang dibuat Komite Persatuan dan Kemajuan. Pada masa luang ketika ia keluar dari kabinet, ia dipakai untuk mengerjakan meja setiap hari di markas besar partai, yang secara pribadi mengatur mesin partai. Disamping permulaan sederhana tersebut, Talaat mengembangkan beberapa kualitas pria dunia. Meskipun pelatihan awalnya tak meliputi pengarahan dalam memakai pisau dan garpu—penerapan semacam ini sepenuhnya tak diketahui di kalangan kelas bawah di Turki—Talaat dapat menghadiri makan malam diplomatik dan mewakili negaranya dengan perasaan yang sangat bermartabat dan berkepribadian. Aku selalu menganggapnya sebagai tanda kecerdasan bawaannya yang, meskipun ia bersekolah dalam waktu singkat, ia handal berbahasa Prancis untuk berbincang dalam bahasa tersebut. Secara fisik, ia adalah pria yang gagah. Tubuhnya yang kuat, punggungnya yang besar, dan otot bisepnya yang kokoh menunjukkan bahwa kekuatan mental alami dan kemampuannya yang mungkin menunjang karirnya. Dalam materi-materi yang didiskusikan, Talaat gemar duduk di mejanya, dengan pundak yang terangkat, kepalanya ke belakang, dan pergelangan tangannya, dua kali ukuran orang biasa, sangat nampak di mejanya. Aku selalu memandang bahwa akan dibutuhkan linggis untuk melepaskan pergelangan tangan tersebut dari papan, sesekali kekuatan dan jiwa Talaa membaringkan mereka disana. Ketika aku pikir Talaat tak dapat aku ajak tertawa, ia begitu menikmati cerita bagus, langkah perkasa yang ia lalui di ruangan tersebut, ketegasannya, tekadnya, sifat tidak berbebas kasihannya—seluruh hidup dan unsur dari orang tersebut mengambil bentuk dalam pergelangan tangan raksasa tersebut.

Seperti kebanyakan orang kuat, Talaat memiliki perasaan terlarang, bahkan kejam. Pada suatu hari, aku mendapatinya duduk di tempat biasa, pundaknya tegap, matanya tajam, pergelangan tangannya dimasukkan ke meja. Aku selalu menghindari ketegangan ketika aku mendapatinya dalam sikap tersebut. Ketika aku membuat permintaan demi permintaan, Talaat, di antara kepulan rokoknya, akan menjawab "Tidak!" "Tidak!" "Tidak!"

Aku menyelip di sekitaran sisi mejanya.

"Aku pikir pergelangan tangan tersebut menimbulkan seluruh ketegangan, yang Mulia," ujarku. "Apakah kamu berharap mengambilnya keluar meja?"

Wajah Talaat yang mirip ogre mulai mengerut, ia melepaskan tangannya, membalikkan punggungnya dan mengeluarkan tawa mengerikan. Ia menikmati metode perlakuannya sehingga banyak yang diberikan olehnya pada setiap permintaanku.

Di waktu lain, aku datang ke ruanagnnya ketika dua pangeran Arab datang. Talaat bersikap serius dan bermartabat, dan menolak setiap tawaran yang dibuat olehku. "Tidak, aku tak ingin melakukan itu"; atau, "Tidak, aku tak memiliki gagasan tercerahkan dari melakukan itu," jawabnya. Aku lihat ia berniat untuk menekan para tamu pangerannya; untuk menunjukkan bahwa ia menjadi pria besar yang tak bersikap "teralihkan" pada dubes. Sehingga aku datang mendekat dan berbicara lebih senyap.

"Aku melihatmu berniat untuk membuat tekanan pada pangeran-pangeran tersebut," ujarku. "Kini jika itu dibutuhkan agar kami bersikap, melakukan ini dengan Dubes Austria—ia datang kesini menunggu untuk didatangi. Perkaraku terlalu penting untuk disepelekan."

Talaat tertawa. "Datanglah lagi sejam," ujarnya. Aku kembali; para pangeran Arab telah pergi, dan ia tak memiliki kesulitan untuk menghimpun materi-materi yang dimajukan olehku.

"Beberapa orang maju untuk memerintah Turki; kenapa tidak?" ujar Talaat sesekali padaku. Keadaan tersebut baru datang ketika itu. "Aku sangat tak sepakat," ia kemudian memberitahuku, "mengenai kegagalan Turki untuk menghimpun lembaga-lembaga demokrat. Aku mengharapkannya sesekali, aku aku bekerja keras untuknya—namun kami tak bersiap untuknya." Ia memandang pemerintah yang pria terhibur pertama yang dapat merebutnya, dan ia memutuskan untuk menjadi tokoh tersebut. Dari seluruh politikus turki yang ditemui olehku, aku memandang Talaat sebagai satu-satunya orang yang benar-benar memiliki kemampuan alami yang luar biasa. Ia memiliki unsur dan kekuatan besar, kemampuan untuk berpikir cepat dan akurat, dan nyaris menampakkan manusia super dalam motif-motif orang tersebut. Keramahan dan rasa humornya yang besar juga menjadikannya pengatur orang yang luar biasa. Ia menunjukkan kelihaiannya dalam sikap-sikap yang ia ambil, setelah pembunuhan Nazim, untuk meraih tangan atas dalam kekaisaran rentan tersebut. Ia tak merebut pemerintahan secara keseluruhan dalam sekejap. Ia melakukannya bertahap dengan merasakan caranya. Ia menyadari kelemahan jabatannya. Ia memiliki hal-hal yang berselaran dengan para rekannya dan komite revolusioner yang membekinginya, tentara, pemerintahan asing, dan banyak faksi yang menjadikannya selaras pada saat itu dengan opini masyarakat di Turki. Unsur-unsur apapun dapat menghancurkannya, secara politik dan fisik. Ia memahami marabahaya yang ia hadapi, dan ia selalu menghindari tindak pembunuhan. "Aku tak ingin mati di ranjangku," ujarnya kepadaku. Dengan menjadi Mendagri, Talaat memegang kendali atas polisi dan administrasi provinsi-provinsi, atau vilayet-vilayet. Hal ini memberikannya sejumlah besar perlindungan, yang dipakai olehnya untuk memperkuat kekuasaan Komite. Ia berupaay untuk memegang dukungan seluruh faksi berpengaruh dengan secara bertahap menempatkan para perwakilan mereka dalam jabatan-jabatan kabinet lainnya. Meskipun setelah itu ia menjadi orang yang utamanya bertanggung jawab atas pembantaian ratusan ribu orang Armenia, pada masa itu Talaat menyatakan junjungan agar Komite terdiri dari persatuan seluruh ras di kekaisaran tersebut, dan karena alasan tersebut kabinet pertamanya terdiri dari seorang Arab-Kristen, seorang Deunme (berkebangsaan Yahudi, namun beragama Islam, seorang Sirkasia, seorang Armenia, dan seorang Mesir.

Ia diangkat menjadi Wazir Agung, jabatan tertinggi dalam pemerintahan, sebuah jabatan yang setara dengan Kanselir di Kekaisaran Jerman. Orang-orang memilihnya untuk jabatan tersebut, yang pada waktu-waktu biasa sangat bermartabad dan penting i kekaisaran, sangat dekat dengan tatanan masyarakat berbeda dari Talaat. Bukan seperti bos-bos tak lazim di Amerika yang memilih tokoh-tokoh berkelas tinggi untuk walikota atau bahkan gubernur, orang tersebut akan diberi kehormatan pada faksinya. pada waktu yang sama, kita pikir mereka dapat pengendalian. Beberapa motif semacam itu yang membuat talaat dan para rekannya untuk mengangkat Saïd Halim ke Kewalirajaan. Saïd Halim adalah pangeran Mesir, sepupu Khedive Mesir, orang yang kaya akan budaya dan kekayaan. Ia lancar berbahasa Inggris dan Prancis seperti halnya bahasanya sendiri dan merupakan sosok kemasyarakatan di dunia. Namun, ia merupakan pria dengan kesombongan dan ambisi tak terbatas. Keinginan besarnya adalah menjadi Khedive Mesir, dan ini membuatnya mempercayakan keberuntungan politiknya kepada kelompok yang ketika itu berkuasa di Turki. Ia merupakan "kontributor kampanye" terberat, dan, sehingga, ia banyak mendanai Turki Muda dari masa-masa terawal mereka. Sebagai balasannya, mereka memberikannya jabatan tertinggi di kekaisaran, dengan memahami bahwa ia tak harus berupaya untuk memegang kekuasaan jabatan sebenarnya, namun mengisi dirinya dengan menikmati martabatnya.

Persiapan perang Jerman selama bertahun-tahun meliputi kajian kondisi dalam negeri di negara-negara lain. Bagian tak terpisahkan dari program kekaisaran telah memajukan keretakan yang timbul untuk memajukan skema-skema penjamahan dan penaklukannya. Para emisarisnya mengupayakannya di Prancis, Italia dan bahkan Amerika Serikat, dan kesuksesan mereka di Rusia sangat mengubah tatanan perang. Secara jelas keadaan semacam itu yang mentonjolkan Turki di 1913 dan 1914 memberikan kesempatan ideal untuk manipulasi dari jenis tersebut. Dan Jerman memiliki kemajuan besar di Turki yang tak menandingi unsur di negara lainnya. Talaat dan para rekannya membutuhkan Jerman nyaris seburuk Jerman membutuhkan Talaat. Mereka sama-sama membarukan usaha yang mengatur kekaisaran. Keuangan mereka surut, angkatan darat dan laut mereka nyaris rapuh, musuh-musuh mereka berupaya untuk menekan mereka ke dalam negeri, dan kekuatan-kekuatan besar menganggap mereka sebagai para petualang kumuh yang karirnya berlangsung singkat. Tanpa dukungan kekuatan dari sumber lain, ini memberikan pertanyaan soal berapa lama rezim baru tersebut dapat bertahan. Talaat dan Komitenya membutuhkan beberapa kekuatan asing untuk menghimpun AD dan AL, mendanai negara, membantu mereka merekonstruksi sistem industrial mereka, dan untuk melindungi mereka melawan pengeroyokan negara-negara di sekelilingnya. Menghiraukan selayaknya mereka adalah alat negara asing, mereka membutuhkan penasehat terampil untuk mempiloti mereka melalui seluruh kanal intrik internasional. Dimana pelindung semacam itu didapatkan? Buktinya hanya satu kekuatan Eropa besar yang dapat memegang tugas tersebut. Bagaimanakah seharusnya? Sepuluh tahun sebelum Turki secara alami menghadapi Inggris. Namun kini Turki memandang Inggris sebagai negara yang merebut Mesir dan gagal melindungi Turki dari perpecahan usai perang Balkan. Bersama dengan Rusia, Britania Raya yang kini menguasai Persia dan sehingga menancapkan ancaman mutlak—setidaknya ketika Turki percaya—melawan kekuasaan-kekuasaan Asiatik mereka. Inggris secara bertahap menarik investasinya dari Turki, negarawan Inggris meyakini bahwa tugas memundurkan Turki dari Eropa nyaris selesai, dan seluruh kebijakan Timur Dekat Britania Raya digantungkan dengan mengutamakan organisasi Balkan seperti halnya yang diatur lewat Traktat Bucharest—sebuah traktat yang ditolak oleh Turki untuk memandangnya sebagai pengajuan dan memutuskan untuk berbalik. Secara keseluruhan, Turki mengkhawatirkan Rusia pada 1914, tepat ketika mereka mengkhawatirkannya bahkan sejak masa Petrus Agung. Rusia merupakan musuh bebuyutan, negara yang memberikan kemerdekaan pada Bulgaria dan Rumania, yang paling aktif dalam memecah belah Kekaisaran Utsmaniyah, dan yang menganggap dirinya sendiri sebagai kekuatan yang secara mutlak untuk merebut Konstantinopel. Kekhawatiran Rusia, yang tak dapat banyak aku jelaskan, adalah satu faktor yang, melebihi segala hal lainnya, memaksa Turki menyerahkan diri pada Jerman. Selama lebih dari separuh abad, Turki memandang Inggris sebagai penjaga keamanan terbaiknya melawan agresi Rusia, dan kini Inggris menjadi sekutu Rusia. Bahkan kemudian terdapat kepercayaan umum, yang diyakini para pemimpin Turki, bahwa Inggris sepenuhnya berkehendak agar Rusia harus merebut Konstantinopel dan Dardanelles.

Melalui Rusia, pada 1914, tanpa melakukan persiapan apapun, setidaknya secara terbuka, fakta bahwa negara tersebut mengerumuti Turki di arah lain yang membuatnya tak memungkinkan membuat Talaat dan Enver harus melirik arahnya. Italia merebut provinsi Turki terakhir di Afrika, Tripoli, pada masa itu, merebut Rhodes dan pulau Turki lain, dan dikenal karena rencana yang sangat agresif di Asia Kecil. Prancis menjadi sekutu Rusia dan Britania Raya, dan juga meluaskan pengaruhnya di Suriah. Sehingga, Prancis membuat rencana besar terhadap provinsi tersebut untuk "pemjamahan" jalur rel, koloni dan konsesi. Persamaan pribadi memainkan bagian penting dalam drama yang terjadi. para dubes Tiga Entente nyaris tak menyembunyikan kejijikan mereka terhadap para politikus Turki dominan dan metode mereka. Sir Louis Mallet, Dubes inggris, adalah pria Inggris berpikiran tinggi dan perhitungan. Bompard, Dubes Prancis, merupakan pria yang nyaris selaras, dan keduanya secara pribadi dipecat karena ikut serta dalam intrik pembunuhan yang ketika itu menimpa politik Turki. Giers, Dubes Rusia, adalah diplomat yang berbangga dan pencemooh dari rezim aristokratik lama. Ia sangat cerdik, namun ia memandang buruk Turki Muda, yang nyaris memanifestasikan kepentingan kepemilikan di negara tersebut, dan nampak padaku memegang kendali atas pemerintahan yang dibenci tersebut. Tiga dubes Entente tersebut sangat nampak tak menghormati rezim Talaat dan Enver secara permanen, atau setidaknya menghargai mereka ketika bertumbuh. Banyak faksi bangkit dan jatuh dalam enam tahun terakhir yang kami ketahui, mereka nampaknya meyakini bahwa perampasan kekuasaan ini akan terjadi dalam hitungan bulan.

Namun terdapat seorang pria aktif di Turki yang ketika itu tak memiliki perasaan baik soal pemakaian badan semacam itu paling disediakan untuk menaungi keperluan tersebut. Wangenheim secara jelas berujar, apa yang para koleganya rasakan, bahwa orang-orang tersebut tetap bersikukuh atas kekuasaan mereka di Turki, dan bahwa mereka memandang beberapa kekuatan yang akan mengakui jabatan mereka dan mendorong mereka dalam mengutamakannya. Dalam rangka agar mereka dapat benar-benar memahami keadaannya, mereka membawa diri mereka sendiri, pada suatu kesempatan, ke sebuah negara yang dekat dengan kami ketimbang Turki. Pada 1913, Victoriano Huerta dan konspirator sejawatnya meraih kekuasaan atas Meksiko dengan cara seperti orang-orang yang memberikan kekuasaan tertinggi kepada Talaat dan Komitenya di Turki. Ketika itu Huerta membunuh Madero, seperti halnya Turki Muda membunuh Nazim, dan di kedua negara tersebut, pembunuhan menjadi senjata politik biasa. Huerta mengendalikan Kongres Meksiko dan jabatan-jabatannya seperti halnya Talaat mengendalikan Parlemen Turki dan jabatan-jabatan utama negara. Meksiko di bawah kekuasaan Huerta merupakan negara yang miskin, dengan masalah keuangan, industri dan pertanian, seperti halnya Turki di bawah kekuasaan Talaat. Bagaimana Huerta meraih jabatannya sendiri dan memulihkan negaranya yang kacau? Hanya ada satu cara, setidaknya—dengan mengumpulkan dukungan kekuatan asing yang kuat. Ia berulang kali mengupayakan pengakuan dari Amerika Serikat untuk alasan ini. Ketika mereka enggan bersepakat dengan pembunuh, Huerta melirik ke Jerman. Kemudian, mereka terkejutdengan tanggapan Kaiser. ia dapat merombak keuangan Meksiko, membangun ulang jalur rel, mendirikan ulang industrinya, memodernisasi tentaranya, dan dalam cara ini memberikan pegangan pada negara tersebut agar meraih peluangnya.

Hanya satu hal yang mencegah Jerman dari melakukan hal ini—Doktrin Monroe. Namun tidak ada Doktrin Monroe di Turki, dan apa yang aku sebutkan sebagai kemungkinan di Meksiko adalah seluruh unsur gambaran akurat dari apa yang terjadi di Kekaisaran Utsmaniyah. Ketika aku melirik lagi keadaan tersebut, seluruh hal nampak sangat jelas, sangat sederhana, sangat tak terhindarkan. Pada masa itu, Jerman merupakan satu-satunya kekuatan besar di Eropa yang tak menerima wilayah besar dari wilayah Turki, sebuah fakta yang memberikannya pergerakan awal. Perwakilan Jerman di Konstantinopel lebih terkualifikasi ketimbang orang-orang dari negara lainnya, tak sekadar ketiadaan pergesekan, namun juga pengetahuan dan keterampilan, untuk menangani keadaan tersebut. Wangenheim bukanlah satu-satunya orang Jerman yang ketika itu menjadi landasannya. Pejabat Pan-Jerman paling berpengaruh adalah Paul Weitz, yang mewakilkan Frankfurter Zeitung di Turki selama tiga puluh tahun. Weitz memiliki hubungan yang sangat dekat dengan Turki dan kepentingan Turki. Tak adahal yang disembunyikan yang tak ia berikan. Ia menjalin kedekatan, perjanjian, nasehat dan pemberitahuan kepada Wangenheim. Atase AL Jerman, Humann, putra arkeolog Jerman terkenal, lahir di Smyrna, dan menjalani seluruh masa hidupnya di Turki. Ia tak hanya dapat berbicara dalam bahasa Turki, namun ia juga dapat berpikir selayaknya orang Turki, dan seluruh psikologi orang menjadi bagian dari alat mentalnya. Selain itu, Enver, salah satu dari dua pemimpin Turki utama, berteman dengan Humann. Ketika aku memikirkan pengalaman ketiga orang tersebut, Wangenheim, Weitz, dan Humann, dan orang-orang terhormat dan tersohor yang berseberangan dengan mereka, Mallet, Bompard, dan Giers, peristiwa-peristiwa yang kini dengan cepat menyusul nampak tak terhindarkan seperti halnya proses tatanan alamnya. Pada musim semi 1914, Talaat dan Enver, mewakili Komite Persatuan dan Kemajuan, menguasai Kekaisaran Turki. Selama memikirkan kemunculan perang, Wangenheim memiliki satu keperluan tak terhindarkan: untuk mengendalikan Talaat dan Enver.

Pada awal Januari 1914, Enver menjadi Menteri Perang. Pada masa itu, Enver berusia tiga puluh dua tahun. Seperti seluruh politikus Turki utama pada masa itu, ia berasal dari latar belakang yang sederhana dan gelar terkenalnya, "Pahlawan Revolusi," menunjukkan kenapa Talaat dan Komite memilihnya menjadi Menteri Perang. Enver menerima beberapa reputasi militer, meskipun, sepanjang yang aku dapat temukan, ia tak pernah mencapai kesuksesan militer besar. Ia menjadi salah satu pemimpin revolusi pada 1908 dan mengorbankan sangat sedikit nyawa manusia. Ia mengkomandani tentara di Tripoli melawan Italia pada 1912—namun tidaklah setara dengan Napoleon dalam kampanye tersebut. Enver sendiri sempat berkata kepadaku bagaimana ia menjalani sepanjang malam pada Perang Balkan Kedua memimpin pasukannya untuk merebut Adrianopel, dan bagaimana, ketika ia datang, orang-orang Bulgaria meninggalkannya dan kemenangannya tidaklah berdarah. Namun, Enver memiliki satu cara yang membuat kesuksesan terhadap negara kacau seperti halnya Turki—dan itu adalah kenekatan. Ia dengan cepat membuat keputusan, selalu siap untuk menghadapi masa depannya dan kehidupannya atas kesuksesan petualangan tunggal. Dari permulaan, karirnya telah menjadi sebuah krisis keberuntungan pada orang lain. Sifatnya tak dapat diatur, tak kenal malu, berkeputusan berdarah dingin, dengan wajah tampan bersihnya, tubuhnya kecil namun tegap, dan perilaku menggembirakannya tak memberikan indikasi. Melalui semangatnya, ambisi pribadinya menggerakkannya. Para temannya umum menyebutnya sebagai "Napoleonlik"—Napoleon kecil—dan julukan ini benar-benar mewakili keputusan yang ditawarkan Enver. Aku ingat satu malam duduk dengan Enver, di rumahnya; di satu sudut tergantung gambar Napoleon; di sudut lainnya Frederick Agung; dan di antara keduanya terduduk Enver sendiri! Fakta ini memberikan beberapa penjelasan dari kesombongannya. Dua prajurit dan negarawan tersebut adalah pahlawan besarnya dan aku meyakini bahwa Enver memikirkan nasib memiliki karir yang terjadi padanya seperti halnya mereka. Pada usia dua puluh enam tahun, fakta menyatakan bahwa ia memegang bagian utama dalam revolusi yang menggulingkan Abdul Hamid, yang secara alami menyebabkannya membandingkan dirinya dengan Bonaparte; beberapa kali ia berkata kepadaku bahwa ia meyakini dirinya sebagai "pria takdir." Enver bahwa meyakini bahwa ia berencana untuk mendirikan kembali kejayaan Turki dan membuat dirinya menjadi diktator besar. Sehingga ketika aku menasehat, terdapat beberapa hal yang nyaris halus dan feminine dalam penampilan Enver. Ia merupakan jenis yang di Amerika terkadang kami sebut idola matinée, dan kata wanita sering dipakai untuk menyebutkan "kehalusannya." Wajahnya tak memiliki satupun kerut atau garis. Ini menutupi emosi atau pikirannya. Ia selalu diam, kokoh, tak tergoyahkan Enver terkadang memakai Napoleon sebagai bukti bahwa ia berencana untuk meraih kekuasaan tertinggi, agar ia menyekutukan keberuntungan pribadinya dengan Jerman. Selama bertahun-tahun, ia bersimpati terhadap Kaiser. Jerman, AD dan AL Jerman, bahasa Jerman dan sistem otokrat Jerman memberikan dampak besar pada ceramah kepemudaan soal demokrasi Turki. Setelah Hamid lengser, Enver mendatangkan misi militer ke Berlin, dan disana, Kaiser langsung memberikannya alat yang memungkinkan untuk mengerjakan perencanaannya di dunia Timur, menanamkannya dengan sejumlah cara. Setelah itu, Enver menjalani waktu pentingnya di Berlin sebagai atase militer, dan pengalaman ini masih terus mengungkitnya pada Jerman. Orang yang kembali ke Konstantinopel nyaris kebanyakan adalah Jerman ketimbang Turki. Ia mempelajar bahasa Jerman. Ia bahkan mengenakan kumis yang dipelintir di bagian ujung. Sehingga, ai sepenuhnya mengalami Prusianisme. Ketika Enver menjadi Menteri Perang, Wangenheim bersikap datar dan membujuk pria muda tersebut, agar memainkan ambisinya, dan mungkin menjanjikan dukungan penuh Jerman dalam mencapainya. Dalam perbincangan pribadinya, Enver tak merahasiakan niatnya untuk Jerman.

Sehingga, pengangkatan Enver pada Kementerian Perang secara tak langsung menjadi kemenangan Jerman. Ia langsung melakukan perombakan penuh. Enver berkata kepadaku bahwa ia sendiri menerima jabatan tersebut hanya pada kondisi agar mereka seharusnya memiliki tangan bebas, dan tangan bebas ini yang kini ia pakai untuk membuat keputusan. Ketentaraan masih terdiri dari sejumlah besar perwira, banyak diantaranya merupakan partisan Nazim yang dibunuh dan mendukung rezim lama ketimbang Turki Muda, Enver mengerahkan 268 orang diantaranya, dan menempatkan mereka pada orang-orang Turki yang dikenal sebagai pria "U. dan P.", dan banyak orang Jerman. Kelompok Enver-Talaat selalu mengkhawatirkan revolusi yang akan menggulingkan mereka karena mereka menggulingkan pendahulunya. Beberapa kali mereka berkata kepadaku bahwa kesuksesan mereka sendiri sebagai revolusionis telah mengajarkan mereka bagaimana dengan mudahnya beberapa orang dapat merebut kendali atas negara tersebut. Mereka berujar, mereka tak berencana memiliki kelompok kecil dalam tentara mereka menghimpun kudeta semacam itu melawan mereka. Ketonjolan sikap Enver bahkan memperingatkan Talaat, namun Enver menunjukkan ketentuan karakternya dan enggan melakukan lagi tindakannya, melalui salah satu perwira yang lepas tugas yakni Chukri Pasha, yang mempertahankan Adrianopel dalam perang Balkan. Enver mengeluarkan edaran kepada para panglima Turki, yang memberitahukan mereka bahwa mereka hanya harus menghadap kepadanya untuk permohonan dan bahwa mereka tak dapat menaungi dengan memainkan politik dengan kelompok apapun kecuali dengan yang dikuasai oleh Turki Muda.

Sehingga, tindakan-tindakan pertama Enver adalah permulaan dalam Prusifikasi tentara Turki, namun Talaat bukanlah penggemar Jerman seperti rekannya. Ia tak memiliki niat memainkan permainan Jerman. Ia biasanya bekerja untuk Komite dan untuk dirinya sendiri. Namun, ia tak dapat meneruskannya tanpa ia memiliki kendali atas ketentaraan. Sehingga, ia mengangkat Enver, rekan dekatnya selama bertahun-tahun dalam politik "U. dan P.", Menteri Perang. Lagi-lagi, ia membutuhkan pasukan yang kuat jika ia memiliki semuanya, dan sehingga ia beralih ke satu sumber di tempat ia daapt menemukan bantuan, ke Jerman. Wangenheim dan Talaat, pada paruh akhir 1913, memutuskan agar Kaiser harus mengirim misi militer untuk merombak pasukan Turki. Talaat berkata kepadaku bahwa, dengan menyerukan misi tersebut, ia memakai Jerman, meskipun Jerman berpikir bahwa Jerman menggunakan Talaat. Terdapat bahaya dalam pergerakan yang ia pahami. Seorang deputi yang membahas keadaan ini dengan Talaat pada Januari 1914, telah memberikanku memorandum perbincangan yang menunjukkan apa yang bergerak pada pikiran Talaat.

"Kenapa kamu menyerahkan penanganan negara kepada Jerman?" tanya deputi tersebut, merujuk kepada misi militer Jerman. "Jangan-jangan kau pandang bahwa ini adalah bagian dari rencana Jerman untuk membuat Turki menjadi koloni Jerman—apakah kita harus menjadi Mesir lainnya?"

"Kami sangat memhaminya," jawab Talaat, "bahwa itu adalah program Jerman. Kami juga tahu bahwa mereka tak dapat menempatkan negara ini pada kaki mereka dengan sumber daya mereka sendiri. Sehingga, kami harus mengambil pergerakan bantuan teknikal dan material semacam itu seperti Jerman dapat menempatkan bagian mereka. Kami harus memakai Jerman untuk membantu kami merekonstruksi dan mempertahankan negara sampai kami dapat memerintah sendiri dengan kekuatan kami sendiri. Ketika hari itu datang, kami dapat berucap selamat tinggal pada Jerman dalam dua puluh empat jam."

Terkadang, kondisi fisik tentara Turki bertentangan dengan kebutuhan bantuan dari beberapa sumber. Citra ini timbul, sebelum Jerman datang, aku selalu menganggapnya menggambarkan kondisi seluruh kekaisaran. Ketika aku mengeluarkan undangan-undangan untuk penyambutan perdanaku, sejumlah besar pejabat Turki meminta untuk diijinkan datang dengan busana biasa. Mereka berkata bahwa mereka tak memiliki seragam dan uang untuk membeli atau menyewanya. Mereka tak menerima gaji selama tiga setengah bulan. Sebagai Wazir Agung, yang mengatur tingkah laku semacam itu, masih mewajibkan seragam lengkap, banyak perwira masih absen. Pada sekitaran waktu yang sama, misi Jerman baru membujuk panglima korps AD kedua untuk mengumpulkan pasukannya, namun panglima tersebut menjawab bahwa ia tak dapat melakukannya karena pasukannya tak memiliki sepatu!

Penghirauan dan pengacuhan yang dilakukan Talaat kemudian terlihat pada diriku sendiri, aku masih berpikir bahwa setidaknya ia saat itu bukanlah alat kehendak Jerman. Sebuah peristiwa yang melibatkan diriku menimbulkan pandangan ini. Dalam menjelaskan hubungan kekuatan-kekuatan besar dengan Turki, aku berkata tidak ada yang mengenai Amerika Serikat. Pada kenyataannya, mereka tak memiliki hubungan bisnis penting pada masa itu. Turki menganggap kami sebagai negara idealis dan altruis, dan kenyataan bahwa kami menjalankan jutaan pembangunan lembaga pendidikan menakjubkan di negara kami murni dari motif kedermawanan yang mengembangkan keheranan dan mungkin kekaguman mereka. Mereka seperti orang-orang Amerika dan menganggap kami hanya seperti teman yang tak saling berpengertian yang mereka miliki di antara bangsa-bangsa. Namun, kepentingan kami di Turki bersifat kecil. Standard Oil Company mengembangkan usaha, Singer Company menjual mesin-mesin penyemaian kepada orang-orang Armenia dan Yunani. Kami menjalin kesepakatan baik terhadap tembakau, ara dan permadani mereka, dan mengumpulkan akar licorice mereka. Selain kegiatan tersebut, para misionaris dan pakar pendidikan nyaris hanya menjalin kontak dengan Kekaisaran Turki. Orang-orang Turki mengetahui bahwa kami tak ingin berpisah dengan negara mereka atau campur tangan dalam politik Balkan. Kenyataan bahwa negaraku sangat tak berkepentingan mungkin alasan kenapa Talaat membahas perkara-perkata Turki secara bebas denganku. Sepanjang perbincangan tersebut, aku sering menyatakan keinginanku untuk melayani mereka, dan Talaat beserta anggota Kabinet lainnya terbiasa berkonsultasi kepadaku mengenai hal-hal bisnis. Tak lama usai kedayanganku, aku membuat pidato di Dewan Perdagangan Amerika di Konstantinopel. Talaat, Djemal, dan pemimpin penting lainnya hadir. Aku berbincang mengenai keadaan ekonomi Turki di balik layar dan meminta mereka untuk tak menghiraukannya. Aku menyatakan kondisi Amerika Serikat setelah Perang Saudara dan menekankan bahwa negara-negara bagian selatan mengalami peningkatan seperti Turki pada masa sekarang. Aku kemudian mengaitkan bagaimana mereka melakukan pekerjaaan, mengembangkan sumber daya kami, dan membangun negara saat ini. Pernyataanku nampaknya membuat penekanan mendalam, khususnya pernyataanku setelah Perang Saudara, Amerika Serikat menjadi peminjam besar daalam pasar uang asing dan mengundang imigrasi dari seluruh belahan dunia.

Pernyataanku nampaknya memberikan gagasan baru kepada Talaat. Amerika Serikat tak mungkin menghimpun dirinya dengan dukungan material yang ia minta di Eropa. Aku meminta agar pakar keuangan Amerika harus dikirim untuk mempelajar keuangan Turki dan hubungannya yang aku nyatakan kepada Tuan Henry Bruère, dari New York—sebuah permintaan yang menerima sambutan baik dari turki. Pada masa itu, kebutuhan terbesar Turki adalah uang. Prancis mendanai Turki selama bertahun-tahun, dan para bankir Prancis, pada musim semi 1914, bernegosiasi untuk peminjaman besar lainnya. Meskipun Jerman membuat beberapa peminjaman, kondisi pasar uang Berlin pada masa itu tak mendukung Turki untuk memberikan banyak bantuan dari sumber itu.

Pada akhir Desember 1913, Bustány Effendi—seorang Kristen Arab, dan Menteri Perdagangan dan Pertanian, yang lancar berbahasa Inggris (ia menjadi komisioner Turki untuk Pameran Dunia Chicago pada 1893)—memanggil dan memilihku pada pertanyaan terhadap peminjaman Amerika. Bustány memohon agar ahli keuangan Amerika mengambil seluruh penugasan perombakan keuangan Turki. Permohonannya benar-benar membuat tangis dan sangat menyentuhku. Ketika aku menulis dalam buku harianku pada masa itu, "Mereka nampak mengharapkan kotak untuk uang." Namun aku baru berada di Turki selama enam pekan, dan aku tak memiliki informasi yang dapat aku rekomendasikan untuk kontrak besar semacam itu pada para bankir Amerika. Aku memberitahu Bustány bahwa nasehatnya tak akan membawa banyak beban di Amerika Serikat tanpa berbasis pada pengetahuan kondisi ekonomi lengkap di Turki. Talaat mendatangiku pada beberapa hari kemudian, mendorongku agar aku melakukan perjalanan keliling di sepanjang belahan kekaisaran dan mempelajari keadaan di tangan pertama. Ia berkata bahwa aku tak dapat melakukannya sementara peminjaman temporer kecil untuk mendatangkan mereka bersifat sementara. Ia berkata bahwa disana tidak ada uang dalam Perbendaharaan Turki. Aku hanya dapat memberikan mereka sejumlah $5.000.000, yang akan menolong mereka. Aku berkata kepada Talaat bahwa aku akan berupaya untuk meningkatkan jumlahnya untuk mereka, dan bahwa aku akan memberikan saran dan memeriksa Kekaisarannya dengan gagasan memungkinkan dari para investor Amerika berkepentingan. Setelah menerima perhatian dari Kemenlu, aku menulis kepada keponakan dan rekan kerjaku, Tuan Robert E. Simon, membujuknya untuk meminta kepada lembaga-lembaga dan bankir-bankir New York tertentu untuk membuat peminjaman kolateral jangka pendek pada Turki. Penyelidikan Tuan Simon kemudian menyatakan bahwa peminjaman Turki tak nampak dianggap sebagai pengambilan usaha atraktif di New York. Namun, Tuan Simon menyatakan bahwa Tuan C. K. G. Billings menunjukkan peminatan besar akan gagasan tersebut, dan bahwa, jika aku menginginkannya, Tuan Billings akan datang ke yacht milikku dan membahas materi tersebut dengan Kabinet Turki dan denganku. Selama berhari-hari, Tuan Billings mulai menuju ke Konstantinopel.

Kabar kesepakatanTtuan Billings menyebar sangat cepat ke seluruh belahan ibukota Turki. Fakta bahwa ia datang dengan yacht pribadi miliknya sendiri nampak menampilkan kepentingan dan kemewahan dari peristiwa tersebut. Jutawan Amerika besar tersebut bersiap untuk membelakukan Perbendaharaan Turki dan bahwa dukungan ini merupakan langkah dini dalam perombakan keuangan Turki oleh para kapitalis Amerika, menimbulkan perasaan terguncang pada kedubes-kedubes asing. Sehingga, dengan sangat cepat informasi tersebut menyebar, bahwa aku mendakwa bahwa Kabinet Turki tak mengambil resiko-resiko tertentu untuk menjaga kerahasiaannya. Dakwaan ini diperkuat oleh kunjungan yang aku raih dari Kepala Rabi Nahoum, yang memberitahuku bahwa ia telah datang atas permintaan Talaat.

"Terdapat rumor," ujar Kepala Rabi, "bahwa Amerika nyaris membuat peminjaman kepada Turki. Talaat akan sangat memohon jika kami tak akan menentangnya."

Wangenheim menyimpan kepentingan yang nyaris besar: gagasan Amerika mendatangkan bantuan keuangan Turki tak sesuai dengan rencanaku secara keseluruhannya, karena pada pandanganku, kemiskinan Turki utamanya dihargai sebagai alat menegakkan kekaisaran di tangan Jerman. Pada suatu hari, aku menunjukkan sebuah buku kepada Wangenheim yang berisi gambar-gambar rumah, lukisan dan kuda karya Tuan Billings. Ia menunjukkan peminatan besar, tak hanya pada kuda-kuda—Wangenheim yang terkadang menjadi pengendara kudanya sendiri—namun dalam bukti kekayaan besar ini. Selama berhari-hari kemudian, beberapa dubes dan menteri mendatangi kantorku, masing-masing menanyai akan isi buku tersebut! Ketika waktu itu disertai dengan kedatangan Tuan Billings, Talaat mulai membuat rencana kerjasama untuk menghiburnya. Ia menasehatiku agar kami harus diundang ke makan malam, makan siang dan resepsi yang direncanakan. Seperti biasa, Wangenheim ikut menyertainya. Ia tak dapat datang ke makan malam yang kami rencanakan dan membujukku untuk mendatangkannya untuk makan siang, dan dalam cara ini, aku mempertemukan Tuan Billings selama beberapa jam dengan diplomat lainnya. Tuan Billings berkata kepadanya bahwa ia meminati Turki dan sepertinya ia akan membuat peminjaman.

Pada sore harinya, kami mengadakan pesta makan malam dengan Billings, seluruh anggota penting Kabinet Turki hadir. Sebelum makan malam , Talaat, Tuan Billings, dan aku sendiri berbicara panjang tentang peminjaman. Talaat memberitahu kami bahwa para bankir Prancis menerima keputusan kami pada hari itu, dan sehingga kami tak akan membutuhkan uang Amerika pada masa itu. Ia sangat menyambut dan menghargai Tuan Billings, dan menyatakan rasa terima kasihnya. Sehingga, ia bersikap baik, karena kedatangan Tuan Billings membolehkan Turki setidaknya untuk mengadakan negosiasi dengan para bankir Prancis. Upayanya untuk menyatakan apresiasinya memiliki suatu perwujudan. Enver, pria kedua dalam Kbainet, merayakan pernikahannya ketika Tuan Billings datang. Perjuangan yang dibuat oleh Enver di dunia Turki terbukti dari fakta bahwa, meskipun Enver, seperti yang telah aku katakan, menjalani kehidupan sederhana, mempelainya adalah putri Wangsa Kekaisaran Turki. Perkawinan Turki merupakan acara menonjol, yang berlangsung dua atau tiga hari. Sehari setelah makan malam Kedubes, Talaat mengadakan pesta makan siang untuk Billings di Cercle d'Orient, dan ia meminta agar Enver harus meninggalkan acara perkawinannya sepanjang menunaikan tugasnya. Sehingga, Enver datang ke makan siang tersebut, duduk sepanjang seluruh pidato, dan kemudian kembali ke pesta mempelainya.

Aku menduga bahwa Talaat tak menghargai Billings ketika kunjungannya berakhir. Ketika aku melihat lagi transaksi ini, aku dengan jelas melihat bahwa ia ingin membebaskan negaranya, dan bahwa kemungkinan bahwa Amerika Serikat akan membantunya dalam menunjukkan penyelamatan yang timbul dalam pikiranku. Ia seringkali menyebutku Tuan "Beelings," sebagaimana ia menyebutnya, dan bahkan setelah Turki memutus hubungan dengan Prancis dan Inggris, dan bergantung pada Jerman untuk uang, pikiranku masih terpincut pada kunjungan Tuan Billings. Ia mungkin memikirkan negara kami sebagai surga keuangan setelah ia memajukan rencananya mengusir orang Jerman. Aku menganggap bahwa kemungkinan bantuan Amerika membuatnya, pada hari-hari perang, melakukan banyak hal bagiku agar ia tak akan melakukan hal lain. "Ingatkan aku kepada Tuan Beelings" adalah nyaris kata-kata terakhir yang ia katakan kepadaku ketika aku meninggalkan Konstantinopel. Kunjungan ke yacht ini, meskipun kurang unsur-unsur komedi tertentu pada masa itu, aku benar-benar yakin menyelamatkan banyak nyawa dari kelaparan dan pembantaian.