Cerita Dubes Morgenthau/Bab 8
BAB VIII
CONTOH KLASIK PROPAGANDA JERMAN
Pada Agustus dan September, Jerman tak memiliki niat untuk mempersiapkan Turki ikut langsung perang. karena aku ketika itu memiliki niat mendalam dalam kesejahteraan rakyat Turki dan dalam mengutamakan perdamaian, aku menghubungi Washington dengan menyatakan bahwa jika aku memakai pengaruhku untuk mempertahankan Turki agar tetap netral. Aku menerima jawaban bahwa aku dapat melakukannya dengan bersedia agar aku menghimpun para perwakilanku secara tak resmi dan murni atas dasar kemanusiaan. Seperti para dubes Inggris dan Prancis yang menyupayakan segala usaha mereka untuk mempertahankan Turki keluar dari perang, aku mengetahui bahwa campur tanganku dalam kepentingan yang sama tak akan mengecewakan Pemerintah Inggris. Namun, Jerman tak memperdulikan campur tangan apapun pada pihak apapun sebagai tindakan tak netral, dan aku bertanya kepada Wangenheim jika akan ada pertentangan apapun dari sumber tersebut.
Jawabannya mengejutkanku, usai aku menyorotinya tak lama setelah itu. "Tak semuanya," ujarnya. "Jerman ingin, di atas semuanya, agar Turki harus tetap netral."
Tak diragukan, kebijakan Turki pada kesempatan tersebut sepenuhnya selaras dengan rencana-rencana Jerman. Wangenheim makin meningkatkan kebangkitannya atas Kabinet Turki, dan Turki kemudian mendorong langkah yang terbaik untuk mendorong tujuan-tujuan Jerman. Kebijakannya mempertahankan Entente menggantu. Tak pernah diketahui dari hari ke hari Turki berpihak, apakah negara tersebut masih akan tetap netral atau ikut perang pada pihak Jerman. Karena sikap Turki sangat tak jelas, Turki memutuskan untuk mengerahkan pasukan besar di Kaukasus, Inggris memutuskan untuk memperkuat pasukannya di Mesir dan India, dan menghimpun armada di hulu Dardanelles. Semua itu bekerja selaras dengan rencana-rencana Jerman, karena pengerahan pasukan sangat memperkuat Inggris dan Rusia pada front tempur Eropa. Aku kini berbicara pada masa itu hanya kepada Marne, kala Jerman berniat untuk mengalahkan Prancis dan Rusia dengan bantuan sekutunya, Austria, dan sehingga meraih kemenangan yang akan membolehkannya untuk mengatur masa depan Eropa. Turki pada masa itu seharusnya benar-benar mengadakan operasi-operasi militer, ia dapat melakukannya tak lebih dari membawa kemenangannya kala negara tersebut kini melakukannya, dengan menjaga pasukan Rusia dan Inggris jauh dari front-front paling penting. Namun, Turki seharusnya memenangkan kemenangan mudah dengan bantuan Turki. Negara tersebut dapat menemukan sekutu barunya. Turki akan menuntut ganti rugi dan negara tersebut tak akan semudah itu mengambil tawaran-tawarannya, yang nampaknya meliputi kekuasaan penuh atas Mesir dan mungkin pengembalian wilayah-wilayah Balkan. Tindakan semacam itu akan diinterferensi dengan rencana-rencana Kaiser. Sehingga, ia tak memiliki kepentingan dalam membuat Turki menjadi sekutu aktif, kecuali dalam peristiwa yang tak dengan cepat memenangkan kemenangan terantisipasinya. Namun jika Rusia membuat perjuangan besar melawan Austria, kemudian aliansi aktif Turki akan memiliki nilai yang besar, khususnya jika keterlibatannya seharusnya semasa dengan menjadikan Bulgaria dan Rumania sebagai sekutu. Sementara itu, Wangenheim memainkan permainan menunggu, membuat Turki menjadi sekutu Jerman potensial, memperkuat AD dan AL-nya, dan bersiap untuk memakainya, kala kesempatan tersebut datang dengan memakainya untuk kemajuan terbaik. Jika Jerman tak dapat memenangkan perang tanpa bantuan Turki, Jerman bersiap untuk mengambilnya sebagai sekutu. Jika negara tersebut dapat menang tanpa Turki, kemudian negara tersebut tak akan membayar Turki untuk kerjasamanya. Karena itu, sifat sensitif mempertahankannya bersiap dalam kasus pasukan Turki menjadi kekhususan pada kesuksesan Jerman.
Duel yang kini terjadi antara Jerman dan Entente untuk pemanfaatan Turki adalah hal yang sangat tak setara. Fakta bahwa Jerman memenangkan kemenangan kala negara tersebut menyeludupkan Goeben dan Breslau ke Laut Marmora. Para dubes Inggris, Prancis, dan Rusia sangat memahaminya, dan mereka mengetahui bahwa mereka tak dapat memakai Turki sebagai sekutu aktif Entente. Mereka mungkin tak ingin melakukannya, namun mereka berharap agar negara tersebut dapat tetap netral. Pada akhirnya, mereka kini mengerahkan segala upaya mereka. "Anda telah menimbulkan perang," ujar mereka kepada Talaat dan Enver. "Anda terlibat dua perang dalam empat tahun terakhir; kau akan meruntuhkan negaramu secara mutlak jika kamu terlibat dalam yang satu ini." Entente hanya memiliki satu kemungkinan untuk menawarkan Turki untuk kenetralannya, dan ini merupakan tawaran untuk menjaga integritas Kekaisaran Utsmaniyah. Para dubes Entente menunjukkan keinginan besar mereka untuk menjaga Turki keluar dari perang dengan penekanan mereka kepada pers untuk membatasi kasus mereka melawan Breslau dan Goeben. Mereka benar-benar berulang kali menentang keberadaan berkelanjutan dari kapal-kapal tersebut, namun setiap kali para perwira Turki menyatakan bahwa kapal-kapal tersebut adalah kapal-kapal Turki.
"Jika itu demikian," ujar Sir Louis Mallet, dan argumennya tak tergoyahkan, "kenapa tidak kau keluarkan para perwira dan kru Jerman?" itu adalah tujuannya, jawab Wazir Agung. Para kru Turki yang mengirim pasukan ke kapal-kapal yang dibangun di Inggris, ujarnya, dipulangkan ke Turki dan mereka akan mengambil Goeben dan Breslau kala mereka sampai ke Konstantinopel. Namun berhari-hari dan berpekan-pekan kedatangannya. Para kru tersebut kembali, dan Jerman masih mengawaki dan mengurusi kapal-kapal penjelajah tersebut. Pembekingan dan pengisian secara alami tak menyenangkan jawatan-jawatan asing Inggris dan Prancis. Keberadaan Goeben dan Breslau menjadi casus belli, namun para dubes Entente tak menuntut paspor mereka, karena tindakan tersebut akan makin memicu krisis yang mereka tujuan untuk ditunda, dan, jika memungkinkan, untuk menghindari keterlibatan Turki menjadi sekutu Jerman. Secara tak menggembirakan, janji Entente untuk mempertahankan integritas turki tak memenangkan Turki pada pihak mereka.
"Mereka menjanjikan agar kami seharusnya tak mengingat usai perang Balkan," ujar Talaat padaku, "dan melihat apa yang terjadi pada Turki Eropa kemudian."
Wangenheim benar-benar bergembira atas fakta tersebut. "Anda tak dapat mempercayai hal apapun yang dikatakan oleh mereka," ia kemudian berujar kepada Talaat dan Enver, "tidakkah mereka semua berbalik padamu setahun lalu?" Dan kemudian dengan kecerdasan besar, ia akan bermain pada satu-satunya emosi yang benar-benar menggerakkan Turki. Para keturunan Osman sangat mengingat orang namapun yang aku kenal. Mereka tak membenci, mereka tak mengasihi; mereka tak memiliki permusuhan atau kasih sayang berkelanjutan. Mereka hanya takut. Dan secara alamiah mereka mengatributkan motif-motif tersebut ke pihak lain yang mengatur tindakan mereka sendiri. "Seberapa bodohnya engkau," ujar Wangenheim kepada Talaat dan Enver, membahas sikap Inggris. "Tidakkah kamu lihat kenapa Inggris ingin kamu tetap keluar? Ini karena mereka takut kepadamu. Tidakkah kamu melihat itu, dengan bantuan Jerman, kami lagi-lagi menjadi kekuatan militer besar? Tak heran Inggris tak ingin bertikai denganmu!" Ia terus menghasut telinga mereka agar mereka akhirnya meyakininya, karena argumen tersebut tak hanya sepenuhnya menjelaskan mereka soal sikap Entente, namun kebanggaan Turki.
Entah apa sikap Enver dan Talaat, aku pikir bahwa Inggris dan Prancis lebih populer dengan seluruh kelas di Turki ketimbang Jerman. Sultan menentang perang tersebut. Pewaris tahtanya, Youssouff Isseddin, secara terbuka menyatakan pro-Sekutu. Wazir Agung, Saïd Halim, menyenangi Inggris ketimbang Jerman. Djemal, anggota ketiga dari triwira yang berkuasa, dikenal sebagai orang yang gemar dengan Prancis yang ketika itu baru kembali dari Paris, di tempat ia menerima sambutan yang sangat menghiburnya. Kebanyakan anggota Kabinet tak antusias terhadap Jerman. Opini masyarakat, sepanjang opini masyarakat yang ada di Turki, menghargai Inggris, bukan Jerman, sebagai teman bersejarah Turki. Sehingga, Wangenheim banyak menentang nuansa tersebut, dan metode-metode yang ia ambil untuk mematahannya membentuk ilustrasi klasik propaganda Jerman. Ia memulai kampanye terbuka melawan Inggris, Prancis, dan Rusia. Aku menyebut perasaan Turki akan kehilangan kapal-kapal mereka di Inggris. Agen-agen Wangenheim kini mengisi kolom-kolom ruang penjualan dalam surat-surat kabar dengan serangan-serangan pahit terhadap Inggris karena mengambil kapal-kapal tersebut. Seluruh pers Turki dengan cepat ditempatkan di bawah kendali Jerman. Wangenheim membeli Ikdam, salah satu surat kabar Turki terbesar, yang yak lama mulai menyanyikan pujian-pujian Jerman dan untuk menyudutkan Entente. Osmanischer Lloyd, yang diterbitkan dalam bahas Prancis dan Jerman, menjadi bagian dari Kedubes Jerman. Meskipun Konstitusi Turki menyatakan kebebasan pers, penyensoran diberlakukan dalam kepentingan Blok Tengah. Seluruh penyunting Turki diperintahkan menulis sesuai keinginan Jerman dan mereka menuruti pengarahan tersebut. Jeune Turc, sebuah surat kabar pro-Entente, yang dicetak dalam bahasa Prancis, ditekan. Surat-surat kabar Turki menyanjung kemenangan-kemenangan Jerman dan sepenuhnya mempengaruhi pihak lain. Mereka seringkali mencetak kabar kekalahan Entente, kebanyakan dari kabar tersebut sepenuhnya bersifat khayalan. pada sore hari, Wangenheim dan Pallavicini akan menunjukkanku telegram-telehgram resmi yang memberikan penjelasan operasi militer. Namun kala pagi hari, aku membaca surat-surat kabar, aku mendapati bahwa kabar tersebut dipelintir atau dipalsukan sesuai keinginan Jerman. Baron Oppenheim menjelajahi seluruh belahan Turki dengan memicu opini masyarakat melawan Inggris dan Prancis. Mendadak, ia menjadi arkeolog, sesambil pada kenyataannya ia membuka kantor-kantor di tempat manapun yang mengeluarkan gelombang-gelombang serangan melawan Entente. Peta-peta dipasang di tembok, menunjukkan seluruh wilayah yang direbut dari Turki sepanjang seabad. Rusia digambarkan sebagai negara yang utamanya bertanggung jawab atas "perampokan" tersebut, dan perhatian ditujukan pada fakta bahwa Inggris kini menjadi sekutu Rusia. Gambar-gambar diterbitkan, menunjukkan kekuatan-kekuatan tamak Entente sebagai hewan buas, yang menyerang Turki yang malang. Enver diiklankan sebagai "pahlawan", yang merebut kembali Adrianopel. Jerman digambarkan sebagai teman Turki. Kaiser mendadak menjadi "Hadji Wilhelm," pelindung besar Islam, dan cerita-cerita yang dicetak menyatakan bahwa ia telah menjadi mualaf. Penduduk Turki memberitahukan bahwa para Muslim di India dan Mesir tentang pemberontakan dan penggulingan "tirani" Inggris mereka. Rombongan Turki diajarkan untuk berujar, "Gott Strafe England," dan sepanjang waktu kekuatan motif dari kampanye menonjol tersebut adalah uang Jerman.
Namun Jerman melakukannya melebihi meracuni pikiran Turki. Negara tersebut menyepakati sumber daya militer Turki. Pada Januari 1914, aku menjelaskan bagaimana Kaiser mengambil alih angkatan bersenjata Turki dan merehabilitasikannya dalam persiapan untuk perang Eropa. Ia kini berproses untuk melakukan hal yang sama terhadap AL Turki. Pada bulan Agustus, Wangenheim menyatakan kepadaku bahwa, "Kami kini mengendalikan AD dan AL Turki." Pada waktu Goeben dan Breslau datang, misi Inggris, yang dikepalai oleh Laksamana Limpus, bekerja keras merestorasi AL Turki. Tak lama setelah itu, Limpus dan para rekannya dilepastugaskan. Tindakan mereka benar-benar tak dihargai, karena kebanyakan tak sekadar orang-orang biasa yang menunjukkan mereka. Para perwira AL Inggris dengan cepat dan tak teramati pulang dari Konstantinopel ke Inggris—semuanya kecuali Laksamana sendiri, yang bertahan lebih lama karena putrinya sakit.
Malam demi malam seluruh rombongan Jerman berlabuh dari Berlin ke Konstantinopele. Perhitungan terhadap jumlahnya akhirnya terhitung sampai 3.800 pasukan, kebanyakan dari mereka dikirim untuk mengerahkan AL Turki dan untuk menghasilkan amunisi. Mereka memenuhi kafe-kafe setiap malam, dan mereka berpawai di jalan-jalan Konstantinopel pada jam-jam pagi hari yang singkat, menyertai dan menyanyikan lagu-lagu patriotik Jerman. Kebanyakan dari mereka adalah mekanik yang terampil, yang langsung didatangkan untuk mengerjakan perbaikan kapal-kapal penghancuran dan kapal lainnya serta menempatkan mereka dalam persiapan perang. Firma Inggris Armstrong & Vickers memiliki dok terpisah di Konstantinopel, dan dok tersebut direbut oleh Jerman. Sepanjang siang dan malam, kami dapat mendengar pengerjaan tersebut berjalan dan kami sulit tidur karena bunyi mesin dan ketukan palu. Wangenheim kini mendapatkan kesempatan lain untuk makin meracuni pemikiran Enver, Talaat, dan Djemal. ia menyatakan bahwa para tenaga kerja Jerman menemukan bahwa kapal-kapal Turki berada dalam keadaan yang perlu diperbaiki, dan karena ini ia menyalahkan misi AL Inggris. Ia berkata bahwa Inggris membuat AL Turki menjadi loyo dan ia menganggap bahwa ini semua adalah rencana Inggris untuk meruntuhkan Turki! "Lihat!" hasutnya, "lihat apa yang Jerman lakukan untuk AD Turki, dan lihat apa yang Inggris lakukan terhadap kapal-kapalmu!" Pada kenyataannya, semua itu tak benar, karena Laksamana Limpus telah bekerja keras dan secara berkelanjutan menghimpun AL dan menyertai hasil yang baik dalam pengarahan tersebut.
Sepanjang waktu, Jerman bekerja di Dardanelles, ditujukan untuk memperkuat perbentengan, dan bersiap untuk serangan Sekutu yang memungkinkan. Kala September berpenghujung menjelang Oktober, Sublime Porte berhenti berpraktek di markas besar Kekaisaran Utsmaniyah. Aku benar-benar berpikir bahwa kursi otoritas paling berpengaruh pada masa itu adalah kapal dagang Jerman, General. Kapal tersebut dikerahkan di Tanduk Emas, di Jembatan Galata, dan tangga jalan permanen yang telah dibangun, yang mengarah ke deknya. Aku sangat mengetahui salah satu pengunjung paling sering ke kapal tersebut, orang Amerika yang dipakai untuk dayang ke kedubes tersebut dan menghiburku dengan cerita-cerita soal apa yang terjadi.
Orang Amerika tersebut kini memberitahuku bahwa General sebetulnya adalah klub atau hotel Jerman. Para perwira Goeben dan Breslau dan perwira Jerman lainnya yang dikirim untuk mengkomandoi kapal-kapal Turki bersantap dan tidur di dalamnya. Laksamana Souchon, yang mengirim kapal-kapal penjelajah Jerman ke Konstantinopel, memimpin pertemuan-pertemuan tersebut. Souchon adalah bawahan dari Huguenot asal Prancis. Ia pelaut yang pendek, rapi, bercukur bersih, sangat bertenaga dan setia, dan mengkomandoi Jerman dan secara keseluruhan ia menambahkan banyak kemampuan dan daya apung Gallik. Biasanya, ia menjalani sebagian besar masa hidupnya untuk berpesta pada sore hari di General, dan bir dan sampanye yang disediakan secara leluasa pada acara-acara yang menggelayuti lidah-lidah para perwira sejawatnya. Perbincangan mereka menunjukkan bahwa mereka tak terhibur akan ilusi yang benar-benar mengendalikan AL Turki. Malam demi malam, ketidaksabaran mereka untuk beraksi timbul. Mereka berniat mendeklarasikan bahwa, jika Turki kini tak menyerang Rusia, mereka akan memaksanya untuk melakukannya. Mereka akan mengaitkan bagaimana mereka mengirim kapal-kapal Jerman ke Laut Hitam dalam harapan memprovokasi armada Rusia untuk melakukan beberapa tindakan yang akan membuat perang tak terhindarkan. Menjelang akhir Oktober, temanku berujar padaku bahwa pertikaian tak dapat lagi terhindarkan. Armada Turki dikerahkan untuk bergerak, setiap hal disiapkan, dan ketidaksabaran para perwira kriegslustige Jerman tak lagi tertahankan.
"Mereka bak sekumpulan pemuda dengan keripik di atas pundak mereka! Mereka singkatnya berniat untuk bertikai!" ujarnya.