Lompat ke isi

Semua Punya Pesonanya Masing-Masing

Dari Wikibuku bahasa Indonesia, sumber buku teks bebas
(Dialihkan dari Mandasn20)

Semua Punya Pesonanya Masing-Masing
Oleh : Imanda Puji Lestari

Jumat sore yang begitu indah hari ini. Setelah sepanjang hari matahari bekerja keras memancarkan cahaya teriknya, tibalah waktunya senja menghiasi dirinya dengan semburat cahaya oren yang begitu memanjakan mata. Disini, di pinggiran pantai Pulau Sebira, Aidil bersama kakeknya berdiri menghadap lautan lepas. Membisikkan harap pada anak-anak penyu yang tengah mereka kembalikan ke rumah asalnya.

Aidil mengambil dua ekor anak penyu dan meletakkannya di telapak tangan. “Penyu-penyu, nanti kalo kalian udah besar Aidil yang bakalan gantian ke rumah kalian. Semoga kamu bisa ketemu sama mama papa kamu penyu. Dadah,” ucap Aidil kepada penyu-penyu yang tengah berlomba mencapai ombak pantai.

Setelah dirasa semua anak penyu sudah dilepaskan, Aidil dan kakek segera berjalan pulang karena hari yang mulai gelap.

“Kakek, besok Aidil udah harus ke Jakarta lagi. Soalnya hari senin udah masuk sekolah. Hmm, udah selesai liburan Aidil,” ucap Aidil tak bersemangat.

“Aidil kan bisa ke sini lagi nanti waktu liburan. Terus kita bisa lepas anak-anak penyunya lagi. Besok Aidil harus pulang, terus harus semangat belajarnya ya. Jangan lupa cerita sama teman-teman Aidil tentang liburan di sini. Pasti teman-teman Aidil pada suka,” hibur kakek melihat wajah sedih cucunya itu.

Setelah mendengar ucapan kakek, Aidil jadi tidak sabar ingin bertemu teman-temannya dan memberitahu mereka bahwa liburan ia di sini sangat menyenangkan. Rasanya Aidil ingin segera bertemu Fatan dan menceritakan betapa bagusnya Pulau Sebira, tempat dimana ia lahir. Dibandingkan dengan cerita Fatan yang setiap kali liburan, pergi ke tempat-tempat jauh yang bahkan Aidil susah mengingat namanya.

Hari senin akhirnya tiba. Hari yang Aidil tak sabar menyambutnya. Bertemu dengan teman-teman yang begitu Aidil rindukan. Bermain dan belajar bersama mereka adalah hal yang Aidil sukai. Di kelas V-D pagi itu ramai sekali anak-anak yang beradu menceritakan pengalaman liburannya. Termasuk di meja Fatan yang saat ini ramai dikerubungi anak-anak yang penasaran dengan cerita liburannya.

“Wahh, ini kamu Fatan? Kayak orang dikarungin. Hahaha,” Vania tertawa keras karena melihat foto yang Fatan bawa saat ia menggunakan pakaian astronaut di NASA Space Center, Houston.

“Ini tuh namanya EMU. Ex..extra…extrave…apa ya lupa aku, kalo U nya itu unit. Ini tuh baju yang di pake astronot tau,” jelas Fatan sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal dan berusaha mengingat kepanjangan dari EMU, yang ia hafal betul sewaktu di rumah. Fatan menyiapkan apa yang akan ia ceritakan ke teman-temannya, tapi setibanya di sekolah ia malah lupa.

“Terus…terus disana juga ada pesawat luar angakasa, gambar bumi yang besaar banget, sama aku ketemu dengan astronot asli yang pernah ke luar angkasa,” cerita Fatan heboh dan mengundang decak kagum dari teman-temannya.

“Pengen kesana juga, pengen lihat bulan dari dekat, lihat bintang..” ucap Kesa iri. Cerita liburan Fatan selalu saja unik dan berhasil membuat kagum sekaligus iri dari teman-temannya, termasuk Aidil.

“Kenapa harus kesana? Kan bisa kita lihat bulan dari sini. Malahan aku rasa lebih bagus bawah laut dari pada luar angkasa,” balas Aidil mengutarakan pendapatnya. “Angkasa lebih bagus. Kita bisa lihat bumi dari atas, bisa injak kaki di bulan, sama di sana ga ada gravitasi jadi kita melayang-layang dan terbang bebas,” balas Fatan menggebu.

“Laut jauh lebih indah. Banyak hewan laut yang belum kita temui, karangnya juga cantik-cantik. Kamu aja yang belum pernah ngeliatnya,” jawab Aidil tak mau kalah. Tak ada yang mau mengalah, teman-teman kelas Aidil dan Fatan hanya menonton perdebatan mereka yang semakin menjadi.

"Angkasa itu lebih luas, ada banyak planet, meteor dan banyak benda-benda lainnya," sengit Fatan berusaha menjabarkan bahwa angkasa lebih unggul daripada lautan yang dibilang Aidil.

"Walaupun angkasa lebih luas, tapi laut lebih banyak di bumi, coba lihat di peta. Hampir setiap bagian berwarna biru, tandanya itu laut. Terus laut juga belum banyak orang yang nyelam dan cari tahu. Sedangkan angkasa udah banyak banget astronot yang ke sana. Apa bagusnya kalo udah banyak orang ke sana?" balas Aidil tak terima. Pandangan mata mereka bertemu dan beradu sengit. Hingga Bu Guru datang dan langsung menghampiri mereka.

"Kenapa ribut Aidil, Fatan? Inikan hari pertama sekolah, harusnya kalian main dan saling bertukar cerita," heran Bu Guru yang melihat mereka berdebat.

"Ini bu, Aidil sama Fatan ribut cuma karena liburan. Kata Aidil lebih bagus lautan, terus kata Fatan Angkasa yang lebih bagus," ucap Vania memberi tahu Bu Guru.

Bu Guru yang mendengarnya hanya tersenyum dan menyuruh mereka kembali ke tempat duduk masing-masing.

"Baik, karena ini hari pertama sekolah jadi kita cerita tentang liburan kalian kemarin ya. Aidil silahkan cerita terlebih dahulu di depan teman-temannya ya,” suruh Bu Guru pada Aidil dan dengan segera Aidil maju ke depan bersiap menceritakan liburannya. Aidil pun menceritakan pengalaman menyenangkannya di Pulau Sebira. Bersama kakek ia melepaskan penyu, menyelam, dan melihat-lihat kehidupan laut di sana. Aidil juga bilang kalo sudah besar dia ingin menjadi penyelam dan menjelajahi kehidupan laut di dalamnya.

"Jadi, Aidil kalo udah besar nanti cita-citanya ingin jadi penyelam ya?" Tanya Bu Guru tertarik dengan cita-cita yang Aidil sebutkan.

"Iya bu," seru Aidil semangat. "Nanti aku pengen nyelam dan lihat kehidupan laut yang luas. Aku mau keliling lautan yang ada di seluruh dunia," sambung Aidil lantang dan mendapat tepuk tangan dari teman-temanya kecuali Fatan yang masih berekspresi datar di tempat duduknya.

"Fatan, sini maju ke depan," panggil Bu Guru kepada Fatan. Fatan pun segera maju dan mengambil sisi yang berlainan dari Aidil.

"Udah pada baikan belum kalian?" tanya Bu Guru dan disambut gelengan dari keduanya. Pandangan mereka bertemu namun dengan kompak mereka saling membuang muka. Bu guru tersenyum melihat tingkah keduanya dan masih berusaha mendamaikan, namun tidak ada yang mau meminta maaf lebih dahulu. ‘Untuk apa minta maaf bu guru? Aku kan ga salah.’ Pikir mereka dalam hati.

“Coba Fatan cerita, ibu mau dengar tentang liburannya,” pinta Bu Guru. “Aidil juga tetap di depan, dan dengarkan ya.” Sambung bu guru dan dibalas Aidil dengan anggukan.

Dimulai dari liburannya ke luar negeri, Fatan menceritakan bahwa ia pergi ke NASA Space Center. Disana ia melihat ada pakaian astronot, pesawat luar angkasa, dapat melihat bintang dengan jelas dan ia juga menyebutkan bahwa ia bertemu dengan seorang astornot yang pernah ke luar angkasa. Hal itu membuat Fatan sangat antusias dan berkata bahwa suatu saat nanti ia akan menjadi seorang astronot seperti orang yang ia temui kala itu. Fatan pun mengakhiri ceritanya dengan tepuk tangan yang riuh dari teman-temannya.

“Kenapa Fatan tertarik jadi astronot?” tanya Bu Guru kemudian. “Karena Fatan pengen bisa ke bulan, dan ke planet-planet lain bu,” jawab Fatan percaya diri dan di balas Bu Guru dengan senyuman hangatnya.

“Bagus. Cita-cita kalian semua hebat anak-anak. Baik Aidil, Fatan dan anak-anak ibu yang lain harus berusaha untuk capai cita-citanya. Tapi, bukan berarti kita harus meremehkan kesukaan atau cita-cita orang lain. Aidil sama Fatan punya kesukaan yang berbeda, begitu pula dengan teman-teman yang lain. Perbedaan itu bukan berarti lebih baik ataupun lebih buruk dari punya kita. Karena semuanya punya alasankan dalam menyukai sesuatu?” jelas bu guru.

“Iya bu,” jawab murid-murid di kelas mengiyakan dengan kompak.

“Nah, kalau begitu Aidil sama Fatan harus baikan, dan saling menerima perbedaan kesukaan antara kalian,” sambung bu guru dan menyuruh Aidil serta Fatan berjabat tangan.

Setelah mereka berbaikan dan saling memaafkan, cerita tentang liburan pun dilanjutkan oleh murid-murid yang lain.

Satu bulan setelah kejadian tersebut, seluruh kelas V dari A hingga D melakukan kunjungan ke beberapa tempat sebagai media pembelajaran yang asyik untuk murid. Mereka pergi ke Planetarium, Museum, dan juga Jakarta Aquarium. Dan diikuti hampir seluruh kelas V, termasuk Aidil dan Fatan.

Kunjungan pertama adalah ke Jakarta Aquarium. Semua murid antusias dan bahagia ketika melihat ada begitu banyak hewan laut yang baru pertama kali mereka lihat. Dan Aidil juga ikut membantu menjawab jika ada teman yang bertanya mengenai hewan yang mereka tidak tahu namanya.

“Wah, ini kura-kura kok lehernya panjang banget,” komentar Galuh yang dapat di dengar Aidil.

“Ohh, ini mah kura-kura leher ular Gal,” jawab Aidil enteng.

“Kok kamu bisa tahu namanya Dil?” tanya Galuh heran.

“Lah itu tulisannya besar banget disana,” tunjuk Aidil dan membuat teman-temannya tertawa.

Sedangkan Fatan sibuk menaruh perhatian pada banyaknya jenis hewan laut yang baru ia temui. Dan dalam hati, ia pun membenarkan perkataan Aidil waktu itu. Setelah mengunjungi Jakarta Aquarium, mereka pun segera menaiki bis untuk pergi ke Planetarium. Salah satu tempat yang paling Fatan nantikan.

Memasuki Planetarium, mereka diarahkan oleh pemandu dan dijelaskan mengenai hal-hal yang ada di sana. Sesuatu asing yang baru ditemui Aidil. Ia merasa baru melihat semua ini dan semua yang ada di planetarium ini berhasil membuat Aidil tak berhenti berdecak kagum.

Tentang bagaimana manusia bisa keluar angkasa sedangkan disana tidak adanya gravitasi, hebatnya para ilmuwan dalam menciptakan pesawat luar angkasa, dan berbagai hal lain yang terus berputar dalam benak Aidil walaupun sudah keluar dari Planetarium.

Tibalah waktunya makan snack, sehingga murid-murid bisa jajan dan memakan makanan yang mereka bawa asalkan tidak pergi dari area yang masih dapat diawasi oleh guru-guru. Terlihat Aidil mencari-cari seseorang, setelah menemukannya duduk di bawah pohon, Aidil segera menghampiri dan duduk di sebelahnya.

“Umm.. Fatan.. Maaf soal yang waktu itu. Waktu aku bilang lautan lebih bagus dari angkasa. Padahal emang aku-nya yang belum pernah lihat keindahan angkasa, sekarang aku tau alasan kamu suka itu. Maafin aku ya,” ungkap Aidil di hadapan Fatan.

Melihat Aidil yang begitu tulus meminta maaf membuat Fatan tersenyum dan mengangguk. Padahal waktu itu mereka juga sudah saling memaafkan karena disuruh bu guru. Tapi Fatan sadar, semenjak saat itu mereka tidak terlalu sering bermain lagi.

“Sebenarnya aku juga ga nyangka kalo lautan biru itu di dalamnya ada banyak hal yang menakjubkan. Maaf juga kalo dulu aku sempat ngeremehin apa yang kamu suka,” jawab Fatan yang di sambut senyuman dan uluran tangan dari Aidil. Mereka kompak tertawa dan kembali saling memaafkan di bawah pohon rindang dengan hembusan angin yang terasa menyejukkan. Semenyejukkan mereka kembali berteman dengan pandangan akan perbedaan kesukaan adalah hal yang harus diterima.