Lompat ke isi

Permainan Tradisional Betawi/Meriem Sundut

Dari Wikibuku bahasa Indonesia, sumber buku teks bebas

Permainan khas anak Betawi yang disebut juga bleguran. Istilah bleguran mengacu pada kegiatan masyarakat Betawi untuk menghabiskan waktu menunggu berbuka sambil membuat alat dari bambu untuk dibuat meriam mainan, alat tersebut digunakan untuk merieum sundut. Permainan ini biasanya dimainkan menjelang bulan puasa (satu hari sebelum Ramadhan) yang berakhir sekitar pukul lima sore menjelang Maghrib. Munculnya permainan merieum sundut pada saat bulan puasa dan Idul Fitri, selama kurang lebih 40-50 hari. Asal muasal munculnya permainan ini tidak diketahui, tetapi populer pada akhir 1950-an atau awal 1960-an walau jarang dimainkan saat ini. Identitas nama merieum sundut sebenarnya mengacu pada senjata meriam yang sebenarnya. Kemiripan tersebut terutama terlihat pada bentuk perangkat utama dan bunyi yang diberikan. Meriam adalah kata benda sedangkan "sundut" adalah kata keterangan yang menjelaskan cara menggunakannya, yaitu menyalakannya dengan obor kecil. Metode penembakannya lebih mirip dengan prinsip yang digunakan pada meriam kuno. Hanya saja merieum sundut menggunakan amunisi lain yang tidak sekuat daya ledak mesiu. Permainan ini dimainkan di depan rumah karena menjaga kenyamanan warga saat mendengar suara ledakan jika sewaktu-waktu merasa sangat terganggu. Oleh sebab menggunakan bahan yang mudah didapat maka permainan ini tidak terpengaruh oleh musim tertentu, baik hujan maupun panas. Bermain dengan "meriam sudut" membuat pemainnya dapat mengetahui siapa yang menyerang secara langsung dan siapa yang hanya mengerumuninya pada jarak tertentu (3-5 meter). Kelompok pertama, disebut kru senjata, tidak hanya menembakkan meriam hingga meledak, tetapi juga menyiapkan peralatan, membersihkan, mengisi dan memeriksa amunisi, dan lain-lain. Kelompok kedua, tugasnya menonton, berkomentar, memberi nasihat atau bahkan memberi arahan. Permainan ini bisa dimainkan secara individu, biasanya dimainkan secara berkelompok secara bergiliran, semuanya bertujuan untuk hal utama yaitu menembakkan meriam. Bisa dari anak-anak sampai usia 10 tahun, remaja dan dewasa. Sebenarnya permainan ini biasanya dilakukan oleh anak laki-laki. Akan tetapi, anak perempuan juga terkadang ikut serta. Di wilayah Betawi sendiri, permainan tersebut sudah langka ditemui karena tergantikan oleh petasan.[1]

  1. https://dinaskebudayaan.jakarta.go.id/encyclopedia/blog/2018/04/meriem-sundut