Petualangan Sanpi

Dari Wikibuku bahasa Indonesia, sumber buku teks bebas
(Dialihkan dari SanPi)

Sinopsis[sunting]

Santa Claus Pygmy Seahorse bertemu dengan Mantis, seekor udang yang suka berbohong. Mantis membujuk Seahorse tersebut untuk melakukan perjalanan jauh ke kedalaman laut sehingga seahorse mengalami hal tidak terduga.

Lakon[sunting]

Pemeran utama dalam cerpen ini
  1. Santa Claus Pygmy Seahorse/ SanPi
  2. Mantis

Lokasi[sunting]

Laut Raja Ampat

Cerita Pendek[sunting]

Penasaran[sunting]

Sifat tokoh ini tidak secantik tubuhnya.

Nama lengkapnya Santa Claus Pygmy Seahorse, singkatnya biasa dipanggil SanPi. Dia termasuk salah satu kuda laut. SanPi hidup di daerah perairan dangkal dengan banyak jenis terumbu karang, yang berwarna seperti pelangi. Apalagi jika pagi hari, ada pantulan cahaya yang masuk ke dalam laut. Pantulan cahaya berwarna hijau dan biru di terumbu karang yang berwarna jingga menjadikannya seperti tempat yang nyaman untuk tidur sepanjang hari dan bermalas-malasan. Seandainya saja manusia bisa bernapas di dalam air. Sayangnya tidak bisa.

Pagi itu, SanPi mencoba meninggalkan rumahnya untuk berkeliling. Namun, ia melihat ada dua manusia yang memakai baju ketat, “aku harus bersembunyi nih’’ pikirnya. Manusia-manusia itu mendekat secara perlahan ke rumahnya. Mereka berjumlah dua orang. Kaki-kaki yang seperti katak bergerak ke atas dan ke bawah secara perlahan. Selain itu, ada sesuatu seperti tabung yang mereka gendong di punggungnya. Mereka juga membawa sesuatu yang menyilaukan. Baru-baru ini, SanPi baru tau kalau itu namanya kamera khusus yang bisa digunakan di dalam laut.

Kebiasaan SanPi adalah bersembunyi di terumbu karang dan berkamuflase. Dia tahu orang-orang ini sangat tertarik dengannya. Bahkan, hampir setiap hari banyak penyelam yang mengunjungi tempat tinggalnya. SanPi merasa terganggu dengan hal ini sebenarnya.

Para penyelam dengan kacamata cukup tebal itu hanya beberapa menit saja melihat-lihat terumbu karang. Kemudian, kedua penyelam itu pergi menjauh disertai gelembung-gelembung tipis di sekitar tubuh mereka.

“SanPi, mereka udah pergi tuh. Ngapain kamu sembunyi sih?” Kata Mantis, membuka obrolan.

“Aku engga sembunyi lho, kan ini rumahku.’’

“Kamu engga bosan di rumah terus?’’ Mantis bergerak ke luar dari batu karang kecoklatan sambil menuju ke SanPi.

“Bosen juga sebenernya,’’ SanPi menjawab ragu.

“Aku kemarin jalan-jalan ke bagian laut dalam, di sana aku bertemu banyak teman baru.” Kata Mantis bohong. Mantis memiliki nama lengkap yang cukup sulit diingat yakni Odontodactylus scyllarus. Untung saja dia memiliki nama panggilan yang cukup singkat dan keren, Mantis.

“Kamu harus mencoba ke sana”, ujar Mantis berusaha membujuk SanPi. Mantis berenang mendekati terumbu karang yang tidak bergeming di dalam laut. Tentu saja  dalamnya ini tidak lebih dari 2 meter. SanPi tetap mengaitkan ekornya di terumbu karang kecil dengan tenang. Walaupun sebenarnya sedikit takut dengan dua capit Mantis yang tajam. Namun, dia tidak bisa menahan rasa penasarannya. Dan, memutuskan untuk merespons Mantis.

‘’Ada apa saja di sana emangnya?’’

Melihat SanPi tertarik, dia semakin bersemangat untuk berbohong. Memang benar, apabila  berbohong sekali maka akan berbohong lagi dan lagi. Ketidaktahuan Mantis mengenai kedalaman habitat di dalam laut membuatnya sedikit kelabakan.   

“Di sana kamu dapat melihat batu karang yang lebih indah dari rumahmu ini.”

‘’Benarkah?’’ Tanya SanPi penasaran.

“Tentu saja, lagi pula tidak jauh. Kamu harus mencobanya.”

Setelah berkata seperti itu, Mantis dengan enam kakinya segera berbalik arah menjauhi SanPi. Ia berjalan pelan menuju batu karang berongga. Tubuh Mantis yang tidak lebih panjang dari bolpoin itu menghilang dengan cepat. Warna merah di tubuhnya yang beruas menjadikannya terlihat menawan. Hal  itu pula yang meyakinkan SanPi untuk berpetualang.

Pergi dan kembali[sunting]

Pembicaraan dengan Mantis membuat SanPi berinisiatif untuk menjelajahi laut tempat di mana ia tumbuh, lautan Raja Ampat. Dia ingin pergi ke tempat yang bernama selat Dampier (selat antara Pulau Waigeo dan Pulau Batanta), Kepulauan Kofiau, Kepulauan Misool Tenggara dan Kepulauan Wayag. Tempat yang bernama selat Dampier ia ketahui dari temannya, si ikan kakap merah yang bernama L. campechanus. Apalagi mendengar Mantis bercerita sangat antusias. Semakin membara pula semangatnya untuk pergi. Walaupun mungkin tempat itu tidak seindah yang Mantis kunjungi. SanPi memutuskan untuk berenang pelan-pelan menuju ke selat. Namun, ia melihat tetangganya, Mantis sedang sarapan pagi memanggilnya. SanPi berhenti sejenak. Mantis masih dengan sigap menyantap plankton-plankton sebagai menu sarapan terbaik  tetangganya itu.

‘’Mau ke mana SanPi?’’

‘’Pengen jalan.” jawabnya singkat.

Mantis berteriak dalam hati, rencananya berhasil untuk membuat SanPi tertarik dan pergi ke laut yang lebih dalam. Sebenarnya Mantis hanya mengerjai SanPi. Dia hanya tidak tau di dalam sana akan ada apa.

‘’Wah.. jangan lupa oleh-oleh dari sana ya buat aku’’ Mantis nyengir.

Setelah berenang beberapa jam, SanPi merasakan arus laut semakin kencang. Dia sampai tidak bisa lagi menggerakan ekornya. Perasaan seolah tenggelam di dalam lautan tanpa bisa berenang membuatnya panik.   

Ia merasa terombang-ambing oleh arus laut. Berusaha mencari dahan terumbu karang untuk mengaitkan ekornya tetapi tidak berhasil. Dia pun terseret arus menuju ke laut yang lebih dalam. Ditambah lagi terdapat pusaran ikan cakalang yang berenang mendekat ke arah SanPi. Ia tertabrak gerombolan ikan cakalang dan mau tidak mau sepertinya kesempatan untuk ke luar dari arus yang cukup deras untuknya ini. Ternyata SanPi memang sudah sampai di selat Dampier, Kawasan Konservasi Perairan Daerah (KKPD), yang masih menjadi bagian dari laut Raja Ampat. Kawasan yang berarti nelayan tidak boleh mengambil ikan menggunakan metode yang dapat merusak laut. Wilayah selat Dampier ini mempunyai banyak jenis ikan besar seperti ikan kerapu, hiu, tuna, kakap, kerapu, bobara dan barakuda. Ikan-ikan besar tersebut berenang rendah di bawah dasar laut seperti menghindari sesuatu. Ternyata secara cepat ada jaring besar dari atas mengenai pusaran ikan cakalang. Segerombolan ikan cakalang tertangkap termasuk SanPi.

Jaring mulai terangkat dan semua ikan merasakan sesak napas termasuk SanPi. Ia semakin takut setelah melihat cahaya putih yang sangat terang dan panas. Jaring-jaring ikan ini sebenarnya memiliki rongga yang cukup besar untuk dirinya ke luar. Namun, tidak bisa karena terhalang ikan-ikan yang tertangkap.

Para nelayan mengambil ikan-ikan cakalang yang mulai menggeliat di atas papan kapal kemudian meletakkannya di dalam ember berwarna hitam. Salah seorang dari nelayan tersebut, yang bertopi coklat melihat ke arah SanPi. Menatap lekat dan mengambilnya. Memegang sejenak dan takjub.  Nelayan tersebut dengan cepat melempar SanPi ke laut yang lebih dangkal. SanPi yang saat itu hanya membatu karena tidak sempat memproses peristiwa yang begitu cepat dan sangat tidak terduga itu. Akhirnya SanPi berhasil pulang ke rumah dengan selamat.  

TAMAT