Lompat ke isi

Besei Bawi Puti

Dari Wikibuku bahasa Indonesia, sumber buku teks bebas

Lokasi cerita

[sunting]

Kalimantan Tengah

Premis Cerpen

[sunting]

Puti kesal, karena besei bawinya dikatakan palsu oleh Marlin. Besei Bawi Puti polos tanpa ukiran. Kata Marlin, itu juga membuat regu mereka terlihat tidak kompak.

Ilustrasi oleh Eros Rosita
Puti, tokoh utama cerita Besei Bawi Puti. Ilustrasi oleh Eros Rosita.

Besei Bawi Puti

[sunting]

Oleh Shabrina WS


Puti kesal karena Marlin selalu mengatakan besei bawinya palsu. Besei bawi adalah nama dayung khusus untuk perempuan.

“Lihat, dayungmu mirip besei hatue,” kata Marlin. Besei hatue adalah dayung yang biasa dipakai oleh laki-laki.

“Ini benar-benar besei bawi. Bagian yang lebar membentuk sudut. Kalau besei hatue bagian yang lebar ujungnya tumpul,” sahut Puti.

Ia pernah membaca perbedaan besei bawi dan besei hatue di buku Maneser Panatau Tatu Hiang. Buku tentang menyelami kekayaan leluhur karya Tjilik Riwut.

“Tapi dayungmu polos tanpa ukiran. Regu perahu naga kita jadi tidak kompak," kata Marlin.

Ya, Puti mengakui, Besei bawinya memang polos tanpa ukiran. Tapi bukan berarti besei bawi palsu.


Kakek membuatnya dari kayu ulin. Puti tahu saat kakek memotong dan menghaluskan bagian-bagian dayungnya.

Hanya saja, kakek sakit sebelum membuat ukiran pada tangkainya. Dan beberapa hari kemudian, kakeknya meninggal.

Itulah sebabnya besei bawi Puti tidak mempunyai ukiran.

Harusnya Puti menjelaskan begitu kepada Marlin. Tapi, kata-kata itu seolah menyangkut di tenggorokan.

Mengingat kakek, membuat Puti menjadi sedih. Jadi, Puti memilih diam.


Keesokan harinya, ketika Teresia memanggil untuk bermain dayung bersama, Puti memilih tidak ikut dengan alasan sakit perut.

Begitu juga saat Teresia datang menjenguknya, Puti pura-pura tidur di kamarnya.

“Kak Arba sedang mengumpulkan anak-anak untuk seleksi perahu naga dalam perayaan Isen Mulang. Besok kamu harus datang,” kata Teresia.

Isen Mulang adalah perayaan tahunan dalam rangka hari jadi Provinsi Kalimantan Tengah. Ikut menjadi peserta merupakan suatu kebanggaan.

Dahulu kakek Puti adalah pemain perahu naga yang handal. Regunya sering menjadi pemenang dalam berbagai pertandingan.

Dan sekarang, Puti mendapat kesempatan. Kakeknya pasti bangga jika Puti mengikuti jejaknya.


Tapi, Puti segera ingat besei bawinya yang polos tanpa ukiran. Marlin pasti akan mengejeknya lagi.

Puti tidak bisa tidur semalaman. Dia berpikir bagaimana caranya mendapat besei bawi yang berukir? Dia tidak mau kehilangan kesempatan untuk ikut isen mulang.


Keesokan harinya, pagi-pagi sekali saat orang tuanya sudah berangkat ke ladang, diam-diam Puti pergi ke rumah neneknya.

Puti mendayung menyusuri tepi sungai Kahayan, lalu berbelok ke sungai kecil.

Nenek menyambutnya dengan gembira.

"Tambi, bolehkah Puti melihat-lihat dayung buatan Bue?" kata Puti.

"Tentu saja boleh, Puti," jawab Nenek.


Puti berdebar-debar ketika memasuki ruang penyimpanan.

Biasanya kakeknya duduk di sana. Sekarang ruangan itu terasa dingin dan sepi.

Ada beberapa tumpukan dayung. Puti membolak-balikkan dayung itu.

Dia berharap menemukan satu saja besei bawi. Tidak apa-apa meskipun sudah lama.


Namun, semua dayung-dayung itu polos tanpa ukiran.

Bukan hanya tanpa ukiran, dari ukurannya yang lebih ramping dan ujungnya yang tumpul, dayung itu menandakan besei hatue.

Sewaktu Puti keluar dari ruang penyimpanan dia melihat sebuah dayung digantung.

Besei bawi! Benar-benar besei bawi yang berukir.

"Bawa saja jika kamu suka." Oh, rupanya nenek memperhatikan Puti mengamati dayung itu.

"Bolehkah, Tambi?" tanya Puti.

"Tentu saja boleh. Bue pasti senang kamu menyimpannya," kata nenek.

Oh, dada Puti terasa lega.


Puti membawa pulang dayung itu.

Dalam perjalanan pulang, Puti mencoba besei bawinya. Tapi, dayung itu terlalu besar. Agak susah digerakkan karena jauh lebih berat daripada dayung miliknya.

Kalau dibawa ke tempat latihan, teman-teman pasti akan menertawakannya.

Bukan hanya itu, dengan memakai dayung yang bukan ukurannya, Puti justru akan susah memenangkan pertandingan.

Puti menekuk bibirnya. Ia menaruh dayung di jukung kecilnya dan membawanya pulang.


Sesampainya di rumah, Puti mengamati kedua dayung itu. Besei bawi yang dibuat kakek memang sangat pas saat dipegang.

Ukurannya sudah disesuaikan, dan ringan saat digerakkan.

Dengan dayung itu dia sering menjadi pemenang saat bermain bersama teman-temannya di sungai Kahayan.


Lama, Puti mengamati kedua dayung itu. Lalu, tiba-tiba dia mendapat ide.

Puti akan memberi ukiran sendiri pada tangkai dayungnya. Tidak dipahat, tapi digambari.

Dengan hati-hati, Puti menggambari tangkai dayungnya. Ia meniru corak ukir di besei bawi besar. Mula-mula ia menggambar pakai pensil. Kemudian diperjelas dengan spidol.

Puti menyelesaikan ukirannya ketika matahari telah condong ke barat.

Sekarang yang digenggamnya benar-benar memiliki semua ciri-ciri besei bawi.

Puti berjanji, dengan besei bawi ini, esok hari ia akan mendayung dengan semangat isen mulang. Yang dalam bahasa Dayak Ngaju artinya pantang mundur.[]

Glosarium

[sunting]

Besei bawi: dayung untuk perempuan

Besei hatue: dayung untuk laki-laki

Jukung: perahu.

Tambi: nenek

Bue: kakek