Buku Parenting yang Recommended
Bahas parenting tu emang gak ada habisnya ya, mau dikupas dari segi manapun selalu ada insight yang bisa diperoleh. Wajar, karena generasi berkembang terus, zaman berubah jadi bahasannya selalu diperbaharui. Kali ini saya mau bahas tentang salah satu buku parenting yang keren banget, bisa dijadikan rujukan untuk membuat visi misi pengasuhan. Judulnya The Danish Way of Parenting karya Jessica Joelle Alexander dan Iben Dissing Sandahl. Buku ini diterbitkan oleh PT Bentang Pustaka pada cetaakan keenam Agustus 2019. Buku yang diterjemahkan oleh Ade Kumalasari dan Yusa Tripeni ini sebenarnya tipis hanya 180 halaman, dibaca seharian juga udah kelar tapi isinya “daging” semua.
Well… pada intinya ini membahas tentang bagaimana sih strategi orang Denmark dalam mengasuh anaknya sehingga Denmark menjadi salah satu negara paling bahagia di dunia. Denmark itu negara kecil yang letaknya di Eropa bagian utara. Anak-anaknya tumbuh dengan bahagia, daya tahannya kuat, dan regulasi emosi baik. Hal pertama yang saya highlight dari buku ini adalah uraian tentang “wabah stress”. Orang tua secara alamiah memiliki sifat kompetitif pada dirinya sendiri, terhadap rekan sesama orang tua bahkan kepada anaknya sendiri. Tapi kalau tidak dikendalikan dengan baik hal itu akan berujung pada persaingan orang tua atas capaian anak masing-masing yang sebenarnya akan menjadi wabah stres.
Buku ini lebih banyak menyajikan contoh konkret dalam misalnya intonasi suara atas kejadian tertentu yang sering dialami orang tua dan anak. Seperti ibu yang jengkel karena anaknya tidak bereaksi seusai harapannya. Bahwa yang namanya anak usia 3 tahun kalau diperintah terus pasti gak bakalan nurut tapi disampaikan dengan baik-baik, intonasi suara menurun, menatap matanya tanpa meneriaki atau membentaknya itu jauh lebih efektif dia menjadi taat. I know it’s not easy. But we can try.
Kadangkala yang membuat orang tua susah untuk mengubah settingan pembawaan alaminya karena seperti itulah dia dididik dan dibesarkan dahulu. Setelah membaca BAB ini secara keseluruhan saya merasa bahwa salah satu tugas besar menjadi orang tua adalah “memperbaiki diri sendiri, berdamai dengan masa lalu agar bisa membuat rancangan atau blueprint ingin menjadi orang tua seperti apa nantinya”.
Bermain adalah bahasan utama bagian selanjutnya di buku ini. Kebayang gak kalau orang tua merebut masa bermain anak terlalu dini? Yaaahh mungkin maksud orang tua baik, memberikan les ini itu dari kecil, main sepak bola dalam kejuaraan a,b,c dan d. meraih medali dari permainan yang menurut orang tua itu “bermain” padahal bisa menjadi sumber kecemasan dan depresi. Kenapa? Karena ada tekanan. Contoh negara yang diuraikan dalam buku ini adalah Amerika Serikat.
Penulis, dalam riset dan hasil analisisnya sebagai psikoterapis di Denmark dan salah satu penulisnya bukan warga Denmark tetapi menikah dengan orang Denmark menitikberatkan secara khusus bahwa bermain secara bebas itu penting. Anak tidak perlu didikte kalau harus begini cara mainnya karena hal itu terbukti bisa mengurangi kecemasan. Untuk mencapai hal tersebut orang tua juga harus tau donk caranya mematikan tv dan menghilangkan gadget sampai usia yang memang diperbolehkan untuk menggunakannya dengan aturan tertentu.
BAB selanjutnya membahas tentang autentisitas. Belakangan ini isu film yang banyak ditampilkan di Denmark adalah isu yang nyata dan sensitif. Tidak lagi seperti film-film dahulu yang selalu berakhir bahagia. Melihat kisah sedih sesungguhnya bisa meningkatkan kemampuan reflektif, menghubungkan hal itu dengan keadaan diri sendiri dan bisa menelaah lebih lanjut bahwa tidak selamanya hidup itu bahagia. Bahkan hidup manusia yang jauh lebih buruk dari hidup diri sendiri itu juga banyak.
Kemudian uraian tentang No Ultimatum. Anak cengeng, nangis, tantrum, menolak dan sebagainya adalah peristiwa yang pasti semua orang tua pernah menghadapinya. Sebuah stressor yang kadang-kadang bisa membuat kita “mengelus dada” apalagi kalau kejadiannya pas perut lagi lapar atau terlalu lelah. Tak bisa dipungkiri bahwa banyak loh orang tua yang karena persoalan sepele saja bisa main tangan sama anaknya yang bisa juga karena bawaannya sejak kecil. Padalah itu bisa membawa efek buruk jangka panjang yang dibuktikan dengan neuroimajing (imaji saraf) yang berdampak pada IQ serta bagian otak yang mengatur emosi juga stres. Orang Denmark memiliki cara pandang tersendiri tentang cara mendisiplinkan anak.
Terakhir, Togetherness dan Hygge. Kebersamaan Bersama keluarga dan teman adalah salah satu hal termahal yang dipertahankan oleh orang Denmark. Mereka memiliki kebiasaan yaitu Hygge (kenyamanan) yang sudah menjadi gaya hidup. Semacam kegiatan bersantai bersama sambil makan-makan dan setiap anggota keluarga harus punya andil dalam kegiatan itu yang tujuan utamanya adalah agar mereka “saling terhubung”.
Well… terlalu banyak hal dari buku ini yang bisa dipelajari. Bacaan diatas adalah uraian singkat saja. Membaca secara keseluruhan tentu insighnya lebih banyak. Ini adalah salah satu buku parenting yang menurutku memang layak dibaca karena menjadi orang tua adalah tugas berat yang sungguh tidak ada sekolah formalnya sehingga bacaan seperti Buku The Danish Way of Parenting bisa sangat membantu dalam prakteknya. Thank you for reading and nice to meet you in the end of this writing 😊
_Ika Kuinita, Bogor 18 Januari 2023