Buku Saku Farmakoterapi/Sindrom Usus Iritabel (IBS)

Dari Wikibuku bahasa Indonesia, sumber buku teks bebas

Irritable bowel syndrome (IBS) adalah kondisi kronis pada sistem pencernaan. Gejala utamanya adalah nyeri perut dan gangguan kebiasaan buang air besar (misalnya sembelit dan/atau diare), tetapi penyebab gejala-gejala ini tidak jelas. Jadi kata kuncinya: sakit perut, bisa sembelit, atau kebalikannya diare.

IBS merupakan kondisi saluran pencernaan yang paling sering ditemui, menempati urutan kedua setelah flu yang menjadi penyebab karyawan atau pelajar tidak masuk kerja atau sekolah. Kira-kira 10 – 20 % orang dari populasi umum mengalami gejala IBS, meskipun hanya sekitar 15 % orang yang terkena benar-benar pergi ke dokter atau cari obat di apotek.

Beberapa perawatan dan terapi tersedia untuk sindrom iritasi usus. Langkah-langkah ini membantu meringankan gejala tetapi tidak bisa menyembuhkan. IBS bersifat kronis dan ini menjadi tantangan untuk mengendalikan gejalanya dapat membuat frustasi bagi pasien dan juga dokter, perawat, dan apoteker.

Sindrom iritasi usus (IBS) dan penyakit radang usus (inflammatory bowel disease, IBD) memiliki nama yang mirip sehingga kerap membingungkan. IBS adalah kondisi non-radang, sedangkan IBD adalah istilah luas yang mengacu pada pembengkakan kronis (peradangan) dari usus. Meskipun dua gangguan memiliki nama yang mirip dan beberapa gejala yang sama, mereka memiliki perbedaan yang jelas.

IBD dibedakan menjadi penyakit Crohn, kolitis ulserativa (UC), dan kolitis tak tentu. Sedangkan IBS tidak diklasifikasikan sebagai penyakit yang nyata, namun dikenal sebagai “gangguan fungsional”, yang artinya gejala penyakit yang ada tidak memiliki penyebab yang dapat diidentifikasi.

Penyebab[sunting]

Penyebab penyakit ini tidak jelas. IBS dapat terjadi pada siapa pun dan pada usia berapapun, namun tampaknya seperti penyakit turunan dalam keluarga. Selain itu, orang dengan IBS tidak menunjukkan tanda-tanda klinis penyakit dan sering memiliki hasil tes yang normal. Ada sejumlah teori tentang bagaimana dan mengapa terjadinya sindrom iritasi usus (IBS). Meskipun sudah dilakukan banyak penelitian intensif, tetap saja penyebabnya tidak jelas.

Kontraksi usus abnormal[sunting]

Satu teori menunjukkan bahwa IBS disebabkan oleh kontraksi abnormal kolon dan intestin (karena itu istilah “usus kejang”/spastic bowel, yang kadang-kadang digunakan untuk menggambarkan IBS).

Kontraksi usus yang kuat dapat menyebabkan kram yang parah, sehingga oleh dokter diberikan perawatan menggunakan obat seperti antispasmodik dan serat, yang mana keduanya membantu mengatur kontraksi usus besar. Namun, kontraksi abnormal tidak menjelaskan sindrom iritasi usus pada semua pasien, dan tidak jelas apakah kontraksi merupakan gejala atau penyebab gangguan tersebut.

Infeksi[sunting]

Beberapa orang mengembangkan sindrom iritasi usus setelah infeksi saluran cerna yang parah (misalnya, Salmonella atau Campylobacter, atau virus). Tidak jelas bagaimana infeksi memicu IBS untuk berkembang, dan kebanyakan orang dengan sindrom iritasi usus tidak memiliki riwayat infeksi ini.

Kecemasan[sunting]

Orang dengan sindrom iritasi usus besar yang mencari bantuan medis lebih cenderung menderita kecemasan dan stres daripada mereka yang cuek saja. Stres dan kecemasan diketahui mempengaruhi usus; dengan demikian, kemungkinan kecemasan dan stres memperburuk gejala. Namun, stres atau kecemasan mungkin bukan penyebabnya. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa sindrom iritasi usus lebih sering terjadi pada orang yang memiliki riwayat kekerasan fisik, verbal, atau seksual.

Intoleransi makanan[sunting]

Intoleransi makanan umum terjadi pada pasien dengan sindrom iritasi usus, sehingga kemungkinan bahwa IBS disebabkan oleh sensitivitas makanan atau alergi. Teori ini sulit dibuktikan, meskipun terus dipelajari.

Cara terbaik untuk mendeteksi hubungan antara gejala sindrom iritasi usus dan kepekaan makanan adalah untuk menghindari kelompok makanan tertentu secara sistematis (proses yang disebut diet eliminasi), namun hanya boleh dilakukan setelah konsultasi dengan dokter atau ahli gizi.

Terlalu peka dalam merasa nyeri[sunting]

Banyak peneliti percaya bahwa sindrom iritasi usus disebabkan oleh kepekaan yang tinggi dari usus ke sensasi normal (disebut “hyperalgesia viseral”). Teori ini mengusulkan bahwa saraf di usus terlalu aktif pada orang dengan sindrom iritasi usus, sehingga jumlah normal gas atau gerakan dianggap sebagai berlebihan dan menyakitkan. Beberapa pasien dengan sindrom iritasi usus parah merasa lebih baik ketika diobati dengan obat yang mengurangi persepsi nyeri di usus.

Gejala[sunting]

Sindrom iritasi usus sering dimulai pada masa dewasa muda. Perempuan dua kali lebih mungkin dibandingkan laki-laki untuk didiagnosis dengan sindrom iritasi usus di Amerika Serikat dan negara-negara barat lainnya. Di negara lain, jumlah pria dan wanita yang sama didiagnosis dengan IBS. Gejala yang paling umum yaitu nyeri perut terkait dengan perubahan kebiasaan buang air besar (diare dan/atau sembelit).

Nyeri perut[sunting]

Nyeri perut biasanya kram dan intensitasnya bervariasi. Beberapa orang memperhatikan bahwa stres emosional dan makan memperburuk nyeri. Beberapa wanita dengan sindrom iritasi usus menemukan hubungan antara episode rasa sakit dan siklus menstruasi mereka.

Perubahan kebiasaan buang air besar[sunting]

Kebiasaan buang air besar adalah gejala kedua sindrom iritasi usus. Ini bisa termasuk diare, sembelit atau konstipasi, atau diare dan sembelit yang bergantian. Jika diare merupakan pola yang lebih umum, kondisi ini disebut sindrom iritasi usus besar predominan diare; jika sembelit lebih sering terjadi, kondisi ini disebut sindrom iritasi usus predominan sembelit.

Diare Seseorang dengan sindrom iritasi usus mungkin sering buang air besar. Gerakan usus biasanya terjadi pada siang hari, dan paling sering di pagi hari atau setelah makan. Diare sering didahului oleh rasa kebelet yang sangat dan diikuti oleh perasaan BAB yang tidak tuntas. Sekitar saparo dari orang-orang dengan IBS juga melihat keluarnya lendir dengan diare. Diare yang terjadi saat tidur jarang terjadi pada IBS.

Sembelit Sindrom iritasi usus tipe sembelit dapat terjadi sebentar dan berlangsung selama berhari-hari. Tinja sering keras dan berbentuk seperti pellet. Anda mungkin merasa tidak tuntas setelah buang air besar, bahkan ketika rektum kosong. Sensasi tidak tuntas ini dapat menyebabkan tegang dan duduk di toilet untuk waktu yang lama.

Gejala lain Gejala lain sindrom iritasi usus termasuk kembung, gas/kentut, dan sendawa.

Diagnosis[sunting]

Beberapa gangguan usus memiliki gejala yang mirip dengan sindrom iritasi usus. Contohnya termasuk malabsorpsi (penyerapan nutrisi abnormal), penyakit radang usus (seperti kolitis ulserativa dan penyakit Crohn), penyakit celiac, dan kolitis mikroskopik (penyakit tidak umum yang berhubungan dengan peradangan usus).

Karena tidak ada tes diagnostik tunggal untuk sindrom iritasi usus, banyak dokter membandingkan gejala Anda dengan set formal kriteria diagnostik. Namun, kriteria ini tidak akurat dalam membedakan sindrom iritasi usus dari kondisi lain pada semua orang. Dengan demikian, riwayat medis, pemeriksaan fisik, dan tes terpilih dapat membantu mengesampingkan kondisi medis lainnya.

Kebanyakan dokter memerintahkan tes darah rutin pada orang yang diduga menderita sindrom iritasi usus; tes ini biasanya normal, tetapi mereka dapat membantu mengesampingkan kondisi medis lainnya.

Beberapa dokter juga memerintahkan lebih banyak tes invasif, seperti sigmoidoskopi atau kolonoskopi, terutama pada orang di atas usia 40 tahun.

Terapi[sunting]

Terapi Non-Farmakologi[sunting]

Pengobatan sering diberikan untuk mengurangi nyeri dan gejala lain dari sindrom iritasi usus. Pengobatan biasanya merupakan proses jangka panjang. Selama proses ini, penting untuk berkomunikasi dengan dokter tentang gejala, kekhawatiran, dan masalah yang membuat stres.

Pantau gejala[sunting]

Langkah pertama dalam perawatan sindrom iritasi usus biasanya untuk memantau gejala, kebiasaan buang air besar setiap hari, dan faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi usus. Langkah ini dapat membantu mengidentifikasi faktor-faktor yang memperburuk gejala pada beberapa orang dengan IBS, seperti laktosa atau intoleransi makanan lainnya, dan stres. Adanya buku harian seperti ini sebagai dokumentasi, akan sangat membantu.

Perubahan pola makan[sunting]

Boleh juga untuk mencoba menghilangkan makanan yang dapat memperburuk sindrom iritasi usus, namun tetap perlu dikomunikasikan dengan dokter ya. Soalnya kalau tidak, dapat berpotensi memperburuk gejala atau menyebabkan masalah baru jika ada makanan yang justru penting tapi tidak jadi dikonsumsi.

Laktosa[sunting]

Banyak dokter menyarankan menghindari produk-produk susu untuk sementara waktu seperti mentega, keju, susu, yogurt, es krim, dll. Hal ini karena intoleransi laktosa dapat memperparah sindrom iritasi usus atau menyebabkan gejala yang mirip dengan IBS.

Laktosa paling banyak ditemukan dalam susu dan es krim, sedangkan pada bahan-bahan berikut, jumlahnya lebih kecil: yogurt, cottage dan keju lainnya, dan makanan siap saji. Semua produk yang mengandung laktosa supaya dihindari selama dua minggu. Jika gejala IBS membaik, masuk akal untuk terus menghindari laktosa. Namun jika gejala tidak membaik, berarti makan makanan yang mengandung laktosa tadi bukan penyebab masalah dan ini boleh dimakan kembali.

Makanan yang menyebabkan gas[sunting]

Banyak makanan hanya dicerna sebagian di usus kecil. Ketika mereka mencapai usus besar, terjadi pencernaan lebih lanjut, yang dapat menyebabkan gas dan kram. Jika gas atau kembung mengganggu, mohon untuk menghindari makanan ini. Paling umum adalah kacang-kacangan dan sayuran kubis-kubisan seperti kubis, kubis Brussel (berbentuk bulat hijau), kembang kol, dan brokoli. Selain itu, beberapa orang memiliki masalah dengan bawang, seledri, wortel, kismis, pisang, aprikot (semacam buah kesemek), buah prem, kecambah, dan gandum.

Makanan yang lebih mudah dicerna[sunting]

Tabel berikut menyediakan daftar makanan yang lebih mudah dicerna pada orang dengan IBS.

Meningkatkan serat makanan[sunting]

Meningkatkan serat makanan baik dengan menambahkan makanan tertentu ke diet atau menggunakan suplemen serat dapat meredakan gejala IBS, terutama jika Anda mengalami sembelit atau konstipasi. Dengan membaca kotak informasi produk di kemasan, dapat ditentukan jumlah gram serat per porsi. Serat juga dapat membantu pada beberapa orang dengan gejala diare-dominan karena dapat meningkatkan konsistensi tinja.

Suplemen serat pembentuk massa (seperti psyllium atau metilselulosa) juga dapat direkomendasikan untuk meningkatkan asupan serat jika kesulitan untuk mengkonsumsi cukup serat dalam makanan. Suplemen serat harus dimulai dengan dosis rendah dan meningkat secara perlahan selama beberapa minggu untuk mengurangi kentut yang berlebihan, yang dapat terjadi pada beberapa orang ketika memulai terapi serat.

Serat dapat membuat sebagian orang dengan sindrom iritasi usus merasa lebih kembung dan tidak nyaman. Jika ini terjadi, yang terbaik adalah mengurangi asupan serat dan mempertimbangkan perawatan laksatif lain untuk sembelit.

Terapi psikososial[sunting]

Stres dan kecemasan dapat memperparah sindrom iritasi usus pada beberapa orang. Pendekatan terbaik untuk mengurangi stres dan kecemasan tergantung pada situasi dan tingkat keparahan gejala. Perlu dilakukan diskusi terbuka dengan dokter tentang kemungkinan peran yang dapat menyebabkan stres dan kecemasan pada gejala, dan bersama-sama memutuskan tindakan yang terbaik.

Beberapa orang mendapat manfaat dari konseling formal, dengan atau tanpa obat antidepresan atau anti ansietas. Perawatan lain, seperti hipnosis dan terapi perilaku kognitif juga dapat membantu. Hipnosis yaitu keadaan kesadaran yang berubah yang memungkinkan pasien untuk fokus menjauhi kecemasan atau stres. Pasien yang terhipnosis tidak tidur, tetapi sebenarnya dalam keadaan imajinasi yang tinggi, mirip dengan melamun. Seorang ahli dapat menghipnosis seseorang atau Anda dapat mempelajari teknik hipnosis diri sendiri.

Terapi perilaku kognitif (cognitive behavioral therapy) membantu Anda untuk fokus pada masalah tertentu dalam periode waktu yang terbatas. Anda belajar bagaimana pikiran Anda berkontribusi terhadap kecemasan atau stres dan belajar bagaimana mengubah pikiran-pikiran ini.

Bergabung dalam kelompok dukungan juga dapat bermanfaat.

Banyak pasien menemukan bahwa olahraga setiap hari sangat membantu dalam mempertahankan rasa nyaman. Olahraga juga dapat memiliki efek yang menguntungkan pada usus.

Terapi Farmakologi[sunting]

Meskipun banyak obat tersedia untuk mengobati gejala sindrom iritasi usus, obat-obatan ini sifatnya tidak menyembuhkan. Obat-obatan terutama digunakan untuk meredakan gejala. Pilihan di antara obat-obatan ini sebagian bergantung pada apakah Anda mengalami diare, sembelit, atau sindrom iritasi usus yang dominan.

Sebagai aturan umum, obat-obatan disediakan untuk orang-orang yang gejalanya belum cukup menanggapi langkah umum di atas seperti perubahan dalam diet dan suplemen serat.

Obat antikolinergik[sunting]

Obat antikolinergik mengeblok stimulasi sistem syaraf pada saluran pencernaan, membantu mengurangi kram yang parah dan kontraksi usus besar yang tidak teratur.

Obat-obatan dalam kategori ini termasuk dicyclomine (Bentyl) dan hyoscyamine (Levsin). Obat-obatan ini dapat sangat membantu ketika diambil secara preventif (yaitu, sebelum gejala muncul) dan dengan demikian sangat membantu jika Anda dapat memprediksi onset atau kapan terjadinya gejala-gejala. Efek samping yang umum termasuk mulut dan mata kering, dan penglihatan kabur.

Antidepresan[sunting]

Banyak obat antidepresan trisiklik (TCAs) meredakan nyeri pada orang dengan sindrom iritasi usus. Dosis TCA biasanya jauh lebih rendah daripada yang digunakan untuk mengobati depresi. Dipercaya bahwa obat-obat ini mengurangi persepsi nyeri ketika digunakan dalam dosis rendah, meskipun mekanisme pastinya tidak diketahui.

TCA yang biasa digunakan untuk penatalaksanaan nyeri meliputi amitriptyline, imipramine, desipramine, dan nortriptyline. Pasien akan merasa kelelahan ketika memulai TCA; tapi ini tidaklah menjadi efek samping yang merugikan, karena dapat membantu meningkatkan tidur ketika TCA diambil di malam hari. TCA umumnya dimulai dalam dosis rendah dan meningkat secara bertahap. Efek penuh mereka mungkin baru terlihat setelah 3-4 minggu.

TCA juga memperlambat pergerakan isi saluran cerna dan mungkin sangat membantu pada orang dengan sindrom iritasi usus tipe diare.

Kelas antidepresan lain, penghambat reuptake serotonin selektif (SSRI), mungkin direkomendasikan jika Anda mengalami sindrom iritasi usus dan depresi. SSRI umum termasuk fluoxetine (Prozac), sertraline (Zoloft), paroxetine (Paxil), citalopram (Celexa), dan escitalopram (Lexapro) Obat antidepresan lainnya yang mungkin direkomendasikan termasuk mirtazapine (Remeron), venlafaxine (Effexor), dan duloxetine (Cymbalta).

Obat antidiare[sunting]

Obat loperamide (Imodium) atau diphenoxylate-atropine (Lomotil) dapat membantu memperlambat gerakan tinja melalui saluran pencernaan. Loperamide dan diphenoxylate-atropine sangat membantu jika Anda menderita sindrom iritasi usus besar tipe diare.

Namun, dokter biasanya menyarankan bahwa obat-obatan ini hanya boleh digunakan sesuai kebutuhan, tidak terus menerus. Jika Anda menggunakan loperamide, berhati-hatilah untuk tidak pernah menggunakannya melebihi dosis pada kecuali diinstruksikan khususoleh dokter Anda. Mengapa? Karena mengambil lebih dari dosis yang dianjurkan telah menyebabkan masalah jantung yang serius pada beberapa orang.

Eluxadoline (Viberzi) telah disetujui untuk pengobatan sindrom iritasi usus dengan diare tetapi tidak tersedia secara komersial.

Obat anti-kecemasan[sunting]

Obat anti-kecemasan mengurangi kecemasan. Diazepam (Valium), lorazepam (Ativan), dan clonazepam (Klonopin) termasuk golongan obat-obatan ini. Obat anti-kecemasan kadang-kadang diresepkan untuk orang-orang dengan kecemasan jangka pendek yang memperburuk gejala sindrom usus mereka. Namun, obat-obatan ini hanya boleh diminum untuk jangka waktu singkat karena bisa membuat ketagihan.

Alosetron[sunting]

Alosetron (Lotronex) mengeblok hormon yang terlibat dalam kontraksi dan sensasi usus. Obat disetujui untuk mengobati wanita dengan sindrom iritasi usus yang gejala utamanya adalah diare. Namun, obat ditarik dari pasar segera pada awal-awal rilis karena kekhawatiran terkait dengan keselamatan. Tapi kini obat diperbolehkan beredar kembali, namun pedoman peresepannya lebih ketat.

Lubiprostone[sunting]

Lubiprostone (Amitiza) tersedia untuk pengobatan sembelit parah dan sindrom iritasi usus pada wanita di atas 18 tahun yang belum merespon obat-obat lain. Obat bekerja dengan meningkatkan sekresi cairan usus. Obat ini paling mahal dibandingkan dengan obat-obat lainnya. Pengujian lebih lanjut diperlukan untuk memperjelas efektivitas dan keamanan lubiprostone jangka panjang.

Linaclotide[sunting]

Linaclotide (Linzess) telah disetujui untuk pengobatan sembelit dan sindrom iritasi usus pada orang di atas 18 tahun yang belum merespon perawatan lain. Obat bekerja dengan meningkatkan sekresi cairan usus. Obat juga mahal setara lubiprostone. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memperjelas efektivitas dan keamanan jangka panjang linaclotide.

Antibiotik[sunting]

Peran antibiotik dalam pengobatan sindrom iritasi usus masih belum jelas. Ada beberapa pasien yang gejala sindrom iritasi ususnya mendapat manfaat dari pengobatan antibiotik. Namun, penelitian lebih lanjut diperlukan sebelum antibiotik direkomendasikan untuk pengobatan sindrom iritasi usus. Rifaximin (Xifaxan) telah disetujui untuk pengobatan sindrom iritasi usus tanpa sembelit.

Pengobatan menggunakan herbal[sunting]

Sejumlah terapi herbal dan bahan alami telah diiklankan (terutama di internet) untuk pengobatan sindrom iritasi usus. Sayangnya, tidak ada bukti yang mendukung keuntungan obat herbal ini. Meskipun penelitian kecil dapat mendukung beberapa terapi ini, penelitiannya terlalu kecil atau memiliki kelemahan utama yang membuat kesimpulan pasti menjadi tidak mungkin.

  • Minyak peppermint – Ada beberapa bukti yang mendukung penggunaan minyak peppermint. Minyak peppermint dapat menyebabkan atau memperburuk mulas.
  • Acidophilus – Banyak orang berminat meneliti kemungkinan efek yang menguntungkan dari bakteri “sehat” (probiotik) dalam berbagai penyakit usus, termasuk IBS. Apakah suplemen yang mengandung bakteri ini bermanfaat tidak terbukti.
  • Tidak terbukti – Teh Chamomile tidak terbukti bermanfaat dalam sindrom iritasi usus. Selanjutnya, chamomile dapat memperburuk alergi pada orang yang cenderung alergi terhadap rumput. Minyak evening primrose, suplemen yang mengandung asam linolenic gamma, manfaatnya tidak terbukti. Demikian juga, biji adas tidak terbukti bermanfaat.
  • Secara potensial tidak aman – ManfaatnApsintus tidak terbukti dan mungkin tidak aman. Minyak Apsintus dapat menyebabkan kerusakan pada sistem saraf. Demikian juga comfrey, manfaatnya yang tidak terbukti dan dapat menyebabkan masalah hati yang serius.

Prognosis[sunting]

Meskipun sindrom iritasi usus dapat menimbulkan ketidaknyamanan fisik dan tekanan emosional, kebanyakan orang dengan sindrom iritasi usus tidak mengembangkan kondisi kesehatan jangka panjang yang serius. Selain itu, sebagian besar orang dengan sindrom iritasi usus belajar mengendalikan gejala mereka.

Penting untuk bekerja sama dengan dokter untuk memantau gejala dari waktu ke waktu. Jika gejala berubah seiring waktu, pengujian lebih lanjut mungkin disarankan. Seiring waktu, kurang dari 5% orang yang didiagnosis dengan sindrom iritasi usus akan didiagnosis dengan kondisi gastrointestinal yang lain.

Referensi[sunting]

Wald A, 2015, Patient education: Irritable bowel syndrome (Beyond the Basics), UpToDate, diakses tanggal 14 Juni 2018

Kerr M and Cherney K, 2017, Irritable Bowel Syndrome vs. Inflammatory Bowel Disease, Healthline, diakses tanggal 15 Juni 2018