Celengan Ayam

Dari Wikibuku bahasa Indonesia, sumber buku teks bebas

Premis[sunting]

Seorang anak berusia 12 tahun bernama Endo yang mempunyai hobi bermain game di tempat Rental PS sampai akhirnya berkepikiran untuk mempunyai PS sendiri

Tokoh[sunting]

  1. Endo
  2. Bapak
  3. Ibu
  4. Uyab

Cerpen[sunting]

Di sebuah desa pinggiran kota hiduplah seorang anak berusia 12 tahun, anak itu bernama Endo. Dia terbangun dari tidurnya karena mendengar suara kokokan ayam jantan berkokok, kuukuuruuyukkkk... Hari itu adalah hari minggu, hari yang ditunggu tunggu anak sekolahan. Dia segera beranjak dari tempat tidurnya tidak lupa ia merapikannya terlebih dahulu lalu bergegas menuju ke dapur. Dilihat ibunya sedang memotong wortel di atas sebuah telenan, ibunya menoleh

“Sudah bangun nak, bagaimana tidurnya nyenyak?”

“Sudah Bu” sambil ia mengucek matanya menggunakan tangan, “Ibu masak apa hari ini?

“Ibu mau masak sayur sop pagi ini sama mau goreng sayap ayam kesukaan mu”

“Asiikk..” Endo bersorak kegirangan karena hari ini Ibu memasak makanan kesukaannya.

“Bapak kemana Bu?”

“Ohh Bapak sudah pergi ke sawah nak”

“Yahh  Endo tidak diajak”

“lha tadi malam ditanya Bapak katanya tidak mau ikut”

“Iya sih Bu, tapi Endo ke pengen ke sawah Bu”. Tiba-tiba wajah endo memelas

“Bu.. Endo boleh minta uang?”

“Uang, mau buat apa nak? Hari ini kan sekolah libur”

“Endo pengen main PS Bu, sudah seminggu Endo tidak main PS” Ibunya menghela napas panjang

“Emang mau maina sama siapa?”

“Nanti rencana mau ngajak Ubay Bu, boleh minta uangnya 2 ribu biar dapat sewa PS selama satu jam”

“Iya boleh, sekarang kamu mandi dulu saja, habis itu nanti sarapan ini tinggal goreng sayap ayamnya saja yang belum”

“Siap Bu” jawab Endo. Dengan semangatnya  ia segera menuju ke kamar mandi tidak lupa sebelumnya dia mengambil baju ganti di lemari.

Setelah selesai mandi dan sarapan dia bergegas mengambil sepedanya tak lupa ia meminta uang dulu ke Ibunya dan pergi berpamitan. Dia segera mengayuh sepedanya menuju ke rumah Ubay

“Assalamualaikum Ubay...Ubayy...” Si Ubay keluar dari rumahnya

“Ohh ternyata kamu Ndo, ada apa?”

“Main PS yukk, aku ada 2 ribu nihh” sambil melambai-lambaikan uang 2000 pemberian Ibunya

“Ayo sudah lama juga aku tidak main PS, tapi aku mandi dulu ya”

“Oke, boleh aku minta jambu nya Bay”

“Kalau bisa panjat silahkan ambil saja” Ubay pun masuk kembali ke dalam rumahnya dan Endo sudah berada di atas pohon jambu, matanya celingukan melihat jambu yang sudah cukup matang. Beberapa menit kemudian Ubay keluar dengan sepedanya

“Yuk berangkat keburu ramai nanti tidak kebagian tempat aku juga dapat 2 ribu nih dari Ibu”

“Wah mantap bisa nih kita main 2 jam”.

Mereka berdua pun bergegas menuju ke tempat PS langganan mereka. Sesampainya di sana dua bocah itu begitu menikmati permainan, hari itu tak terasa matahari sudah berada di atas kepala mereka.

“Pulang yuk Ndo”

“Ayo aku juga sudah capek ini” Diperjalanan mereka begitu asik mengobrol tentang permainan yang baru saja mereka mainkan. Sesampainya di sebuah persimpangan jalan di mana mereka harus berpisah karena rumah mereka tidak satu arah.

“Besok minggu kita main lagi ya Bay”

“Kalau ada uang sih ayo saja, kamu pulangnya ati ati ya”

“Iya kamu juga ya” setelah mereka berpamitan Endo melanjutkan mengayuh sepedanya untuk pulang ke rumah.

Sesampainya di rumah terlihat sepeda motor Bapaknya sudah ada, tandanya Bapak telah pulang dari sawah. Di carinya Bapaknya di dalam rumah tetapi ia tidak menemukannya, lalu ia mencoba ke belakang rumah. Terlihat Bapaknya sedang membersihkan kandang ayam.

“Ehh anak bapak sudah pulang, sini bantu bapak membersihkan kandang”

Ayam peliharaan Bapak


“Endo masih capek pak, habis main PS tadi. Tapi tidak apa-apa keliatannya Bapak lebih capek daripada Endo hehe”  terlihat dahi Bapaknya telah basah oleh keringat.

Keduanya lalu membersihkan kandang bersama sama sambil mengobrol. Waktu membersihkan kandang ayam tiba-tiba  Endo berkepikiran untuk punya peliharaan ayam sendiri

“Bapak Endo boleh minta ayamnya?”

“Lohh ini kan ayam peliharaan kita, kenapa harus minta” Bapaknya sambil tertawa.

“Itukan ayam punya Bapak, Endo pengen punya ayam sendiri Pak”

“Memang mau buat apa?, kan bisa Endo bantu mengurus ayam Bapak setiap hari “

“Endo pengen beli PS pakai uang Endo sendiri Pak, kan enak kalau punya PS sendiri, Endo tidak  perlu pergi ke tempat Rental lagi kalau mau main PS” Endo membayangkan jika ayam yang ia punya sudah beranak pinak dia bisa menjual ayam dan hasilnya bisa buat beli PS.

“Yaudah kalau itu mau kamu, tapi Bapak tidak mau kasih ayam Bapak ke Endo, kamu harus usaha sendiri buat beli ayamnya. Bagaimana?”

“Lohh kok begitu, yaudah deh Pak kalau begitu mulai besok Endo mau menabung buat beli ayam”

“Nah begitu dong, yang semangat ya nak nabungnya”

Sore harinya ia segera menemui Ibunya, terlihat ia sedang menyapu halaman rumah.

“Bu Endo pengen dibelikan celengan”

“Wahh anak Ibu mau nabung ya, bagus itu. Emang mau buat apa”

“Rahasia hehehe” Ibunya lalu bergegas menanyakan kenapa anaknya tiba-tiba pengen dibelikan sebuah celengan, setelah mendengar penjelasan dari suaminya  ia lalu memanggukkan kepalanya tanda sudah mengerti.

“Ohh begitu, bagus deh walaupun keinginannya untuk dia sendiri, tidak apa-apa yang penting dia seneng dulu Pak”

Ibunya lalu melanjutkan menyapu halamannya, tanpa disuruh tiba tiba Endo datang membawa sapu lidi beserta serokan sampahnya.

“Sini Bu aku bantu biar cepat selesai, tapi habis ini ke warung Pak Slamet ya, buat beli celengan”

“Boleh, sini bantu ibu” . Setelah mereka  menyelesaikan menyapu halaman rumah segera mereka menuju ke warung Pak Slamet. Di sana Endo meminta dibelikan celengan berbentuk ayam. Sesampainya di rumah wajah Endo terlihat bahagia

“Bu minta uang dong” dengan wajah terkejut Ibunya bertanya “Mau buat apa lagi Endo?”

“Buat ini Bu hehehe” sambil ia menunjuk celengan ayam barunya

“Ohh buat itu” lalu Ibunya memberikan uang lima ribu rupiah kepada Endo, Endo terlihat kegirangan segera ia memasukkan uang pemberian Ibunya tersebut ke dalam celengan barunya. Mulai besok Endo berjanji ke dirinya sendiri untuk menyisihkan sebagian uang sakunya untuk ditabung.

Hari ke hari waktu pun berlanjut, setelah celengan yang ia punya dirasa cukup  segera ia menemui Bapaknya dan meminta mengantarnya ke pasar untuk membeli sepasang ayam jago dan betina. Hari dinanti pun tiba, Bapaknya  mengajak Endo pergi ke pasar. Setelah Bapaknya bernegosiasi dengan penjual mereka segera pulang dengan membawa sepasang ayam.

Sesampainya di rumah segera Endo memasukkan ayam barunya ke dalam kandang.

“Sudah sekarang kamu rawat ayam ini baik baik ya nak, jangan lupa diberi makan, dibersihkan kandangnya”

“baik pak, Endo akan merawat ayam ayam ini sampai jadi banyak hehehe”

Hari-hari pun berlalu ia pun jarang lagi bermain ke rental PS bahkan malah Ubay yang sering bermain ke rumah Endo walaupun cuma  sekedar bermain-main dengan ayamnya. Hingga tidak terasa sudah hampir 1 tahun Endo merawat ayamnya, kini Endo sudah memiliki beberapa ekor ayam dari hasil jerih payahnya selama ini walaupun ia tahu uangnya belum cukup untuk membeli sebuah PS. Sampai akhirnya pada suatu hari sewaktu pulang sekolah tidak sengaja ia mendengarkan pembicaraan Bapak dan Ibunya, Bapak menceritakan bahwa mungkin musim panen bulan depan hasil panen tidak akan banyak karena hama tikus yang sedang merajalela merusak lahan pertanian milik Bapaknya Endo, ditambah sebentar lagi Endo akan masuk SMP tahun ini. Endo jadi terdiam mendengar hal itu, apakah ia harus mengorbankan keinginannya untuk membeli sebuah PS? Sebenarnya itu hal ia impikan sejak lama yaitu mempunyai PS sendiri.

“Jadi buat beli PS ndo” tanya Bapak dan Ibunya suatu hari

“Sepertinya tidak jadi Pak, ini uangnya buat tambahan besok Endo masuk SMP saja. Endo bangga Pak bisa dapat uang segini. Ini semua berkat dukungan Bapak sama Ibu” Mereka terlihat begitu terkejut mendengar hal itu, tidak menyangka anak semata wayangnya bisa bersikap seperti itu.

“Ini semuanya juga berkat usaha kamu nak, kamu telah konsisten merawat ayam-ayam ini dan hasilnya kamu bisa merasakannya sekarang” jawab Ibunya menimpali.

“Iya Bu, terima kasih ya Pak Bu.” Endo sambil memeluk orang tuanya secara bergantian.

Kini ia sadar ada yang lebih penting daripada untuk membeli PS, ada masa depan yang menunggu Endo di hari esok yang di mana mungkin tabungan ayamnya bakal lebih berguna.