Daftar bahasa di Indonesia/Peta bahasa
Bahasa Batak
[sunting]Provinsi Aceh(Sumatra)
Bahasa Batak dituturkan di desa Kampung Baru, Kecamatan Badar, Desa Pulo Sepang, Kecamatan Lawe Alas, Desa Kampung Melayu Gabungan, Kecamatan Babussalam, Desa Lawe Sigala Barat, Kecamatan Lawe Sigala-Gala, Kabupaten Aceh Tenggara; Desa Krueng Kluet, Kecamatan Kluet Utara dan Desa Durian Kawan, Kecamatan Kluet Timur, Aceh Selatan; Aceh Singkil; Simeulu, dan Desa Penanggalan, Kecamatan Penanggalan, Kota Subulussalam.
Bahasa Batak di Provinsi Aceh terdiri atas lima dialek, yaitu:
- dialek Alas dituturkan di Desa Kampung Baru, Kecamatan Badar, Kabupaten Aceh Tenggara dan Desa Pulo Sepang, Kecamatan Lawe Alas, Kabupaten Aceh Tenggara,
- dialek Angkola dituturkan di Desa Kampung Melayu Gabungan, Kecamatan Babussalam, Kabupaten Aceh Tenggara,
- dialek Mandailing dituturkan di Desa Lawe Sigala Barat, Kecamatan Lawe Sigala-Gala, Kabupaten Aceh Tenggara,
- dialek Kluet dituturkan di Desa Krueng Kluet, Kecamatan Kluet Utara dan Desa Durian Kawan, Kecamatan Kluet Timur, Kabupaten Aceh Selatan dan
- dialek Dairi dituturkan di Desa Penanggalan, Kecamatan Penanggalan, Kota Subulussalam.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, persentase perbedaan kelima dialek tersebut 51%-80%. Persentase perbedaan bahasa Batak dengan bahasa-bahasa sekitarnya berkisar 81%-100%. Sebagai contoh, bahasa Aceh, Devayan, Sigulai dan Gayo.
Bahasa Aceh
[sunting]Provinsi Aceh(Sumatra)
Bahasa Aceh dituturkan di wilayah pesisir Provinsi Aceh yang terbentang dari Selat Malaka sampai ke pantai barat menghadap Lautan Hindia. Bahasa Aceh secara umum dipakai di Kota Langsa, Kabupaten Aceh Utara, Kota Lhokseumawe, Kabupaten Bireun, Kabupaten Pidie Jaya, Kabupaten Pidie, Kabupaten Aceh Besar, Kota Banda Aceh, dan juga di daerah Kota Sabang. Sebagian penduduk Kabupaten Aceh Timur tepatnya di wilayah Kecamatan Simpang Ulim, Aceh Barat tepatnya di Kecamatan Jaya, Aceh Selatan, Aceh Jaya, Aceh Singkil, Aceh Barat Daya, dan Nagan Raya juga menggunakan bahasa Aceh.
Bahasa Aceh terdiri atas tiga dialek, yaitu:
- dialek Baet Lambuot,
- dialek Mesjid Punteut, dan
- dialek Panthe Ketapang.
Dialek Baet Lambuot dituturkan di Kabupaten Aceh Besar dengan beberapa subdialek. Dialek Mesjid Punteut dituturkan di wilayah Kecamatan Simpang Ulim, Kabupaten Aceh Timur. Dialek Panthe Ketapang dituturkan di Kecamatan Jaya, wilayah Aceh bagian barat yang dikelilingi subdialek Baet Lambuot.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, persentase perbedaan antara dialek Mesjid Punteut dan dialek Panthe Ketapang sebesar 54%, antara dialek Baet Lambuot dan dialek Mesjid Punteut sebesar 51%, serta antara dialek Baet Lambuot dan dialek Panthe Ketapang sebesar 51%. Isolek Aceh merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81%-100 % jika dibandingkan dengan bahasa Gayo, Devayan, dan Sigulai.
Bahasa Jawa
[sunting]Provinsi Aceh(Sumatra)
Bahasa Jawa yang berada di wilayah Provinsi Aceh dituturkan di Desa Sidorejo, Kecamatan Gunung Meriah, Kabupaten Aceh Singkil; Desa Buket Pidie, Kecamatan Paya Bakong, Kabupaten Aceh Utara; Desa Alue Ie Itam, Kecamatan Indra Makmu, Kabupaten Aceh Timur; dan Desa Purwodadi, Kecamatan Kuala, Kabupaten Nagan Raya.
Bahasa Jawa di Provinsi Aceh terdiri atas empat dialek, yaitu:
- dialek Sidorejo dituturkan di Desa Sidorejo, Kecamatan Gunung Meriah, Kabupaten Aceh Singkil;
- dialek Bukit Pidie dituturkan di Desa Buket Pidie, Kecamatan Paya Bakong, Kabupaten Aceh Utara;
- dialek Alue Ie Itam dituturkan di Desa Alue Ie Itam, Kecamatan Indra Makmu, Kabupaten Aceh Timur; dan
- dialek Purwodadi dituturkan di Desa Purwodadi, Kecamatan Kuala, Kabupaten Nagan Raya.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, persentase perbedaan keempat dialek tersebut berkisar 51%-80%. Bahasa Jawa yang berada di Provinsi Aceh dapat dikatakan sebagai bahasa yang sama dengan bahasa Jawa yang berada di Surakarta dan Yogyakarta sebagai bahasa Jawa induknya dengan persentase perbedaan sebesar 60% (beda dialek). Isolek Jawa merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa Aceh, Devayan, Gayo, Sigulai, Batak, dan Nias.
Bahasa Gayo
[sunting]Provinsi Aceh(Sumatra)
Bahasa Gayo dituturkan di Kecamatan Tanah Jambo Aye,Kabupaten Aceh Utara; Kecamatan Tamiang Hulu, Kabupaten Aceh Tamiang; Kecamatan Blangkejeren, Kabupaten Gayo Lues; Kecamatan Silih Nara, Laut Tawar, Bebesan, Bintang, dan Linge, Kabupaten Aceh Tengah; Kecamatan Bandar, Kabupaten Bener Meriah (pemekaran dari Kabupaten Aceh Tengah); dan Kabupaten Aceh Tenggara, Provinsi Aceh.
Bahasa Gayo terdiri atas empat dialek, yaitu:
- dialek Sarah Raja,
- dialek Kaloi,
- dialek Kuta Lintang, dan
- dialek Remesan.
Dialek sarah Raja dituturkan di wilayah Kecamatan Tanah Jambo Aye, Kabupaten Aceh Utara. Menurut pengakuan penduduk, dialek Sarah Raja berbatasan dengan dialek Kaloi di sebelah timur dan dialek Kuta Lintang di sebelah selatan. Dialek Kaloi dituturkan di wilayah Kecamatan Tamiang Hulu, Kabupaten Aceh Tamiang. Wilayah tutur dialek Kaloi berbatasan dengan wilayah dialek Remesan di sebelah barat. Dialek Kuta Lintang (Gayo Lues) dituturkan di wilayah Kecamatan Blangkejeren, Kabupaten Gayo Lues. Dialek ini disebut juga dialek Gayo Lues karena wilayah sebarannya berada di Kabupaten Gayo Lues. Wilayah sebaran dialek Kuta Lintang berbatasan dengan wilayah penggunaan bahasa Batak di sebelah selatan dan dengan wilayah penggunaan dialek Remesan di sebelah utara. Dialek Remesan dituturkan di Kecamatan Silih Nara, Laut Tawar, Bebesan, Bintang, dan Linge, Kabupaten Aceh Tengah dan Kecamatan Bandar, Kabupaten Bener Meriah.
Bahasa Gayo dialek Kaloi juga dituturkan di wilayah Provinsi Sumatra Utara.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, persentase perbedaan keempat dialek tersebut berkisar 51%-80%. Isolek Gayo merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa Aceh, Batak, dan Nias.
Bahasa Minangkabau
[sunting]Provinsi Aceh(Sumatra)
Bahasa Minangkabau yang berada di wilayah Provinsi Aceh dituturkan di Desa Seruway/Peukan, Kecamatan Seruway; Desa Sunting, Kecamatan Bandar Pusaka, Kabupaten Aceh Tamiang; Desa Pisang, Kecamatan Labuhan Haji; Desa Lubuk Kayu, Kecamatan Samadua, Kabupaten Aceh Selatan; Desa Gosong Telaga Barat, Desa Gosong Telaga Timur; Desa Gosong Telaga Utara; Desa Gosong Telaga Selatan, Kecamatan Singkil Utara, Kabupaten Aceh Singkil; dan Desa Gunong Kleng, Kecamatan Meureubo, Kabupaten Aceh Barat Provinsi Aceh.
Bahasa Minangkabau di Provinsi Aceh terdiri atas tiga dialek, yaitu:
- dialek Tamiang dituturkan di Desa Seruway/Peukan, Kecamatan Seruway, Kabupaten Aceh Tamiang;
- dialek Sunting dituturkan di Desa Sunting, Kecamatan Bandar Pusaka, Kabupaten Aceh Tamiang; dan
- dialek Aneuk Jamee dituturkan di Desa Pisang, Kecamatan Labuhan Haji; Desa Lubuk Kayu, Kecamatan Samadua, Kabupaten Aceh Selatan; Desa Gosong Telaga Barat, Desa Gosong Telaga Timur, Desa Gosong Telaga Utara, Desa Gosong Telaga Selatan, Kecamatan Singkil Utara, Kabupaten Aceh Singkil; dan Desa Gunong Kleng, Kecamatan Meureubo, Kabupaten Aceh Barat.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, persentase perbedaan ketiga dialek tersebut berkisar 51%-80%. Persentase perbedaan bahasa Minangkabau dengan dialeksebarannya di luar Sumatra Barat seperti dengan dialek Aneuk Jamee di Aceh sebesar 56,50%. Isolek Minangkabau merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa Aceh, Devayan, Gayo, Sigulai, dan Nias.
Bahasa Sigulai
[sunting]Provinsi Aceh(Sumatra)
Bahasa Sigulai dituturkan di Desa Malasin, Kecamatan Simeulu Barat, Kabupaten Simeulue, Provinsi Aceh. Menurut pengakuan penduduk, wilayah bahasa Sigulai berbatasan dengan wilayah bahasa Devayan di sebelah selatan Desa Malasin.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Sigulai merupakan bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa di sekitarnya, misalnya, dengan bahasa Devayan sebesar 82,75%, bahasa Gayo 81%, dan bahasa Aceh 80%.
Bahasa Jawa
[sunting]Provinsi Sumatra Utara(Sumatra)
Bahasa Jawa yang berada di Provinsi Sumatera Utara dituturkan di Desa Bukit Mas, Kecamatan Besitang, Desa Muka Paya, Kecamatan Hinai, Kabupaten Langkat; Desa Sengon Sari, Kecamatan Aek Kuasan, Desa Buntu Pane, Kecamatan Buntu Pane, Kabupaten Asahan; Desa Kampung Pajak, Kecamatan NA IX-X, Kabupaten Labuhan Batu Utara; Desa Wonosari, Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang; Desa Naga Kesiangan, Kecamatan Tebing Tinggi, Kabupaten Serdang Bedagai; dan Desa Mayang, Kecamatan Bosar Maligas, Kabupaten Simalungun.
Bahasa Jawa di Provinsi Sumatra Utara terdiri atas sembilan dialek, yaitu:
- dialek Bukit Mas dituturkan di Desa Bukit Mas, Kecamatan Besitang, Kabupaten Langkat;
- dialek Sengon Sari dituturkan di Desa Sengon Sari, Kecamatan Aek Kuasan, Kabupaten Asahan;
- dialek Buntu Pane dituturkan di Desa Buntu Pane, Kecamatan Buntu Pane, Kabupaten Asahan;
- dialek Kampung Pajak dituturkan di Desa Kampung Pajak, Kecamatan NA IX-X, Kabupaten Labuhan Batu Utara;
- dialek Wonosari dituturkan di Desa Wonosari, Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang;
- dialek Tuntungan I dituturkan di Desa Tuntungan I, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang;
- dialek Naga Kesiangan dituturkan di Desa Naga Kesiangan, Kecamatan Tebing Tinggi, Kabupaten Serdang Bedagai;
- dialek mayang dituturkan di Desa Mayang, Kecamatan Bosar Maligas, Kabupaten Simalungun; dan
- dialek Muka Payang dituturkan di Desa Muka Paya, Kecamatan Hinai, Kabupaten Langkat.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, persentase perbedaan kesembilan dialek tersebut berkisar 51%-80%. Bahasa Jawa yang berada di Provinsi Sumatra Utara dapat dikatakan sebagai bahasa yang sama dengan bahasa Jawa yang berada di Surakarta dan Yogyakarta sebagai bahasa Jawa induknya dengan persentase perbedaan sebesar 52% (beda dialek). Isolek Jawa merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa Batak, Melayu, Gayo, Minangkabau, dan Nias.
Bahasa Melayu
[sunting]Provinsi Sumatra Utara(Sumatra)
Bahasa Melayu yang berada di Provinsi Sumatra Utara dituturkan di Desa Stabat Lama, Kecamatan Wampu, Kabupaten Langkat; Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat; Desa Sei Sakat, Kecamatan Panai Hilir, Kabupaten Labuhanbatu; Desa Cinta Air, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai; Desa Hamparan Perak, Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang; Desa Dolok Manampang, Kecamatan Dolok Masihul, Kabupaten Serdang Bedagai; Desa Asahan Mati, Desa Bagan Asahan, Desa Bagan Asahan Baru, dan Desa Bagan Asahan Pekan, Kecamatan Tanjung Balai, Kabupaten Asahan; Kecamatan Muara Sipongi, Kabupaten Mandailing Natal;Kelurahan Sorkam, Kecamatan Sorkam, Kabupaten Tapanuli Tengah; Kecamatan Binjai, Kabupaten Langkat; dan Kota Medan.
Bahasa Melayu di Provinsi Sumatra Utara terdiri atas 11 dialek, yaitu:
- dialek Stabat Lama,
- dialek Secanggang (Langkat),
- dialek Sungai Sakat (Labuhanbatu),
- dialek Cinta Air,
- dialek Hamparan Perak,
- dialek Dolok Manampang (Deli Serdang),
- dialek Tanjung Balai Asahan,
- dialek Muara Sipongi (Tapanuli Selatan),
- dialek Sorkam (Tapanuli Tengah),
- dialek Binjai, dan
- dialek Medan.
- Dialek Stabat Lama dituturkan di Desa Stabat Lama, Kecamatan Wampu, Kabupaten Langkat;
- dialek Secanggang (Langkat) dituturkan di Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat;
- dialek Sungai Sakat (Labuhanbatu) dituturkan di Desa Sei Sakat, Kecamatan Panai Hilir, Kabupaten Labuhanbatu;
- dialek Cinta Air dituturkan di Desa Cinta Air, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai;
- dialek Hamparan Perak dituturkan di Desa Hamparan Perak, Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang;
- dialek Dolok Manampang (Deli Serdang) dituturkan di Desa Dolok Manampang, Kecamatan Dolok Masihul, Kabupaten Serdang Bedagai, Provinsi Sumatra Utara;
- dialek Tanjung Balai Asahan dituturkan di Desa Asahan Mati, Desa Bagan Asahan, Desa Bagan Asahan Baru, dan Desa Bagan Asahan Pekan, Kecamatan Tanjung Balai, Kabupaten Asahan;
- dialek Muara Sipongi (Tapanuli Selatan) dituturkan di Kecamatan Muara Sipongi, Kabupaten Mandailing Natal;
- dialek Sorkam (Tapanuli Tengah) dituturkan di Kelurahan Sorkam, Kecamatan Sorkam, Kabupaten Tapanuli Tengah;
- dialek Binjai dituturkan di Kecamatan Binjai, Kabupaten Langkat; dan
- dialek Medan dituturkan di Kota Medan.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, persentase perbedaan kesebelas dialek tersebut berkisar berkisar 51%-71,50% (beda dialek). Isolek Melayu merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa Batak, Jawa, Gayo, Minangkabau, dan Nias.
Bahasa Minangkabau
[sunting]Provinsi Sumatra Utara(Sumatra)
Bahasa Minangkabau dituturkandi Desa Panggautan, Kecamatan Natal, Kabupaten Mandailing Natal dan Kelurahan Sorkam Kanan, Kecamatan Sorkam Barat, Kabupaten Tapanuli Tengah.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, persentase perbedaan bahasa Minangkabau dengan dialek Natal berkisar 55,75% dan dengan dialek Sorkam berkisar 71%. Dialek Sorkam (Sumatra Utara) merupakan varian dari bahasa Minangkabau. Dialek ini memiliki kedekatan dengan beberapa dialek Melayu di Sumatra Utara, misalnya dengan dialek Melayu di Desa Asahan Mati, Tanjung Balai sebesar 55,25%. Hal itu berarti secara linguistik, dialek Sorkam lebih dekat dengan bahasa Melayu di Asahan Mati, Tanjung Balai. Isolek Minangkabau merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa Batak, Jawa, Gayo, Melayu, dan Nias.
Bahasa Nias
[sunting]Provinsi Sumatra Utara(Sumatra)
Bahasa Nias (Li Niha) dituturkan di Desa Simaluaya, Kecamatan Pulau-Pulau Batu, Desa Pasar Teluk Dalam, Kecamatan Teluk Dalam, Kabupaten Nias Selatan; Desa Hilimboe, Kecamatan Susua, Desa Olora, Kecamatan Gunung Sitoli Utara, Kota Gunungsitoli; dan Kelurahan Pasar Lahewa, Kecamatan Lahewa, Kabupaten Nias. Orang Nias menyebut bahasa ini dengan nama Li Niha. Bahasa Nias di Provinsi Sumatra Utara memiliki empat dialek, yaitu:
- dialek Simaluaya dituturkan di Desa Simaluaya, Kecamatan Pulau-Pulau Batu, Kabupaten Nias Selatan;
- dialek Pasar Teluk Dalam dituturkan di Desa Pasar Teluk Dalam, Kecamatan Teluk Dalam, Kabupaten Nias Selatan;
- dialek Hilimboe dituturkan di Desa Hilimboe, Kecamatan Susua, Kabupaten Nias; dan
- dialek Nias Utara dituturkan di Desa Olora, Kecamatan Gunung Sitoli Utara, Kota Gunungsitoli dan Kelurahan Pasar Lahewa, Kecamatan Lahewa, Kabupaten Nias.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, persentase perbedaan keempat dialek tersebut berkisar 51%-69%. Isolek Nias merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa Batak, Jawa, Gayo, Minangkabau dan Melayu.
Bahasa Batak
[sunting]Provinsi Sumatra Barat(Sumatra)
Bahasa Batak yang berada di Provinsi Sumatera Barat dituturkan di Desa Simpang Tiga Cubadak, Kecamatan Talamau, Kabupaten Pasaman Barat. Bahasa Batak yang digunakan di daerah ini adalah dialek Mandailing. Persentase dialektometri antara dialek Mandailing yang berada di Provinsi Sumatra Utara dan di Provinsi Sumatra Barat sebesar 65,81%.
Selanjutnya, berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Batak merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa Nias dan Melayu.
Bahasa Devayan
[sunting]Provinsi Aceh(Sumatra)
Bahasa Devayan dituturkan di wilayah Desa Teluk Nibung, Kecamatan Pulau Banyak, Kabupaten Aceh Singkil (pemekaran dari Kabupaten Aceh Selatan) dan di Kecamatan Simeulue Timur, Kabupaten Simeulue, Provinsi Aceh. Bahasa Devayan terdiri atas dua dialek, yaitu:
- dialek Singkil Pulo dituturkan di Desa Teluk Nibung, Kecamatan Pulau Banyak, Kabupaten Aceh Singkil dan
- dialek Lugu dituturkan di Kecamatan Simeulue Timur, Pulau Simeulue, berbatasan dengan bahasa Sigulai di Ujung Barat.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, persentase perbedaan antara dialek Singkil Pulo dengan dialek Lugu berkisar 51%-80%. Isolek Devayan merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan sebesar 82,75% jika dibandingkan dengan bahasa Sigulai, Gayo, dan Aceh.
Bahasa Minangkabau
[sunting]Provinsi Sumatra Barat(Sumatra)
Bahasa Minangkabau di Provinsi Sumatra Barat terdiri atas lima dialek, yaitu:
- dialek Pasaman,
- dialek Agam-Tanah Datar,
- dialek Lima Puluh Kota,
- dialek Koto Baru, dan
- dialek Pancung Soal.
Dialek Pasaman dituturkan di Kabupaten Pasaman Barat dan Pasaman. Dialek Agam-Tanah Datar dituturkan di Kabupaten Agam, Tanah Datar, Kota Padang Panjang, Padang Pariaman, Solok, Kota Solok, Solok Selatan, dan Pesisir Selatan. Dialek Lima Puluh Kota dituturkan di Kabupaten Lima Puluh Kota, Kota Payakumbuh, Tanah Datar, Kota Sawahlunto, Kabupaten Sijunjung, dan Dharmasraya. Dialek Koto Baru dituturkan di Kabupaten Dhamasraya. Dialek Pancung Soal dituturkan di Pesisir Selatan.
Dari kelima dialek tersebut, dialek Agam-Tanah Datar merupakan dialek dengan jumlah penutur terbanyak dan memiliki sebaran geografis yang terluas. Dialek ini digunakan sebagai bahasa Minangkabau umum di pusat kota Sumatra Barat dengan menghilangkan ciri-ciri dialektal (ciri-ciri kedaerahan) yang ada pada beberapa subdialek. Pada wilayah tutur bahasa ini juga terdapat bahasa lain, yaitu bahasa Batak dialek Mandailing yang terdapat di bagian utara Provinsi Sumatra Barat.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, persentase perbedaan kelima dialek tersebut berkisar 51%-69%. Isolek Minangkabau merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa Batak dan Mentawai. Bahasa Minangkabau juga dituturkan di wilayah provinsi lain, yaitu Provinsi Aceh, Sumatra Utara, Riau, Jambi, dan Bengkulu. Bahasa Minangkabau di Provinsi Aceh terdiri atas tiga dialek, yaitu:
- dialek Tamiang,
- dialek Sunting, dan
- dialek Aneuk Jamee.
Bahasa Minangkabau di Provinsi Riau terdiri atas lima dialek, yaitu:
- dialek Rokan,
- dialek Kampar,
- dialek Basilam,
- dialek Indragiri, dan
- dialek Kuantan
Bahasa Mentawai
[sunting]Provinsi Sumatra Barat(Sumatra)
Bahasa Mentawai dituturkan di Desa Monganpoula, Kecamatan Siberut Utara; Desa Maileppet, Kecamatan Siberut Selatan; dan Desa Sioban, Kecamatan Sipora, dan Desa Makalo, Kecamatan Pagai Selatan, Kabupaten Kepulauan Mentawai, Provinsi Sumatra Barat. Bahasa Mentawai terdiri atas tiga dialek, yaitu:
- dialek Siberut Utara,
- dialek Siberut Selatan,dan
- dialek Sipora Pagai.
Dialek Siberut Utara dituturkan di Desa Monganpoula, Kecamatan Siberut Utara. Dialek Siberut Selatan dituturkan di Desa Maileppet, Kecamatan Siberut Selatan. Dialek Sipora Pagai dituturkan di Desa Sioban, Kecamatan Sipora, dan Desa Makalo, Kecamatan Pagai Selatan. Dialek Sipora-Pagai merupakan dialek standar karena sebaran geografisnya paling luas dan paling banyak jumlah penuturnya serta berada di pusat pemerintahan kabupaten.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, persentase perbedaan ketiga dialek tersebut berkisar 51%-69%. Isolek Mentawai merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa Batak dan Minangkabau.
Bahasa Banjar
[sunting]Provinsi Riau(Sumatra)
Bahasa Banjar yang berada di Provinsi Riau dituturkan di Desa Pekan Kamis, Kecamatan Tembilahan Hulu; Desa Simpang Gaung, Kecamatan Gaung; Desa Sungairaya dan Kelurahan Sungaipiring Kecamatan Batang Tuaka; Desa Telukjira, Kecamatan Tempuling, Kabupaten Indragiri Hilir. Bahasa Banjar terdiri atas empat dialek, yaitu:
- dialek Pekan Kamis,
- dialek Simpang Gaung,
- dialek Sungai Raya-Sungai Piring, dan
- dialek Teluk Jira.
Dialek Pekan Kemis dituturkan di Desa Pekan Kamis, Kecamatan Tembilahan Hulu. Dialek Simpang Gaung dituturkan di Desa Simpang Gaung, Kecamatan Gaung. Dialek Sungai Raya-Sungai Piring dituturkan di Desa Sungairaya dan Kelurahan Sungaipiring Kecamatan Batang Tuaka. Dialek Teluk Jira dituturkan di Desa Telukjira, Kecamatan Tempuling.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, persentase perbedaan keempat dialek tersebut berkisar 51%-80%. Persentase perbedaan antara bahasa Banjar yang terdapat di Provinsi Riau dan di Kalimantan Selatan sebesar 66,75% (beda dialek).
Bahasa Batak
[sunting]Provinsi Riau(Sumatra)
Bahasa Batak dialek Mandailing dituturkan di Kabupaten Rokan Hulu, Provinsi Riau. Isolek Batak merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa Melayu dan Minangkabau.
Bahasa Batak
[sunting]Provinsi Sumatra Utara(Sumatra)
Bahasa Batak dituturkan di Kabupaten Asahan, Kota Tanjung Balai, Kabupaten Simalungun (khususnya bagian pesisir barat), Kabupaten Dairi, Kabupaten Tapanuli Tengah,Kabupaten Tapanuli Utara, Kabupaten Karo, Kabupaten Langkat, dan bagian utara Kabupaten Deli Serdang. Bahasa Batak yang berada di Provinsi Sumatra Utara terdiri atas lima dialek, yaitu:
- dialek Toba,
- dialek Mandailing,
- dialek Simalungun,
- dialek Pakpak (Dairi), dan
- dialek Karo. Dialek Toba dituturkan di Kabupaten Asahan, Kota Tanjung Balai, Kabupaten Simalungun (khususnya bagian pesisir barat), Kabupaten Dairi, Kabupaten Tapanuli Tengah, Tapanuli Utara, Kabupaten Humbang Hasundutan, Kabupaten Toba, Kabupaten Samosir, dan bagian utara Kabupaten Deli Serdang.
Dialek Mandailing dituturkan di berada di bagian selatan Danau Toba, wilayah perbatasan Sumatra Barat (Kabupaten Pasaman Timur dan Barat), di daerah perbatasan Provinsi Riau (Kabupaten Rokan Hulu), dan di daerah perbatasan Provinsi Aceh. Dialek Simalungun dituturkan di Kabupaten Simalungun dan Kabupaten Tanjung Balai. Dialek Pakpak (Dairi)dituturkan di Kabupaten Dairi dan Kabupaten Tapanuli Utara. Dialek Karo dituturkan di Desa Parit Rindu, Kecamatan Kuala, Kabupaten Langkat; Desa Samura, Kecamatan Kabanjahe, Kabupaten Karo; Desa Pengambaten, Kecamatan Merek, Kabupaten Karo; Desa Kutagaluh, Kecamatan Tigabinanga, Kabupaten Karo; Desa Lau Kesumpat, Kecamatan Mardingding, Kabupaten Karo; Desa Lau Sireme, Kecamatan Tigalingga, Kabupaten Dairi; Desa Suka Makmur, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang; Desa Kutalimbaru, Kecamatan Kutalimbaru, Kabupaten Deli Serdang; Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Tanah Jawa, Kabupaten Simalungun; dan Desa Pasar VIII Namo Terasi, Kecamatan Sei Bingei, Kabupaten Langkat; dan Kota Medan. Wilayah tutur dialek Pakpak (Dairi) dituturkan di Kabupaten Dairi dan Kabupaten Tapanuli Utara.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, persentase perbedaan bahasa Batak dialek Toba dengan dialek Simalungun memiliki persentase perbedaan sebesar 69,25%; dengan dialek Mandailing sebesar 71,25%; dan dialek Pakpak (Dairi) sebesar 75,25%.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Batak merupakan bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa di sekitarnya, misalnya, dengan bahasa Gayo, Melayu, dan Nias.
Bahasa Batak juga dituturkan di wilayah provinsi lain. Bahasa Batak juga dituturkan di Provinsi Aceh, Sumatra Barat, dan Riau. Bahasa Batak yang dituturkan di Provinsi Aceh terdiri atas lima dialek, yaitu:
- dialek Alas,
- dialek Angkola,
- dialek Mandailing,
- dialek Kluet, dan
- dialek Dairi.
Bahasa Batak yang dituturkan di Provinsi Sumatra Barat dan Riau memiliki satu dialek, yaitu dialek Mandailing.
Bahasa Bugis
[sunting]Provinsi Riau(Sumatra)
Bahasa Bugis yang berada di Provinsi Riau dituturkan di Desa Tekulai Bugis, Kecamatan Tanah Merah, Kabupaten Indragirihilir; Desa Pulaukecil, Kecamatan Reteh, Kabupaten Indragirihilir; dan Desa Sungai Sebesi, Kabupaten Bengkalis.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Bugis di Indragiri hilir berbeda dialek dengan yang terdapat di Pulau Sulawesi dengan persentase perbedaan 69%. Isolek Bugis di Desa Sungai Sebesi, Kabupaten Bengkalis dengan isolek Bugis yang terdapat di Pulau Sulawesi berbeda dialek dengan persentase 79%.
Bahasa Melayu
[sunting]Provinsi Riau(Sumatra)
Bahasa Melayu dituturkan di wilayah Provinsi Riau. Isolek Melayu merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa Banjar dan Bugis. Sekelompok isolek di Provinsi Riau bagian tengah dan barat yang diakui sebagai bahasa Melayu memiliki persentase fonologis dan leksikon yang menggolongkan isolek-isolek tersebut sebagai bahasa berbeda dengan bahasa Melayu berkisar 88,25%.
Bahasa Bajau Tungkal Satu
[sunting]Provinsi Jambi(Sumatra)
Bahasa Bajau Tungkal Satu dituturkan di Desa Tungkal Satu, Kecamatan Tungkal Ilir, Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Provinsi Jambi.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Bajau Tungkal Satu merupakan sebuah bahasa dengan persentase berkisar 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa Kerinci. Bahasa Bajau Tungkal Satu berbeda dengan bahasa Bajo yang terdapat di Pulau Sulawesi dengan persentase perbedaan sebesar 85,5%.
Bahasa Minangkabau
[sunting]Provinsi Riau(Sumatra)
Bahasa Minangkabau yang berada di Provinsi Riau dituturkan di Kabupaten Rokan Hilir, Kabupaten Rokan Hulu, Kabupaten Kampar, Kota Pekanbaru, Kabupaten Pelalawan, Kabupaten Kuantan Singigi (Kuansing), Kabupaten Indragiri Hilir, dan Kabupaten IndragiriHulu. Bahasa Minangkabau di Provinsi Riau terdiri atas lima dialek, yaitu:
- dialek Rokan,
- dialek Kampar,
- dialek Basilam,
- dialek Indragiri, dan
- dialek Kuantan.
Dialek Rokan dituturkan di Kabupaten Rokan Hilir dan Rokan Hulu. Dialek Kampar dituturkan di Kabupaten Rokan Hilir, Rokan Hulu, Kampar, Kota Pekanbaru, Pelalawan, Kuantan Singigi (Kuansing), dan IndragiriHulu. Dialek Basilam dituturkan di Kabupaten Rokan Hilir. Dialek Indragiri dituturkan di Kabupatan Rokan Hulu, IndragiriHulu, dan Indragiri Hilir. Dialek Kuantan dituturkan di Kabupaten Kuantan Singingi (Kuansing).
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, persentase perbedaan kelima dialek tersebut berkisar 51%-69%. Selanjutnya, isolek Minangkabau merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa Melayu, Batak, Bugis, dan Banjar.
Bahasa Banjar
[sunting]Provinsi Jambi(Sumatra)
Bahasa Banjar yang berada di Provinsi Jambi dituturkan di Desa Parit Pudin, Kecamatan Pangabuan, Kabupaten Tanjung Jabung Barat; Desa Pembengis, Kecamatan Bram Itam, Kabupaten Tanjung Jabung Barat; dan Desa Sungairambut, Kecamatan Berbak, Kabupaten Tanjung Jabung Timur.
Bahasa Banjar yang terdapat di Provinsi Jambi terdiri atas tiga dialek, yaitu:
- dialek Paritpudin,
- dialek Pembengis, dan
- dialek Sungairambut.
Dialek Paritpudin yang dituturkan di Desa Parit Pudin, Kecamatan Pangabuan, Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Dialek Pembengis yang dituturkan di Desa Pembengis, Kecamatan Bram Itam, Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Dialek Sungairambut yang dituturkan di Desa Sungairambut, Kecamatan Berbak, Kabupaten Tanjung Jabung Timur.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, persentase perbedaan ketiga dialek tersebut berkisar 53,75-56%. Sementara itu, persentase perbedaan bahasa Banjar yang terdapat di Kalimantan Selatan dan di Provinsi Jambi sebesar 72,75% sehingga berbeda dialek.
Bahasa Bugis
[sunting]Provinsi Jambi(Sumatra)
Bahasa Bugisyang berada di Provinsi Jambi dituturkan di Desa Sungai Jambat, Kecamatan Sadu, Kabupaten Tanjung Jabung Timur; Kelurahan Kampunglaut, Kecamatan Kuala Jambi, Kabupaten Tanjung Jabung Timur; dan Desa Tangkit, Kecamatan Sungai Gelam, Kabupaten Muaro Jambi.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Bugis yang dituturkan di Provinsi Jambi merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa Bajau Tungkal Satu, Kerinci, dan Melayu.
Bahasa Jawa
[sunting]Provinsi Jambi(Sumatra)
Bahasa Jawa yang berada di Provinsi Jambi dituturkan di Kelurahan Senyerang, Kecamatan Senyerang, Kabupaten Tanjung Jabung Barat; Desa Rantau Jaya, Kecamatan Rantau Rasau, Kabupaten Jabung Timur; Desa Pematang Kancil, Kecamatan Pemenang, Kabupaten Merangin; dan Desa Semaran, Kecamatan Pauh, Kabupaten Sarolangun. Bahasa Jawa yang terdapat di Provinsi Jambi terdapat empat dialek yaitu:
- dialek Senyerang,
- dialek Rantau Jaya,
- dialek Pematang Kancil, dan
- dialek Semarandan.
Dialek Senyerang dituturkan di Kelurahan Senyerang, Kecamatan Senyerang, Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Dialek Rantau Jaya dituturkan di Desa Rantau Jaya, Kecamatan Rantau Rasau, Kabupaten Jabung Timur. Dialek Pematang Kancil dituturkan di Desa Pematang Kancil, Kecamatan Pemenang, Kabupaten Merangin. Dialek Semarandan dituturkan di Desa Semaran, Kecamatan Pauh, Kabupaten Sarolangun.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, persentase perbedaan keempat dialek tersebut berkisar 58%-66,75%. Bahasa Jawa yang berada di Provinsi Jambi dapat dikatakan sebagai bahasa yang sama dengan bahasa Jawa yang berada di Surakarta dan Yogyakarta dengan persentase perbedaan sebesar 60% sehingga beda dialek.
Bahasa Kerinci
[sunting]Provinsi Jambi(Sumatra)
Bahasa Kerinci dituturkan di Desa Pengasih Lama, Kecamatan Bukitkerman; Desa Koto Tuo Ujung Pasir, Desa Seleman, Kecamatan Danau Kerinci; Desa Hiang tinggi, Kecamatan Sitinjau Laut; Desa Koto Lebu dan Desa Koto Lolo, Kecamatan Pondong Tinggi; Desa Sungaiabu, Kecamatan Kerinci; Desa Belui, Kecamatan Air Hangat Timur; serta Desa Mukai Tinggi dan Desa Sung Betung Ilir, Kecamatan Gunung Kerinci, Kabupaten Kerinci. Menurut pengakuan penduduk, wilayah tutur bahasa Kerinci di sebelah timur berbatasan dengan wilayah bahasa Melayu dialek Jambi; di sebelah barat berbatasan dengan bahasa Minangkabau; di sebelah utara bahasa Melayu dialek Bungo; di sebelah selatan berbatasan dengan bahasa Bengkulu. Bahasa Kerinci terdiri atas tujuh dialek, yaitu:
- dialek Gunung Raya,
- dialek Danau Kerinci,
- dialek Sitinjau Laut,
- dialek Sungai Penuh,
- dialek Pembantu Sungai Tutung,
- dialek Belui Air Hangat, dan
- dialek Gunung Kerinci.
Dialek Gunung Raya dituturkan di Desa Pengasih Lama, Kecamatan Bukitkerman. Dialek Danau Kerinci dituturkan di Desa Koto Tuo Ujung Pasir, Kecamatan Danau Kerinci dan di Desa Seleman, Kecamatan Danau Kerinci. Dialek Sitinjau Laut dituturkan di Desa Hiang tinggi, Kecamatan Sitinjau Laut. Dialek Sungai Penuh dituturkan di Desa Koto Lebu, Kecamatan Pondong Tinggi dan Desa Koto Lolo. Dialek Pembantu Sungai Tutung dituturkan di Desa Sungaiabu, Kecamatan Kerinci. Dialek Belui Air Hangat dituturkan di Desa Belui, Kecamatan Air Hangat Timur. Dialek Gunung Kerinci dituturkan di Desa Mukai Tinggi serta Sung Betung Ilir Kecamatan Gunung Kerinci.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, persentase perbedaan ketujuh dialek tersebut berkisar 51%-65,50%. Isolek Kerinci merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa Bengkulu dan Minangkabau.
Bahasa Melayu
[sunting]Provinsi Jambi(Sumatra)
Bahasa Melayu dituturkan di Provinsi Jambi. Bahasa Melayu yang terdapat di Provinsi Jambi terdiri atas delapan dialek, yaitu:
- dialek Tanjung Jabung Timur,
- dialek Kota Jambi,
- dialek Muarajambi,
- dialek Batanghari,
- dialek Tebo,
- dialek Bungo,
- dialek Sarolangun, dan
- dialek Marangin.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, persentase perbedaan ketujuh dialek tersebut berkisar 51%-80% sehingga beda dialek. Isolek Kerinci merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa Minangkabau, Kerinci, dan Bajau Tungkal Satu.
Bahasa Minangkabau
[sunting]Provinsi Jambi(Sumatra)
Bahasa Minangkabau yang berada di Provinsi Jambi dituturkan di Desa Pelawan, Kecamatan Pelawan; Desa Tanjung Raden, Kecamatan Danau Teluk; dan Desa Rantau Panjang, Kecamatan Batang Asai, Kabupaten Sarolangun.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, perbedaan bahasa Minangkabau dengan dialek sebarannya di luar Sumatra Barat, seperti dengan dialek Sarolangun di Jambi persentase perbedaan berkisar 62,25%. Isolek Minangkabau merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa Melayu, Kerinci, dan Bajau Tungkal Satu.
Bahasa Jawa
[sunting]Provinsi Sumatra Selatan(Sumatra)
Bahasa Jawa yang berada di Provinsi Sumatera Selatan dituturkan di Desa Makarti Jaya, Kecamatan Tembingtinggi, Kabupaten Empat Lawang dan Desa Sebubus, Kecamatan Air Kumbang serta Desa Gelebak Dalam, Kecamatan Rambutan, Kabupaten Banyuasin, Provinsi Sumatra Selatan. Bahasa Jawa yang terdapat di Sumatra Selatanterdapat tiga dialek, yaitu:
- dialek Makarti Jaya,
- dialek Gelebak Dalam-Sebubus, dan
- dialek Penyandingan.
Dialek Makarti Jaya dituturkan di Desa Makarti Jaya, Kecamatan Tembingtinggi, Kabupaten Empat Lawang. Dialek Gelebak Dalam-Sebubus dituturkan di Desa Sebubus, Kecamatan Air Kumbang, Desa Gelebak Dalam, Kecamatan Rambutan Kabupaten Banyuasin. Dialek Penyandingan dituturkan di Desa Penyandingan, Kecamatan Sosoh Buay Rayap, Kabupaten Ogan Komering Ulu.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, persentase perbedaan ketiga dialek tersebut berkisar 51%-80%. Bahasa Jawa yang berada di Provinsi Sumatra Selatan dapat dikatakan sebagai bahasa yang sama dengan bahasa Jawa yang berada di Surakarta dan Yogyakarta dengan persentase perbedaan sebesar 60% sehingga beda dialek.
Bahasa Kayu Agung
[sunting]Provinsi Sumatra Selatan(Sumatra)
Bahasa Kayu Agung dituturkan di wilayah Kecamatan Tanjungsakti Pumu, Kabupaten Lahat; Desa Landur, Kecamatan Pendopo, Kabupaten Empat Lawang; Desa Rekimai Jaya, Kecamatan Semende Darat Tengah, Kabupaten Muara Enim; Desa Pagar Dewa, Kecamatan Warkuk Ranau Selatan, Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur; Desa Pematang Panggang, Kecamatan Mesuji, Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI); Desa Lubuk Karet, Kecamatan Betung, Kabupaten Banyuasin; Desa Gedung Agung, Jati, Gunung Kembang, dan Lubuk Layang Ulu, Kabupaten Lahat; Desa Niur Kecamatan Muara Pinang, Kabupaten Empat Lawang; Desa Talang Taling, Lembak, Lubuk Nipis, Seleman, Talang Akar, Kabupaten Muara Enim; Desa Tanjung Kurung, Provinsi Sumatra Selatan; Desa Telang, Epil, Rantau Panjang, Kelurahan Sukomoro, Kabupaten Musi Banyuasin (MUBA); Desa. Meranjat Ilir, Kabupaten Ogan Ilir, Kelurahan Pancur Pungah, Rantau Nipis, Blambangan, Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur; Desa Perigi, Kecamatan Kayu Agung, Kabupaten Ogan Komering Ilir (OK); Desa Babatan Baru, Kecamatan Kikim Barat, Kabupaten Lahat; Desa Lubuk Rumbai, Kecamatan Tuah Negeri, Kabupaten Musi Rawas; dan Kelurahan Ngulak I dan Kelurahan Ngulak, Kecamatan Sanga Desa, Kabupaten Musi Banyuasin. Bahasa Kayu Agung yang terdapat di Sumatra Selatanterdapat sembilan dialek, yaitu:
- dialek Lintang,
- dialek Kimak,
- dialek Pagar Dewa,
- dialek Pematang,
- dialek Penesak, 6) dialek Kayu Agung Perigi,
- dialek Kikim,
- dialek Lubuk Rumbai, dan
- dialek Ngulak.
Dialek Lintang dituturkan di Kecamatan Tanjungsakti Pumu, Kabupaten Lahat; dan Desa Landur, Kecamatan Pendopo, Kabupaten Empat Lawang. Dialek Kimak dituturkan di Desa Rekimai Jaya, Kecamatan Semende Darat Tengah, Kabupaten Muara Enim. Dialek Pagar Dewa dituturkan di Desa Pagar Dewa, Kecamatan Warkuk Ranau Selatan, Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur. Dialek Pematang dituturkan di Desa Pematang Panggang, Kecamatan Mesuji, Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI). Dialek Penesak dituturkan di Desa Lubuk Karet, Kecamatan Betung, Kabupaten Banyuasin; Desa Gedung Agung, Jati, Gunung Kembang, dan Lubuk Layang Ulu, Kabupaten Lahat; Desa Niur Kecamatan Muara Pinang, Kabupaten Empat Lawang; Desa Talang Taling, Lembak, Lubuk Nipis, Seleman, Talang Akar, Kabupaten Muara Enim; Desa Tanjung Kurung, Provinsi Sumatra Selatan; Desa Telang, Epil, Rantau Panjang, Kelurahan Sukomoro, Kabupaten Musi Banyuasin (MUBA); Desa Meranjat Ilir, Kabupaten Ogan Ilir, Kelurahan Pancur Pungah, Rantau Nipis, Blambangan, Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur. Dialek Kayu Agung Perigi dituturkan di Desa Perigi, Kecamatan Kayu Agung, Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI). Dialek Kikim dituturkan di Desa Babatan Baru, Kecamatan Kikim Barat, Kabupaten Lahat Dialek Lubuk Rumbai yang dituturkan di Desa Lubuk Rumbai, Kecamatan Tuah Negeri, Kabupaten Musi Rawas. Dialek Ngulak dituturkan di Kelurahan Ngulak I dan Kelurahan Ngulak, Kecamatan Sanga Desa, Kabupaten Musi Banyuasin.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, persentase perbedaan kesembilan dialek tersebut berkisar 51%-80%. Isolek Kayu Agung merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81-100% jika dibandingkan dengan bahasa Melayu, Komering, Lematang, Ogan, Pedamaran, dan Melayu.
Bahasa Komering
[sunting]Provinsi Sumatra Selatan(Sumatra)
Bahasa Komering dituturkan di wilayah Desa Negeri Batin, Desa Sriwangi, Kecamatan Semendawai Suku III; Desa Campang Tiga, Kecamatan Cempaka; Desa Sukaraja,; Desa Pulau Negara, Kecamatan Lubuk Linggau Timur; Desa Batu Raja Bungin, Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur (OKU), Kabupaten Ogan Komering Ulu, dan Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan, Provinsi Sumatra Selatan. Bahasa Komering yang terdapat di Provinsi Sumatra Selatan terdiri atas dua dialek, yaitu:
- dialek Pulau Negara dan
- dialek Aji.
Dialek Pulau Negara dituturkan oleh masyarakat yang berada di Desa Sriwangi, Kecamatan Semendawai Suku III; Desa Campang Tiga, Kecamatan Cempaka; Desa Sukaraja,; Desa Pulau Negara, Kecamatan Lubuk Linggau Timur; Desa Batu Raja Bungin, Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur (OKU). Dialek Aji dituturkan di Desa Negeri Batin, Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur (OKU).
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, persentase perbedaan kedua dialek tersebut berkisar 51%-80%. Isolek Komering merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa Pedamaran, Ogan, Melayu, Lematang, dan Kayu Agung.
Bahasa Melayu
[sunting]Provinsi Sumatra Selatan(Sumatra)
Bahasa Melayu yang berada di Provinsi Sumatra Selatan dituturkan di wilayah Kecamatan Saling, Kabupaten Empat Lawang; Kelurahan Selangit, Kecamatan Selangit, Kabupaten Musi Rawas; Kecamatan Rupit, Kabupaten Musi Rawas Utara; Desa Bentayan, Kecamatan Tungkal Ilir, Kabupaten Banyuasin; Kelurahan 16 Ulu, Kecamatan Seberang Ulu II Kota Palembang; Desa Padang Bindu, Kecamatan Talang Ubi, Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir, Provinsi Sumatra Selatan.
Bahasa Melayu yang terdapat di Provinsi Sumatra Selatan terdiri atas sembilan dialek, yaitu:
- dialek Palembang Sukabangun,
- dialek Kisam,
- dialek Muara Saling yang dituturkan di Kecamatan Saling, Kabupaten Empat Lawang,
- dialek Selangit yang dituturkan di Kelurahan Selangit, Kecamatan Selangit, Kabupaten Musi Rawas,
- dialek Rupit yang dituturkan di Kecamatan Rupit, Kabupaten Musi Rawas Utara,
- dialek Bentayanyang dituturkan di Desa Bentayan, Kecamatan Tungkal Ilir, Kabupaten Banyuasin,
- dialek Palembang 16 Uluyang dituturkan di Kelurahan 16 Ulu, Kecamatan Seberang Ulu II Kota Palembang,
- dialek Padang Binduyang dituturkan di Desa Padang Bindu, dan
- dialek Talang Ubi yang dituturkan di Kecamatan Talang Ubi,Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, persentase perbedaan kesembilan dialek tersebut berkisar 51%-80%. Isolek Melayu merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa bahasa Kayu Agung, Ogan, Pademaran, Komering, dan Lematang.
Bahasa Lematang
[sunting]Provinsi Sumatra Selatan(Sumatra)
Bahasa Lematang dituturkan di wilayah Desa Serdang Menang, Desa Sungai Ceper, Desa Suka Cinta, Kabupaten Ogan Komering Ilir; Desa Ulak Kerbau Lama, Desa Rantau Alai, Kabupaten Ogan Ilir; Desa Kota Dalam, Desa Muara Sindang Tengah, Desa Kuripan, Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur; Desa Gunung Megang, Desa Gedung Agung, Talang Akar, Kabupaten Lahat; Desa Muara Lematang, Desa Ujan Mas Lama, Desa Tanjung Raman, Desa Pagar Gunung, Desa Sugihan, Desa Jemenang, Desa Pajar Bulan, Kabupaten Muara Enim; Desa Rambutan, Kabupaten Banyuasin, dan Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan, Provinsi Sumatra Selatan. Bahasa Lematang yang ada di Provinsi Sumatra Selatan, terdiri atas lima dialek, yaitu:
- dialek Pegagan,
- dialek Lematang Lahat,
- dialek Lematang Ujan Mas Lama,
- dialek Rambutan, dan
- dialek Rambang.
Dialek Pegagan dituturkan di Desa Serdang Menang, Desa Sungai Ceper, Desa Suka Cinta, Kabupaten Ogan Komering Ilir; Desa Ulak Kerbau Lama, Kabupaten Ogan Ilir, Desa Kota Dalam, Desa Muara Sindang Tengah,Desa Kuripan, Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur; Desa Pajar Bulan, Kabupaten Muara Enim; Desa Rantau Alai, Kabupaten Ogan Ilir, dan Desa Gunung Megang, Kabupaten Lahat. Dialek Lematang Lahatdituturkan oleh penduduk Desa Gedung Agung, Talang Akar, Kabupaten Lahat; Desa Muara Lematang, Kabupaten Muara Enim. Dialek Lematang Ujan Mas Lama dituturkan oleh penduduk Desa Ujan Mas Lama, Kabupaten Muara Enim. Dialek Rambutan dituturkan oleh penduduk Desa Rambutan, Kabupaten Banyuasin. Dialek Rambang dituturkan oleh penduduk Desa Tanjung Raman, Desa Pagar Gunung, Desa Sugihan, Desa Jemenang, Kabupaten Muara Enim.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, persentase perbedaan kelima dialek tersebut berkisar 51%-80%. Isolek Lematang merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa Kayu Agung, Ogan, Pademaran, Komering, dan Melayu.
Bahasa Ogan
[sunting]Provinsi Sumatra Selatan(Sumatra)
Bahasa Ogan dituturkan di Desa Karang Dapo, Kecamatan Peninjauan Kabupaten Ogan Komering Ulu; Desa Talang Akar, Kabupaten Muara Enim{}; Desa Simpang Bayat, Supat, Sindang Marga,{}dan Bumi Ayu, Kabupaten Musi Banyuasin; Kelurahan Bingin Teluk, Rantau Kadam, Lubuk Pandan, Muara Lakitan, Lubuk Besar, Kelurahan Lubuk Kupang, Kelurahan Batu Urip Kota Lubuk Linggau, Muara Kulam, dan Lesung Batu, Kabupaten Musi Rawas Utara; Desa Rantau Alai, Kabupaten Ogan Ilir; Desa Peninjauan, Tanjung Dalam, Ulak Pandan, dan Belandang, Kabupaten Ogan Komering Ulu; dan Desa Pelabuh Dalam, Desa Parit, Sakatiga Seberang, Desa Tebing Gerinting Selatan dan Desa Tebing Gerinting Utara Nagasaridan Lubuk Tunggal, Kabupaten Ogan Ilir.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Ogan merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa Komering, Lematang, Pedamaran, Melayu, dan Kayu Agung.
Bahasa Pedamaran
[sunting]Provinsi Sumatra Selatan(Sumatra)
Bahasa Pedamaran dituturkan di Desa Pedamaran 5, Kecamatan Pedamaran, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Provinsi Sumatra Selatan.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Pedamaran merupakan bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa Komering, Lematang, Melayu, Ogan, dan Kayu Agung.
Bahasa Bengkulu
[sunting]Provinsi Bengkulu(Sumatra)
Bahasa Bengkulu dituturkan di wilayah Kecamatan Ipuh, Kecamatan Teluk Segara, Kecamatan Muara Bangkahulu, Kota Bengkulu; Desa Pelalo, Desa Taba Tinggi daerah Padang Ulak Tanding, Kabupaten Rejang Lebong; Desa Tanjung Betuah, Daerah Merpas, Bengkulu bagian Selatan; Daerah Kepahiang; Desa Ketahun (Air Lelangi) dan Muko-Muko Selatan; Kaur Selatan (Jembatan Dua dan Tanjung Bunga), Kaur Tengah (Lubuk Gung), Desa Gading Cempaka (Tanah Patah), Kota Bengkulu.
Bahasa Bengkulu di Provinsi Bengkulu memiliki sembilan dialek, yaitu:
- dialek Muko-Muko,
- dialek Lembak I,
- dialek Lembak II,
- dialek Nasal I,
- dialek Nasal II,
- dialek Serawai-Pasemah,
- dialek Pekal,
- dialek Kaur, dan
- dialek Bengkulu Kota.
Dialek Muko-Muko dituturkan di wilayah Muko-Muko Selatan dan Utara, Kecamatan Ipuh, Bengkulu bagian utara. Dialek Lembak I dituturkan di wilayah Kecamatan Teluk Segara, Kecamatan Muara Bangkahulu, Kota Bengkulu. Dialek Lembak II dituturkan di wilayah Desa Pelalo, Desa Taba Tinggi daerah Padang Ulak Tanding, Kabupaten Rejang Lebong. Dialek Nasal I dituturkan di wilayah Desa Tanjung Betuah, Bengkulu bagian Selatan. Dialek Nasal II dituturkan di wilayah Daerah Merpas, Bengkulu bagian selatan. Dialek Serawai-Pasemah dituturkan di wilayah Bengkulu bagian Selatan (Manna, Seginim, Pino Sukaraja, Seluma), Talo, Kaur Utara di Talang Jawi dan Padang Leban, Rejang Lebong tepatnya di daerah Kepahiang (Tapak Gedung). Dialek Pekal dituturkan di Desa Ketahun (Air Lelangi) dan Muko-Muko Selatan (Lubuk Talang). Dialek Kaur dituturkan di wilayah Kaur Selatan (Jembatan Dua dan Tanjung Bunga), Kaur Tengah (Lubuk Gung). Dialek Bengkulu Kota dituturkan di wilayah, Desa Gading Cempaka (Tanah Patah), Kota Bengkulu.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri,isolek Bengkulu merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa Enggano dan Rejang, sedangkan berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, persentase perbedaan kesembilan dialek bahasa Bengkulu tersebut berkisar 54%-80%.
Isolek Muko-Muko dari segi dialektometri (bukti kuantitatif) mempunyai kedekatan dengan bahasa Minangkabau, yaitu masih termasuk dialek bahasa Minangkabau. Namun, karena persentasenya lebih tinggi jika dibandingkan bahasa Minangkabau dan bahasa Bengkulu, isolek Muko-Muko dapat dikatakan lebih dekat dengan bahasa Bengkulu. Oleh karena itu, isolek ini dianggap sebagai variasi dialektal dari bahasa Bengkulu. Di beberapa daerah lain di wilayah Muko-Muko terdapat bukti bahwa isolek yang dituturkan di daerah tersebut lebih dekat hubungannya ke bahasa Minangkabau. Hal itu didukung oleh beberapa hasil penelitian, seperti penelitian Kasim dkk (1987) dan Nadra dkk (2006). Di samping itu, juga dinyatakan oleh Cipta (ed., 1999) dalam buku Sang Putri: Aspek Historis Syair Muko-Muko bahwa orang Muko-Muko berasal dari Minangkabau. Bukti lain yang mendukung adalah bahwa orang Muko-Muko menganut sistem kekerabatan matrilineal.
Bahasa Jawa
[sunting]Provinsi Bengkulu(Sumatra)
Bahasa Jawa yang berada di Provinsi Bengkulu dituturkan di Desa Tunggang, Kecamatan Lebong Utara, Kabupaten Lebong.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Jawa merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa Bengkulu, Rejang, dan Enggano. Bahasa Jawa yang berada di Provinsi Bengkulu dengan yang berada di Surakarta dan Yogyakarta, sebagai bahasa Jawa induknya, merupakan bahasa yang sama dengan persentase perbedaan sebesar 68% sehingga berbeda dialek.
Bahasa Enggano
[sunting]Provinsi Bengkulu(Sumatra)
Bahasa Enggano dituturkan di Desa Banjar Sari, Malakoni, dan Kahyapu, Kecamatan Enggano, Kabupaten Bengkulu Utara, Provinsi Bengkulu.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Enggano merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa Bengkulu dan Rejang
Bahasa Minangkabau
[sunting]Provinsi Bengkulu(Sumatra)
Bahasa Minangkabau yang berada di Provinsi Bengkulu dituturkan di Kabupaten Muko-Muko, Provinsi Bengkulu.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, perbedaan bahasa Minangkabau dengan dialek sebarannya di luar Sumatra Barat, seperti bahasa Minangkabau dengan dialek Muko-Muko di Bengkulu berkisar 65,48% sehingga berbeda dialek. Isolek Minangkabau merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa Bengkulu, Rejang, dan Enggano.
Bahasa Rejang
[sunting]Provinsi Bengkulu(Sumatra)
Bahasa Rejang dituturkan di Desa Kuro Tidur, Kecamatan Arga Makmur, Desa Durian Amparan, Kecamatan Batik Nau, Kabupaten Bengkulu Utara; Desa Kelindang, Kecamatan Merigi Kelindang, Kabupaten Bengkulu Tengah; Desa Kelilik Kecamatan Kepahiang, Kabupaten Kepahiang; Desa Pelabi, Kecamatan Lebong Utara, Desa Kesambe Lama, Kecamatan Curup Timur, Kabupaten Rejang Lebong; Desa Embong, Kecamatan Uram Jaya, Desa Bandar Agung, Kecamatan Lebong Selatan, Desa Ujung Tanjung 1, Desa Ujung Tanjung II, Desa Ujung Tanjung III, Kecamatan Lebong Sakti, Kabupaten Lebong.
Bahasa Rejang yang berada di Provinsi Bengkulu memiliki lima dialek, yaitu:
- dialek Arga Makmur,
- dialek Curup,
- dialek Kepahiang,
- dialek Lebong Utara, dan
- dialek Lebong Selatan.
Dialek Arga Makmur dituturkan di Desa Kuro Tidur, Kecamatan Arga Makmur, Desa Durian Amparan, Kecamatan Batik Nau, Bengkulu Utara dan Desa Kelindang, Kecamatan Merigi Kelindang, Kabupaten Bengkulu Tengah. Dialek Curup dituturkan di Desa Kelilik Kecamatan Kepahiang, Kabupaten Kepahiang dan Desa Pagar Agung di Kecamatan Lebong Tengah, Kecamatan Berbani Ilir, dan Kecamatan Merigi Sakti. Dialek Kepahiang menyebar di Desa Embong, Kecamatan Uram Jaya; Desa Bandar Agung, Kecamatan Lebong Selatan; Desa Ujung Tanjung 1, Desa Ujung Tanjung II, Desa Ujung Tanjung III, Kecamatan Lebong Sakti, Kabupaten Lebong. Dialek Lebong Utara dituturkan di Desa Kesambe Lama, Kecamatan Curup Timur, Kabupaten Rejang Lebong. Dialek Lebong Selatan dituturkan di Desa Pelabi, Kecamatan Lebong Utara, Kabupaten Rejang Lebong.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Rejang merupakan bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa Bengkulu dan Enggano, sedangkan berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, persentase perbedaan kelima dialek tersebut berkisar 51%-80%.
Bahasa Sunda
[sunting]Provinsi Bengkulu(Sumatra)
Bahasa Sunda yang berada di Provinsi Bengkulu dituturkan diDesa Air Kopras, Kecamatan Pinang Belapis, Kabupaten Lebong, Provinsi Bengkulu.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Sunda merupakan bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa Bengkulu, Rejang, dan Enggano. Bahasa Sunda yang dituturkan di Provinsi Bengkulu dengan bahasa Sunda yang dituturkan di Provinsi Jawa Barat merupakan bahasa yang sama dengan persentase perbedaan 71%.
Bahasa Bali
[sunting]Provinsi Lampung(Sumatra)
Bahasa Bali yang berada di Provinsi Lampung dituturkan di Desa Rama Murti, Kecamatan Seputih Raman, Kabupaten Lampung Tengah dan Desa Bali Sadar Utara, Kecamatan Banjit, Kabupaten Way Kanan.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Bali merupakan sebuah bahasa dengan persentase berkisar 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa Lampung dan Basemah. Bahasa Bali yang berada di Provinsi Lampung ini merupakan bahasa yang sama dengan bahasa Bali yang berada di Provinsi Bali sebagai bahasa induknya dengan persentase perbedaan sebesar 77,5% sehingga berbeda dialek.
Bahasa Basemah
[sunting]Provinsi Lampung(Sumatra)
Bahasa Basemah dituturkan di wilayah Desa Juku Batu, Kecamatan Banjit, Kabupaten Way Kana; Desa Way Petai, Kecamatan Sumber Jaya, Kabupaten Lampung Barat; Desa Palas Pasemah, Kecamatan Palas, Desa Rangai Tri Tunggal, Kecamatan Katibung, Kabupaten Lampung Selatan; Desa Sungai Badak, Kecamatan Mesuji, Kabupaten Mesuji; dan Desa Cabang Empat, Kecamatan Abung Selatan, Kabupaten Lampung Utara.
Bahasa Basemah yang terdapat di Provinsi Lampung terdiri atas empat dialek, yaitu:
- dialek Semende,
- dialek Palas Pasemah,
- dialek Pegagan, dan
- dialek Ogan.
Dialek Semende dituturkan di Desa Juku Batu, Kecamatan Banjit, Kabupaten Way Kanan; Desa Pagar Alam Ulu Belu, Kecamatan Ulu Belu, Kabupaten Tanggamus; Desa Way Petai, Kecamatan Sumber Jaya, Kabupaten Lampung Barat. Dialek Palas Pasemah dituturkan di Desa Palas Pasemah, Kecamatan Palas, Kabupaten Lampung Selatan. Dialek Pegagan dituturkan di Desa Sungai Badak, Kecamatan Mesuji, Kabupaten Mesuji. Dialek Ogan dituturkan di Desa Rangai Tri Tunggal, Kecamatan Katibung, Kabupaten Lampung Selatan dan Desa Cabang Empat, Kecamatan Abung Selatan, Kabupaten Lampung Utara.
Dari segi penamaan, tiga dari empat variasi dialektal bahasa Basemah tersebut berasal dari penutur bahasa yang berbeda yang terdapat di Sumatra Selatan. Dialek Palas Pasemah berasal dari bahasa Basemah, dialek Pegagan berasal dari bahasa Pegagan, dan dialek Ogan diduga berasal dari bahasa Ogan. Akibat interaksi antarpenutur bahasa itu di wilayah baru (Lampung) dengan bahasa lokal (setempat), bahasa itu berkembang ke arah lebih mirip sehingga antara satu dan yang lain menjadi beda dialek, bukan bahasa yang berbeda.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Basemah merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan yang berkisar 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa Lampung, sedangkan berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, persentase perbedaan keempat dialek tersebut berkisar 51%-80%.
Bahasa Bugis
[sunting]Provinsi Lampung(Sumatra)
Bahasa Bugis dituturkan di Kelurahan Kota Karang, Kecamatan Telukbetung Timur, Kota Bandar Lampung.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Bugis yang dituturkan di Provinsi Lampung merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa Lampung dan Basemah. Bahasa Bugis yang dituturkan di Provinsi Lampung ini merupakan bahasa yang sama dengan bahasa Bugis yang terdapat di Pulau Sulawesi dengan persentase perbedaan sebesar 79% sehingga berbeda dialek.
Bahasa Jawa
[sunting]Provinsi Lampung(Sumatra)
Bahasa Jawa yang berada di Provinsi Lampung dituturkan di Provinsi Lampung. Wilayah tutur bahasa Jawa yang berada di Provinsi Lampung tersebar dibeberapa wilayah, antara lain:
- Desa SriDadi, Kecamatan Wonosobo, Kabupaten Tanggamus;
- Desa Rawi, Kecamatan Penengahan, Kabupaten Lampung Selatan;
- Desa Bumi Nabung, Kecamatan Bumi Nabung, Kabupaten Lampung Tengah{};
- Desa Sambikarto, Kecamatan Sekampung, Kabupaten Lampung Timur;
- Desa Klaten, Kecamatan Penengahan, Kabupaten Lampung Selatan;
- Kelurahan Tugu Sari, Kecamatan Sumber Jaya, Kabupaten Lampung Barat;
- Desa Bali Sadar Tengah, Kecamatan Banjit, Kabupaten Way Kanan;
- Desa Rejo Basuki, Kecamatan Seputih Raman, Kabupaten Lampung Tengah;
- Desa Cimarias, Kecamatan Bangun Rejo, Kabupaten Lampung Tengah; dan
- Desa Silidadi, Kecamatan Way Tenong, Kabupaten Lampung Barat.{}
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Jawa merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa Lampung dan Basemah. Bahasa Jawa di Provinsi Lampung dapat dikatakan sebagai bahasa yang sama dengan bahasa Jawa yang berada di Surakarta dan Yogyakarta dengan persentase perbedaan sebesar 61% sehingga berbeda dialek.
Bahasa Lampung
[sunting]Provinsi Lampung(Sumatra)
Bahasa Lampung dituturkan oleh masyarakat di wilayah Desa Belambangan, Kecamatan Abung Selatan, Desa Cahaya Negeri, Kecamatan Abung Barat, Desa Gunung Cahaya, Kecamatan Pakuan Ratu, Kabupaten Way Kanan; Desa Banjar Agung, Kecamatan Menggala, Desa Pulau Panggung, Kecamatan Abung Tinggi, Kabupaten Lampung Utara; Desa Bojong, Kecamatan Jabung, Desa Gedong Wani, Kecamatan Sukadana, Desa Gunung Batin Ilir, Kecamatan Terusan Nunyai, Desa Bumi Ratu, Kecamatan Gunung Sugih, Desa Segala Mider, Kecamatan Padang Ratu, Kabupaten Lampung Tengah; Desa Wana, Kecamatan Melinting, Desa Jepara, Kecamatan Way Jepara, Kabupaten Lampung Timur, Desa Kunyir, Kecamatan Kalianda, Desa Hajimena, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan; Desa Pasar Liwa, Kecamatan Sebalik Bukit, Desa Kotabesi, Kecamatan Batu Brak, Desa Batu Raja, Kecamatan Pesisir Utara, Desa Wayjambu, Kecamatan Pesisir Selatan, Kabupaten Kabupaten Lampung Barat; Desa Banjaragung, Kecamatan Banjaragung, Kabupaten Tulang Bawang; Desa Negeri Olok Gading, Kecamatan Telukbetung Barat, Kabupaten Bandar Lampung; Desa Sukamernah, Kecamatan Gunung Alip, Desa Negeri Ratu, Kecamatan Kotaagung, Kabupaten Tanggamus; Desa Suka Ratu, Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Pringsewu;; dan Desa Pasar Pulau Pisang, Kecamatan Pulaupisang,Desa Wayjambu, Kecamatan Pesisir Selatan, Kabupaten Pesisir Barat; dan Desa Pampangan, Kecamatan Gedongtataan, Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung. Bahasa Lampung terdiri atas empat dialek, yaitu:
- dialek Abung,
- dialek Pesisir,
- dialek Pubian, dan
- dialek Komering.
Dialek Abung dituturkan di Desa Belambangan, Kecamatan Abung Selatan, Kabupaten Lampung Utara; Desa Cahaya Negeri, Kecamatan Abung Barat, Kabupaten Lampung Utara; Desa Gunung Cahaya, Kecamatan Pakuan Ratu, Kabupaten Waykanan; Desa Banjar Agung, Kecamatan Menggala, Kabupaten Lampung Utara; Desa Bojong, Kecamatan Jabung, Kabupaten Lampung Tengah; Desa Gedong Wani, Kecamatan Sukadana, Kabupaten Lampung Tengah; Desa Gunung Batin Ilir, Kecamatan Terusan Nunyai, Kabupaten Lampung Tengah; Desa Wana, Kecamatan Melinting, Kabupaten Lampung Timur; Desa Jepara, Kecamatan Way Jepara, Kabupaten Lampung Timur; Desa Bumi Ratu, Kecamatan Gunung Sugih, Kabupaten Lampung Tengah.
Dialek Pesisir dituturkan di Desa Sukamernah, Kecamatan Gunung Alip, Kabupaten Tanggamus; Desa Suka Ratu, Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Pringsewu; Desa Negeri Ratu, Kecamatan Kotaagung, Kabupaten Tanggamus; Desa Kunyir, Kecamatan Kalianda, Kabupaten Lampung Selatan; Desa Pasar Liwa, Kecamatan Sebalik Bukit, Kabupaten Lampung Barat; Desa Kotabesi, Kecamatan Batu Brak, Kabupaten Lampung Barat; Desa Banjaragung, Kecamatan Banjaragung, Kabupaten Tulang Bawang; Desa Batu Raja, Kecamatan Pesisir Utara, Kabupaten Lampung Barat; Desa Pasar Pulau Pisang, Kecamatan Pulaupisang, Kabupaten Pesisir Barat; Desa Wayjambu, Kecamatan Pesisir Selatan, Kabupaten Pesisir Barat; Desa Negeri Olok Gading, Kecamatan Telukbetung Barat, Kota Bandar Lampung; Desa Pampangan, Kecamatan Gedongtataan, Kabupaten Pesawaran. Wilayah tutur dialek Pubian berada di Desa Hajimena, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan, dan Desa Segala Mider, Kecamatan Padang Ratu, Kabupaten Lampung Tengah. Wilayah tutur dialek Komering berada di Desa Pulau Panggung, Kecamatan Abung Tinggi, Kabupaten Lampung Utara. Dialek Komering ini diduga berasal dari bahasa Komering di Sumatra Selatan.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Lampung merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 86%-93,4% jika dibandingkan dengan bahasa Jawa, Bugis, Bali, Sunda, dan Basemah. Persentase perbedaan keempat dialek tersebut berkisar 60,8%-76,2%. Dialek Abung dengan Pesisir mempunyai perbedaan sebesar 68%; dialek Abung dengan Pubian sebesar 74%; dialek Pesisir dengan Pubian sebesar 63%; dialek Abung dengan Komering sebesar 68%; dialek Pesisir dengan Komering sebesar 76,20%; dialek Pubian dengan Komering sebesar 60,8%.
Bahasa Sunda
[sunting]Provinsi Lampung(Sumatra)
Bahasa Sunda dituturkan oleh masyarakat di Desa Cimarias, Kecamatan Bangun Rejo, Kabupaten Lampung Tengah dan Desa Sukapura, Kecamatan Sumber Jaya, Kabupaten Lampung Barat, Provinsi Lampung.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Sunda merupakan bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa Lampung dan Basemah. Bahasa Sunda yang dituturkan di Provinsi Lampung dan yang berada di Provinsi Jawa Barat merupakan bahasa yang sama dengan persentase perbedaan 50,5% dan dengan bahasa Sunda di Bengkulu dengan persentase perbedaan 71%.
Bahasa Melayu
[sunting]Provinsi Kepulauan Bangka Belitung(Sumatra)
Bahasa Melayu dituturkan di Kabupaten Bangka Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Bahasa Melayu di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung terdiri atas lima dialek, yaitu:
- dialek Ranggi Asam,
- dialek Tua Tunu,
- dialek Jeriji,
- dialek Tempilang, dan
- dialek Mayang.
Dialek Ranggi Asam dituturkan diDesa Ranggi Asam, Kecamatan Jebus, Kabupaten Bangka Barat. Dialek Tua Tunudituturkan di Kelurahan Tua Tunu, Kecamatan Gerunggang, Kota Pangkal Pinang. Dialek Jeriji dituturkan di Desa Jeriji, Kecamatan Toboali, Kabupaten Bangka Selatan. Dialek Tempilang dituturkan di Desa Tempilang, Kecamatan Tempilang, Kabupaten Bangka Barat. Dialek Mayang dituturkan di Kecamatan Kelapa Kampit, Kabupaten Belitung Timur.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, persentase perbedaan kelima dialek tersebut berkisar 51%-80% sehingga berbeda dialek. Sementara itu, isolek Melayu merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa Kayu Agung.
Bahasa Kayu Agung
[sunting]Provinsi Kepulauan Bangka Belitung(Sumatra)
Bahasa Kayu Agung yang berada di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dituturkan di Desa Kimak, Kecamatan Merawang, Kabupaten Bangka dan di Desa Sarang Mandi, Kecamatan Sungai Selan, Kabupaten Bangka Tengah. Bahasa Kayu Agung yang berada di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung terdiri dari atas dua dialek, yaitu:
- dialek Kimak dan
- dialek Sarang Mandi.
Dialek Kimak dituturkan di Desa Kimak, Kecamatan Merawang, Kabupaten Bangka. Dialek Sarang Mandi dituturkan di Desa Sarang Mandi, Kecamatan Sungai Selan, Kabupaten Bangka Tengah.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, persentase perbedaan kedua dialek tersebut berkisar 51%-80%. Sementara itu, isolek Kayu Agung merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa Melayu.
Bahasa Banjar
[sunting]Provinsi Kepulauan Riau(Sumatra)
Bahasa Banjar dialek Sungai Raya-Sungai Piring dituturkan oleh masyarakat di Provinsi Kepulauan Riau. Wilayah tutur bahasa Banjar dialek Sungai Raya-Sungai Piring, yaitu di Desa Sungai Raya, Kecamatan Singkep Barat, Kabupaten Lingga.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Banjar merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa Melayu. Sementara itu, persentase perbedaan antara bahasa Banjar yang terdapat di Kalimantan Selatan dan bahasa Banjar yang terdapat di Kepulauan Riau sebesar 66,75% sehingga berbeda dialek.
Bahasa Melayu
[sunting]Provinsi Kepulauan Riau(Sumatra)
Bahasa Melayu dituturkan di Provinsi Kepulauan Riau. Bahasa Melayu di Provinsi Kepulauan Riau terdiri atas 24 dialek, yaitu:
- dialek Pesisir,
- dialek Kundur,
- dialek Bintan-Karimun,
- dialek Pecong,
- dialek Karas-Pulau Abang,
- dialek Malang Rapat-Kelong,
- dialek Mantang Lama,
- dialek Rejai,
- dialek Posek,
- dialek Merawang,
- dialek Berindat-Sebelat,
- dialek Arung Ayam,
- dialek Kampung Hilir,
- dialek Pulau laut, dan
- dialek Ceruk,
- dialek Pangkil,
- dialek Sanglar,
- dialek Binjai,
- dialek Bandarsyah,
- dialek Tanjungpala,
- dialek Pemping,
- dialek Kampung Bugis,
- dialek Kelumu, dan
- dialek Mengkait.
Dialek Kundur dituturkan di Kecamatan Kundur, Kabupaten Karimun, Provinsi Kepulauan Riau. Dialek Bintan-Karimun dituturkan di Kabupaten Bintan dan Kabupaten Karimun, Provinsi Kepulauan Riau. Dialek Pecong dituturkan di Kelurahan Pecong, Kecamatan Belakang Padang, Kota Batam, Provinsi Kepulauan Riau. Dialek Karas-Pulau Abang dituturkan di Kelurahan Karas dan Kelurahan Pulau Abang, Kecamatan Galang, Kota Batam, Provinsi Kepulauan Riau. Dialek Malang Rapat-Kelong dituturkan di Desa Malang Rapat, Kecamatan Gunung Kijang, dan Desa Kelong, Kecamatan Bintan Pesisir, Kabupaten Bintan, Provinsi Kepulauan Riau. Dialek Mantang Lama dituturkan di Desa Mantang Lama, Kecamatan Mantang, Kabupaten Bintan, Provinsi Kepulauan Riau. Dialek Rejai dituturkan di Desa Rejai, Kecamatan Senayang, Kabupaten Lingga, Provinsi Kepualau Riau. Dialek Posek dituturkan di Desa Posek, Kecamatan Kepulauan Posek, Kabupaten Lingga, Provinsi Kepulauan Riau. Dialek Merawang dituturkan di Desa Merawang, Kecamatan Lingga, Kabupaten Lingga, Provinsi Kepulauan Riau. Dialek Berindat-Sebelat dituturkan di Desa Berindat, Kecamatan Singkep Pesisir, Kabupaten Lingga, Provinsi Kepulauan Riau. Dialek Arung Ayam dituturkan di Desa Arung Ayam, Kecamatan Serasan Timur, Kabupaten Natuna, Provinsi Kepulauan Riau. Dialek Kampung Hilir dituturkan di Kampung Hilir, Kecamatan Serasan, Kabupaten Natuna, Provinsi Kepulauan Riau. Dialek Pulau laut dituturkan di Kecamatan Pulau Laut, Kabupaten Natuna, Provinsi Kepulauan Riau. Dialek Ceruk dituturkan di Desa Ceruk, Kecamatan Bunguran Timur Laut, Kabupaten Natuna, Provinsi Kepulauan Riau. Dialek Pangkil dituturkan oleh masyarakat Desa Pangkil, Kecamatan Teluk Bintan, Kabupaten Bintan, Provinsi Kepulauan Riau. Dialek Sanglar dituturkan masyarakat Desa Sanglar, Kecamatan Durai, Kabupaten Karimun, Provinsi Kepulauan Riau. Menurut pengakuan penduduk, dialek Sanglar juga dituturkan di Desa Semenang, Desa Tanjungkilang, dan Desa Ngal. Dialek Binjai dituturkan oleh masyarakat di Desa Binjai, Kecamatan Bunguran Barat, Kabupaten Natuna, Provinsi Kepulauan Riau. Menurut pengakuan penduduk, dialek Binjai juga dituturkan di Desa Sedanau Timur, Desa Cemaga, Desa Sedanau Timur, dan Kecamatan Bunguran Timur. Dialek Bandarsyah dituturkan oleh masyarakat Desa Bandarsyah, Kecamatan Bunguran Timur, Kabupaten Natuna, Provinsi Kepulauan Riau. Menurut pengakuan penduduk, wilayah tutur dialek Bandarsyah meliputi desa-desa yang berbatasan langsung dengan Desa Bandarsyah, yaitu di sebelah utara dengan Kelurahan Ranai dan Ranai Darat, di sebelah selatan dengan Desa Sungai Ulu, di sebelah barat dengan Sungai Ulu. Dialek Tanjungpala dituturkan di Desa Tanjungpala, Kecamatan Pulau Laut, Kabupaten Natuna, Provinsi Kepulauan Riau. Menurut pengakuan penduduk, wilayah tutur dialek Tanjungpala meliputi desa-desa yang berbatasan langsung dengan Desa Tanjungpala yaitu di sebelah selatan dengan Desa Airpayang dan di sebelah barat dengan Desa Kadur. Dialek Pemping dituturkan oleh masyarakat di Desa Pemping, Kecamatan Belakang Padang, Kota Batam, Provinsi Kepulauan Riau. Dialek Melayu Kampung Bugis dituturkan oleh masyarakat di Desa Senggarang, Pulau Penyengat, Kota Tanjungpinang, Kecamatan Tanjungpinang Kota, dan beberapa desa di Kabupaten Bintan, Provinsi Kepulauan Riau. Dialek Suku Laut Kelumu dituturkan oleh masyarakat di Desa Kelumu, Kecamatan Lingga, Kabupaten Lingga, Provinsi Kepulauan Riau. Dialek Suku Laut Mengkait dituturkan oleh masyarakat di Pulau Mengkait,Desa Kiabu, Kecamatan Siantan Timur, Kabupaten Anambas, Provinsi Kepulauan Riau.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, persentase perbedaan antardialek menunjukkan beda dialek yang berkisar 51%-80%. Sementara itu, isolek Melayu merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa Banjar.
Bahasa Melayu di Indonesia memiliki 87 dialek. Adapun bahasa Melayu dituturkan di wilayah Provinsi Sumatra Utara terdiri atas 11 dialek, yaitu:
- dialek Stabat Lama,
- dialek Secangang (Langkat),
- dialek Sungai Sakat (Labuhan Batu),
- dialek Cinta Air,
- dialek Hamparan Perak,
- dialek Dolok Manampang (Deli Serdang),
- dialek Tanjung Balai Asahan,
- dialek Muara Sipongi (Tapanuli Selatan),
- dialek Sorkam (Tapanuli Tengah),
- dialek Binjai, dan
- dialek Medan.
Bahasa Melayu yang dituturkan di wilayah Provinsi Riau terdiri atas satu dialek, yaitu dialek Pesisir.
Bahasa Melayu yang dituturkan di wilayah Provinsi Jambi terdiri atas delapan dialek, yaitu:
- dialek Tanjung Jabung Timur,
- dialek Kota Jambi,
- dialek Muarajambi,
- dialek Batanghari,
- dialek Tebo,
- dialek Bungo,
- dialek Sarolangun, dan
- dialek Marangin.
Bahasa Melayu dituturkan di wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung terdiri atas lima dialek, yaitu:
- dialek Ranggi Asam,
- dialek Tua Tunu,
- dialek Jeriji,
- dialek Tempilang, dan
- dialek Mayang.
Bahasa Melayu dituturkan di wilayah Provinsi Sumatra Selatan terdiri atas sembilan dialek, yaitu:
- dialek Palembang Sukabangun,
- dialek Kisam,
- dialek Muara Saling,
- dialek Selangit,
- dialek Rupit,
- dialek Bentayan,
- dialek Palembang 16 Ulu,
- dialek Padang Bintu, dan
- dialek Talang Ubi.
Bahasa Melayu yang terdapat di Provinsi DKI Jakarta terdiri atas dua dialek, yaitu:
- dialek Betawi Pusat dan
- dialek Betawi Pinggiran (Ora).
Bahasa Melayu di Provinsi Jawa Barat mempunyai satu dialek, yaitu dialek Betawi.
Bahasa Melayu di Provinsi Bali juga hanya mempunyai satu dialek, yaitu dialek Loloan.
Bahasa Melayu di Provinsi NTB juga mempunyai satu dialek, yaitu dialek Kampung Melayu.
Bahasa Melayu di Provinsi Kalimantan Timur terdiri atas tujuh dialek, yaitu:
- dialek Banua,
- dialek Banjar Samarida,
- dialek Kutai Kota Bangun,
- dialek Badeng,
- dialek Kutai Muara Lesan,
- dialek Kutai Muyup Ulu, dan
- dialek Kahala.
Bahasa Melayu Kalimantan Tengah terdiri atas tiga dialek, yaitu:
- dialek Mendawai,
- dialek Kumai (Sei Konyer), dan
- dialek Kotawaringin Hulu.
Bahasa Melayu di Provinsi Sulawesi Utara terdiri atas satu dialek, yaitu dialek Malalayang Satu. Bahasa Melayu di Provinsi Maluku Utara terdiri atas dua dialek, yaitu:
- dialek Ternate dan
- dialek Gorap.
Bahasa Melayu di Provinsi Maluku terdiri atas empat dialek, yaitu:
- dialek Ambon (Kayeli, Bula),
- dialek Ambon Teon,
- dialek Luang Timur, dan
- dialek Teranggan Timur.
Bahasa Melayu juga dituturkan di wilayah Provinsi NTT dan Provinsi Papua.
Bahasa Bugis
[sunting]Provinsi DKI Jakarta(Jawa dan Bali)
Bahasa Bugis merupakan bahasa yang berasal di Pulau Sulawesi. Bahasa ini juga dituturkan di Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta, yaitu di Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu, DKI Jakarta.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, perbandingan isolek Bugis DKI Jakarta dengan isolek Bugis di Pulau Sulawesi merupakan bahasa yang sama dengan persentase perbedaan sebesar 45%. Bahasa Bugis yang terdapat di Provinsi DKI Jakarta merupakan sebuah bahasa dengan persentase berkisar 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Jawa, Sunda, dan Madura.
Bahasa Mandarin DKI Jakarta
[sunting]Provinsi DKI Jakarta(Jawa dan Bali)
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, bahasa Mandarin DKI Jakarta yang terdapat di Provinsi Daerah Khusus Ibu Kota (DKI) Jakarta dituturkan oleh masyarakat di Kelurahan Glodok, Kecamatan Taman Sari, Kota Administrasi Jakarta Barat. Di Provinsi NTB, bahasa Mandarin dituturkan oleh masyarakat yang berada di Kecamatan Ampenan Tengah, Kota Mataram.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Mandarin di DKI Jakarta dan isolek Mandarin di Ampenan, Provinsi NTB menunjukkan persentase perbedaan sebesar 88,75%. Isolek Mandarin di DKI Jakarta disebut sebagai bahasa Mandarin dan isolek Mandarin di Ampenan disebut sebagai bahasa Mandarin Ampenan. Bahasa Mandarin di DKI Jakarta merupakan bahasa jika dibandingkan dengan bahasa lainnya yang ada di DKI Jakarta dengan persentase berkisar 81%-100%, misalnya bahasa Melayu, Sunda, dan Jawa.
Bahasa Melayu
[sunting]Provinsi DKI Jakarta(Jawa dan Bali)
Bahasa Melayu dituturkan oleh masyarakat Betawi DKI Jakarta.
Bahasa itu oleh masyarakat Betawi disebut bahasa Betawi atau Melayu Betawi. Bahasa itu terdiri atas dua dialek, yaitu:
- dialek Betawi Pusat dan
- dialek Betawi Pinggiran (Ora) yang berbatasan dengan penutur bahasa Sunda.
Dialek Betawi Pusat dituturkan oleh masyarakat yang tinggal di daerah DKI Jakarta bagian tengah. Dialek Betawi Pinggiran (Ora) dituturkan di masyarakat yang tinggal di daerah DKI Jakarta bagian pinggiran terutama di bagian selatan. Bahasa Melayu Betawi merupakan dialek dari bahasa Melayu di Riau dengan persentase perbedaan sebesar 75,75%. Jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa lainnya yang ada di Pulau Jawa, persentase perbedaannya di atas 81%, misalnya dengan bahasa Jawa dan Sunda
Bahasa Jawa
[sunting]Provinsi Jawa Barat(Jawa dan Bali)
Bahasa Jawa berasal dari Pulau Jawa. Bahasa ini dituturkan oleh masyarakat Jawa yang sebagian besar berada di Provinsi Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Banten, dan Jawa Barat. Selain berada di Pulau Jawa, bahasa ini juga memiliki sebaran di wilayah Lampung, Aceh, Riau, Kepulauan Riau (Kepri), Bengkulu, Jambi, Bali, NTB, Kalimantan Timur, Sumatra Utara, Kalimantan Selatan, dan Sulawesi Tenggara. Bahkan bahasa Jawa juga dituturkan di luar Indonesia.
Bahasa Jawa yang dituturkan di Provinsi Jawa Barat terdiri atas tiga dialek, yaitu:
- dialek Pantai Utara (Pantura),
- dialek Cirebon, dan
- dialek Ciamis.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, persentase perbedaan ketiga dialek tersebut berkisar 51-60,75%.
Dialek Pantura dituturkan di sepanjang pesisir utara Jawa Barat mulai dari timur sampai ke barat, yaitu Cirebon, Majalengka, Indramayu, Karawang, dan Subang. Secara historis, wilayah Pantura pada zaman dahulu merupakan jalur pendaratan pasukan Mataram yang hendak menyerang Belanda di Batavia. Sisa-sisa laskar Mataram itu kemudian ada yang tinggal dan menetap di pesisir utara Pulau Jawa dan membentuk komunitas dengan bahasa Jawa Dialek Pantura. Dialek Cirebon dituturkan masyarakat di Desa Trusmi Wetan, Kecamatan Plered, Kabupaten Cirebon, Provinsi Jawa Barat. Dialek Ciamis dituturkan di tiga daerah di Kabupaten Ciamis, yaitu Desa Ratawangi, Kecamatan Banjarsari; Karangcengek{}, Desa Pamarican, Kecamatan Pamarican; Desa Sukanagara, Kecamatan Lakbok; dan Desa Mekarharja, Kecamatan Purwaharja, Kabupaten Kota Banjar. Kelompok penutur ini berbeda dengan kelompok penutur bahasa Jawa lain yang berada di wilayah Pantura sebab secara geografis berada di daerah selatan Jawa Barat dan berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa Tengah. Perbedaan wilayah geografis dengan kelompok pemakai bahasa Jawa di wilayah Pantura menyebabkan banyak perbedaan leksikal dan fonologis sehingga membentuk dialek tersendiri.
Bahasa Sunda
[sunting]Provinsi DKI Jakarta(Jawa dan Bali)
Bahasa Sunda dituturkan oleh sebagian besar masyarakat Sunda di kawasan Pulau Jawa bagian barat. Di Provinsi DKI Jakarta, bahasa Sunda dituturkan di Pulau Lancang Besar, Kelurahan Pulau Pari, Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, Administrasi Kepulauan Seribu dan di Jatinegara Kaum, Kecamatan Pulogadung, Kota Jakarta Timur. Selain di daerah asalnya di Jawa Barat, bahasa Sunda dituturkan juga di beberapa wilayah Indonesia lainnya, misalnya di Banten, Jawa Tengah, Lampung, Bengkulu, dan Sulawesi Utara.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, bahasa Sunda di Provinsi DKI Jakarta dengan bahasa Sunda di Jawa Barat memiliki persentase perbedaan 51,25% sehingga dikatakan beda dialek.
Bahasa Sunda
[sunting]Provinsi Jawa Barat(Jawa dan Bali)
Bahasa Sunda dituturkan oleh masyarakat yang berada di Pulau Jawa bagian Barat,terutama di Jawa Barat. Selain di Jawa Barat, bahasa ini juga memiliki sebaran di beberapa wilayah Indonesia lainnya, misalnya di Banten, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Lampung, Bengkulu, dan Sulawesi Utara.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Sunda di wilayah Jawa Barat terbagi ke dalam dua dialek, yaitu:
- dialek [h] dan
- dialek non-[h].
Persentase perbedaan antara kedua dialek itu 60%.
Dialek [h] dituturkan hampir di seluruh wilayah Provinsi Jawa Barat (kecuali wilayah pesisir utara), antara lain Majalengka, Bogor, Tasikmalaya, Kuningan, Bekasi, Garut, Ciamis, Sukabumi, Subang, Purwakarta, Sumedang, Cianjur, Karawang, Bandung, Bandung Barat, dan Cirebon. Dialek ini merupakan dialek standar karena di samping digunakan di pusat kekuasaan (ibukota provinsi), sebaran geografisnya luas, jumlah penuturnya lebih besar, juga digunakan dalam media massa cetak dan elektronik. Dialek ini terdapat realisasi bunyi [h] di segala posisi sebagaimana bahasa Sunda baku pada umumnya.
Berbeda halnya dengan dialek non-[h] yang dituturkan oleh masyarakat di Desa Pareangirang,Kecamatan Kandanghaur, Kabupaten Indramayu, dialek ini tidak merealisasikan bunyi [h] di segala posisi. Bunyi [h] dalam dialek [h] bervariasi dengan bunyi [Ø] dalam dialek ini, misalnya untu? 'gigi'; EjO' 'hijau', idöh'hitam', ujan 'hujan', dan sebagainya, di posisi tengah seperti pada bentuk: sa'a' 'siapa', pO'O' 'lupa', kCma'a' 'bagaimana', dan sebagainya, dan di posisi akhir seperti pada bentuk labu' 'jatuh', jau' 'jauh', uta' 'muntah'. Variasi bunyi [h] dengan bunyi [Ø] di segala posisi ini disebabkan oleh letak desa yang merupakan enclave bahasa Sunda di daerah pakai bahasa Jawa.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, bahasa Sunda di Provinsi Jawa Barat dengan bahasa Sunda yang tersebar di Provinsi Banten, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Lampung, Bengkulu, dan Sulawesi Tenggara, seluruhnya memiliki persentase perbedaan berkisar 51%--80% sehingga dikatakan beda dialek. Bahasa Sunda di Jawa Barat dengan bahasa Sunda di Provinsi DKI Jakarta memiliki persentase perbedaan 51,25%; Banten 60%;Jawa Tengah 56,50%; Lampung 50,50%; Bengkulu 71%; dan Sulawesi Tenggara 64,5%.
Bahasa Jawa
[sunting]Provinsi Jawa Tengah(Jawa dan Bali)
Bahasa Jawa adalah bahasa yang tanah asalnya berada di Pulau Jawa. Di Pulau Jawa, bahasa ini dituturkan oleh masyarakat Jawa yang di antaranya tinggal di Provinsi Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Jawa Timur, Jawa Barat, dan Banten. Selain dituturkan di Pulau Jawa, bahasa ini juga memiliki sebaran di beberapa wilayah Indonesia lainnya, seperti Lampung, Aceh, Riau, Kepulauan Riau (Kepri), Bengkulu, Jambi, Bali, NTB, Kalimantan Timur, Sumatra Utara, Kalimantan Selatan, dan Sulawesi Tenggara. Bahkan bahasa Jawa juga dituturkan di luar Indonesia.
Bahasa Jawa yang dituturkan di Provinsi Jawa Tengah terdiri atas lima dialek, yaitu:
- dialek Solo-Yogya,
- dialek Pekalongan,
- dialek Wonosobo,
- dialek Banyumas, dan
- dialek Tegal.
Persentase perbedaan kelima dialek tersebut sekitar 60%.
Dialek Solo-Yogya menyebar di seluruh DIY dan sebagian besar wilayah Provinsi Jawa Tengah bagian timur yang meliputi empat eks-Karesidenan, yaitu Karesidenan Surakarta, Karesidenan Semarang, Karesidenan Kedu, dan Karesidenan Pati. Dialek Pekalongan dituturkan di Kabupaten Batang, Kabupaten Pekalongan, Kota Pekalongan, dan Kabupaten Pemalang. Dialek Wonosobo dituturkan di Kabupaten Wonosobo, di Kelurahan Wadaslintang, Kecamatan Wadaslintang;Desa Candirejo, Kecamatan Mojotengah; Desa Balekambang, Kecamatan Selomerto; Desa Rejosari, Kecamatan Kalikajar; Desa Jlamprang, Kecamatan Leksono; Desa Rogojati, Kecamatan Sukoharjo; Desa Beran, Kecamatan Kepil; dan Desa Karangsambung, Kecamatan Kalibawang. Dialek Tegal dituturkan masyarakat di Kabupaten Tegal, Kota Tegal, dan Kabupaten Brebes. Dialek Banyumas dituturkan masyarakat di Kabupaten Cilacap, Kabupaten Banyumas, Kabupaten Kebumen, Kabupaten Banjarnegara, dan Kabupaten Purbalingga.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Jawa yang dituturkan di Solo dan Yogya dibandingkan dengan bahasa Jawa yang terdapat di wilayah lainnya di Indonesia memiliki perbedaan dialek dan subdialek. Bahasa Jawa di Solo dan Yogya memiliki perbedaan dialek dengan Bahasa Jawa di Provinsi Riau (Kabupaten Indragirihulu), Provinsi Aceh, Provinsi Kalimantan Selatan, Lampung, Provinsi Jambi, Provinsi Bali (Kabupaten Buleleng), Provinsi Bengkulu (Kabupaten Rejang Lebong), Provinsi Sumatra Utara, Provinsi NTB, dan Provinsi Sulawesi Utara dengan persentase perbedaan berkisar 51%-80%, sedangkan perbedaan perbedaan subdialek dengan Provinsi Sumatra Selatan dan Provinsi Kalimantan Timur berkisar 31%-50%.
Bahasa Sunda
[sunting]Provinsi Jawa Tengah(Jawa dan Bali)
Bahasa Sunda dituturkan oleh masyarakat yang berada di Pulau Jawa bagian Barat. Selain di Jawa Barat dan Banten, bahasa ini juga memiliki sebaran di beberapa wilayah Indonesia lainnya, misalnya di Jawa Tengah, DKI Jakarta, Lampung, Bengkulu, dan Sulawesi Utara. Di Provinsi Jawa Tengah, bahasa Sunda dituturkan di Desa Ciomas, Kecamatan Bantarkawung; Desa Cikakak, Kecamatan Banjarharjo; Desa Bandungsari, Kecamatan Banjarharjo; dan Desa Pabuaran, Kecamatan Salem, Kabupaten Brebes dan Desa Madura, Kecamatan Wanareja, Kabupaten Cilacap.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, bahasaSunda di Provinsi Jawa Barat dengan bahasa Sunda yang tersebar di Provinsi Jawa Tengah, DKI Jakarta, Lampung, Bengkulu, dan Sulawesi Tenggara, seluruhnya memiliki persentase perbedaan yang berkisar 51%--80% sehingga dikatakan beda dialek.
Bahasa Jawa
[sunting]Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta(Jawa dan Bali)
Bahasa Jawa merupakan bahasa daerah yang paling banyak dituturkan masyarakat yang tinggal di Pulau Jawa. Bahasa Jawa di Pulau Jawa dituturkan oleh etnik Jawa yang di antaranya tinggal di Provinsi Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Jawa Timur, Jawa Barat, dan Banten. Selain dituturkan di Pulau Jawa, bahasa ini juga memiliki sebaran di beberapa wilayah Indonesia lainnya, seperti Lampung, Aceh, Riau, Kepulauan Riau (Kepri), Bengkulu, Jambi, Bali, NTB, Kalimantan Timur, Sumatra Utara, Kalimantan Selatan, dan Sulawesi Tenggara. Bahkan bahasa Jawa juga dituturkan di luar Indonesia. Bahasa Jawa yang dituturkan di Provinsi DIY merupakan bahasa Jawa dialek Solo-Yogya. Dialek Solo-Yogya menyebar di seluruh DIY.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Jawa yang dituturkan di Solo dan Yogya dibandingkan dengan bahasa Jawa yang terdapat di wilayah lainnya di Indonesia memiliki perbedaan dialek dan subdialek. Bahasa Jawa di Solo dan Yogya memiliki perbedaan dialek dengan Bahasa Jawa di Provinsi Riau (Kabupaten Indragirihulu), Provinsi Aceh, Provinsi Kalimantan Selatan, Lampung, Provinsi Jambi, Provinsi Bali (Kabupaten Buleleng), Provinsi Bengkulu (Kabupaten Rejang Lebong), Provinsi Sumatra Utara, Provinsi NTB, dan Provinsi Sulawesi Utara dengan persentase perbedaan berkisar 51%-80%, sedangkan perbedaan presentase subdialek dengan Provinsi Sumatra Selatan dan Provinsi Kalimantan Timur berkisar 31%-50%.
Bahasa Jawa yang dituturkan di Provinsi Jawa Barat dan Banten terdiri atas empat dialek, yaitu:
- dialek Pantai Utara (Pantura),
- dialek Cikoneng,
- dialek Cirebon, dan
- dialek Ciamis.
Persentase perbedaan keempat dialek tersebut berkisar 51%-60,75%.
Dialek Pantura dituturkan di sepanjang pesisir utara Jawa Barat dan Banten mulai dari timur sampai ke barat, yaitu Cirebon, Majalengka, Indramayu, Karawang, Subang, Tangerang, Kota Tangerang, Kota Tangerang Selatan, dan Serang. Bahasa Jawa yang dituturkan di Provinsi Jawa Timur terdiri atas empat dialek, yaitu:
- dialek Jawa Timur,
- dialek Osing,
- dialek Tengger, dan
- dialek Solo-Yogya.
Persentase perbedaan antardialek itu berkisar 52-64%. Dialek Jawa Timur menyebar di sekitar Surabaya, ke arah timur sampai ke Jember, ke arah utara sampai Kabupaten Malang, dan ke arah Barat sampai Bojonegoro; dialek Osing dituturkan di Kabupaten Banyuwangi, khususnya di kecamatan Banyuwangi, Srono, dan Kalipuro; Dialek Tengger dituturkan oleh masyarakat di Tengger, khususnya di Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo. Dialek Solo-Yogya dituturkan oleh masyarakat di Madiun dan sekitarnya sampai ke arah barat (ke Jawa Tengah).
Di luar wilayah Pulau Jawa, bahasa Jawa merupakan subdialek atau dialek jika dibandingkan dengan dialek Solo-Yogya. Perbedaan subdialek (42%) ditunjukkan oleh bahasa Jawa di Provinsi Kalimantan Timur. Adapun perbedaan dialek (52-60%) terdapat dalam perbandingannya dengan bahasa Jawa di Provinsi Jambi, Provinsi NTB, dan Provinsi Aceh. Bahasa Jawa di Provinsi Kalimantan Timur memiliki empat dialek, yaitu:
- dialek Segihan,
- dialek Ponoragan,
- dialek Kayungo, dan
- dialek Karang Joang.
Persentase keempat tersebut berkisar 51%-69,4%.
Provinsi Jambi diidentifikasi memiliki empat dialek bahasa Jawa, yaitu:
- dialek Senyerang,
- dialek Rantau Jaya,
- dialek Pematang Kancil, dan
- dialek Semarandan.
Persentase perbedaan keempat tersebut berkisar 58%-66,75%.
Provinsi NTB memiliki tiga dialek bahasa Jawa, yaitu:
- dialek Praya,
- dialek Sakra, dan
- dialek Sepayung.
Persentase perbedaan ketiga dialek tersebut berkisar 51-79%.
Bahasa Jawa yang dituturkan di Provinsi Sumatra Selatan diidentifikasi menjadi tiga dialek, yaitu Makarti Jaya, Gelebak Dalam-Sebubus, dan Penyandingan. Persentase perbedaan ketiga tersebut berkisar 51%-80%.
Bahasa Jawa yang dituturkan di Provinsi Aceh diidentifikasi memiliki empat dialek, yaitu:
- dialek Buket Pidie,
- dialek Alue Ie Itam,
- dialek Sidorejo, dan
- dialek Purwodadi.
Persentase keempat tersebut berkisar 51%-80%.
Bahasa Jawa yang dituturkan di Provinsi Sumatra Utara memiliki sembilan dialek, yaitu:
- dialek Bukit Mas,
- dialek Sengon Sari,
- dialek Buntu Pane
- dialek Kampung Pajak
- dialek Wonosari,
- dialek Tuntungan I,
- dialek Naga Kesiangan,
- dialek Mayang, dan
- dialek Muka Payang.
Bahasa Bajo
[sunting]Provinsi Jawa Timur(Jawa dan Bali)
Bahasa Bajo merupakan bahasa yang berasal dari Pulau Sulawesi. Bahasa ini juga dituturkan oleh masyarakat yang berada di Desa Sepeken, Kecamatan Sapeken, Kabupaten Sumenep, Provinsi Jawa Timur.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Bajo yang dituturkan oleh masyarakat di Provinsi Jawa Timur merupakan bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81-100% jika dibandingkan dengan bahasa Jawa, Madura, dan Sunda. Bahasa Bajo yang dituturkan oleh masyarakat di Desa Sapeken, Jawa Timur dengan bahasa Bajo di Provinsi Sulawesi Selatan memiliki persentase perbedaan sebesar 71,25% sehingga beda dialek; dengan Bahasa Bajo di di Provinsi Sulawesi Tengah memiliki persentase perbedaan sebesar 71% sehingga beda dialek; dan dengan bahasa Bajo di Provinsi Sulawesi Tenggara memiliki perbedaan sebesar 74,25% sehingga beda dialek.
Bahasa Jawa
[sunting]Provinsi Jawa Timur(Jawa dan Bali)
Bahasa Jawa adalah bahasa yang berasal dari Pulau Jawa. Di Pulau Jawa, bahasa ini dituturkan oleh masyarakat Jawa yang di antaranya tinggal di Provinsi Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Jawa Timur, Jawa Barat, dan Banten. Selain dituturkan di Pulau Jawa, bahasa ini juga memiliki sebaran di beberapa wilayah Indonesia lainnya, seperti Lampung, Aceh, Riau, Kepulauan Riau (Kepri), Bengkulu, Jambi, Bali, NTB, Kalimantan Timur, Sumatra Utara, Kalimantan Selatan, dan Sulawesi Tenggara. Bahkan, bahasa Jawa juga dituturkan di luar Indonesia.
Bahasa Jawa yang dituturkan di Provinsi Jawa Timur terdiri atas empat dialek, yaitu:
- dialek Jawa Timur,
- dialek Osing,
- dialek Tengger, dan
- dialek Solo-Yogya.
Dialek Jawa Timur menyebar di sekitar Surabaya, ke arah timur sampai ke Jember, ke arah utara sampai Kabupaten Malang, dan ke arah Barat sampai Bojonegoro; dialek Osing dituturkan di Kabupaten Banyuwangi, khususnya di kecamatan Banyuwangi, Srono, dan Kalipuro; Dialek Tengger dituturkan oleh masyarakat di Tengger, khususnya di Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo. Dialek Solo-Yogya dituturkan oleh masyarakat di Madiun dan sekitarnya sampai ke arah barat (ke Jawa Tengah).
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, perbedaan keempat dialek itu berkisar 52%-64%.
Bahasa Madura
[sunting]Provinsi Jawa Timur(Jawa dan Bali)
Bahasa Madura merupakan bahasa yang berasal dari Pulau Madura. Bahasa ini tersebar di Kabupaten Bangkalan, Sampang, Pamekasan, dan Sumenep. Selain itu, bahasa Madura juga tersebar di Kabupaten Malang, Situbondo, Bondowoso, Pasuruan, Jember, Banyuwangi, dan Pulau Bawean (Kabupaten Gresik). Kantong-kantong bahasa Madura yang lain juga ditemukan di pulau-pulau di luar Pulau Jawa, misalnya Provinsi Nusa Tenggara Barat, Bali, dan Kalimantan Barat.
Bahasa Madura di Jawa Timur terdiri atas dua dialek, yaitu:
- dialek Pulau Madura dan
- dialek Pulau Bawean dengan persentase perbedaan sebesar 53%.
Daerah sebaran geografis penutur dialek Pulau Madura tersebar di Kabupaten Bangkalan, Sampang, Pamekasan, Sumenep, Malang, Jember, Situbondo, Bondowoso, Pasuruan, dan Banyuwangi, sedangkan dialek Bawean hanya dituturkan di Kecamatan Sangkapura dan Tambak, Pulau Bawean.
Masyarakat Madura yang berada di Nusa Tenggara Barat tersebar di Kelurahan Brang Bara, Bugis, dan Desa Luar. Di Pulau Bali, komunitas penutur bahasa Madura ada di Desa Celukan Bawang, Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng. Selain itu, masyarakat Madura juga terdapat di Desa Rasau, Kecamatan Sui Pinyuh, Kabupaten Pontianak, Provinsi Kalimantan Barat.
Bahasa Madura bukan dialek dari bahasa lain di Indonesia. Hal ini telah dibuktikan melalui penghitungan dialektometri, bahasa Madura di Jawa Timur memiliki persentase perbedaan di atas 90% jika dibandingkan dengan bahasa Jawa, Bajo, dan Bali yang juga terdapat di Provinsi Jawa Timur.
Bahasa Jawa
[sunting]Provinsi Banten(Jawa dan Bali)
Bahasa Jawa yang merupakan bahasa masyarakat Jawa termasuk dalam lima bahasa daerah dengan penutur terbanyak. Bahasa Jawa yang dituturkan di Provinsi Banten terdiri atas dua dialek, yaitu:
- dialek Pantai Utara (Pantura) dan
- dialek Cikoneng.
Dialek Pantura dituturkan di sepanjang pesisir utara Banten, yaitu Tangerang, Kota Tangerang, Kota Tangerang Selatan, dan Serang. Dialek Cikoneng dituturkan oleh masyarakat di Desa Cikoneng, Kecamatan Anyar, Kabupaten Serang.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, persentase perbedaan kedua dialek tersebut sebesar 55%.
Bahasa Lampung Cikoneng
[sunting]Provinsi Banten(Jawa dan Bali)
Bahasa Lampung Cikoneng berasal dari Provinsi Lampung. Bahasa itu dituturkan oleh masyarakat yang berada di Desa Cikoneng, Kecamatan Anyar, Kabupaten Serang, Provinsi Banten. Menurut pengakuan penduduk, nenek moyang mereka berasal dari daerah Kalianda di wilayah Lampung Selatan. Secara historis, Lampung dan Banten memiliki kedekatan khusus pada masa Kesultanan Banten dan secara geografis letak Banten dengan Lampung hanya dihubungkan oleh Selat Sunda.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Lampung di Kabupaten Serang dengan bahasa Lampung di Kabupaten Lampung Selatan menunjukkan perbedaan bahasa dengan persentase di atas 81%. Bahasa Lampung ini dinamakan bahasa Lampung Cikoneng. Istilah Cikoneng merujuk nama desa yang dijadikan sebagai daerah pengamatan.
Secara kualitatif,bahasa Lampung Cikoneng memiliki ciri khas, yakni tidak ditemukan adanya realisasi bunyi [R] di semua posisi. Hal ini berbeda dengan bahasa Lampung yang merealisasikan bunyi [R] dalam semua posisi, misalnya pada bentuk: Ruwa ~ ruwo 'dua'; jaRi ~ jari 'jari; gelaR ~ gelar 'nama'. Secara konsisten juga terdapat realisasi bunyi [o] pada posisi vokal akhir terbuka. Hal ini berbeda dengan bahasa Lampung yang merealisasikan bunyi [a], misalnya pada bentuk: dada ~ dado 'dada'; paha ~ paho 'paha'; sapa ~ sapo 'siapa'. Bunyi [R] tidak dikenal oleh masyarakat di pulau Jawa dan perubahan bunyi [a]~[o] juga berhubungan dengan letak Desa Cikoneng yang merupakan enclave 'kantong' bahasa Lampung di daerah pakai bahasa Jawa.
Banyaknya pengaruh bahasa Jawa menyebabkan bunyi [a] pada posisi vokal akhir terbuka berubah menjadi bunyi [o]. Pada awalnya bahasa Lampung yang dituturkan oleh masyarakat pendatang dari Lampung itu sama dengan bahasa asalnya. Namun, dalam kurun waktu lebih dari lima puluh tahun banyak terjadi perubahan pada bahasa Lampung yang dituturkan di Desa Cikoneng sehingga menjadi bahasa yang berbeda dengan bahasa asalnya.
Bahasa Sunda
[sunting]Provinsi Banten(Jawa dan Bali)
Bahasa Sunda dituturkan oleh masyarakat yang berada di Pulau Jawa bagian Barat. Selain di Jawa Barat dan Banten, bahasa ini juga memiliki sebaran di beberapa wilayah Indonesia lainnya, misalnya di DKI Jakarta, Jawa Tengah, Lampung, Bengkulu, dan Sulawesi Utara.
Dialek [h] dituturkan hampir di seluruh wilayah Provinsi Banten (kecuali wilayah pesisir Utara), antara lain Tangerang, Kota Tangerang, Kota Tangerang Selatan, Serang, Lebak, dan Pandeglang. Dialek ini memiliki sebaran geografisnya luas, jumlah penuturnya lebih besar, juga digunakan dalam media massa cetak dan elektronik. Dialek ini terdapat realisasi bunyi [h] di segala posisi sebagaimana bahasa Sunda baku pada umumnya. Dialek [o] dituturkan oleh masyarakat di dua daerah di Kabupaten Pandeglang, yaitu Desa Cibingbin, Kecamatan Cibaliung dan Desa Tembong, Kecamatan Carita.
Dialek ini memiliki realisasi bunyi [o] yang konsisten, seperti pada bentuk: ŋocor 'mengalir'; naon 'apa'; sato 'binatang' lojor 'panjang'; oray 'ular'. Pada umumnya, bahasa Sunda tidak merealisasikan bunyi [o], tetapi bunyi [O].
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Sunda di wilayah Jawa Barat dan Banten terbagi ke dalam dua dialek, yaitu:
- dialek [h]
- dan dialek [o].
Persentase perbedaan antara kedua dialek itu sekitar 60%.
Bahasa Sunda di Provinsi Banten memiliki persentase perbedaan yang berkisar 51%-80% (beda dialek) jika dibandingkan dengan bahasa Sunda yang tersebar di Provinsi DKI Jakarta, Jawa Tengah, Lampung, Bengkulu, dan Sulawesi Tenggara.
Bahasa Bali
[sunting]Provinsi Bali(Jawa dan Bali)
Bahasa Bali merupakan bahasa yang berasal dari Pulau Bali. Selain itu, bahasa Bali juga tersebar di beberapa wilayah lain, misalnya di Provinsi Nusa Tenggara Barat, Jawa Timur, Lampung, dan Sulawesi Tenggara. Bahasa Bali juga dituturkan di Provinsi Kalimantan Tengah tepatnya Desa Basarang Jaya, Kecamatan Basarang, Kabupaten Kapuas. Bahasa Bali yang ada di Kalimantan Tengah merupakan bahasa para penduduk transmigran yang berasal dari Pulau Bali. Bahasa Bali terdiri atas dua dialek, yaitu:
- dialek Bali Aga atau Bali Mula yang dituturkan oleh penduduk Bali di daerah dataran tinggi di Bali dan
- dialek Bali Dataran yang dituturkan oleh penduduk yang pada umumnya berdiam di daerah dataran rendah di Bali.
Wilayah sebaran geografis dialek Bali Aga meliputi Kabupaten Karangasem, yaitu di Desa Tenganan, Kecamatan Manggis dan Desa Seraya, Kecamatan Karangasem; Kabupaten Bangli, yaitu di Desa Terunyan dan Kecamatan Kintamani; Kabupaten Klungkung, yaitu di Desa Klumpu, Kecamatan Nusa Penida; Kabupaten Badung bagian utara, yaitu di Kecamatan Ketihingan{}dan Petang; Kabupaten Tabanan, yaitu di Desa Wongaya Gede, Kecamatan Penebel; Kabupaten Buleleng, yaitu di Desa Sepang, Kecamatan Busung Biu; Kabupaten Jembrana, yaitu di Desa Nusasari, Kecamatan Melaya.
Dialek Bali Dataran menyebar di beberapa wilayah kabupaten di Pulau Bali meliputi Kabupaten Klungkung, yaitu di Desa Bungbungan, Kecamatan Banjarangkang; Kabupaten Jembrana, yaitu Desa Pengragoan, Kecamatan Pekutatan; Kabupaten Tabanan, yaitu di Desa Bantas, Kecamatan Selemadeg Timur dan Desa Luwus, Kecamatan Baturiti; Kabupaten Badung, yaitu di Desa Baha, Kecamatan Mengwi dan Desa Pecatu, Kecamatan Kuta Selatan; Kota Denpasar yaitu di Kampung Kepoan{}, Desa Pemogan, Kecamatan Denpasar Selatan; Kabupaten Gianyar, yaitu di Desa Pupuan, Kecamatan Tegalalang dan Desa Saba, Kecamatan Blahbatuh; Kabupaten Klungkung, yaitu di Kampung Toyapakeh, Kecamatan Nusa Penida dan Kampung Gelgel, Kecamatan Klungkung; Kabupaten Karangasem, yaitu di Desa Bebandem dan Kampung Kecicang Muslim{}, Desa Bungaya Kangin, Kecamatan Bebanden serta Desa Tianyar, Kecamatan Kubu; Kabupaten Bangli, yaitu di Desa Jehem, Kecamatan Tembuku; Kabupaten Buleleng, yaitu di Desa Bukti, Kecamatan Kubutambahan, Desa Pegayaman, Kecamatan Sukasada, Desa Kayu Putih, Kecamatan Banjar, dan Desa Banyupoh, Kecamatan Gerokgak.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, persentase perbedaan kedua dialek tersebut 60%. Isolek Bali di Pulau Bali mempunyai persentase perbedaan sebesar 71,75% (beda dialek) jika dibandingkan dengan bahasa Bali di Nusa Tenggara Baratyang merupakan bahasa yang sama; jika dibandingkan dengan bahasa Bali di Jawa Timur memiliki persentase perbedaan sebesar 69,5% (beda dialek); jika dibandingkan bahasa Bali di Lampung memiliki persentase perbedaan sebesar 77,5% (beda dialek); dan jika dibandingkan bahasa Bali di Sulawesi Tenggara persentase perbedaannya sebesar 76,75% (beda dialek).
Bahasa Jawa
[sunting]Provinsi Bali(Jawa dan Bali)
Bahasa Jawa adalah bahasa yang yang berasal dari Pulau Jawa. Bahasa Jawa yang terdapat di Bali dituturkan di Kabupaten Buleleng.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Jawa di Bali merupakan dialek yang berbeda dengan persentase perbedaan lebih dari 51% jika dibandingkan dengan bahasa Jawa di Pulau Jawa terutama dialek Solo-Yogya. Isolek Jawa di Bali merupakan bahasa yang berbeda jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, seperti bahasa Bali, Melayu, Madura, dan Sasak Bali.
Bahasa Madura
[sunting]Provinsi Bali(Jawa dan Bali)
Bahasa Madura merupakan bahasa yang berasal dari Pulau Madura. Bahasa ini tersebar di Provinsi Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Bali, dan Kalimantan Barat. Bahasa Madura di Pulau Bali dituturkan oleh masyarakat di Desa Celukan Bawang, Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, bahasa Madura merupakan bahasa dengan persentase perbedaan di atas 90% jika dibandingkan dengan bahasa Bali, Melayu, Madura, dan Sasak Bali yang terdapat di Provinsi Bali. Hal itu membuktikan bahwa Bahasa Bali merupakan bahasa dan bukan dialek dari bahasa lain di Indonesia.
Bahasa Melayu
[sunting]Provinsi Bali(Jawa dan Bali)
Di Pulau Bali bahasa Melayu dituturkan di Kelurahan Loloan Barat, Kecamatan Negara, Kabupaten Jembrana. Bahasa itu disebut juga sebagai bahasa Melayu Loloan.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Melayu yang terdapat di Bali merupakan bahasa yang sama dengan bahasa Melayu di Kepulauan Riau dengan persentase perbedaan sebesar 78,50% sehingga beda dialek.
Bahasa Sasak Bali
[sunting]Provinsi Bali(Jawa dan Bali)
Bahasa Sasak merupakan bahasa yang berasal dari Pulau Lombok, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Bahasa Sasak hidup dan berkembang pula di daerah lain, termasuk di Provinsi Bali, yaitu di Desa Tianyar, Kecamatan Kubu, Kabupaten Karangasem dan di Desa Celukan Bawang{}, Kecamatan Grokgak, Kabupaten Singaraja.
Bahasa Sasak Bali terdiri atas dua dialek, yaitu:
- dialek Bukit Tabuan yang dituturkan di Desa Tianyar, Kecamatan Kubu, Kabupaten Karangasem, dan
- dialek Celukan Bawang yang dituturkan di Desa Celukan Bawang, Kecamatan Grokgak, Kabupaten Singaraja.
Persentase kedua dialek tersebut di atas 51%.
Bahasa Sasak Bali merupakan bahasa tersendiri jika dibandingkan dengan bahasa lainnya, misalnya bahasa Bali yang ada di Provinsi Bali dengan persentase perbedaan berkisar antara 81-100%.
Berdasarkan informasi yang diperoleh, di Kecamatan Karangasem, Kabupaten Karangasem juga terdapat 26 kampung Sasak yang tersebar di tiga wilayah desa (perbekelan), yaitu Desa Tumbu, Desa Subagan (Kampung Kecicang Muslim), dan Desa Kota. Masyarakat di Kampung Sasak di Desa Subagan menggunakan bahasa Bali, sedangkan masyarakat di desa Tumbu menggunakan bahasa Sasak Bali yang sama dengan Desa Tianyar. Hal itu disebabkan oleh lokasi Desa Tianyar dan Kampung Sasak lainnya berada di wilayah perkotaan dengan mayoritas penutur bahasa Bali sehingga tingkat interaksi komunikasi antara masyarakat Sasak dan Bali sangat sering. Dengan demikian, bahasa Sasak di Desa Subagan terpengaruh menjadi oleh bahasa Bali yang berada di sekitarnya.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, bahasa Sasak di Pulau Lombok dan di Pulau Bali adalah bahasa yang berbeda dengan persentase perbedaan sebesar 87,5% sehingga beda bahasa.
Bahasa Bakatik
[sunting]Provinsi Kalimantan Barat(Kalimantan)
Bahasa Bakatik dituturkan oleh masyarakat terutama di wilayah Kabupaten Bengkayang, yang tersebar di wilayah Kecamatan Ledo, Sanggau Ledo, Teriak, dan Bengkayang; Kecamatan Subah, Kabupaten Subah. Menurut pengakuan penutur, wilayah tutur bahasa Bakatik berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Melayu di sebelah utara, barat, dan selatan. Sementara itu, di sebelah timur laut berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Galik (Golik) dan Ribun (Rihun).
Selain di Kabupaten Bengkayang, bahasa Bakatik juga dituturkan di Kota Pontianak, Kabupaten Sambas, Landak, dan Kubu Raya yang ada di sekitar Kecamatan Ambawang serta di Kecamatan Simpang Hulu, Kabupaten Ketapang.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek yang dipakai di lima daerah tersebut diidentifikasi menjadi satu kelompok bahasa karena memiliki persentase perbedaan antara 48%-80%. Isolek di daerah pengamatan Kecamatan Bengkayang dan Kecamatan Ledo, Kabupaten Bengkayang termasuk dalam satu kelompok subdialek dengan persentase perbedaan 48%.
Bahasa Bakatik terbagi atas empat dialek, yaitu:
- dialek Moro Betung dengan daerah sebarannya di Kecamatan Menyuke, Kabupaten Landak;
- dialek Ambawang Satu di Kabupaten Kubu Raya;
- dialek Sahan di Kecamatan Sanggau Ledo, Kabupaten Bengkayang;
- dialek Rodaya daerah sebarannya di Kecamatan Ledo dan Desa Bani Amas di Kabupaten Bengkayang.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Bakatik merupakan bahasa tersendiri karena memiliki perbedaan di atas 81% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa lain di Kalimantan Barat.
Bahasa Bukat
[sunting]Provinsi Kalimantan Barat(Kalimantan)
Bahasa Bukat dituturkan oleh masyarakat yang mendiami wilayah di sekitar hulu Sungai Kapuas, terutama di wilayah Kecamatan Putussibau, Kabupaten Putussibau Utara dan Desa Tanjung Jati, Kecamatan Putussibau Selatan, Kabupaten Kapuas Hulu. Menurut pengakuan penduduk, wilayah tutur bahasa Bukat berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Punan dan Kayaan. Bahasa Bukat termasuk kelompok minoritas di Kalimantan Barat.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Bukat di Nanga Ubat jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa lain di Kalimantan Barat, seperti bahasa Taman, Uud Danum (Ot Danum), Galik (Golik), Ribun (Rihun), Kayaan, Punan, dan Bakatik menunjukkan persentase perbedaan di atas 81% (beda bahasa). Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa bahasa Bukat merupakan sebuah bahasa tersendiri di Kalimantan Barat.
Bahasa Galik (Golik)
[sunting]Provinsi Kalimantan Barat(Kalimantan)
Bahasa Galik (Golik) dituturkan oleh masyarakat di Kampung Mandong, Kampung Tayan Hulu dan Kampung Engkahan, Kecamatan Sekayam; di Kampung Kasro Mego, Kecamatan Beduwai; dan Kampung Tanap, Kecamatan Kembayan, Kabupaten Sanggau, Provinsi Kalimantan Barat.
Wilayah tutur bahasa Galik (Golik) di bagian utara, selatan, dan timur berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Ribun (Rihun), dan bagian barat berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Bakatik. Bahasa Galik (Golik) merupakan gabungan dari beberapa bahasa daerah yang tersebar di Kecamatan Tayan Hulu, Beduwai, Sekayam, dan Kembayan.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, bahasa Galik (Golik)terdiri atas empat dialek dengan persentase perbedaan 50-80%. Keempat dialek tersebut adalah:
- dialek Mandong yang dituturkan di Kampung Mandong, Kecamatan Tayan Hulu;
- dialek Engkahan yang dituturkan di daerah Kecamatan Sekayam;
- dialek Kasro Mego yang dituturkan di Desa Kasro Mego di Kecamatan Beduai; dan
- dialek Tanap yang dituturkan di Desa Tanap, Kecamatan Kembayan.
Di Kampung Mandong, penutur menamakan bahasanya dengan bahasa Dayak Peruan; di Kampung Engkahan, Kecamatan Sekayam penuturnya menamakan bahasa Dayak Karamai; di Kampung Kasro Mego, Kecamatan Beduwai penuturnya menamakan bahasa Galik; di Kampung Tanap, Kecamatan Kembayan penuturnya menamakan bahasa Tanap.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, persentase perbedaan antara bahasa Galik (Golik) dengan bahasa-bahasa lain di Kalimantan Barat adalah di atas 81%. Ini menunjukkan bahwa isolek Galik (Golik) merupakan sebuah bahasa di Kalimantan Barat.
Bahasa Kayaan
[sunting]Provinsi Kalimantan Barat(Kalimantan)
Bahasa Kayaan dituturkan di wilayah Putussibau, Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat, di wilayah hulu Sungai Kapuas. Menurut pengakuan penduduk, wilayah tutur bahasa Kayaan di sebelah utara berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Bukat, di selatan dan barat berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Taman, dan di bagian timur berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Punan.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Kayaan merupakan sebuah bahasa tersendiri. Jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa lain di Kalimantan Barat, seperti bahasa Taman, Uud Danum (Ot Danum), Galik (Golik), Ribun (Rihun), Bukat, Punan, dan Bakatik dengan persentase perbedaan di atas 81%.
Bahasa Melayu
[sunting]Provinsi Kalimantan Barat(Kalimantan)
Bahasa Melayu merupakan bahasa yang terbanyak penuturnya di Kalimantan Barat. Ada sebagian masyarakat di Kalimantan Barat yang menyebutnya bahasa Melayik. Penutur bahasa Melayu ini tersebar di seluruh wilayah kabupaten dan kota serta di kampung-kampung pedalaman di Kalimantan Barat.
Daerah-daerah yang masyarakatnya menggunakan bahasa Melayu antara lain yaitu Desa Pesaguan Kiri, Kecamatan Matan Hilir Selatan; Desa Benawai Agung, Kecamatan Sukadana; Desa Sungai Matamata, Kecamatan Simpang Hilir; Desa Batu Pahat, Kecamatan Nanga Mahap; Desa Selaup, Kecamatan Bunut Hulu; Desa Nanga Boyan, Kecamatan Bunut Hilir; Desa Mengkiang, Kecamatan Sanggau; Desa Inggis, Kecamatan Mukok; Desa Mungguk, Kecamatan Ngabang; Desa Temoyok, Kecamatan Air Besar; Desa Sungai Nipah, Kecamatan Siantan; Desa Teluk Empening, Kecamatan Terentang; Desa Teluk Belong, Kecamatan Teluk Belong; Desa Sungai Ambawang, Kecamatan Sungai Raya; Desa Sungai Belidak, Kecamatan Sungai Kakap; Kelurahan Pal Lima, Kecamatan Pontianak Barat; Kelurahan Saigon, Kecamatan Pontianak Timur; Kelurahan Parit Mayor, Kecamatan Pontianak Timur; Pulau Pedalaman, Kecamatan Mempawah Hilir; Desa Sungai Kunyit Dalam, Kecamatan Sungai Kunyit; Desa Selakau Tua, Kecamatan Selakau Timur; Desa Perapakan, Kecamatan Pemangkat; Dungun, Kecamatan Tebas; Desa Lumbang, Kecamatan Sambas; Desa Piantus, Kecamatan Sejangkung dan Desa Samustida, Kecamatan Teluk Keramat; Desa Jelemuk, Kecamatan Bika dan Lawik, Kecamatan Embaloh Hilir; Kekurak, Kecamatan Badau; Desa Sepiluk, Kecamatan Ketungau Hulu; Desa Margahayu, Kecamatan Ketungau Tengah; Desa Kenuak, Kecamatan Ketungau Hilir dan Desa Kebong, Kecamatan Kelam Permai; Desa Landau Kodah, Kecamatan Sekadau Hilir; Desa Pawis Hilir, Kecamatan Ngabang; Desa Selutung, Kecamatan Mandor; Desa Ringo Lojok, Kecamatan Menyuke; Desa Saham, Kecamatan Sengah Temilah; Desa Korek, Kecamatan Sui Ambawang; Desa Terap, Kecamatan Toho; Desa Sepakat, Kecamatan Menjalin; Desa Sempat, Kecamatan Mempawah Hilir; Desa Bilayuk, Kecamatan Mempawah Hulu; Desa Marunsu, Kecamatan Samalantan; Desa Pajintan, Kecamatan Tujuh Belas dan Desa Capkala, Kecamatan Sungai Raya; Desa Nanga Nuak, Kecamatan Ella Hilir dan Desa Bedaha, Kecamatan Serawai; Desa Senangak, Kecamatan Nanga Taman dan Desa Boti, Kecamatan Sekadau; Penyarang, Kecamatan Jelai Hulu; Desa Lamon Satong Kelurahan Matan Hilir Utara dan Desa Randau Jungkal, Kecamatan Sandai; Desa Mungguk Kedakal, Kecamatan Nanga Sokan; Desa Tumbang Titi; Betenung, Kecamatan Nanga Tayap; dan Desa Tanjung, Kecamatan Mentebah, Kabupaten Kapuas Hulu.
Wilayah-wilayah tutur bahasa Melayu di sebelah utara berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Ribun (Rihun) dan Galik (Golik), di sebelah barat berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Bakatik, di sebelah selatan berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Melayu dan bahasa Uud Danum (Ot Danum), sedangkan di sebelah timur berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Taman.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, bahasa Melayu di Kalimantan Barat memiliki 15 dialek, yaitu:
- dialek (Melayu) Kapuas meliputi daerah pengamatan Pesaguan Kiri, Kecamatan Matan Hilir Selatan; Benawai Agung, Kecamatan Sukadana; Sungai Matamata, Kecamatan Simpang Hilir; Batu Pahat, Kecamatan Nanga Mahap; Selaup, Kecamatan Bunut Hulu; Nanga Boyan, Kecamatan Bunut Hilir; Mengkiang, Kecamatan Sanggau; Inggis, Kecamatan Mukok; Mungguk, Kecamatan Ngabang; Temoyok, Kecamatan Air Besar; Sungai Nipah, Kecamatan Siantan; Teluk Empening, Kecamatan Terentang; Teluk Belong, Kecamatan Teluk Belong; Sungai Ambawang, Kecamatan Sungai Raya; Sungai Belidak, Kecamatan Sungai Kakap; Kelurahan Pal Lima, Kecamatan Pontianak Barat; Kelurahan Saigon, Kecamatan Pontianak Timur; Kelurahan Parit Mayor, Kecamatan Pontianak Timur; Pulau Pedalaman, Kecamatan Mempawah Hilir; Sungai Kunyit Dalam, Kecamatan Sungai Kunyit; Selakau Tua, Kecamatan Selakau Timur; Perapakan, Kecamatan Pemangkat; Dungun, Kecamatan Tebas; Lumbang, Kecamatan Sambas; Piantus, Kecamatan Sejangkung dan Samustida, Kecamatan Teluk Keramat;
- dialek Kantuk daerah sebarannya meliputi daerah Jelemuk, Kecamatan Bika dan Lawik, Kecamatan Embaloh Hilir;
- dialek Iban tersebar di daerah pengamatan Kekurak, Kecamatan Badau;
- dialek Lunjuk daerah sebarannya meliputi Sepiluk, Kecamatan Ketungau Hulu; Margahayu, Kecamatan Ketungau Tengah; Kenuak, Kecamatan Ketungau Hilir dan Kebong, Kecamatan Kelam Permai;
- dialek Ketungau daerah sebarannya di Landau Kodah, Kecamatan Sekadau Hilir;
- dialek Ketungau daerah sebarannya Parwas Hilir, Kecamatan Ngabang;
- dialek Kanayatan daerah sebarannya meliputi Selutung, Kecamatan Mandor; Ringo Lojok, Kecamatan Menyuke; Saham, Kecamatan Sengah Temilah; Korek, Kecamatan Sui Ambawang; Terap, Kecamatan Toho; Sepakat, Kecamatan Menjalin; Sempat, Kecamatan Mempawah Hilir; Bilayuk, Kecamatan Mempawah Hulu; Marunsu, Kecamatan Samalantan; Pajintan, Kecamatan Tujuh Belas dan Capkala, Kecamatan Sungai Raya;
- dialek Nanga Nuak daerah sebarannya di Nanga Nuak, Kecamatan Ella Hilir dan Bedaha, Kecamatan Serawai;
- dialek Taman Sekadau tersebar di daerah Senangak, Kecamatan Nanga Taman dan Boti, Kecamatan Sekadau;
- dialek Tunjung daerah sebarannya meliputi Penyarang, Kecamatan Jelai Hulu;
- dialek Laman Satong sebarannya di daerah desa Lamon Satong Kelurahan Matan Hilir Utara dan Randau Jungkal, Kecamatan Sandai;
- dialek Sokan daerah sebarannya meliputi Mungguk Kedakal, Kecamatan Nanga Sokan;
- dialek Natai Panjang di daerah pengamatan Tumbang Titi;
- dialek Kayong daerah sebarannya meliputi Betenung, Kecamatan Nanga Tayap; dan
- dialek Suruk daerah sebarannya meliputi desa Tanjung, Kecamatan Mentebah, Kabupaten Kapuas Hulu.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Melayu jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa lain di Kalimantan Barat, seperti bahasa Taman, Uud Danum (Ot Danum), Galik (Golik), Ribun (Rihun), Bukat, Punan, Kayaan, dan Bakatik menunjukkan persentase perbedaan sebesar 81%--100%. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa bahasa Melayu merupakan salah satu bahasa di Kalimantan Barat.
Bahasa Punan
[sunting]Provinsi Kalimantan Barat(Kalimantan)
Bahasa Punan antara lain dituturkan oleh masyarakat di Desa Tanjunglokang, Kecamatan Putussibau Selatan, Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat. Wilayah tutur bahasa Punan berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Bukat di bagian utara, dengan wilayah tutur bahasa Kayaan di sebelah barat, dan dengan wilayah tutur bahasa Uud Danum (Ot Danum) di sebelah selatan.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Punan yang dituturkan di daerah Tanjung Lokang jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa lain di Kalimantan Barat, seperti bahasa Taman, Uud Danum (Ot Danum), Galik (Golik), Ribun (Rihun), Kayaan, Bukat, dan Bakatik menunjukkan persentase perbedaan di atas 81%. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahasa Punan merupakan sebuah bahasa yang ada di Kalimantan Barat.
Bahasa Ribun (Rihun)
[sunting]Provinsi Kalimantan Barat(Kalimantan)
Bahasa Ribun (Rihun) dituturkan oleh masyarakat di Desa Tanggung dan Desa Semirau, Kecamatan Jangkang; di Desa Gunam, Kecamatan Parindu; di Desa Empodis dan Desa Upe, Kecamatan Bonti; dan di Desa Semongan, Kecamatan Noyan. Daerah-daerah tersebut berada di Kabupaten Sanggau.
Wilayah penutur bahasa Ribun (Rihun) di sebelah utara berbatasan dengan wilayah tutur penutur bahasa Galik (Golik), di sebelah selatan berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Melayu, di sebelah barat berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Melayu dan Bakatik, sedangkan di sebelah timur berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Melayu. Bahasa Ribun (Rihun) ini dituturkan oleh sejumlah etnik lokal yang menamakan diri mereka sebagai suku Ribun (Rihun), Jangkang, Bisomu, Muduk, Mayau, dan Tebuas.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, keenam isolek tersebut memperlihatkan persentase perbedaan antara 50-80%. Keenam isolek tersebut sebagai dialek dari bahasa Ribun (Rihun). Oleh karena itu, bahasa Ribun (Rihun) memiliki enam dialek, yaitu:
- dialek Tanggung dituturkan di bagian utara Kabupaten Sanggau, yaitu di Kecamatan Jangkang. Dialek ini dikenal juga dengan sebutan dialek suku Jangkang. Penutur dialek ini juga tersebar di kecamatan lain yang juga mengidentifikasi diri sebagai suku Jangkang, seperti di Kecamatan Bonti dan Mukok;
- dialek Empodis daerah sebarannya meliputi Kecamatan Bonti, Kabupaten Sanggau;
- dialek Upe dituturkan di Kecamatan Bonti, bagian timur Kabupaten Sanggau;
- dialek Semirau dituturkan di bagian utara Kabupaten Sanggau, tepatnya di Kecamatan Jangkang. Dialek ini dikenal juga dengan sebutan dialek suku Tebuas;
- dialek Semongan dituturkan di Kecamatan Noyan, Kabupaten Sanggau;
- dialek Gunam dituturkan di wilayah Kecamatan Parindu, Kabupaten Sanggau.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, bahasa Ribun (Rihun) memiliki perbedaan persentase sebesar 81%--100% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa di sekitarnya di Kalimantan Barat, misalnya dengan bahasa Taman, Dayak Kualan, Bukat, dan bahasa Galik (Golik). Dengan demikian,bahasa Ribun (Rihun) merupakan salah satu bahasa yang ada di Kalimantan Barat.
Bahasa Taman
[sunting]Provinsi Kalimantan Barat(Kalimantan)
Bahasa Taman dituturkan oleh masyarakat di wilayah hulu Sungai Kapuas, antara lain di Engko' Tambe, Kecamatan Putussibau Selatan; di Desa Pulau Manak, Kecamatan Embaloh Hulu; di Mensiau, Kecamatan Batang Lupar; di Nanga Tuwuk, Sungai Tempurau, Kecamatan Putussibau, Kabupaten Kapuas, Provinsi Kalimantan Barat. Wilayah tutur bahasa Taman dikelilingi oleh wilayah tutur bahasa Melayu. Bahasa Taman tersebar di wilayah Kabupaten Kapuas Hulu, yaitu di wilayah Kecamatan Putussibau, Mandai, dan Batang Lupar.
Menurut pengakuan penutur, bahasa Taman tersebar di daerah Engko Tambe, Kecamatan Putussibau; di Pulau Manak, Kecamatan Embaloh Hulu penuturnya mengaku sebagai penutur bahasa Taman Embaloh; di Mensiau, Kecamatan Batang Lupar dituturkan bahasa Embaloh; di Nanga Tuwuk, Sungai Tempurau, Kecamatan Putussibau dituturkan bahasa Kalis.
Bahasa Taman mempunyai tiga dialek dengan persentase perbedaan sebesar 50%-80%. Dialek tersebut yaitu:
- dialek Taman Kapuas,yang memiliki daerah sebaran di Ingko' Tambe, Kecamatan Putussibau;
- dialek Taman Embaloh, yang memiliki daerah sebaran di Pulau Manak, Kecamatan Embaloh Hulu dan Mensiau, Kecamatan Batang Lupar;
- dialek Kalis, yang memiliki daerah sebaran di Nanga Tuwuk, Sungai Tempurau, Kecamatan Putussibau.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, bahasa Taman merupakan sebuah bahasa jika dibandingkan dengan bahasa lain, yaitu dengan persentase perbedaan di atas 81%, misalnya bahasa Taman dengan bahasa Melayu, dengan bahasa Bakumpai, dan dengan bahasa Bukat.
Bahasa Uud Danum (Ot Danum)
[sunting]Provinsi Kalimantan Barat(Kalimantan)
Bahasa Uud Danum (Ot Danum) dituturkan oleh masyarakat di Desa Nanga Keremoi, Kecamatan Ambalau, Kabupaten Sintang, di daerah hulu Sungai Melawi, Provinsi Kalimantan Barat. Wilayah tutur bahasa Uud Danum (Ot Danum) di sebelah utara dan barat berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Melayu. Penutur bahasa ini memiliki hubungan yang sangat erat dengan orang-orang Uud Danum (Ot Danum) yang terdapat di kawasan Kalimantan Tengah, di wilayah Sungai Embaloh. Persentase perbedaan bahasa Uud Danum (Ot Danum) dengan bahasa-bahasa di sekitarnya berkisar 81%--100%. Misalnya dengan bahasa Dayak Baram, bahasa Dayak Kualan, bahasa Bakatik, dan dengan bahasa Taman.
Bahasa Bakumpai
[sunting]Provinsi Kalimantan Tengah(Kalimantan)
Bahasa Bakumpai dituturkan oleh masyarakat di Kecamatan Dusun Selatan dan Kecamatan Karau Kuala, Kabupaten Barito Selatan dan di Kabupaten Kapuas, Provinsi Kalimantan Tengah. Selain di Kalimantan Tengah, bahasa Bakumpai dituturkan juga di Desa Batik, Kecamatan Bakumpai dan di Desa Kuripan, Kecamatan Kuripan, Kabupaten Barito Kuala, Provinsi Kalimantan Selatan. Sebaran wilayah tutur bahasa ini berada di sepanjang aliran Sungai Barito sampai ke Barito Selatan, Kalimantan Tengah yang dimulai dari wilayah Barito Kuala, Kalimantan Selatan.
Bahasa Bakumpai di Kabupaten Barito Selatan, Provinsi Kalimantan Tengah, terdiri atas dua dialek, yaitu:
- dialek Balawang dengan wilayah pakai di Kecamatan Kapuas Murung, Kabupaten Kapuas, dan
- dialek Rangga Ilung dengan wilayah pakai di Desa Rangga Ilung, Kecamatan Jenamas, Desa Kalanis, Kecamatan Dusun Hilir, dan Kelurahan Bangkuang, Kecamatan Karau Kuala, Kabupaten Barito Selatan.
Hasil penghitungan dialektometri antara bahasa Bakumpai yang terdapat di Provinsi Kalimantan Tengah dengan bahasa Bakumpai yang terdapat di Provinsi Kalimantan Selatan menujukkan persentase perbedaan sebesar 24--43% (kategori beda wicara). Hal ini menunjukkan bahwa bahasa Bakumpai yang terdapat di kedua provinsi tersebut merupakan bahasa yang sama. Isolek Bakumpai merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 82-98% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa di Kalimantan Tengah, misalnya dengan bahasa Banjar, dengan bahasa Maanyan, dengan bahasa Dayak Ngaju, dan dengan bahasa Bakumpai.
Bahasa Balai
[sunting]Provinsi Kalimantan Tengah(Kalimantan)
Bahasa Balai dituturkan masyarakat yang tinggal di Desa Balai Riam, Kecamatan Balai Riam, Kabupaten Sukamara, Provinsi Kalimantan Tengah.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Balai merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 95,05%-98,75% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa lainnya yang ada di Provinsi Kalimantan Tengah. Misalnya jika dibandingkan dengan bahasa Dayak Ngaju sebesar 95,05%, dengan bahasa Dusun Kalahien 96%, dengan bahasa Uut Danum (Ot Danum) 96%; dandengan bahasa Dayak Baream 98,75%.
Bahasa Bali
[sunting]Provinsi Kalimantan Tengah(Kalimantan)
Bahasa Bali dituturkan oleh masyarakat di Desa Basarang Jaya, Kecamatan Basarang, Kabupaten Kapuas, Provinsi Kalimantan Tengah. Bahasa Bali bukan bahasa daerah Kalimantan Tengah, tetapi bahasa suku Bali yang bertransmigrasi dari wilayah Bali.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Bali merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 88,05-96% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa lainnya yang ada di Provinsi Kalimantan Tengah. Misalnya, bahasa Bali dengan bahasa Katingan 88,05%, bahasa Bali dengan bahasa Dayak Ngaju 93,75%, dan bahasa Bali dengan bahasa Waringin 96%.
Bahasa Banjar
[sunting]Provinsi Kalimantan Tengah(Kalimantan)
Bahasa Banjar dituturkan oleh masyarakat di Desa Pematang Panjang, Kecamatan Seruyan Hilir Timur, di Desa Tanjungrangas, Kecamatan Seruyan Hilir, Kabupaten Seruyan, dan di Kelurahan Kuala Jelai, Kecamatan Jelai, Kabupaten Sukamara, Provinsi Kalimantan Tengah.
Bahasa Banjar yang dituturkan di Kalimantan Tengah terdiri atas dua dialek, yaitu:
- dialek Pematang Panjang yang dituturkan di Desa Pematang Panjang, Kecamatan Seruyan Hilir dan di Desa Tanjungrangas, Kecamatan Seruyan Hilir, Kabupaten Seruyan.
Persentase perbedaan berdasarkan hasil penghitungan dialektometri antarkedua isolek tersebut sebesar 27,25% sehingga dinyatakan beda wicara;
- dialek Kuala Jelai dituturkan di Kelurahan Kuala Jelai, Kecamatan Jelai, Kabupaten Sukamara.
Persentase perbedaan berdasarkan hasil penghitungan dialektometri antarisolek tersebut sebesar 74,05%.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Banjar merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 84%-94% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa di sekitarnya. Misalnya bahasa Banjar dengan bahasa Balai, bahasa Dayak Kapuas, bahasa Mentaya, dan dengan bahasa bahasa Sampit.
Bahasa Bayan
[sunting]Provinsi Kalimantan Tengah(Kalimantan)
Bahasa Bayan dituturkan oleh masyarakat di Desa Bintang Ninggi Satu, Kecamatan Teweh Selatan, Kabupaten Barito Utara, Provinsi Kalimantan Tengah.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Bayan merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa di sekitarnya. Misalnya dengan bahasa Dayak Ngaju, bahasa Maanyan, dan dengan bahasa Bakumpai.
Bahasa Dayak Baream
[sunting]Provinsi Kalimantan Tengah(Kalimantan)
Bahasa Dayak Baream dituturkan oleh masyarakat di Desa Bajuh, Kecamatan Kapuas Tengah, Kabupaten Kapuas, Provinsi Kalimantan Tengah.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Dayak Baream merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan di atas 80% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa lainnya yang ada di Provinsi Kalimantan Tengah. Misalnyaperbedaan bahasa Dayak Baream dengan bahasa Sei Dusun, dengan bahasa Katingan,dan dengan bahasa Bara Injeysebesar 91,25%, dan dengan bahasa Dayak Pulau Telo sebesar 90%.
Bahasa Dayak Bara Injey
[sunting]Provinsi Kalimantan Tengah(Kalimantan)
Bahasa Dayak Bara Injey dituturkan oleh masyarakat di Desa Kota Baru, Kecamatan Kapuas Tengah, Kabupaten Kapuas, Provinsi Kalimantan Tengah.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Dayak Bara Injey merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan di atas 80% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa lainnya yang ada di Provinsi Kalimantan Tengah. Misalnyadengan bahasa Dayak Ngaju sebesar 82,75% dan dengan bahasa Dayak Pulau Telo sebesar 84,75%.
Bahasa Dayak Kapuas
[sunting]Provinsi Kalimantan Tengah(Kalimantan)
Bahasa Dayak Kapuas dituturkan oleh masyarakat di Desa Pujon, Kecamatan Kapuas Tengah, Kabupaten Kapuas, Provinsi Kalimantan Tengah.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Dayak Kapuas merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 84,75%-98,75% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa lainnya yang ada di Provinsi Kalimantan Tengah. Misalnyadengan bahasa Balai, dengan bahasa Dayak Bara Injey, dengan bahasa Dusun Kalahien, dengan bahasa Dayak Bara Injey, dan dengan bahasa Dayak Ngaju.
Bahasa Dayak Ngaju
[sunting]Provinsi Kalimantan Tengah(Kalimantan)
Bahasa Dayak Ngaju merupakan bahasa yang dituturkan oleh sebagian besar penduduk Kalimantan Tengah. Penutur bahasa tersebut dapat dijumpai hampir di sepanjang daerah aliran sungai di Kalimantan Tengah, kecuali Kabupaten Kotawaringin Barat. Wilayah tuturnya meliputi Kabupaten Kapuas bagian tengah, Kabupaten Gunung Mas dan Pulang Pisau bagian tengah hingga ke Kota Palangkaraya, sebagian Sungai Mentaya, Kabupaten Barito Selatan bagian selatan, serta Kabupaten Katingan bagian hilir.
Bahasa Dayak Ngaju terdiri atas tiga puluh dua dialek, yakni:
- dialek Kandan yang dituturkan di Desa Kandan, Kecamatan Kota Besi, Kabupaten Kota Waringin Timur;
- dialek Rantau Tampang yang dituturkan di Kelurahan Kuala Kuayan dan Desa Rantau Tampang, Kecamatan Telaga Antang, Kelurahan Mentaya Seberang, Kecamatan Seranau, dan Kecamatan Antang Kalang, Kabupaten Kotawaringin Timur;
- dialek Parebok yang dituturkan di Desa Parebok, Kecamatan Teluk Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur;
- dialek Mandomai yang dituturkan di Kelurahan Mandomai, Kecamatan Kapuas Barat, Kabupaten Kapuas;
- dialek Kalumpang yang dituturkan di Desa Kalumpang, Kecamatan Mantangai, Kabupaten Kapuas;
- dialek Tumbang Makutup yang dituturkan di Desa Tumbang Mangkutup (Tumbang Muroi),Kecamatan Mantangai, Kabupaten Kapuas;
- dialek Pangkoh Tengah (Pangkoh Sari) yang dituturkan di Desa Pangkuh Tengah, Kecamatan Pandih Batu, Kabupaten Kapuas (Pulang Pisau);
- dialek Pulang Pisau yang dituturkan di Desa Anjir Pulang Pisau, Kecamatan Kahayan Hilir, Kabupaten Pulang Pisau;
- dialek Tumbang Nusa yang dituturkan di Desa Tumbang Nusa, Kecamatan Jabiren Raya, Kabupaten Pulang Pisau;
- dialek Timpah yang dituturkan di Desa Timpah, Kecamatan Timpah, Kabupaten Kapuas;
- dialek Lawang Kamah yang dituturkan di Desa Lawang Kamah, Kecamatan Timpah, Kabupaten Kapuas,
- dialek Batu Puter yang dituturkan di Desa Batu Puter, Kecamatan Rungan, Kabupaten Gunung Mas;
- dialek Luwuk Langkuas yang dituturkan di Desa Luwuk Langkuas, Kecamatan Rungan, Kabupaten Gunung Mas;
- dialek Tumbang Jutuh yang dituturkan di Desa Tumbang Jutuh, Kecamatan Rungan, Kabupaten Gunung Mas;
- dialek Bereng Rambang yang dituturkan di Desa Bereng Rambang, Kecamatan Kahayan Tengah, Kabupaten Gunung Mas (Pulang Pisau);
- dialek Bawan yang dituturkan Desa Bawan, Kecamatan Banama Tingang, Kabupaten Gunung Mas (Pulang Pisau);
- dialek Sepang Simin yang dituturkan di Kelurahan Sepang Simin, Kecamatan Sepang, Kabupaten Gunung Mas;
- dialek Kuala Kurun yang dituturkan di Kelurahan Kuala Kurun, Kecamatan Kurun, Kabupaten Gunung Mas;
- dialek Tewah yang dituturkan di Kelurahan Tewah, Kecamatan Tewah, Kabupaten Gunung Mas;
- dialek Kasongan yang dituturkan di Desa Kasongan (Kasongan Lama), Kecamatan Katingan Hilir, Kabupaten Katingan
- dialek Petak Bahandang yang dituturkan di Desa Petak Bahandang, Kecamatan Tasik Payawan, Kabupaten Katingan;
- dialek Baun Bango yang dituturkan di Desa Baun Bango, Kecamatan Kamipang, Kabupaten Katingan;
- dialek Pilang yang dituturkan di Desa Pilang, Kecamatan Kahayan Hilir (Jabiren), Kabupaten Pulang Pisau;
- dialek Saka Kajang yang dituturkan di Desa Saka Kajang, Kecamatan Kahayan Hilir (Jabiren), Kabupaten Pulang Pisau;
- dialek Gohong yang dituturkan di Desa Gohong, Kecamatan Kahayan Hilir, Kabupaten Pulang Pisau;
- dialek Mangkatip yang dituturkan di KelurahanMengkatip, Kecamatan Dusun Hilir, Kabupaten Barito Selatan;
- dialek Tangkiling yang dituturkan di Kelurahan Tangkiling, Kecamatan Bukit Batu, Kota Palangkaraya;
- dialek Kalampangan yang dituturkan di Kelurahan Kalampangan, Kecamatan Sebangau, Kota Palangkaraya
- dialek Bukit Rawi yang dituturkan di Desa Bukit Rawi, Kecamatan Kahayan Tengah, Kabupaten Pulang Pisau;
- dialek Mungku Baru yang dituturkan di Kelurahan Mungku Baru, Kecamatan Rakumpit, Kota Palangkaraya;
- dialek Tumbang Talaken yang dituturkan di Kelurahan Tumbang Talaken, Kecamatan Manuhing, Kabupaten Gunung Mas; dan
- dialek Takaras yang dituturkan di Desa Takaras, Kecamatan Manuhing, Kabupaten Gunung Mas.
Persentase perbedaan antardialek tersebut berkisar 51-80,75%.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Dayak Ngaju merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa lainnya yang ada di Provinsi Kalimantan Tengah. Misalnyadengan bahasa Balai, Dayak Pulau Telo, Kadorih, Dayak Baream, dan Dayak Kapuas.
Bahasa Dayak Pulau Telo
[sunting]Provinsi Kalimantan Tengah(Kalimantan)
Bahasa Dayak Pulau Telo dituturkan oleh masyarakat di Desa Pulau Telo, Kecamatan Selat, Kabupaten Kapuas, Provinsi Kalimantan Tengah.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Dayak Pulau Telo merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81-100% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa lainnya yang ada di Provinsi Kalimantan Tengah, misalnya dengan bahasa Dayak Sei Dusun, Dayak Ngaju, dan Dayak Bara Injey.
Bahasa Dayak Sei Dusun
[sunting]Provinsi Kalimantan Tengah(Kalimantan)
Bahasa Dayak Sei Dusun dituturkan oleh masyarakat di Desa Sei Dusun, Kecamatan Kapuas, Kabupaten Kapuas Barat, Kalimantan Tengah.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Dayak Sei Dusun merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81-100% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa lainnya yang ada di Provinsi Kalimantan Tengah, misalnya dengan bahasa Dayak Pulau Telo, Dayak Ngaju, Dusun Kalahien, Bayan, dan Dayak Bara Injey.
Bahasa Dusun Kalahien
[sunting]Provinsi Kalimantan Tengah(Kalimantan)
Bahasa Dusun Kalahien dituturkan oleh masyarakat di Desa Kalahien, Kecamatan Dusun Selatan, Kabupaten Barito Selatan, Provinsi Kalimantan Tengah.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Dusun Kalahien merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 92,25-96,25% jika dibandingkan dengan bahasa lainnya. Misalnya dengan bahasa Dayak Baream, bahasa Dayak Ngaju, dan bahasa Dayak Kapuas.
Bahasa Kadorih
[sunting]Provinsi Kalimantan Tengah(Kalimantan)
Bahasa Kadorih dituturkan oleh masyarakat di Desa Tumbang Miri, Kecamatan Kahayan Hulu Utara, Kabupaten Gunung Mas, Provinsi Kalimantan Tengah.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Kadorih merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan antara 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa lainnya yang ada di Provinsi Kalimantan Tengah. Misalnyabahasa Kadorih dengan bahasa Dayak Ngaju, dengan bahasa Dusun Kalahien, dengan bahasa Maanyan, dan dengan bahasa Katingan.
Bahasa Katingan
[sunting]Provinsi Kalimantan Tengah(Kalimantan)
Bahasa Katingan dituturkan oleh masyarakat di Kelurahan Pendahara, Kecamatan Tewang Sangalang Garing, Desa Buntut Bali, Kecamatan Pulau Malan, Desa Tumbang Kaman, Kecamatan Sanaman Mantikei, Kabupaten Katingan , Provinsi Kalimantan Tengah.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, bahasa Katingan di wilayah tersebut memiliki persentase perbedaan 55,75%-62,25%, yaitu pada kategori beda dialek. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa bahasa Katingan terdiri atas tiga dialek, yaitu:
- dialek Katingan Hilir yang dituturkan di Kelurahan Pendahara, Kecamatan Tewang Sangalang Garing;
- dialek Katingan Tengah yang dituturkan di Desa Buntut Bali, Kecamatan Pulau Malan;
- dialek Katingan Hulu yang dituturkan di Desa Tumbang Kaman, Kecamatan Sanaman Mantikei.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Katingan merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa lainnya yang ada di Provinsi Kalimantan Tengah. Misalnyadengan bahasa Dayak Ngaju, Lawangan, Bayan, Balai, dan dengan bahasa Dayak Pulau Telo.
Bahasa Lawangan
[sunting]Provinsi Kalimantan Tengah(Kalimantan)
Bahasa Lawangan dituturkan oleh masyarakat di Desa Ampah Dua, Kecamatan Dusun Tengah, Kabupaten Barito Timur, Provinsi Kalimantan Tengah. Selain di Kalimantan Tengah, bahasa Lawangan juga dituturkan di oleh masyarakat yang berada di Desa Dambung Raya, Kecamatan Haruai, Kabupaten Tabalong, Provinsi Kalimantan Selatan.
Bahasa Lawangan, baik yang berada di Provinsi Kalimantan Selatan maupun yang berada di Provinsi Kalimantan Tengah adalah bahasa yang sama dengan persentase perbedaan sebesar 36,11% (beda dialek).
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Lawangan merupakan bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 87%-97 % jika dibandingkan dengan bahasa lainnya misalnyadengan bahasa Banjar mempunyai persentase perbedaan sebesar 87%; dengan bahasa Bakumpai sebesar 94%; dan dengan bahasa Dayak Ngaju sebesar 97%.
Bahasa Maanyan
[sunting]Provinsi Kalimantan Tengah(Kalimantan)
Bahasa Maanyan dituturkan oleh masyarakat di Desa Batapah, Kecamatan Timpah, Kabupaten Kapuasdan di Desa Malungai, Kecamatan Gunung Timang, Kabupaten Barito Utara, Provinsi Kalimantan Tengah. Selain di Kalimantan Tengah, bahasa Maanyan juga dituturkan oleh masyarakat di Kalimantan Selatan, yaitu di Desa Warukin, Kecamatan Tanta, Kabupaten Tabalong.
Di Provinsi Kalimantan Tengah, bahasa Maanyan terdiri atas dua dialek, yaitu:
- dialek Batapah yang dituturkan di Desa Batapah, Kecamatan Timpah, Kabupaten Kapuas dan
- dialek Malungai yang dituturkan di Desa Malungai, Kecamatan Gunung Timang, Kabupaten Barito Utara.
Persentase perbedaan antara kedua dialek tersebut sebesar 70,05%.
Bahasa Maanyan yang berada di Provinsi Kalimantan Tengah dan Provinsi Kalimantan Selatan adalah bahasa yang sama karena keduanya hanya mempunyai persentase perbedaan sebesar 48% (beda subdialek).
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Maanyan merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 87%-98% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa di sekitarnya. Misalnyapersentase perbedaan bahasa Maanyan dengan bahasa Banjar sebesar 95%; dengan bahasa Lawangan sebesar 92%; dengan bahasa Katingan sebesar 96%; dengan bahasa Sampit sebesar 91%; dengan bahasa Bakumpai sebesar 94%; dan dengan bahasa Dayak Ngaju sebesar 95,75%.
Bahasa Melayu
[sunting]Provinsi Kalimantan Tengah(Kalimantan)
Bahasa Melayu di Kalimantan Tengah dituturkan di sebagian wilayah Kabupten Kotawaringin Barat. Bahasa Melayu di Kalimantan Tengah juga dituturkan di Kelurahan Mendawai, Kecamatan Arut Selatan, Kabupaten Kotawaringin Barat; Desa Sungai Konyer, Kecamatan Kumai, Kabupaten Kotawaringin Barat; Kelurahan Kotawaringin Hulu, Kecamatan Kotawaringin Lama, Kabupaten Kotawaringin Barat.
Bahasa Melayu Kalimantan Tengah terdiri atas tiga dialek, yaitu:
- dialek Mendawai,
- dialek Kumai (Sei Konyer) dan
- dialek Kotawaringin Hulu.
Dialek Mendawai dituturkan di Kelurahan Mendawai, Kecamatan Arut Selatan, Kabupaten Kotawaringin Barat; dialek Kumai (Sei Konyer) dituturkan di Desa Sungai Konyer, Kecamatan Kumai, Kabupaten Kotawaringin Barat; dialek Kotawaringin Hulu dituturkan di Kelurahan Kotawaringin Hulu, Kecamatan Kotawaringin Lama, Kabupaten Kotawaringin Barat.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, persentase perbedaan antardialek menunjukkan beda dialek yang berkisar 51%-80%. Sementara itu, isolek Melayu merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa Banjar, Bayan, dan Maanyan.
Bahasa Mentaya
[sunting]Provinsi Kalimantan Tengah(Kalimantan)
Bahasa Mentaya dituturkan oleh masyarakat di Desa Tewei Hara, Kecamatan Mentaya Hulu, Kabupaten Kotawaringin Timur, Provinsi Kalimantan Tengah.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Mentaya merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 89%-95,75% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa lainnya yang ada di Provinsi Kalimantan Tengah, misalnyabahasa Mentaya dengan bahasa Dayak Ngaju memiliki persentase perbedaan 90,25%, dengan bahasa Tamuan sebesar 89%, dengan bahasa Maanyan sebesar 92%, dan dengan bahasa Tawoyan sebesar 94%.
Bahasa Pembuang
[sunting]Provinsi Kalimantan Tengah(Kalimantan)
Bahasa Pembuang dituturkan oleh masyarakat di sekitar daerah aliran Sungai Pembuang bagian tengah dan selatan, yaitu di Desa Batu Menangis, Kecamatan Seruyan Tengah, Kabupaten Seruyan, Provinsi Kalimantan Tengah.
Isolek Pembuang merupakan sebuah bahasa karena memiliki persentase perbedaan antara 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa lain, misalnya dengan bahasa Banjar, Dayak Ngaju, Bayan, dan Kadorih.
Bahasa Sampit
[sunting]Provinsi Kalimantan Tengah(Kalimantan)
Bahasa Sampit dituturkan oleh masyarakat di Desa Bagendang Hilir, Kecamatan Mentaya Hilir Utara dan Kelurahan Baamang Hilir, Kecamatan Baamang, Kabupaten Kotawaringin Timur, Provinsi Kalimantan Tengah.
Isolek Sampit merupakan sebuah bahasa karena memiliki persentase perbedaan antara 81%-100%jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa lain yang ada di Provinsi Kalimantan Tengah, misalnyadengan bahasa Tamuan, bahasa Banjar, bahasa Mentaya, dan dengan bahasa Dayak Ngaju.
Bahasa Tamuan
[sunting]Provinsi Kalimantan Tengah(Kalimantan)
Bahasa Tamuan dituturkan oleh masyarakat di Desa Tehang, Kecamatan Parenggean dan Desa Pundu, Kecamatan Cempaga Hulu, Kabupaten Kotawaringin Timur; serta di Kelurahan Nanga Bulik, Kecamatan Bulik, Kabupaten Lamandau, Provinsi Kalimantan Tengah.
Bahasa Tamuan terdiri atas dua dialek, yaitu:
- dialek Tehang yang dituturkan di Desa Tehang, Kecamatan Parenggean dan di Desa Pundu, Kecamatan Cempaga Hulu dan
- dialek Nanga Bulik yang dituturkan di kelurahan Nanga Bulik, Kecamatan Bulik.
Persentase perbedaan antardialek tersebut sebesar 73,05%. Sementara itu, berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Tamuan merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81%-97% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa lain yang ada di Provinsi Kalimantan Tengah, misalnya dengan bahasa Dayak Ngaju, bahasa Banjar, dan dengan bahasa Mentaya.
Bahasa Tawoyan
[sunting]Provinsi Kalimantan Tengah(Kalimantan)
Bahasa Tawoyan dituturkan oleh masyarakat di Desa Pepas, Kecamatan Montallat, Barito Utara, daerah perbatasan Kabupaten Barito Selatan dan Kabupaten Barito Utara, Provinsi Kalimantan Tengah.
Bahasa Tawoyan merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81-100% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa lain yang ada di Provinsi Kalimantan Tengah. Misalnya dengan bahasa Bakumpai, bahasa Banjar, bahasa Bayan, dan bahasa Berangas.
Bahasa Uud Danum (Ot Danum)
[sunting]Provinsi Kalimantan Tengah(Kalimantan)
Bahasa Uud Danum (Ot Danum) dituturkan oleh masyarakat disepanjang aliran Sungai Miri yang merupakan cabang sungai Kahayan, Desa Harowo, Kecamatan Miri Manasa, Kabupaten Gunung Mas. Selain di Kalimantan Tengah, bahasa Uud Danum (Ot Danum) juga dituturkan juga oleh masyarakat di Desa Nanga Keremoi, Kecamatan Ambalau, Kabupaten Sintang dan di daerah hulu Sungai Melawi, Provinsi Kalimantan Barat.
Persentase perbedaan bahasa Uud Danum (Ot Danum) dengan bahasa-bahasa di sekitarnya berkisar 81%--100%, misalnya dengan bahasa Baream, dengan bahasa Bayan, dengan bahasa Katingan, dan dengan bahasa Kadorih.
Bahasa Bajau Semayap
[sunting]Provinsi Kalimantan Selatan(Kalimantan)
Bahasa Bajau Semayap dituturkan oleh masyarakat di Desa Semayap, Kecamatan Pulau Laututara, Kabupaten Kotabaru, Provinsi Kalimantan Selatan. Sebaran wilayah tutur bahasa ini berada di sekitar wilayah utara Kabupaten Kotabaru. Menurut pengakuan penduduk, wilayah tutur bahasa Bajau Semayap dikelilingi oleh wilayah tutur bahasa Banjar.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Bajau Semayap merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan di atas 81% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa lainnya yang ada di Provinsi Kalimantan Selatan. Misalnya perbedaan bahasa Bajau Semayap dengan bahasa Banjar menunjukkan persentase sebesar 93%; dengan bahasa Bugis sebesar 97%; dengan bahasa Berangas sebesar 97%; dengan bahasa Maanyan sebesar 98%; dengan bahasa Lawangan sebesar 94%; dengan bahasa Dusun Deyah sebesar 98%; dengan bahasa Bajau Pondong sebesar 96%; dengan bahasa Samihin sebesar 95%; dan dengan bahasa Bakumpai sebesar 95%.
Bahasa Bakumpai
[sunting]Provinsi Kalimantan Selatan(Kalimantan)
Bahasa Bakumpai dituturkan oleh masyarakat di Desa Batik, Kecamatan Bakumpai dan Desa Kuripan, Kecamatan Kuripan, Kabupaten Barito Kuala, Provinsi Kalimantan Selatan. Sebaran geografis bahasa ini berada di sepanjang aliran Sungai Barito, mulai dari wilayah Barito Kuala, Kalimantan Selatan hingga wilayah Kalimantan Tengah. Hasil penghitungan dialektometri antara bahasa Bakumpai yang terdapat di Provinsi Kalimantan Selatan dengan bahasa Bakumpai yang terdapat di Provinsi Kalimantan Tengah sebesar 24,43% (kategori beda wicara). Hal ini menunjukkan bahwa bahasa Bakumpai yang terdapat di kedua provinsi tersebut merupakan bahasa yang sama. Isolek Bakumpai merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 82%-98% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa di sekitarnya, misalnya dengan bahasa Samihin, Lawangan, Berangas, Banjar, dan Bajau Semayap.
Bahasa Banjar
[sunting]Provinsi Kalimantan Selatan(Kalimantan)
Bahasa Banjar dituturkan oleh sebagian besar masyarakat di wilayah Kalimantan Selatan. Selain itu, bahasa Banjar juga dituturkan masayarakat di Provinsi Kalimantan Tengah, Riau, Kepulauan Riau, dan Jambi.
Di Provinsi Kalimantan Selatan, bahasa Banjar dituturkan oleh masyarakat di Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Hulu Sungai Selatan, Hulu Sungai Utara, Balangan, Tanah Laut, Kotabaru, Tapin, Banjarmasin (Kota Banjarmasin), Banjar, Tabalong, dan Barito Kuala. Persentase perbedaan antarsemua daerah pengamatan pemakai bahasa Banjar di Provinsi Kalimantan Selatan berkisar 16%-72,50%. Menurut pengakuan penutur, sebagian penutur bahasa yang terdapat di Kabupaten Hulu Sungai Tengah dan Hulu Sungai Selatan menyebut bahasa yang mereka gunakan sebagai bahasa Bukit atau bahasa Dayak Meratus. Akan tetapi, berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Bukit (Dayak Meratus) adalah satu bahasa dengan bahasa Banjar dengan persentase berkisar 44-51% (beda subdialek atau beda dialek).
Di Provinsi Kalimantan Tengah, bahasa Banjar terdiri atas dua dialek, yaitu:
- dialek Pematang Panjang yang dituturkan di Desa Pematang Panjang, Kecamatan Pambuang Hilir (Seruyan Hilir) dan di Desa Tanjung Rangas, Kecamatan Seruyan Hilir, Kabupaten Seruyan.
Persentase perbedaan berdasarkan hasil penghitungan dialektometri antarisolek tersebut sebesar 27,25% sehingga dinyatakan beda wicara;
- dialek Kuala Jelai dituturkan di Desa Kuala Jelai (Jelai), Kecamatan Kuala Jelai, Kabupaten Kotawaringin Barat, Provinsi Kalimantan Tengah.
Persentase perbedaan berdasarkan hasil penghitungan dialektometri antarisolek tersebut sebesar 74,05%.
Bahasa Banjar, baik yang berada di Provinsi Kalimantan Selatan maupun yang berada di Provinsi Kalimantan Tengah adalah bahasa yang sama dengan persentase perbedaan sebesar 48% (beda subdialek). Bahasa Banjar yang terdapat di Provinsi Riau dan Kepulauan Riau dituturkan di Kabupaten Indragiri Hilir. Bahasa ini terdiri atas empat dialek, yaitu:
- dialek Pekan Kemis yang dituturkan di Desa Pekan Kemis;
- dialek Simpang Gaung yang dituturkan di Desa Simpang Gaung;
- dialek Sei Raya-Sungai Piring yang dituturkan di Desa Sei Raya dan Sungai Piring;
- dialek Teluk Jira yang dituturkan di Desa Teluk Jira.
Persentase antara keempat dialek tersebut sekitar 55,06%.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, persentase perbedaan antara dialek Banjar yang terdapat di Kalimantan Selatan dan dialek Banjar yang terdapat di Provinsi Riau/Kepulauan Riau adalah sebesar 66,75% (beda dialek).
Bahasa Banjar yang terdapat di Provinsi Jambi terdiri atas tiga dialek, yaitu:
- dialek Paritpudin yang dituturkan di Desa Paritpudin, Kecamatan Pangabuan, Kabupaten Tanjung Jabung Barat;
- dialek Pembengis yang dituturkan di Desa Pembengis, Kecamatan Pangabuan, Kabupaten Tanjung Jabung Barat;
- dialek Sungairambut yang dituturkan di Desa Sungairambut, Kecamatan Rantau Rasau, Kabupaten Tanjung Jabung Timur.
Persentase perbedaan antarketiga dialek tersebut berkisar 53,75%-56%. Sementara itu, persentase perbedaan antara isolek Banjar yang terdapat di Kalimantan Selatan dengan isolek Banjar yang terdapat di Provinsi Jambi adalah sebesar 72,75% (beda dialek).
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Banjar merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 82%-98% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Banjar dengan bahasa Samihin, Maanyan, Beragas, dan Bakumpai.
Bahasa Berangas
[sunting]Provinsi Kalimantan Selatan(Kalimantan)
Bahasa Berangas dituturkan oleh masyarakat di Kelurahan Berangas, Kecamatan Alalak, Kabupaten Barito Kuala, Provinsi Kalimantan Selatan. Menurut pengakuan penduduk, di sebelah barat, timur, utara, dan selatan Desa Berangas dituturkan bahasa Banjar.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Berangas merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan di atas 90% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa di sekitarnya. Misalnya bahasa Berangas dengan bahasa Banjar memiliki persentase perbedaan sebesar 92,25%; dengan bahasa Bakumpai sebesar 93%.
Bahasa Bugis
[sunting]Provinsi Kalimantan Selatan(Kalimantan)
Bahasa Bugis dituturkan masyarakat di Desa Gunung Halaban, Kecamatan Pulausebuku, Kabupaten Kotabaru, Pulau Sebuku dan di Desa Juku Eja, Kecamatan Kusan Hilir, Kabupaten Tanah Bumbu, Provinsi Kalimantan Selatan. Menurut pengakuan penduduk, daerah-daerah tersebut dikelilingi oleh penutur bahasa Bugis.
Selain di Kalimantan Selatan, bahasa Bugis juga dituturkan oleh masyarakat di Kabupaten Kutai Kertanegara, Kabupaten Penajam Pasir Utara, Kabupaten Pasir, Kabupaten Bulungan dan Kabupaten Balikpapan, Provinsi Kalimantan Timur.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Bugis yang di Pulau Sebuku merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 94-98% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa lainnya yang ada di Provinsi Kalimantan Selatan. Misalnyadengan bahasa Banjar berbeda sebesar 98%; dengan bahasa Berangas sebesar 97%; dengan bahasa Maanyan sebesar 97%; dengan bahasa Lawangan sebesar 94%; dan dengan bahasa Bakumpai sebesar 98%.
Bahasa Lawangan
[sunting]Provinsi Kalimantan Selatan(Kalimantan)
Bahasa Lawangan dituturkan oleh masyarakat di Desa Dambung Raya, Kecamatan Haruai, Kabupaten Tabalong, Provinsi Kalimantan Selatan. Menurut pengakuan penduduk, selain di Desa Dambaung Raya, bahasa Lawangan juga dituturkan oleh masyarakat yang berada atau tinggal di sebelah barat, timur, dan selatan Desa Dambung Raya; sementara itu, di sebelah selatan Desa Dambung Raya dituturkan bahasa Banjar.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Lawangan merupakan bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 87%-97 % jika dibandingkan dengan bahasa lainnya yang ada di Kalimantan. Misalnyabahasa Lawangan dengan bahasa Banjar mempunyai persentase perbedaan sebesar 87%; dengan bahasa Berangas sebesar 92%; dengan bahasa Maanyan sebesar 92%; dengan bahasa Deyah sebesar 96%; dengan bahasa Bakumpai sebesar 94%; dan dengan bahasa Dayak Ngaju sebesar 97%.
Bahasa Maanyan
[sunting]Provinsi Kalimantan Selatan(Kalimantan)
Bahasa Maanyan dituturkan oleh masyarakat di Desa Warukin, Kecamatan Tanta, Kabupaten Tabalong, Provinsi Kalimantan Selatan. Menurut pengakuan penduduk, di sekitar Desa Warukin merupakan wilayah tutur bahasa Maanyan dan bahasa Banjar. Selain di Provinsi Kalimantan Selatan, bahasa Maanyan juga dituturkan oleh masyarakat di Desa Batapah, Kecamatan Timpah, Kabupaten Kapuas, dan di Desa Malungai, Kecamatan Gunung Timang, Kabupaten Barito Timur, Provinsi Kalimantan Tengah.
Bahasa Maanyan yang dituturkan di Provinsi Kalimantan Selatan dan Provinsi Kalimantan Tengah adalah bahasa yang sama karena keduanya hanya mempunyai persentase perbedaan sebesar 48% (beda subdialek).
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Maanyan merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 87%-98% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa di sekitarnya. Misalnyapersentase perbedaan bahasa Maanyan dengan bahasa Banjar sebesar 95%; dengan bahasa Bugis sebesar 98%; dengan bahasa Lawangan sebesar 92%; dengan bahasa Dusun Deyah sebesar 87%; bahasa Samihin sebesar 96%; dengan bahasa Berangas sebesar 91%.
Bahasa Aoheng (Penihing)
[sunting]Provinsi Kalimantan Timur(Kalimantan)
Bahasa Aoheng (Penihing) dituturkan oleh masyarakat di Desa Long Apari, Kecamatan Long Apari, Kabupaten Mahakam Ulu, Provinsi Kalimantan Timur. Menurut pengakuan penduduk, di sebelah timur Desa Long Apari dituturkan bahasa Kayan dan Kenyah; di sebelah utaranya dituturkan bahasa Kenyah; di sebelah selatannya dituturkan bahasa Bukat.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Aoheng (Penihing) merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa di sekitarnya, misalnya dengan bahasa Bajau Pondong, bahasa Lundayeh, dan bahasa Bahau Ujoh Bilang.
Bahasa Jawa
[sunting]Provinsi Kalimantan Selatan(Kalimantan)
Bahasa Jawa di Kalimantan Selatan dituturkan antara lain di Desa Megasari, Kecamatan Pulau Laututara, Kabupaten Kotabaru dan Desa Sari Mulya, Kecamatan Sungai Loban dan Desa Giri Mulya, Kecamatan Kuranji, Kabupaten Tanah Bumbu.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, bahasa Jawa yang terdapat di Provinsi Kalimantan Selatan terdiri atas dua dialek, yaitu:
- dialek Megasari yang dituturkan di Desa Megasari, Kecamatan Pulau Laututara, Kabupaten Kotabaru;
- dialek Tanah Bumbu yang dituturkan di Desa Sari Mulya, Kecamatan Sungai Loban dan Desa Giri Mulya, Kecamatan Kusan Hulu, Kabupaten Tanah Bumbu.
Persentase perbedaan antardialek tersebut sebesar 59,14%.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Jawa merupakan bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 94--98% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa lainnya yang ada di Provinsi Kalimantan Selatan, misalnya bahasa Jawa dengan bahasa Banjar, Lawangan, Bugis, dan Berangas.
Bahasa Dusun Deyah
[sunting]Provinsi Kalimantan Selatan(Kalimantan)
Bahasa Dusun Deyah dituturkan oleh masyarakat di Desa Kaong, Kecamatan Upau, Kabupaten Tabalong, Provinsi Kalimantan Selatan. Menurut pengakuan penduduk, di sebelah timur dan selatanDesa Kaong juga dituturkan bahasa Dusun Deyah dan di sebelah barat dan utara dituturkan bahasa Banjar.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Dusun Deyah merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 92-98% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa lainnya yang ada di sekitarnya misalnya dengan bahasa Berangas, Banjar, dan Lawangan
Bahasa Bahau Ujoh Bilang
[sunting]Provinsi Kalimantan Timur(Kalimantan)
Bahasa Bahau Ujoh Bilang dituturkan oleh masyarakat di Desa Ujoh Bilang, Kecamatan Long Bagun, Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur. Menurut pengakuan penduduk, wilayah tutur bahasa Bahau Ujoh Bilang berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Bahau yang berada di sebelah timur, utara, dan selatan Desa Ujoh Bilang. Hasil penghitungan dialektometri menunjukkan persentase perbedaan bahasa Bahau Ujoh Bilangdengan bahasa-bahasa lainnya di Kalimantan Timur berkisar 87%-98%, misalnyadengan bahasa Bahau Dilaq Lay, bahasa Punan Merah,bahasa Dusun,dan dengan bahasa Pasir (Paser).
Bahasa Samihin
[sunting]Provinsi Kalimantan Selatan(Kalimantan)
Bahasa Samihin dituturkan oleh masyarakat di Desa Mangka, Kecamatan Pamukan Barat Kabupaten Kotabaru, Provinsi Kalimantan Selatan.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Samihin merupakan sebuah bahasa jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa lainnya yang ada di Provinsi Kalimantan Selatan dengan perbedaan persentase berkisar 81%-98%, misalnya dengan bahasa Banjar, Bakumpai, Lawangan, dan Maanyan.
Bahasa Bahau Diaq Lay
[sunting]Provinsi Kalimantan Timur(Kalimantan)
Bahasa Bahau Diaq Lay dituturkan oleh masyarakat di Desa Diaq Lay, Kecamatan Muara Wahau, Kabupaten Kutai Timur, Provinsi Kalimantan Timur.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Bahau Diaq Lay merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 92%-96% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa di sekitarnya, misalnya dengan bahasa Tunjung, Lundayeh, Bahau Ujoh Bilang, dan Benuaq.
Bahasa Bajau Pondong
[sunting]Provinsi Kalimantan Timur(Kalimantan)
Bahasa Bajau Pondong dituturkan oleh masyarakat di Desa Payung-Payung Kecamatan Maratua dan Desa Pulau Derawan, Kecamatan Pulau Derawan, Kabupaten Berau; Desa Pondang Baru, Kecamatan Kuaro, Kabupaten Paser; dan Kelurahan Penajam dan Desa Babulu Laut, Kecamatan Babulu, Kabupaten Penajam Paser Utara, Provinsi Kalimantan Timur.
Menurut pengakuan penduduk, di sebelah barat dan utara Desa Payung-Payung dituturkan bahasa Bajau. Di sebelah timur dan barat Desa Pulau Derawan dituturkan bahasa Bajau,sedangkan di sebelah selatan dituturkan bahasa Bugis. Di sebelah timur dan barat Desa Penajam dituturkan bahasa Bugis, di sebelah utara dituturkan bahasa Bajau,dan di sebelah selatan dituturkan bahasa Banjar. Selanjutnya, wilayah tutur bahasa Bajau Pondong di Desa Babulu Laut berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Pasir (Paser) di sebelah barat dan wilayah tutur bahasa Bugis di sebelah utara dan selatan. Bahasa Bajau Pondong yang dituturkan di Desa Pondang Baru berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Pasir (Paser) di sebelah barat dan dengan wilayah tutur bahasa Bajau di sebelah selatan.
Bahasa Bajau Pondong terdiri atas tiga dialek, yaitu:
- dialek Pulau Derawan yang dituturkan di Desa Payung-Payung Kecamatan Maratua dan Desa Pulau Derawan, Kecamatan Pulau Derawan, Kabupaten Berau;
- dialek Penajam yang dituturkan di Kelurahan Penajam dan Desa Babulu Laut, Kecamatan Babulu, Kabupaten Penajam Paser Utara; dan
- dialek Pondong yang dituturkan di Desa Pondang Baru, Kecamatan Kuaro, Kabupaten Paser, Provinsi Kalimantan Timur.
Persentase perbedaan antardialek tersebut berkisar 73%-76%. Bahasa Bajau Pondong merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 84%-94% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa lainnya yang ada di Provinsi Kalimantan Timur, misalnya dengan bahasa Basap, Benuq, Bulungan, Kenyah, Segaai,dan Bahau Ujoh Bilang.
Bahasa Benuaq
[sunting]Provinsi Kalimantan Timur(Kalimantan)
Bahasa Benuaq dituturkan oleh masyarakat di Desa Jerang Dayak, Kecamatan Muara Pahu; di Desa Muara Lawa, Kecamatan Muara Lawa; di Desa Jambuk, Kecamatan Bongan; di Desa Tanjung Isuy, Kecamatan Jempang; di Desa Keay, Kecamatan Damai; dan di Desa Temula, Kecamatan Nyuatan, Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur. Bahasa Benuaq di Kalimantan Timur terdiri atas enam dialek, yaitu:
- dialek Jerang Dayak,
- dialek Muara Lawa,
- dialek Jambuk,
- dialek Tanjung Isuy,
- dialek Keay,dan
- dialek Temula.
Menurut pengakuan penduduk, di sebelah timur Desa Jerang Dayak dituturkan bahasa Kutai dan di sebelah barat, utara, dan selatannya dituturkan bahasa Dayak. Di sebelah barat Desa Jambuk dituturkan bahasa Penawaidan di sebelah selatan dituturkan bahasa Bawo. Selanjutnya, di sebelah timur, barat, dan selatan Desa Tanjung Isuy dituturkan bahasa Dayaksedangkan di sebelah utara dituturkan bahasa Bugis dan Banjar. Di sebelah barat, utara, dan selatan Desa Keay juga dituturkan bahasa Benuaq. Di sebelah timur, barat, dan utara Desa Temula juga dituturkan bahasa Benuaqsedangkan di sebelah selatan dituturkan bahasa Tuwayan.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Benuaq merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 82%-95% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa di sekitarnya, misalnya dengan bahasa Banjar 92% , dengan bahasa Tunjung 90,25%, dan dengan bahasa Kenyah 94%.
Bahasa Bugis
[sunting]Provinsi Kalimantan Timur(Kalimantan)
Bahasa Bugis dituturkan oleh masyarakat diDesa Santan Tengah, Kecamatan Marang Kayu, Desa Muara Badak Ulu, Kecamatan Muara Badak,Desa Sepatin, Kecamatan Anggana, Kabupaten Kutai Kertanegara. Selain di Kabupaten Kutai Kertanegara, bahasa Bugis juga dituturkan oleh masyarakat di Desa Api-Api, Kecamatan Waru, Kelurahan Tanjung Tengah, Kecamatan Penajam, Kabupaten Penajam Paser Utara. Di Kabupaten Paser, bahasa Bugis dituturkan di Desa Muara Telake, Kecamatan Long Kali. Di Balikpapan, bahasa Bugis dituturkan di Kelurahan Karingau, Kecamatan Balikpapan Barat;
Bahasa Bugis di Kalimantan Timur memiliki lima dialek, yaitu:
- dialek Muara Badak Ulu yang dituturkan di Desa Santan Tengah, Kecamatan Marang Kayu dan Desa Muara Badak Ulu, Kecamatan Muara Badak, keduanya terletak di Kabupaten Kutai Kertanegara. Menurut pengakuan penduduk, di kedua desa tersebut digunakan bahasa Bugis Bone;
- dialek Sepatin yang dituturkan di Desa Sepatin, Kecamatan Anggana, Kabupaten Kutai Kertanegara;
- dialek Tanjung Tengah yang dituturkan di Desa Api-Api, Kecamatan Waru dan Kelurahan Tanjung Tengah, Kecamatan Penajam, keduanya terletak di Kabupaten Penajam Pasir Utara;
- dialek Muara Telake yang dituturkan di Desa Muara Telake, Kabupaten Paser; dan
- dialek Karingau yang dituturkan di Kelurahan Karingau, Kecamatan Balikpapan Barat, Kabupaten Balikpapan.
Persentase perbedaan antardialek tersebut berkisar 54%-72%.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, bahasa Bugis di Kalimantan Timur merupakan sebuah bahasa tersendiri jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa di sekitarnya di Kalimantan Timur, misalnya dengan bahasa Bulungan, Dusun, Pasir (Paser), dan Basap dengan persentase`perbedaan di atas 81%.
Bahasa Dusun
[sunting]Provinsi Kalimantan Timur(Kalimantan)
Bahasa Dusun dituturkan oleh masyarakat di Desa Tanjung Pinang, Kecamatan Muara Samu, Kabupaten Paser,Provinsi Kalimantan Timur. Desa Tanjung Pinang terletak di sebelah utara Pegunungan Meratus. Menurut pengakuan penduduk, di sebelah barat Desa Tanjung Pinang juga dituturkan bahasa Dusun; di sebelah timur dan utara Desa Tanjung Pinang dituturkan bahasa Pasir (Paser); dan di sebelah selatan dituturkan bahasa Bukit.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Dusun merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 82%-92% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa lainnya yang ada di Provinsi Kalimantan Timur, misalnyabahasa Dusun dengan bahasa Pasir (Paser),bahasa Tunjung, dan bahasa Kenyah.
Bahasa Jawa
[sunting]Provinsi Kalimantan Timur(Kalimantan)
Bahasa Jawa dituturkan di Desa Segihan, Kecamatan Sebulu;Desa Ponoragan, Kecamatan Loa Kulu, Kabupaten Kutai Kertanegara; Kelurahan Lamaru, Kecamatan Balikpapan Timur; dan Kelurahan Karang Joang, Kecamatan Balikpapan Utara, Kabupaten Balikpapan. Selain itu, bahasa Jawa juga dituturkan di Desa Kayungo, Kecamatan Long Ikis, Kabupaten Paser, Provinsi Kalimantan Timur.
Bahasa Jawa yang dituturkan di Kalimantan Timur terdiri atas empat dialek, yaitu:
- dialek Segihan dituturkan di Desa Segihan, Kecamatan Sebulu, Kabupaten Kutai Kertanegara;
- dialek Ponoragan dituturkan di Desa Ponoragan, Kecamatan Loa Kulu, Kabupaten Kutai Kertanegara;
- dialek Kayungo dituturkan di Desa Kayungo, Kecamatan Long Ikis, Kabupaten Paser;
- dialek Karang Joang dituturkan di KelurahanLamaru, Kecamatan Balikpapan Timur, dan KelurahanKarang Joang, Kecamatan Balikpapan Utara, Kabupaten Balikpapan.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, persentase perbedaan antarkeempat dialek tersebut berkisar 55,5%-69,4%.
Bahasa Jawa yang dituturkan di Provinsi Kalimantan Timur adalah bahasa yang sama dengan bahasa Jawa yang dituturkan di Daerah Istimewa Yogyakartadengan persentase perbedaan 42% (beda subdialek). Bahasa Jawa juga merupakan bahasa tersendiri dengan persentase perbedaan berkisar 90%-97% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa lainnya yang ada di Provinsi Kalimantan Timur. Misalnyaperbedaan persentaseantara bahasa Jawa dengan bahasa Punan Long Lamcin sebesar 95%; dengan bahasa Basap sebesar 91,8%; dengan bahasa Kenyah sebesar 93%; dengan bahasa Segaai sebesar 97%; bahasa Tunjung sebesar 92,8%; dengan bahasa Bahau Ujoh Bilang sebesar 94%.
Bahasa Basap
[sunting]Provinsi Kalimantan Timur(Kalimantan)
Bahasa Basap dituturkan oleh masyarakat di Desa Sambakungan, Kecamatan Gunung Tabur dan di Desa Semurut, Kecamatan Tabalar, Kabupaten Berau, Provinsi Kalimantan Timur. Bahasa Basap terdiri atas dua dialek, yaitu bahasa Basap dialek [O] yang dituturkan di desa Sambakungan dan bahasa Basap dialek [u] yang dituturkan di desa Semurut. Persentase perbedaan kedua isolek tersebut 75%.
Menurut pengakuan penduduk, bahasa Basap standar terdapat di Kecamatan Loa Kulu, Kabupaten Kutai Kartanegara. Di wilayah ini, jumlah penutur relatif banyak dengan sebaran wilayah tutur yang luas. Pada umumnya, penutur bahasa Basap merupakan keturunan Tionghoa yang menikah dengan suku Punan. Akan tetapi, berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Basap dan Punan merupakan bahasa yang berbeda dengan persentase perbedaan di atas90%.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Basap merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 82%-93% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa di sekitarnya, misalnyabahasa Basap dengan bahasa Bulungan berbeda 82%; dengan bahasa Dusun 86%; dengan bahasa Kenyah 87%; dengan bahasa Pasir (Paser) 88%; dengan bahasa Lundayeh 90,3%; dan dengan bahasa Segaai 93%.
Bahasa Melayu
[sunting]Provinsi Kalimantan Timur(Kalimantan)
Bahasa Melayu di Kalimantan Timur dituturkan di Desa Banua Baru, Kecamatan Sangkulirang, Kabupaten Kutai Timur; Kecamatan Samarinda Kota, Kota Samarinda; Desa Kota Bangun Ulu, Kota Bangun Ilir, Kota Bangun I, Kota Bangun II, Kota Bangun III, Kecamatan Kota Bangun, Kabupaten Kutai Kertanegara; Desa Muara Lesan, Kecamatan Kelay, Kabupaten Berau; Desa Muyub Ulu, Kecamatan Tering, Kabupaten Kutai Barat; dan Desa Kahala, Kecamatan Kenoham, Kabupaten Kutai Kertanegara.
Bahasa Melayu di Provinsi Kalimantan Timur terdiri atas tujuh dialek, yaitu:
- dialek Banua,
- dialek Banjar Samarida,
- dialek Kutai Kota Bangun,
- dialek Badeng,
- dialek Kutai Muara Lesan,
- dialek Kutai Muyup Ulu, dan
- dialek Kahala.
Dialek Banua dituturkan di Desa Banua Baru, Kecamatan Sangkulirang, Kabupaten Kutai Timur; dialek Banjar Samarinda dituturkan di Kecamatan Samarinda Kota, Kota Samarinda; dialek Kutai Kota Bangun dituturkan di Desa Kota Bangun Ulu, Kota Bangun Ilir, Kota Bangun I, Kota Bangun II, Kota Bangun III, Kecamatan Kota Bangun, Kabupaten Kutai Kertanegara; dialek Kutai Muara Lesan dituturkan di Desa Muara Lesan, Kecamatan Kelay, Kabupaten Berau; Dialek Kutai Muyup Ulu dituturkan di Desa Muyub Ulu, Kecamatan Tering, Kabupaten Kutai Barat; dan dialek Kahala dituturkan di Desa Kahala, Kecamatan Kenoham, Kabupaten Kutai Kertanegara.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, persentase perbedaan antardialek menunjukkan beda dialek yang berkisar 51%-80%. Sementara itu, isolek Melayu merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa Banjar, Bayan, dan Maanyan.
Bahasa Pasir (Paser)
[sunting]Provinsi Kalimantan Timur(Kalimantan)
Bahasa Pasir (Paser) dituturkan oleh masyarakat di Kelurahan Sepaku dan Kelurahan Mentawir, Kecamatan Sepaku; di Kelurahan Sotek, Kecamatan Penajam; di Desa Babulu Darat, Kecamatan Babulu; di Kelurahan Long Kali, Kecamatan Long Kali; dan di Desa Samuntai, Kecamatan Long Ikis, Kabupaten Penajam Paser Utara. Selain di Kabupaten Penajam Paser Utara, bahasa Pasir (Paser) juga dituturkan di Kabupaten Paser. Di Kabupaten Paser, bahasa Pasir (Paser) dituturkan antara lain di Desa Sandeley, Kecamatan Kuaro; di Desa Swan Slutung dan Desa Muara Langon, Kecamatan Muara Komam;di Desa Busui, Kecamatan Batu Sopang; di Desa Lomu dan Desa Kerang, Kecamatan Batu Engau; di Desa Pasir Belengkong dan Desa Bekoso, Kecamatan Pasir Belengkong; di Kelurahan Long Kali, di Desa Muara Toyu, dan di Desa Kepala Telake, Kecamatan Long Kali.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Pasir (Paser) yang digunakan di wilayah-wilayah tutur tersebut berada pada kategori beda dialek, dengan persentase perbedaan berkisar 51%-79%. Bahasa Pasir (Paser) terdiri atas sepuluh dialek, yaitu:
- dialek Sepaku yang dituturkan di Kelurahan Sepaku, Kecamatan Sepaku, Kabupaten Penajam PaserUtara;
- dialek Mentawir yang dituturkan di Kelurahan Mentawir, Kecamatan Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara;
- dialek Swan Slutung yang dituturkan di Desa Swan Slutung, Kecamatan Muara Komam dan Desa Busui, Kecamatan Batu Sopang, Kabupaten Paser;
- dialek Langon yang dituturkan di Desa (Muara Langon), Kecamatan Muara Komam, Kabupaten Paser;
- dialek Paser Belengkong yang dituturkan di Desa Pasir Belengkong dan Desa Bekoso, Kecamatan Pasir Belengkong, Kabupaten Paser;
- dialek Sandeley yang dituturkan di Desa Sandeley, Kecamatan Kuaro, Kabupaten Paser;
- dialek Sotek yang dituturkan di Kelurahan Sotek, Kecamatan Penajam dan Desa Babulu Darat, Kecamatan Babulu, Kabupaten Penajam Paser Utara;
- dialek Muara Toyu yang dituturkan di Desa Muara Toyu, Kecamatan Long Kali, Desa Kepala Telake, Kecamatan Long Kali, dan Desa Kerang, Kecamatan Batu Engau, Kabupaten Paser;
- dialek Lomu yang dituturkan di Desa Lomu, Kecamatan Batu Engau, Kabupaten Paser;
- dialek Long Kali yang dituturkan di Kelurahan Long Kali, Kecamatan Long Kali, Kabupaten Paser dan di Desa Samuntai, Kecamatan Long Ikis, Kabupaten Paser.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Pasir (Paser) merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa lainnya yang ada di Provinsi Kalimantan Timur, misalnya dengan bahasa Basap, bahasa Benuaq, bahasa Bulungan, bahasa Punan Merah, bahasa Dusun, dan bahasa Long Lamcin.
Bahasa Pasir (Paser) termasuk salah satu bahasa yang memiliki jumlah penutur yang cukup besar di Kalimantan Timur.
Bahasa Kenyah
[sunting]Provinsi Kalimantan Timur(Kalimantan)
Bahasa Kenyah dituturkan oleh masyarakat di Desa Inaran, Kecamatan Sambaliung dan Desa Gunung Sari, Kecamatan Segah, Kabupaten Berau; di Desa Datah Bilang Ulu, Kecamatan Long Hubung, Kabupaten Mahakam Hulu. Bahasa Kenyah juga dituturkan di Kabupaten Bulungan dan Kabupaten Malinau Provinsi Kalimantan Utara.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek di daerah-daerah tersebut memiliki persentase berbedaan 53%-74%, pada kategori beda dialek. Dialek-dialek tersebut yaitu:
- dialek Inaran yang dituturkan di Desa Inaran, Kecamatan Sambaliung, Kabupaten Berau;
- dialek Gunung Sari yang dituturkan di Desa Gunung Sari, Kecamatan Segah, Kabupaten Berau;
- dialek Datah Bilang Ulu yang dituturkan di Desa Datah Bilang Ulu, Kecamatan Long Hubung, Kabupaten Mahakam Hulu.
Isolek Kenyah merupakan sebuah bahasa jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa lainnya yang terdapat di Provinsi Kalimantan Timur. Persentase perbedaan dengan bahasa-bahasa lain berkisar 85%-94%, misalnyabahasa Kenyah dengan bahasa Bahau Ujoh Bilang sebesar 85%; dengan bahasa Tunjung sebesar 87%; dengan bahasa Dusun sebesar 86%; dengan bahasa Benuaq sebesar 89%; dan dengan bahasa Segaai sebesar 94%.
Bahasa Segaai
[sunting]Provinsi Kalimantan Timur(Kalimantan)
Bahasa Segaai dituturkan oleh masyarakat di daerah pedalaman yaitu di Desa Long Lanuk, Kecamatan Sambaliungdan Desa Long La'ai, Kecamatan Segah, Kabupaten Berau, Provinsi Kalimantan Timur. Menurut pengakuan penduduk, selain bahasa Segaai, di Kabupaten Berau dituturkanbahasa Punan dan Kenyah. Bahasa Segaai terdiri atas dua dialek, yaitu:
- dialek Long Lanukdan
- dialek Long La'ai.
Bahasa Segaai dialek Long Lanuk dituturkan di Desa Long Lanuk, Kecamatan Sambaliung, Kabupaten Berau sedangkan bahasa Segaai dialek Long Laay dituturkan di Desa Long Laay, Kecamatan Segah, Kabupaten Berau.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, persentase perbedaan antardialek tersebut sebesar 74%. Bahasa Segaai merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 89%-98% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa lainnya yang ada di Provinsi Kalimantan Timur. Misalnya dengan bahasa Bahau Diaq Lay, bahasa Kenyah, bahasa Punan Merah, dan bahasa Tunjung.
Bahasa Punan Long Lamcin
[sunting]Provinsi Kalimantan Timur(Kalimantan)
Bahasa Punan Long Lamcin dituturkan oleh masyarakat di Desa Long Lamcin, Kecamatan Kelay, Kabupaten Berau, Provinsi Kalimantan Timur.
Penutur bahasa di Long Lamcin menyebut bahasanya sebagai bahasa Punan.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Punan Long Lamcin dan isolek Punan Paking mempunyai perbedaan sebesar 93% sehingga dapat dinyatakan bahwa kedua isolek tersebut merupakan bahasa yang berbeda. Bahasa Punan yang terdapat di Desa Long Lamcin diberi nama bahasa Punan Long Lamcin dan bahasa Punan yang terdapat di Desa Paking diberi nama bahasa Punan Paking.
Bahasa Tunjung
[sunting]Provinsi Kalimantan Timur(Kalimantan)
Bahasa Tunjung dituturkan oleh masyarakat yang berada di Kabupaten Kutai Barat dan Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur. Di Kabupaten Kutai Barat, bahasa Tunjung dituturkan antara lain di Desa Linggang Melapeh, Desa Melapeh Baru, dan Desa Bigung Baru, Kecamatan Linggang Bigung; di Desa Ngenyan Asa dan Desa Muara Asa Kecamatan Barong Tongkok. Sementara itu, di Kabupaten Kutai Kartanegara, bahasa Tunjung dituturkan di Desa Kelekat, Kecamatan Kembang Janggut.
Menurut pengakuan penduduk, desa-desa di sekitarnya juga merupakan wilayah tutur bahasa Tunjung.
Bahasa Tunjung terdiri atas empat dialek, yaitu:
- dialek Ngenyan Asa yang dituturkan di Desa Linggang Melapeh, Kecamatan Linggang Bigung dan Desa Ngenyan Asa, Kecamatan Barong Tongkok, Kabupaten Kutai Barat;
- dialek Melapeh Baru yang dituturkan di Desa Melapeh Baru, Kecamatan Linggang Bigung, Kabupaten Kutai Barat;
- dialek Tanah Kelekat yang dituturkan di Desa Kelekat, Kecamatan Kembang Janggut, Kabupaten Kutai Kartanegara;
- dialek Muara Asa yang dituturkan di Desa Muara Asa, Kecamatan Barong Tongkok, dan Desa Bigung Baru, Kecamatan Linggang Bigung, Kabupaten Kutai Barat.
Persentase perbedaan antardialek tersebut berkisar 54%-65%.
Penutur isolek Tunjung di Tanah Kelekat menyebut isoleknya sebagai sebuah bahasa, yaitu bahasa Tanah Tunjung. Namun, berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Tanah Tunjung tersebut jika dibandingkan dengan isolek-isolek Tunjung lainnya termasuk bahasa yang sama dengan persentase perbedaan sebesar 61% (beda dialek).
Bahasa Tunjung merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 85%-95% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa lainnya yang ada di Provinsi Kalimantan Timur. Misalnyapersentase perbedaan antara bahasa Tunjung dengan bahasa Dusun sebesar 85%; dengan bahasa Pasir (Paser) 87%, dengan bahasa Bugis 93%; dan dengan bahasa Bahau Diaq Lay sebesar 95%.
Bahasa Abai
[sunting]Provinsi Kalimantan Utara(Kalimantan)
Bahasa Abai dituturkan di Desa Mansalong, Kecamatan Lumbis, Kabupaten Nunukan, Provinsi Kalimantan Utara.
Menurut pengakuan penduduk, di sebelah timur Desa Mansalong dituturkan bahasa Tenggalan; di sebelah barat dituturkan bahasa Putuk; di sebelah utara juga dituturkan bahasa Abai; di sebelah selatan dituturkan bahasa Tidung.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Abai merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa di sekitarnya, misalnya dengan bahasa Tidung, bahasa Lundayeh, bahasa Umalung, dan dengan bahasa Tenggalan.
Bahasa Punan Merah
[sunting]Provinsi Kalimantan Timur(Kalimantan)
Bahasa Punan Merah dituturkan oleh masyarakat di Desa Long Merah, Kecamatan Long Bangun, Kabupaten Mahakam Hulu, Provinsi Kalimantan Timur. Wilayah tutur bahasa Punan Merah di Desa Long Merah berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Bahau di bagian timur dan bagian selatan,serta dengan wilayah tutur bahasa Kenyah di sebelah barat dan utara.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, bahasa Punan Merah merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa di sekitarnya, misalnya dengan bahasa Kenyah, Punan Long Lamcin, Bahau, Ujoh Bilang, dan Punan Paking.
Bahasa Kenyah
[sunting]Provinsi Kalimantan Utara(Kalimantan)
Bahasa Kenyah dituturkan oleh masyarakat di Kabupaten Bulungan dan Kabupaten Malinau. Tepatnya di Desa Jelarai Selor, Kecamatan Tanjung Selor, Desa Long Tungu, Kecamatan Peso Hilir, Desa Long Beluah, Kecamatan Tanjung Palas Tengah, Kabupaten Bulungan dan di Desa Long Nawang, Kecamatan Kayan Hulu, Desa Long Kelawit, Kecamatan Kayan Hilir, Kabupaten Malinau.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek di daerah-daerah tersebut memilikipersentase berbedaan 53%-74%, pada kategori beda dialek. Dialek-dialek tersebut yaitu:
- dialek Uma Kulit yang dituturkan di Desa Jelarai Selor, Kecamatan Tanjung Selor, Kabupaten Bulungan;
- dialek Long Nawang yang dituturkan di Desa Long Nawang, Kecamatan Kayan Hulu, Kabupaten Malinau;
- dialek Long Tungu yang dituturkan di Desa Long Tungu, Kecamatan Peso Hilir, Kabupaten Bulungan;
- dialek Lepuk Maut yang dituturkan di Desa Long Beluah, Kecamatan Tanjung Palas Tengah, Kabupaten Bulungan;
- dialek Long Kelawit (Long Sungai Anai) yang dituturkan di Desa Long Sungai Anai, Kecamatan Kayan Hilir, Kabupaten Malinau.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Kenyah merupakan sebuah bahasa jika dibandingkan dengan bahasa lainnya yang ada di Provinsi Kalimantan Utara dengan persentase perbedaan berkisar 90%-93%, misalnya dengan bahasa Bulungan, Tidung, Lundayeh, dan dengan bahasa Tenggalan.
Bahasa Long Pulung
[sunting]Provinsi Kalimantan Utara(Kalimantan)
Bahasa Long Pulung dituturkan di Desa Naha Aya, Kecamatan Peso Hilir;Desa Long Lasan, Kecamatan Peso; dan Desa Mara Satu, Kecamatan Tanjung Palas Barat, Kabupaten Bulungan, Provinsi Kalimantan Utara. Menurut pengakuan penduduk, di sebelah timur dan barat Desa Naha Aya dituturkan bahasa Long Pulung. Di sebelah timur dan selatan Desa Long Lasan dituturkan bahasa Long Pulung, di sebelah barat dituturkan bahasa Bulungan, dan di sebelah utara dituturkan bahasa Kenyah. Di sebelah timur Desa Mara Satu dituturkan bahasa Bulungan dan di sebelah utara dituturkan bahasa Lepuk Taw.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, bahasa Long Pulung terdiri atas dua dialek, yaitu:
- dialek Naha Aya yang dituturkan di Desa Naha Aya, Kecamatan Peso Hilir, dan
- dialek PuakKayan yang dituturkan di Desa Long Lasan, Kecamatan Peso, Kabupaten Bulungan dan di Desa Mara Satu, Kecamatan Tanjung Palas Barat, Kabupaten Bulungan.
Persentase perbedaan kedua dialek itu 74%. Menurut pengakuan penduduk, penutur bahasa Long Pulung dialek PuakKayan berasal dari suku Apo Kayan atau suku Biaju di Kalimantan Tengah.
Penutur bahasa Long Pulung di Desa Mara Satu menyebut bahasanya sebagai bahasa Kayan, sedangkan penutur bahasa Long Pulung di Desa Long Lasan menyebut bahasanya sebagai bahasa Puak. Hasil penghitungan dialektometri antara isolek Puak di Desa Long Lasan dan isolek Kayan di Desa Mara Satu menunjukkan perbedaan sebesar 6% (tanpa beda).
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Long Pulung merupakan sebuah bahasa jika dibandingkan dengan bahasa lainnya yang ada di Provinsi Kalimantan Utara dengan persentase perbedaan berkisar 90%-93%, misalnya dengan bahasa Bulungan, Tidung, Lundayeh, dan dengan bahasa Tenggalan.
Bahasa Lundayeh
[sunting]Provinsi Kalimantan Utara(Kalimantan)
Bahasa Lundayeh dituturkan di Desa Long Bawan, Desa Pa' Lutut, Desa Pa' Raye, dan Desa Pa' Upan Kecamatan Krayan Selatan, Kabupaten Nunukan. Selain itu, bahasa Lundayeh juga dituturkan di Desa Tanjung Lapang, Kecamatan Malinau Barat, Kabupaten Malinau, Provinsi Kalimantan Utara.
Menurut pengakuan penduduk, desa-desa di sekitar Long Bawan, Pa' Lutut, Pa' Raye, dan Pa' Upan adalah wilayah tutur bahasa Lundayeh. Di sebelah barat Desa Tanjung Lapang juga merupakan wilayah tutur bahasa Lundayeh. Sementara itu, di sebelah timur dan selatan Desa Tanjung Lapang dituturkan bahasa Tidung
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek yang digunakan di daerah-daerah tersebut memiliki persentase perbedaan 64,5%-79,3%. Berdasarkan persentase perbedaan tersebut dapat dikatakan bahwa bahasa Lundayeh terdiri atas tiga dialek, yaitu:
- dialek Long Bawan dengan wilayah tutur di Desa Long Bawan, Pa' Lutut, dan Pa' Raye, Kecamatan Krayan, Kabupaten Nunukan;
- dialek Tanjung Lapang dengan wilayah tutur di Desa Tanjung Lapang, Kecamatan Malinau Barat, Kabupaten Malinau;
- dialek Pa' Upan dengan wilayah tutur di Desa Pa' Upan, Kecamatan Krayan, Kabupaten Nunukan.
Jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa lain di sekitarnya, bahasa Lundayeh merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 89%-91% jika dibandingkan dengan bahasa lainnya yang ada di Provinsi Kalimantan Utara, misalnya dengan bahasa Long Pulung sebesar 89%, dengan bahasa Tidung sebesar 89%, dan dengan bahasa Abai sebesar 91%.
Bahasa Bugis
[sunting]Provinsi Kalimantan Utara(Kalimantan)
Bahasa Bugis dituturkan oleh masyarakat di bahasa Bugis dituturkan di Kecamatan Tanjung Palas Utara, Kabupaten Bulungan. Bahasa Bugis di Kalimantan Timur memiliki satu dialek, yaitu dialek Tanjung Palas Utara yang dituturkan diKabupaten Bulungan Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, bahasa Bugis di Kalimantan Utara merupakan sebuah sendiri jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa di sekitarnya di Kalimantan Utara. Misalnya, dengan bahasa Bulungan, Abai, Long Pulung, dan Lundayeh dengan persentase perbedaan di atas 81%.
Bahasa Bulungan
[sunting]Provinsi Kalimantan Utara(Kalimantan)
Bahasa Bulungan dituturkan di Desa Tanah Kuning dan Desa Muara Pengian, Kabupaten Bulungan, Provinsi Kalimantan Utara.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Bulungan merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 82%-90% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa lainnya yang ada di Provinsi Kalimantan Timur, misalnyadengan bahasa Punan Merah, Bajau Pondong, dan Lundayeh.
Bahasa Punan Paking
[sunting]Provinsi Kalimantan Utara(Kalimantan)
Bahasa Punan Paking dituturkan di Desa Paking, Kecamatan Mentarang, Kabupaten Malinau, Provinsi Kalimantan Utara. Letak geografis Desa Paking berada di pedalaman dan pegunungan. Penutur bahasa Punan Paking di Desa Paking menyebut bahasanya sebagai bahasa Punan. Menurut pengakuan penduduk, di sebelah timur Desa Paking dituturkan bahasa Lundayeh Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, bahasa Punan Paking merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa di sekitarnya, misalnya dengan bahasa Kenyah, Punan Merah, Lundayeh, dan Punan Long Lamcin.
Bahasa Uma Lung
[sunting]Provinsi Kalimantan Utara(Kalimantan)
Bahasa Uma Lung dituturkan di Desa Pimping, Kecamatan Tanjung Palas Utara, Kabupaten Bulungan, Provinsi Kalimantan Utara. Menurut pengakuan penutur, di sebelah timur Desa Pimping dituturkan bahasa Bulungan; di sebelah barat dan utara dituturkan bahasa Jawa; di sebelah selatan dituturkan bahasa Tidung dan bahasa Bulungan.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, bahasa Uma Lung merupakan sebuah bahasa sendiri jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa lainnya yang ada di Provinsi Kalimantan Utara, dengan persentase perbedaan berkisar 91%-95%, misalnya persentase perbedaan antara bahasa Uma Lung dengan bahasa Bulungan 91%, dengan bahasa Punan Paking 94%.
Bahasa Bantik
[sunting]Provinsi Sulawesi Utara(Sulawesi)
Bahasa Bantik dituturkan di Desa Bantik, Kecamatan Bolaang Timur, Kabupaten Bolaang Mongondow dan Kelurahan Buha, Kecamatan Mapanget, Kabupaten Kota Manado, Provinsi Sulawesi Utara. Bahasa Bantik terdiri atas dua dialek, yaitu:
- dialek Bolmong Pesisir, yang dituturkan di Desa Bantik, Kecamatan Bolaang Timurdan
- dialek Minahasa Pesisir yang dituturkan di Kelurahan Buha, Kecamatan Mapanget.
Persentase perbedaan fonologis dan leksikal antarkedua isolek tersebut sebesar 77% (beda dialek).
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Bantik merupakan bahasa tersendiri dengan persentase perbedaan berkisar antara 88%--90% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa di Sulawesi Utara, seperti dengan bahasa Bolaang Mongondoow dan Sangihe Talaud.
Bahasa Bolaang Mongondow (Bolmong)
[sunting]Provinsi Sulawesi Utara(Sulawesi)
BahasaBolaang Mongondow (Bolmong) dituturkan oleh masyarakat yang berada di
- Desa Ollot, Kecamatan Bolangitang Barat, Kabupaten Bolaang Mongondow;
- Desa Dumoga, Kecamatan Dumoga Timur, Kabupaten Bolaang Mongondow;
- Desa Kopandakan II, Kecamatan Lolayan, Kabupaten Bolaang Mongondow;
- Desa Langagon, Kecamatan Bolaang, Kabupaten Bolaang Mongondow;
- Desa Motabang, Kecamatan Lolak, Kabupaten Bolaang Mongondow;
- Desa Pangi, Kecamatan Sang Tombolang, Kabupaten Bolaang Mongondow;
- Desa Otam, Kecamatan Passi Barat, Kabupaten Bolaang Mongondow;
- Desa Poigar I, II, dan III, Kecamatan Poigar, Kabupaten Bolaang Mongondow;
- Desa Bigo, Kecamatan Kaidipang, Kabupaten Bolaang Mongondow Utara;
- Desa Bunia, Kecamatan Bintauna, Kabupaten Bolaang Mongondow Utara;
- Desa Kombot, Kecamatan Pinolosian, Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan;
- Desa Bongkudai, Kecamatan Modayag Barat, Kabupaten Bolaang Mongondow Timur, Provinsi Sulawesi Utara.
Bahasa ini memiliki tiga dialek, yaitu:
- dialek Kaidipang yang dituturkan di Desa Ollot, Kecamatan Bolangitang Barat dan Desa Bigo, Kecamatan Kaidipang;
- dialek Bintauna yang dituturkan di Desa Bunia, Kecamatan Bintauna; serta
- dialek Mongondow dituturkan di Desa Dumoga, Kecamatan Dumoga Timur; Desa Kopandakan II, Kecamatan Lolayan; Desa Langagon, Kecamatan Bolaang; Desa Motabang, Kecamatan Lolak; Desa Kombot, Kecamatan Pinolosian; Desa Pangi, Kecamatan Sang Tombolang; Desa Bongkudai, Kecamatan Modayag Barat; Desa Otam, Kecamatan Passi Barat; serta Desa Poigar I, II, dan III, Kecamatan Poigar.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Bolaang Mongondow merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan sebesar 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa di Sulawesi Utara, misalnya dibandingkan dengan bahasa Minahasa, Gorontalo, dan Sangihe Talaud (Satal)
Bahasa Gorontalo
[sunting]Provinsi Sulawesi Utara(Sulawesi)
Bahasa Gorontalo dituturkan oleh masyarakat yang berada di Kecamatan Bolaang Uki, Kabupaten Bolaang Mongondow, Sulawesi Utara. Bahasa Gorontalo di Sulawesi Utara berdialek Bolango yang dituturkan di Kecamatan Bolaang Uki, Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan, Sulawesi Utara.
Bahasa Gorontalo di Sulawesi Utara jika dibandingkan dengan bahasa Gorontalo di Gorontalo merupakan bahasa yang sama. Persentase perbedaan keduanya antara 51%-78% merupakan beda dialek.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri bahasa Gorontalo merupakan bahasa tersendiri dengan hasil persentase perbedaan berkisar antara 81%--100% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa lain di Sulawesi Utara, misalnya dengan bahasa Minahasa dan Minahasa.
Bahasa Melayu
[sunting]Provinsi Sulawesi Utara(Sulawesi)
Bahasa Melayu tersebar di Desa Malalayang Satu, Kecamatan Malalayang, Kota Manado, dan di seluruh wilayah Provinsi Sulawesi Utara, Gorontalo, bahkan sampai ke Sulawesi Tengah.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, bahasa Melayu di Pulau Sulawesi merupakan dialek dari bahasa Melayu di Riau karena persentase perbedaannya di bawah 80%.
Bahasa Tenggalan
[sunting]Provinsi Kalimantan Utara(Kalimantan)
Bahasa Tenggalan dituturkan di Desa Seruyung, Kecamatan Malinau Utara, Kabupaten Malinau, Provinsi Kalimantan Utara.
Bahasa Tenggalan merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 89%-90% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa lainnya yang ada di Provinsi Kalimantan Utara, misalnya persentase perbedaan antara bahasa Tenggalan dengan bahasa Lundayeh, Tidung, Abai, Punan Paking, dan bahasa Long Pulung.
Bahasa Minahasa
[sunting]Provinsi Sulawesi Utara(Sulawesi)
Bahasa Minahasa dituturkan oleh masyarakat yang mendiami beberapa wilayah di Provinsi Sulawesi Utara, tepatnya di:
- Desa Poopo, Kecamatan Passi Timur, Kabupaten Bolaang Mongondow;
- Desa Paku Ure II, Kecamatan Tenga, Kabupaten Minahasa Selatan;
- Desa Ritey, Kecamatan Amurang Timur, Kabupaten Minahasa Selatan;
- Desa Kakenturan, Kecamatan Modoinding, Kabupaten Minahasa Selatan;
- Desa Tombasian Atas, Kecamatan Kawangkoan Barat, Kabupaten Minahasa;
- Desa Saluan Satu, Kecamatan Tareran, Kabupaten Minahasa;
- Desa Tumaratas Kecamatan Langowan Barat, Kabupaten Minahasa;
- Desa Pulutan, Kecamatan Remboken, Kabupaten Minahasa;
- Desa Kayuroya, Kecamatan Lembean Timur, Kabupaten Minahasa;
- Desa Lemoh, Kecamatan Tombariri Timur, Kabupaten Minahasa; dan
- Desa Woloan Dua, Kecamatan Tomohon Barat, Kabupaten Kota Tomohon.
Bahasa Minahasa memiliki tiga dialek, yaitu:
- dialek Tountemboan yang dituturkan di Desa Poopo, Kecamatan Passi Timur, Kabupaten Bolaang Mongondow; Desa Paku Ure II, Kecamatan Tenga dan Desa Ritey, Kecamatan Amurang Timur, Kabupaten Minahasa Selatan; Desa Tombasian Atas, Kecamatan Kawangkoan Barat, Kabupaten Minahasa; Desa Saluan Satu, Kecamatan Tareran, Kabupaten Minahasa; Desa Tumaratas Kecamatan Langowan Barat, Kabupaten Minahasa;
- dialek Toulour Jaton yang dituturkan di Desa Pulutan, Kecamatan Remboken, Kabupaten Minahasa; Desa Kakenturan, Kecamatan Modoinding, Kabupaten Minahasa Selatan; Desa Kayuroya, Kecamatan Lembean Timur, Kabupaten Minahasa;
- dialek Tombulu yang dituturkan di Desa Lemoh, Kecamatan Tombariri Timur, Kabupaten Minahasa dan Kelurahan Woloan Dua, Kecamatan Tomohon Barat, Kabupaten Kota Tomohon.
Persentase perbedaan antardialek itu berkisar antara 68%-77%.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Minahasa merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar antara 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa lain di Sulawesi Utara, misalnya dibandingkan dengan bahasa Minahasa Tonsawang dan Minahasa Tonsea.
Bahasa Minahasa Tonsea
[sunting]Provinsi Sulawesi Utara(Sulawesi)
Bahasa Minahasa Tonsea dituturkan oleh masyarakat di:
- Kelurahan Sukur, Kecamatan Airmadidi, Kabupaten Minahasa Utara;
- Desa Matungkas, Kecamatan Dimembe, Kabupaten Minahasa Utara;
- Desa Kaweruan, Kecamatan Likupang Selatan, Kabupaten Minahasa Utara; dan
- Desa Kaima, Kecamatan Kauditan, Kabupaten Minahasa Utara, Provinsi Sulawesi Utara.
Bahasa Minahasa Tonsea memiliki empat dialek, yaitu:
- dialek Airmadidi yang dituturkan di Kelurahan Sukur, Kecamatan Airmadidi;
- dialek Dimembe yang dituturkan di Desa Matungkas, Kecamatan Dimembe;
- dialek Likupang yang dituturkan di Desa Kaweruan, Kecamatan Likupang Selatan; dan
- dialek Kauditan yang dituturkan di Desa Kaima, Kecamatan Kauditan.
Persentase perbedaan antardialek tersebut berkisar antara 63%-78%.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Minahasa Tonsea merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar antara 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa lain yang ada di Sulawesi Utara, misalnya dibandingkan dengan bahasa Minahasa dan Minahasa Tonsawang.
Bahasa Tidung
[sunting]Provinsi Kalimantan Utara(Kalimantan)
Bahasa Tidung dituturkan di Kabupaten Bulungan, Kabupaten Malinau, Kabupaten Nunukan, dan Kabupaten Tarakan, Provinsi Kalimantan Utara. Di Kabupaten Bulungan, wilayah tutur bahasa Tidung antara lain di Desa Sekatak Bengara, Kecamatan Sekatak;Desa Limbu Sedulun dan Desa Kujau, Kecamatan Sesayap; Desa Tanah Merah, Kecamatan Tanah Lia; Desa Pulau Bunyu Barat, Kecamatan Bunyu; Desa Salimbatu, Kecamatan Tanjung Palas Tengah; Desa Sesayap, Kecamatan Sesayap Hilir.
Di Kabupaten Malinau, bahasa Tidung dituturkan oleh masyarakat di Desa Sesua, Kecamatan Malinau Barat, Kabupaten Malinau. Di Kabupaten Nunukan, bahasa Tidung dituturkan di Desa Setabu, Kecamatan Sebatik;Desa Pembeliangan, Kecamatan Nunukan; dan di Desa Tagul, Kecamatan Sembakung, Kabupaten Nunukan. Di Kabupaten Tarakan bahasa Tidung dituturkan di Desa Juata Laut, Kecamatan Tarakan Utara, Kabupaten Tarakan.
Berdasarkan pengakuan penduduk, Desa Kujau dikelilingi oleh penutur bahasa Melayu. Desa Sesua, di sebelah timur dan barat merupakan wilayah tutur bahasa Tidung, di sebelah utara merupakan wilayah tutur bahasa Tagel, dan di sebelah selatan merupakan wilayah tutur bahasa Punan. Desa Juata Laut dan Desa Bunyu juga dikelilingi oleh desa-desa yang merupakan wilayah tutur bahasa Tidung.
Desa Setabu, di sebelah timurnya merupakan wilayah tutur bahasa Tidung, di sebelah barat merupakan wilayah tutur bahasa Indonesia; di sebelah utara merupakan wilayah tutur bahasa (dari) Malaysia. Desa Pembeliangan, di sebelah timur merupakan wilayah tutur bahasa Tidung; di sebelah barat merupakan wilayah tutur bahasa Tenggalan; di sebelah selatan berbatasan dengan hutan. Desa Sesayap, di sebelah timur, barat, dan selatan juga merupakan wilayah tutur bahasa Tidung. Desa Tagul di sebelah barat juga merupakan wilayah tutur bahasa Tidung, sedangkan di sebelah timur, utara, dan selatan desa berbatasan dengan hutan.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, bahasa Tidung dikelompokkan atas tiga dialek dengan persentase perbedaan berkisar 52%-61%. Ketiga dialek bahasa Tidung tersebut yaitu:
- dialek Berusu yang dituturkan di Desa Sekatak Bengara, Kecamatan Sekatak; Desa Limbu Sedulun, Kecamatan Sesayap; Desa Kujau, Kecamatan Betayau, Kabupaten Bulungan; Desa Sesua, Kecamatan Malinau Barat, Kabupaten Malinau;
- dialek Sesayap yang dituturkan di Desa Tanah Merah, Kecamatan Tanah Lia; Desa Bunyu Barat, Kecamatan Bunyu; Desa Salimbatu, Kecamatan Tanjung Palas Tengah; Desa Sesayap, Kecamatan Sesayap Hilir, Kabupaten Tana Tidung; Desa Setabu, Kecamatan Sebatik; Desa Pembeliangan, Kecamatan Sebuku, Kabupaten Nunukan; Kelurahan Juata Laut, Kecamatan Tarakan Utara, Kabupaten Tarakan;
- dialek Tagul yang dituturkan di Desa Tagul, Kecamatan Sembakung, Kabupaten Nunukan.
Penutur bahasa Tidung dialek Limbu Sedulun, Kujau, dan Sesua menyebut bahasanya sebagai bahasa Berusu atau Belusu. Namun, berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Berusu atau Belusu tersebut jika dibandingkan dengan isolek-isolek Tidung lainnya adalah bahasa yang sama dengan persentase perbedaan 67%-68% (beda dialek).
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Tidung merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 90%-92% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa lainnya yang ada di Provinsi Kalimantan Utara, misalnya persentase perbedaan antara bahasa Tidung dengan bahasa Long Pulung sebesar 90%; bahasa Lundayeh sebesar 91%; bahasa Tenggalan sebesar 92%.
Bahasa Minahasa Tonsawang
[sunting]Provinsi Sulawesi Utara(Sulawesi)
Bahasa Minahasa Tonsawang dituturkan oleh masyarakat di Desa Pontak, Kecamatan Ranoyapo dan Desa Liandok, Kecamatan Tompaso Baru, Kabupaten Minahasa Selatan, Provinsi Sulawesi Utara. Bahasa Minahasa Tonsawang terdiri atas dua dialek, yaitu dialek Pontak dan dialek Liandok dengan persentase perbedaan sebesar 73%.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Minahasa Tonsawang merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 82%-100% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa di Sulawesi Utara, misalnya dibandingkan dengan bahasa Minahasa dan Minahasa Tonsea.
Bahasa Pasan
[sunting]Provinsi Sulawesi Utara(Sulawesi)
Bahasa Pasan dituturkan di Desa Liwutung, Kecamatan Pasan dan Desa Lobu, Kecamatan Touluaan, Kabupaten Minahasa Tenggara, Provinsi Sulawesi Utara.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Pasan merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar antara 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa di Sulawesi Utara, misalnya dibandingkan dengan bahasa Minahasa, Minahasa Tonsawang, dan Minahasa Tonsea.
Bahasa Ponosakan
[sunting]Provinsi Sulawesi Utara(Sulawesi)
Bahasa Ponosakan dituturkan oleh masyarakat yang berada di Desa Tababo, Kecamatan Belang, Kabupaten Minahasa Tenggara, Provinsi Sulawesi Utara.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Ponosakan merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar antara 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa di Sulawesi Utara, misalnya dibandingkan dengan bahasa Minahasa dan Sangihe Talaud (Satal).
Bahasa Sangihe Talaud (Satal)
[sunting]Provinsi Sulawesi Utara(Sulawesi)
Bahasa Sangihe Talaud dituturkan oleh masyarakat di:
- Desa Mome, Kecamatan Bintauna, Kabupaten Bolaang Mongondow Utara;
- Desa Mokoditek, Kecamatan Bolangitang Timur, Kabupaten Bolaang Mongondow Utara;
- Desa Buhias, Kecamatan Siau Timur Selatan, Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro;
- Desa Laghaeng, Kecamatan Siau Barat Selatan, Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro;
- Desa Makalehi, Kecamatan Siau Barat, Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro;
- Desa Kanang, Kecamatan Siau Timur, Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro;
- Desa Karungo, Kecamatan Biaro, Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro;
- Kelurahan Bahoi, Kecamatan Tagulandang, Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro;
- Desa Bulangan, Kecamatan Tagulandang Utara, Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro;
- Desa Kauhis, Kecamatan Manganitu, Kabupaten Kepulauan Sangihe;
- Desa Tariang Lama, Kecamatan Kendahe, Kabupaten Kepulauan Sangihe;
- Desa Naha, Kecamatan Tabukan Utara, Kabupaten Kepulauan Sangihe;
- Kelurahan Lesa, Kecamatan Tahuna Timur, Kabupaten Kepulauan Sangihe;
- Desa Bajo, Kecamatan Tatapaan, Kabupaten Minahasa Selatan;
- Desa Tateli Weru, Kecamatan Mandolang, Kabupaten Minahasa;
- Kelurahan Dendengan Dalam, Kecamatan Paal Dua, Kota Manado;
- Desa Bitunuris, Kecamatan Salibabu, Kabupaten Kepulauan Talaud;
- Desa Taduwale, Kecamatan Damau, Kabupaten Kepulauan Talaud;
- Desa Tule, Kecamatan Melonguane Timur, Kabupaten Kepulauan Talaud; dan
- Desa Bulude, Kecamatan Essang, Kabupaten Kepulauan Talaud, Provinsi Sulawesi Utara.
Bahasa Sangihe Talauddi Provinsi Sulawesi Utara terdiri atas dua dialek, yaitu dialek Sitagu dan dialek Talaud. Dialek Sitagu dituturkan di Desa Mome, Kecamatan Bintauna; Desa Mokoditek, Kecamatan Bolangitang Timur; Desa Buhias, Kecamatan Siau Timur Selatan; Desa Laghaeng, Kecamatan Siau Barat Selatan; Desa Makalehi, Kecamatan Siau Barat; Desa Kanang, Kecamatan Siau Timur; Desa Karungo, Kecamatan Biaro; Kelurahan Bahoi, Kecamatan Tagulandang; Desa Bulangan, Kecamatan Tagulandang Utara; Desa Kauhis, Kecamatan Manganitu; Desa Tariang lama, Kecamatan Kendahe; Desa Naha, Kecamatan Tabukan Utara; Kelurahan Lesa, Kecamatan Tahuna Timur; Desa Bajo, Kecamatan Tatapaan; Desa Tateli Weru, Kecamatan Mandolang; Kelurahan Dendengan Dalam, Kecamatan Paal Dua; Desa Bitunuris, Kecamatan Salibabu; Desa Taduwale, Kecamatan Damau; Desa Tule, Kecamatan Melonguane Timur; dan Desa Bulude, Kecamatan Essang.
Sementara itu dialek Talaud dituturkan di Desa Bitunuris, Kecamatan Salibabu; Desa Taduwale, Kecamatan Damau; Desa Tule, Kecamatan Melonguane Timur; dan Desa Bulude, Kecamatan Essang. Hasil penghitungan dialektometri menunjukkan persentase perbedaan antardua dialek tersebut 77%.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Sangihe Talaud merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar antara 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa di Sulawesi Utara, misalnya dibandingkan dengan bahasa Bantik dan Pasan.
Bahasa Bada
[sunting]Provinsi Sulawesi Tengah(Sulawesi)
Bahasa Bada dituturkan di:
- Desa Maholo, Kecamatan Lore Timur, Kabupaten Poso;
- Desa Badangkaia, Kecamatan Lore Selatan, Kabupaten Poso; dan
- Desa Ampibabo, Kecamatan Ampibabo, Kabupaten Parigi Moutong, Provinsi Sulawesi Tengah.
Secara kuantitatif bahasa Bada terdiri atas dua dialek, yaitu:
- dialek Napu dan
- dialek Bada Tiara.
Dialek Napu dituturkan di Desa Maholo, Kecamatan Lore Timur dan Desa Badangkaia, Kecamatan Lore Selatan, Kabupaten Poso. Sementara itu, dialek Bada Tiara dituturkan di Desa Ampibabo, Kecamatan Ampibabo, Kabupaten Parigi Moutong. Dialek Bada Tiara dan Napu dianggap sebagai satu bahasa karena kedua isolek itu secara kuantitatif menunjukkan adanya perbedaan dialek dengan persentase perbedaan berkisar antara 51%-55%.
Bahasa Bada juga memiliki perbedaan dialek dengan isolek Kaili (78,75%) dan isolek Taa (77,25%). Meskipun demikian, bahasa Bada diidentifikasi sebagai bahasa yang berbeda dengan bahasa Kaili dan bahasa Taa karena ketiganya memiliki perbedaan secara kualitatif untuk menjadi bahasa yang berbeda.
Hasil penghitungan dialektometri juga menunjukkan bahwa bahasa Bada memiliki perbedaan dialek dengan isolek Da'a, Inde, Unde, Ija, Rai, Rato, Sedoa, Torau, Rampi, dan Togian dengan persentase perbedaan berkisar antara 72%-80%. Akan tetapi, isolek-isolek itu tidak dimasukkan sebagai dialek bahasa Bada karena semua isolek tersebut secara kuantitatif lebih dekat dengan bahasa Kaili dan bahasa Taa dengan persentase perbedaan antara 49%-67%.
Bahasa Bajo
[sunting]Provinsi Sulawesi Tengah(Sulawesi)
Bahasa Bajo dituturkan oleh masyarakat di:
- Desa Bajo, Kecamatan Bolano, Kabupaten Parigi Moutong;
- Desa Meli, Kecamatan Balaesang, Kabupaten Donggala;
- Desa Santigi, Kecamatan ToliToli Utara, Kabupaten ToliToli;
- Desa Laulalang, Kecamatan ToliToli Utara, Kabupaten ToliToli;
- Desa Jaya Bakti, Kecamatan Pagimana, Kabupaten Banggai;
- Desa Kolo Bawah, Kecamatan Mamosalato, Kabupaten Morowali Utara; dan
- Desa Buajangka, Kecamatan Bungku Selatan, Kabupaten Morowali, Provinsi Sulawesi Tengah.
Selain di Sulawesi Tengah, bahasa Bajo juga ditemukan di Provinsi Gorontalo, Sulawesi Selatan, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Jawa Timur, NTB, NTT, dan Maluku. Selain itu, bahasa Bajo juga ditemukan di luar wilayah nusantara, yaitu di Sabah (Malaysia) dan Philipina bagian Selatan.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Bajo yang dituturkan oleh masyarakat di Desa Torosiaje (Gorontalo) dengan Desa Rajuni (Sulawesi Selatan) menunjukkan perbedaan dialek dengan persentase perbedaan sebesar 72,50%. Selanjutnya, isolek Bajo yang dituturkan oleh masyarakat di Desa Santiri (Sulawesi Tenggara) dengan Desa Sapekan (Jawa Timur) menunjukkan persentase perbedaan sebesar 76,25% (beda dialek); dengan Desa Santigi (Sulawesi Tengah) menunjukkan persentase perbedaan sebesar 75,75% (beda dialek); dengan Desa Buajangka (Sulawesi Tengah) menunjukkan persentase perbedaan sebesar 78% (beda dialek); dengan Desa Torosiaje (Gorontalo) menunjukkan persentase perbedaan sebesar 73,75% (beda dialek); dengan Desa Rajuni (Sulawesi Selatan) menunjukkan persentase perbedaan sebesar 78,25% (beda dialek); dengan NTB menunjukkan persentase perbedaan sebesar 67,50% (beda dialek); dan dengan NTT menunjukkan persentase perbedaan sebesar 67% (beda dialek).
Bahasa Banggai
[sunting]Provinsi Sulawesi Tengah(Sulawesi)
Bahasa Banggai merupakan bahasa yang diduga bertanah asal di Kabupaten Banggai, Provinsi Sulawesi Tengah. Bahasa ini dituturkan di Desa Lalengan, Kecamatan Buko, Kabupaten Banggai Kepulauan;
- Desa Palam, Kecamatan Tinangkung Utara, Kabupaten Banggai Kepulauan;
- Desa Taduno, Kecamatan Bangkurung, Kabupaten Banggai Laut;
- Desa Lambako, Kecamatan Banggai, Kabupaten Banggai Laut;
- Desa Palabatu I, Kecamatan Bulagi Selatan, Kabupatan Banggai Laut, Sulawesi Tengah.
Hasil penghitungan dialektometri menunjukkan bahwa bahasa Banggai memiliki empat dialek, yakni:
- dialek Daratan,
- dialek Taduno,
- dialek Lambako, dan
- dialek Palabatu.
Persentase perbedaan antarkeempat dialek tersebut berkisar antara 55%-57,75%. Dialek Daratan dituturkan di Desa Lalengan, Kecamatan Buko, Kabupaten Banggai Kepulauan dan Desa Palam, Kecamatan Tinangkung Utara, Kabupaten Banggai Kepulauan. Dialek Taduno dituturkan di Desa Taduno, Kecamatan Bangkurung, Kabupaten Banggai Laut. Dialek Lambako dituturkan di Desa Lambako, Kecamatan Banggai, Kabupaten Banggai Laut. Dialek Palabatu dituturkan di Desa Palabatu I, Kecamatan Bulagi Selatan, Kabupaten Banggai Laut.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Banggai merupakan bahasa tersendiri dengan persentase perbedaan berkisar antara 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa yang ada di Sulawesi Tengah.
Bahasa Besoa
[sunting]Provinsi Sulawesi Tengah(Sulawesi)
Bahasa Besoa dituturkan oleh masyarakat Desa Hangira, Kecamatan Lore Tengah, Kabupaten Poso, Provinsi Sulawesi Tengah. Menurut pengakuan penduduk, wilayah tutur bahasa Besoa berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Bada di sebelah barat.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, bahasa Besoa memiliki perbedaan dialek dengan isolek Taa dengan persentase perbedaan sebesar 79,75%. Namun, berdasarkan pengakuan penutur kedua, isolek Besoa dan isolek Taa) serta bukti kualitatif berupa korespondensi bunyi, isolek Besoa dan Taa merupakan dua bahasa yang berbeda.
Sementara itu, berdasarkan hasil penghitungan dialektometri isolek Besoa merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar antara 88%--90% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa lain di Sulawesi Tengah.
Bahasa Bugis
[sunting]Provinsi Sulawesi Tengah(Sulawesi)
Bahasa Bugis dituturkan oleh masyarakat:
- Desa Wani Satu, Wani Dua, dan Wani Tiga, Kecamatan Tanantovea, KabupatenDonggala;
- Desa Kayowa, Kecamatan Batui, Kabupaten Banggai;
- Desa Pomayagon, Kecamatan Momunu, Kabupaten Buol; dan
- Desa Bokat, Kecamatan Bokat dan Kelurahan Leok I, Kecamatan Biau, Provinsi Sulawesi Tengah.
Bahasa Bugis di Provinsi Sulawesi Tengah terdiri atas empat dialek, yaitu:
- dialek Wani yang dituturkan di Desa Wani Satu, Wani Dua, dan Wani Tiga, Kecamatan Tanantovea;
- dialek Bugis Kayowa yang dituturkan di Desa Kayowa;
- dialek Buol Pomayagon (Bugis Pomayagon) yang dituturkan di Desa Pomayagon;
- dialek Buol Bokat (Bugis Bokat) yang dituturkan di Desa Bokat, Kecamatan Bokat dan Kelurahan Leok I.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Bugis merupakan bahasa tersendiri dengan persentase perbedaan berkisar 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa yang ada di Sulawesi Tengah.
Bahasa Bungku
[sunting]Provinsi Sulawesi Tengah(Sulawesi)
Bahasa Bungku merupakan bahasa yang bertanah asal di Kabupaten Morowali, Provinsi Sulawesi Tengah. Bahasa ini dituturkan di:
- Kelurahan Lawanga, Kecamatan Poso Kota Utara, Kabupaten Poso;
- Kelurahan Ulunambo, Kecamatan Menui Kepulauan, Kabupaten Morowali;
- Desa Parilangke, Kecamatan Bumi Raya, Kabupaten Morowali;
- Desa Bahodopi, KecamatanBahodopi, Kabupaten Morowali;
- Desa Korowou, Kecamatan Lembo, Kabupaten Morowali Utara;
- Desa Wawopada, Kecamatan Lembo, Kabupaten Morowali Utara; dan
- Desa Tiu, Kecamatan Petasia Barat, Kabupaten Morowali Utara, Sulawesi Tengah.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, bahasa Bungku memiliki tujuh dialek, yaitu:
- dialek Menui Lawangsa,
- dialek Menui Ulunambo,
- dialek Molongkum,
- dialek Bungku Parilangke,
- dialek Torete,
- dialek Moiki, dan
- dialek Kangua.
Dialek Menui Lawangsa (Menui Lawanga) dituturkan di Kelurahan Lawanga, Kecamatan Poso Kota Utara, Kabupaten Poso. Dialek Menui Ulunambo dituturkan di Kelurahan Ulunambo, Kecamatan Menui Kepulauan, Kabupaten Morowali. Dialek Molongkum dituturkan di Desa Wawopada, Kecamatan Lembo, Kabupaten Morowali Utara. Dialek Bungku Parilangke dituturkan di Desa Parilangke, Kecamatan Bumi Raya, Kabupaten Morowali. Dialek Torete dituturkan di Desa Bahodopi, Kecamatan Bahodopi, Kabupaten Morowali. Dialek Moiki dituturkan di Desa Korowou, Kecamatan Lembo, Kabupaten Morowali Utara. Dialek Kangua dituturkan di Desa Tiu, Kecamatan Petasia Barat, Kabupaten Morowali Utara. Dialek Menui dialek Lawangsa, dialek Menui Ulunambo, dialek Molongkum, dialek Bungku Parilangke, dialek Torete, dialek Moiki, dan dialek Kangua merupakan dialek yang berbeda dengan persentase perbedaan berkisar antara 60%-75%. Sementara itu, bahasa Bungku juga memiliki perbedaan dialek dengan isolek Mori, tetapi isolek Mori tidak dimasukkan sebagai dialek bahasa Bungku karena berdasarkan hasil penghitungan dialektometri isolek Mori lebih dekat dengan dialek Torete (salah satu dialek bahasa Bungku). Bahasa Bungku dengan isolek Mori memiliki perbedaan dialek sebesar 75,25%, sedangkan dengan dialek Torete perbedaannya lebih kecil, yaitu sebesar 63,25%.
Bahasa Balantak
[sunting]Provinsi Sulawesi Tengah(Sulawesi)
Bahasa Balantak ditemukan di:
- Desa Tangeban, Kecamatan Masama, Kabupaten Banggai;
- Desa Dolom, Kecamatan Lobu, Kabupaten Banggai; dan
- Desa Sobol, Kecamatan Mantoh, Kabupaten Banggai, Provinsi Sulawesi Tengah.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri bahasa Balantak memiliki dua dialek, yaitudialek Masama dan dialek Balantak Banggai. Persentase perbedaan antardialek tersebut sebesar 70,25%. Dialek Masama dituturkan di Desa Tangeban, Kecamatan Masama, Kabupaten Banggai, sedangkan dialek Balantak Banggai dituturkan di Desa Dolom, Kecamatan Lobu dan di Desa Sobol, Kecamatan Mantoh, Kabupaten Banggai. Bahasa Balantak juga memiliki kedekatan dengan isolek Saluan, tetapi Saluan tidak dimasukkan sebagai dialek bahasa Balantak karena berdasarkan hasil penghitungan dialektometri,isolek Saluan lebih dekat dengan isolek Bobongko. Bahasa Balantak dengan isolek Saluan memiliki perbedaan sebesar 77,25%. Hal itu berarti bahwa secara kuantitatif isolek Saluan merupakan dialek dari bahasa Balantak, tetapi persentase perbedaan Saluan dengan isolek Bobongko lebih sedikit jika dibandingkan dengan bahasa Balantak, yaitu sebesar 74%. Di lain pihak, Bobongko dengan Balantak memiliki perbedaan pada tingkat beda bahasa dengan Babongko sehingga dapat disimpulkan bahwa Saluan merupakan bahasa tersendiri dan Babongko merupakan dialek dari bahasa Saluan.
Bahasa Balaesang
[sunting]Provinsi Sulawesi Tengah(Sulawesi)
Bahasa Balaesang diduga memiliki tanah asal di Kabupaten Donggala dan Parigi Moutong, Provinsi Sulawesi Tengah. Bahasa ini dituturkan di:
- Desa Ketong dan Kamonji, Kecamatan Balaesang Tanjung, Kabupaten Donggala;
- Desa Alindau, Kecamatan Sindue Tobata, Kabupaten Donggala; dan
- Desa Kasimbar, Kecamatan Kasimbar, Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah.
Menurut pengakuan penduduk di sebelah utara wilayah tutur bahasa Balaesang berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Kaili; di sebelah timur berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Kaili dan bahasa Bajo; serta di sebelah selatan berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Kaili dan bahasa Bugis.
Secara kuantitatif bahasa Balaesang memiliki perbedaan dialek dengan isolek Balesang Donggala, Tajio, Kasimbar, Ledo, Lauje, Dampelas, Unde, Dondo, Njedu, dan Pendau dengan persentase perbedaan di bawah 80%. Namun, dari sepuluh isolek itu terdapat beberapa isolek yang secara kualitatif dapat dikategorikan sebagai bahasa yang berbeda karena memiliki bukti kualitatif berupa korespondensi bunyi. Kesepuluh isolek tersebut dapat diidentifikasi sebagai tiga bahasa yang berbeda, yaitu bahasa Balaesang, Kaili, dan Dondo. Bahasa Balaesang memiliki tiga dialek, yaitu dialek Balaesang Donggala, dialek Tajio, dan dialek Kasimbar. Ketiga dialek tersebut diidentifikasi sebagai bahasa yang sama, tetapi merupakan dialek yang berbeda karena secara kuantitatif ketiganya memiliki perbedaan berkisar antara 75%-78%. Dialek Balaesang Donggala dituturkan di Desa Ketong dan Desa Kamonji, Kecamatan Balaesang Tanjung, Kabupaten Donggala. Dialek Tajio dituturkan di Desa Alindau, Kecamatan Sindue Tobata, Kabupaten Donggala dan dialek Kasimbar dituturkan di Desa Kasimbar, Kecamatan Kasimbar, Kabupaten Parigi Moutong.
Bahasa Buol
[sunting]Provinsi Sulawesi Tengah(Sulawesi)
Bahasa Buol merupakan bahasa yang bertanah asal di Kabupaten Buol, Provinsi Sulawesi Tengah. Bahasa ini dituturkan di:
- Desa Pomayagon, Kecamatan Momunu, Kabupaten Buol;
- Desa Bokat, Kecamatan Bokat, Kabupaten Buol;
- Desa Leok I, Kecamatan Biau, Kabupaten Buol, Sulawesi Tengah.
Bahasa ini terdiri atas dua dialek, yaitu:
- dialek Buol Pomayagon dan
- dialek Buol Bokat.
Dialek Buol Pomayagon dituturkan di Desa Pomayagon, Kecamatan Momunu, Kabupaten Buol, sedangkan dialek Buol Bokat dituturkan di Desa Bokat, Kecamatan Bokat dan Desa Leok I, Kecamatan Biau, Kabupaten Buol. Buol Pomayagon dan Buol Bokat digolongkan sebagai bahasa yang sama, tetapi merupakan dialek yang berbeda karena berdasarkan hasil penghitungan dialektometri tingkat perbedaan antara keduanya hanya mencapai 65,3%.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Buol merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan sekitar 82%-93% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa di Sulawesi Tengah, misalnya dibandingkan dengan bahasa Dondo dan bahasa Totoli.
Bahasa Dondo
[sunting]Provinsi Sulawesi Tengah(Sulawesi)
Bahasa Dondo merupakan bahasa yang bertanah asal di Kabupaten Parigi Moutong, Provinsi Sulawesi Tengah. Bahasa ini dituturkan di:
- Desa Moutong Timur, Kecamatan Moutong, Kabupaten Parigi Moutong;
- Desa Bobalo, Kecamatan Palasa, Kabupaten Parigi Moutong;
- Desa Tinabogan, Kecamatan Dondo, Kabupaten Toli-Toli;
- Desa Tampiala, Kecamatan Dampal Selatan, Kabupaten Toli-Toli;
- Desa Malomba, Kecamatan Dondo, Kabupaten Toli-Toli;
- Desa Bangkir, Kecamatan Dampal Selatan, Kabupaten Toli-Toli;
- Desa Ogowele, Kecamatan Dondo, Kabupaten Toli-Toli;
- Desa Talaga, Kecamatan Dampelas, Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah.
Menurut pengakuan penduduk di sebelah utara wilayah tutur bahasa Dondo berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Kaili; di sebelah timur berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Bugis; di sebelah selatan berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Gorontalo; dan di sebelah barat berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Bugis dan bahasa Kaili.
Bahasa Dondo terdiri atas lima dialek, yaitu:
- dialek Tialo dituturkan di Desa Moutong Timur, Kecamatan Moutong, Kabupaten Parigi Moutong;
- dialek Dondo Toli-Toli dituturkan di Desa Tinabogan dan Desa Malomba, Kecamatan Dondo, Kabupaten Toli-Toli;
- dialek Dampelas dituturkan di Desa Talaga, Kecamatan Dampelas, Kabupaten Donggala;
- dialek Dampal dituturkan di Desa Tampiala dan Desa Bangkir, Kecamatan Dampal Selatan, Kabupaten Toli-Toli; dan
- Dialek Lauje dituturkan di Desa Bobalo, Kecamatan Palasa, Kabupaten Parigi Moutong dan Desa Ogowele, Kecamatan Dondo, Kabupaten Toli-Toli.
Persentase perbedaan antardialek tersebut berkisar antara 63%-77%.
Isolek Tialo, isolek Dondo Toli-Toli, isolek Dampelas, isolek Dampal, dan isolek Lauje diidentifikasi sebagai dialek yang berbeda dari bahasa yang sama karena secara kuantitatif isolek-isolek itu memiliki perbedaan dialek dengan tingkat perbedaan berkisar 63%-77%. Bahasa Dondo juga memiliki perbedaan dialek dengan isolek Balaesang, isolek Toli-Toli, dan isolek Pendau (perbedaannya berkisar 78%-79%). Meskipun demikian, ketiganya tidak dimasukkan sebagai dialek bahasa Dondo karena secara kuantitatif isolek-isolek itu lebih berkerabat dengan bahasa Balaesang, Totoli, dan Kaili (perbedaannya berkisar antara 75%-76%).
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Dondo merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan sekitar 85%--91% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa di sekitarnya, misalnya dibandingkan dengan bahasa Buol dan bahasa Totoli. Pembagian bahasa Dondo menjadi lima dialek ini berbeda dengan yang dikemukakan Wumbu dkk. Wumbu dkk (1986) mengemukakan bahwa dialek Tialo, dialek Dampelas, dan dialek Lauje merupakan bahasa yang berdiri sendiri dan berbeda dari bahasa Dondo. Jadi, Tialo, Dampelas, Lauje, dan Dondo merupakan empat bahasa yang berbeda. Bahasa Tialo dituturkan di Kecamatan Moutong dan Tomini, Kabupaten Parigi Moutong dan didukung oleh 42.735 jiwa; bahasa Dampelas (Dampelas-Sojol) dituturkan di Kecamatan Balaesang, Kabupaten Donggala serta Kecamatan Dondo dan Galang, Kabupaten Toli-Toli yang didukung oleh 250 jiwa; bahasa Lauje dituturkan di Kecamatan Moutong, Tinombo, Tomini, Ampibabo, Kabupaten Parigi Moutong dan Kecamatan Dondo, Kabupaten Toli-Toli.
Bahasa Kaili
[sunting]Provinsi Sulawesi Tengah(Sulawesi)
Bahasa Kaili merupakan bahasa yang bertanah asal di Kabupaten Donggala, Parigi, dan Kota Palu, Provinsi Sulawesi Tengah. Bahasa ini dituturkan di 28 wilayah:
- Desa Olaya, Kecamatan Parigi, Kabupaten Parigi Moutong;
- Desa Dolago, Kecamatan Parigi Selatan, Kabupaten Parigi Moutong;
- Desa Petapa, Kecamatan Parigi Tengah, Kabupaten Parigi Moutong;
- Desa Sidole, Kecamatan Ampibabo, Kabupaten Parigi Moutong;
- Kelurahan Lasoani, Kecamatan Mantikulore, Kota Palu;
- Kelurahan Kayumalue Pajeko, Kecamatan Palu Utara, Kota Palu;
- Kelurahan Lolu Utara, Kecamatan Palu Timur, Kota Palu;
- Kelurahan Baiya, Kecamatan Tawaeli, Kota Palu;
- Kelurahan Watusampu, Kecamatan Ulujadi, Kota Palu;
- Desa Tinggede, Kecamatan Marawola, Kabupaten Sigi;
- Desa Sibalaya Selatan, Kecamatan Tanambulava, Kabupaten Sigi;
- Desa Kotarindau, Kecamatan Dolo, Kabupaten Sigi;
- Desa Sintuwu, Kecamatan Palolo, Kabupaten Sigi;
- Desa Waturalele, Kecamatan Dolo, Kabupaten Sigi;
- Desa Lebanu, Kecamatan Marawola, Kabupaten Sigi;
- Desa Uwemanje, Kecamatan Kinovaro, Kabupaten Sigi;
- Desa Sibowi, Kecamatan Tanambulava, Kabupaten Sigi;
- Desa Mpanau, Kecamatan Sigi Biromaru, Kabupaten Sigi;
- Desa Towale, Kecamatan Banawa Tengah, Kabupaten Donggala;
- Desa Mbuwu, Kecamatan Banawa Selatan, Kabupaten Donggala;
- Desa Lende, Kecamatan Sirenja, Kabupaten Donggala;
- Desa Toaya, Kecamatan Sindue, Kabupaten Donggala;
- Desa Dalaka, Kecamatan Sindue, Kabupaten Donggala;
- Kelurahan Kabonga Besar, Kecamatan Banawa, Kabupaten Donggala;
- Desa Taripa, Kecamatan Sindue, Kabupaten Donggala;
- Desa Tambu, Kecamatan Balaesang, Kabupaten Donggala;
- Desa Enu, Kecamatan Sindue, Kabupaten Donggala;
- Desa Toini, Kecamatan Poso Pesisir, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah.
Menurut pengakuan penduduk, di sebelah utara wilayah tutur bahasa Kaili berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Bugis dan bahasa Bada; di sebelah timur berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Bada dan bahasa Jawa; di sebelah selatan berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Bugis; dan di sebelah barat berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Bugis, bahasa Bali, dan bahasa Sangihe Talaud.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri bahasa ini memiliki sepuluh dialek, yaitu:
- dialek Tara dituturkan di Desa Olaya, Kecamatan Parigi dan Desa Dolago, Kecamatan Parigi Selatan, Kabupaten Parigi Moutong; Kelurahan Lasoani, Kecamatan Mantikulore, Kota Palu; Desa Tinggede, Kecamatan Marawola dan Desa Sibalaya Selatan, Kecamatan Tanambulava, Kabupaten Sigi;
- dialek Taje dituturkan di Desa Petapa, Kecamatan Parigi Tengah dan Desa Sidole, Kecamatan Ampibabo, Kabupaten Parigi Moutong;
- dialek Ledo dituturkan di Kelurahan Lolu Utara, Kecamatan Palu Timur; Kelurahan Kayumalue Pajeko, Kecamatan Palu Utara, Kota Palu; Desa Kotarindau, Kecamatan Dolo dan Desa Sintuwu, Kecamatan Palolo, Kabupaten Sigi; Desa Towale, Kecamatan Banawa Tengah, Kabupaten Donggala; Dialek Ledo ini merupakan dialek yang paling banyak penuturnya dibandingkan dengan kesembilan dialek yang lain.
Dialek Ledo merupakan dialek standar karena selain dituturkan di pusat pemerintahan/ibu kota provinsi, sebaran geografisnya luas dan jumlah penuturnya lebih besar, dialek Ledo juga digunakan dalam media massa cetak dan elektronik;
- dialek Daa dituturkan di Desa Panturabate, Kecamatan Dolo; Desa Uwemanje, Kecamatan Kinovaro; Desa Lebanu, Kecamatan Marawola, Kabupaten Sigi; dan Desa Mbuwu, Kecamatan Banawa Selatan, Kabupaten Donggala;
- Dialek Rai dituturkan di Desa Lende, Kecamatan Sirenja; Desa Toaya, Kecamatan Sindue, Kabupaten Donggala; Desa Sibowi, Kecamatan Tanambulava, Kabupaten Sigi; Desa Mpanau, Kecamatan Sigi Biromaru, Kabupaten Sigi; Kelurahan Baiya, Kecamatan Tawaeli, Kota Palu; dan Desa Toini, Kecamatan Poso Pesisir, Kabupaten Poso;
- dialek Unde dituturkan di Kelurahan Watusampu, Kecamatan Ulujadi, Kota Palu dan Desa Dalaka, Kecamatan Sindue, Kabupaten Donggala;
- dialek Unde Kabonga dituturkan di Kelurahan Kabonga Besar, Kecamatan Banawa, Kabupaten Donggala;
- dialek Kori dituturkan di Desa Taripa, Kecamatan Sindue, Kabupaten Donggala;
- dialek Njedu dituturkan di Desa Enu, Kecamatan Sindue, Kabupaten Donggala;
- Dialek Pendau dituturkan di Desa Tambu, Kecamatan Balaesang, Kabupaten Donggala.
Ledo, Taje, Rai, Daa (Da'a), Tara, Unde, Unde Kabonga, Kori, Njedu, dan Pendau merupakan dialek yang berbeda dari bahasa yang sama karena penghitungan dialektometri menunjukkan adanya perbedaan yang berkisar antara 51%-75%. Bahasa Kaili juga memiliki perbedaan dialek dengan Sedoa, Bada, Togian, Bare'e (Bare'e), Pamona, Saluan, dan Tado (perbedaannya berkisar antara 71%-79%). Pembagian bahasa Kaili menjadi sepuluh dialek ini berbeda dengan yang dikemukakan Evans dan Wumbu dkk. Evans (1990) membagi dialek bahasa Kaili menjadi lima, yaitu:
- Ledo merupakan subdialek Doi;
- Ada merupakan subdialek Edo dan Tado;
- Daa merupakan subdialek Inde, Unde, dan Ende;
- Ija merupakan subdialek Taa; dan
- Rai merupakan subdialek Tara.
Wumbu dkk (1986) mengemukakan bahwa Kaili, Pendau, dan Njedu merupakan tiga bahasa yang berbeda, yakni bahasa Kaili, bahasa Pendau, dan bahasa Njedu. Hal yang sama juga dikemukakan oleh Wumbu dkk.
Bahasa Kulawi
[sunting]Provinsi Sulawesi Tengah(Sulawesi)
Bahasa Kulawi merupakan bahasa yang bertanah asaldi Kecamatan Kulawi, Kabupaten Donggala, Provinsi Sulawesi Tengah. Bahasa ini dituturkan di:
- Desa Bolapapu, Kecamatan Kulawi, Kabupaten Sigi;
- Desa Tomado, Kecamatan Lindu, Kabupaten Sigi;
- Desa Pantolobete, Kecamatan Rio Pakava, Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah.
Menurut pengakuan penduduk, di sebelah timur wilayah tutur bahasa Kulawi berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Pipikoro dan bahasa Bugis; di sebelah barat berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Kaili.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, bahasa Kulawi memiliki tiga dialek, yaitu sebagai berikut::
- Dialek Moma dituturkan di Desa Bolapapu, Kecamatan Kulawi, Kabupaten Sigi. Dialek ini merupakan dialek standar karena selain dituturkan di pusat pemerintahan (ibu kota Kecamatan), sebaran geografisnya luas, dan jumlah penuturnya lebih besar, dialek Moma juga digunakan dalam media massa cetak dan elektronik.
- Dialek Tado Tomado dituturkan di Desa Tomado, Kecamatan Lindu, Kabupaten Sigi.
- Dialek Tado Pantolobete dituturkan di Desa Pantolobete, Kecamatan Rio Pakava, Kabupaten Donggala.
Isolek Moma, Tado Tomado, dan Tado Pantolobete merupakan dialek yang berbeda dari bahasa yang sama karena penghitungan dialektometri ketiganya memiliki perbedaan berkisar antara 64%-67%. Bahasa Kulawi juga memiliki perbedaan dialek dengan Kaili, yaitu 79,5%. Meskipun demikian, Kaili tidak dimasukkan sebagai dialek bahasa Kulawi karena penghitungan dialektometri Kaili lebih berkerabat dengan subdialek Ija (yang merupakan subdialek Taa dan Taa merupakan salah satu dialek bahasa Kaili) dengan persentase yang hanya mencapai 49,25% (beda subdialek).
Bahasa Lauje Malala
[sunting]Provinsi Sulawesi Tengah(Sulawesi)
Bahasa Lauje Malala merupakan bahasa yang dituturkan di Desa Malala, Kecamatan Dondo, Kabupaten Toli-Toli, Provinsi Sulawesi Tengah. Bahasa ini pada mulanya merupakan isolek Lauje. Akan tetapi, penghitungan dialektometri bahasa Dondo dialek Lauje dengan bahasa Lauje Malala menunjukkan perbedaan sebesar 85% (beda bahasa). Oleh karena itu, isolek Lauje yang terdapat di Desa Malala, Kecamatan Dondo, Kabupaten Toli-Toli ditetapkan sebagai bahasa yang berbeda dari isolek Lauje yang terdapat di Desa Bobalo, Kecamatan Palasa, Kabupaten Parigi Moutong dan Desa Ogowele, Kecamatan Dondo, Kabupaten Toli-Toli. Penamaan bahasa Lauje Malala diambil dari nama desa tempat isolek Lauje itu dituturkan. Menurut pengakuan penduduk, di sebelah utara, selatan, barat, dan timur wilayah tutur bahasa Lauje Malala berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Dondo. Isolek Lauje Malala merupakan sebuah bahasa karena terdapat persentase perbedaan berkisar antara 81%-97% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa di Sulawesi Tengah, misalnya bahasa Dondo dan Totoli.
Bahasa Pamona
[sunting]Provinsi Sulawesi Tengah(Sulawesi)
Bahasa Pamona dituturkan oleh masyarakat yang berada di Kabupaten Morowali Utara, Poso, dan Tojo Una-Una, Provinsi Sulawesi Tengah. Bahasa ini dituturkan di:
- Desa Pandayora, Kecamatan Pamona Selatan, Kabupaten Poso;
- Desa Watuawu, Kecamatan Lage, Kabupaten Poso;
- Kelurahan Madale, Kecamatan Poso Kota Utara, Kabupaten Poso;
- Desa Peura, Kecamatan Pamona Puselemba, Kabupaten Poso;
- Desa Mayakeli, Kecamatan Pamona Puselemba, Kabupaten Poso;
- Desa Tinompo, Kecamatan Lembo, Kabupaten Morowali Utara;
- Desa Kasingoli, Kecamatan Mori Atas, Kabupaten Morowali Utara;
- Desa Longge, Kecamatan Ampana Tete, Kabupaten Tojo Una-Una;
- Desa Benteng, KecamatanTogean, Kabupaten Tojo Una Una, Sulawesi Tengah.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri,bahasa ini memiliki tujuh dialek, yaitu Salumange, Pamona Poso, Mori Padoe, Mori Ngusumbatu, Baree (Bare'e) Longge, Baree (Bare'e) Benteng, dan Mori atas. Persentase Perbedaan antardialek itu berkisar antara 53%-76%. Dialek Salumange dituturkan di Desa Pandayora, Kecamatan Pamona Selatan, Kabupaten Poso dan Desa Watuawu, Kecamatan Lage, Kabupaten Poso. Dialek Pamona Poso dituturkan di Kelurahan Madale, Kecamatan Poso Kota Utara, Kabupaten Poso dan Desa Peura, Kecamatan Pamona Puselemba, Kabupaten Poso. Dialek Mori Padoe dituturkan di Desa Mayakeli, Kecamatan Pamona Puselemba, Kabupaten Poso. Dialek Mori Ngusumbatu dituturkan di Desa Tinompo, Kecamatan Lembo, Kabupaten Morowali Utara. Dialek Bare (Bare'e) Longge dituturkan di Desa Longge, Kecamatan Ampana Tete, Kabupaten Tojo Una-Una. Dialek Bare (Bare'e) Benteng dituturkan di Desa Benteng, Kecamatan Togean, Kabupaten Tojo Una-Una. Dialek Mori atas dituturkan di Desa Kasingoli, Kecamatan Mori Atas, Kabupaten Morowali Utara.
Selain dituturkan di Sulawesi Tengah, bahasa Pamona juga dituturkan di Sulawesi Selatan, yaitu di Desa Bayondo, Kecamatan Tomoni, Kabupaten Luwu Timur. Hasil penghitungan dialektometri yang membandingkan bahasa Pamona di Sulawesi Tengah dengan bahasa Pamona di Sulawesi Selatan menunjukkan adanya perbedaan dialek dengan persentase perbedaan sebesar 72,75%.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri menunjukkan bahwa isolek Pamona merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar antara 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa di sekitarnya, misalnya dibandingkan dengan bahasa Taa (Ta'a) dan Pipikoro.
Bahasa Pipikoro
[sunting]Provinsi Sulawesi Tengah(Sulawesi)
Bahasa Pipikoro merupakan bahasa yang dituturkan di:
- Desa Peana, Kecamatan Pipikoro, Kabupaten Sigi; dan
- Desa Salutome, Kecamatan Kulawi Selatan, Kabupaten Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah.
Menurut pengakuan penduduk, wilayah tutur bahasa Pipikoro berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Seko di sebelah timur dan dengan wilayah tutur bahasa Besoa di sebelah selatan.
Bahasa Pipikoro memiliki dua dialek, yaitu dialek Uma dan Rampi Salutome. Persentase perbedaan antarkedua dialek tersebut sebesar 75,5%. Dialek Uma dituturkan di Desa Peana, Kecamatan Pipikoro, Kabupaten Sigi. Sementara itu, dialek Rampi Salutome dituturkan di Desa Salutome, Kecamatan Kulawi Selatan, Kabupaten Sigi.
Hasil penghitungan dialektometri menunjukkan bahwa isolek Pipikoro merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar antara 80%-100% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa lain di Sulawesi Tengah, misalnya dibandingkan dengan bahasa Kaili dan Balaesang.
Bahasa Saluan
[sunting]Provinsi Sulawesi Tengah(Sulawesi)
Bahasa Saluan dituturkan oleh masyarakat yang berada di:
- Desa Gonohop, Kecamatan Simpang Raya, Kabupaten Banggai;
- Kelurahan Tolando, Kecamatan Batui, Kabupaten Banggai;
- Desa Alindau, Kecamatan Sindue Tobata, Kabupaten Donggala;
- Desa Kalia, Kecamatan Talatako, Kabupaten Tojo Una-Una;
- Desa Lembanato, Kecamatan Togean,Kabupaten Tojo Una-Una, Provinsi Sulawesi Tengah.
Menurut pengakuan penduduk, wilayah tutur bahasa Saluan berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Taa di sebelah utara dan barat.
Bahasa Saluan terdiri atas empat dialek, yaitu:
- dialek Saluan Gonohop yang dituturkan di Desa Gonohop, Kecamatan Simpang Raya, Kabupaten Banggai;
- dialek Saluan Kintom yang dituturkan di Kelurahan Tolando, Kecamatan Batui, Kabupaten Banggai dan Desa Alindau, Kecamatan Sindue Tobata, Kabupaten Donggala;
- dialek Saluan Kalia yang dituturkan di Desa Kalia, Kecamatan Talatako, Kabupaten Tojo Una-Una;
- dialek Bobongko yang dituturkan di Desa Lembanato, Kecamatan Togean,Kabupaten Tojo Una-Una.
Persentase perbedaan antarkeempat dialek tersebut berkisar antara 56%-74%.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Saluan merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar antara 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa di Sulawesi Tengah, misalnya dibandingkan dengan bahasa Taa (Ta'a) dan Pamona.
Bahasa Sangihe Talaud (Satal)
[sunting]Provinsi Sulawesi Tengah(Sulawesi)
Bahasa Sangihe Talaud dituturkan oleh masyarakat di Desa Laonggo, Kecamatan Bunta, Kabupaten Banggai, Provinsi Sulawesi Tengah.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Sangihe Talaud merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar antara 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa di sekitarnya, misalnya dibandingkan dengan bahasa Balantak dan Saluan.
Bahasa Seko
[sunting]Provinsi Sulawesi Tengah(Sulawesi)
Bahasa Seko dituturkan oleh masyarakat yang berada di Desa Watukilo, Kecamatan Kulawi Selatan, Kabupaten Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah. Menurut pengakuan penduduk bahasa Seko di Desa Watukilo berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Pipikoro di sebelah utara dan berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Besoa di sebelah selatan. Adapun di sebelah timur Desa Watukilo merupakan wilayah persawahan.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Seko merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar antara 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa di Sulawesi Tengah, seperti bahasa Kaili dan bahasa Kulawi.
Bahasa Taa
[sunting]Provinsi Sulawesi Tengah(Sulawesi)
Tanah asal bahasa Taa berada di Kabupaten Poso dan Tojo Una-Una, Provinsi Sulawesi Tengah. Bahasa ini dituturkan di:
- Desa Salukaia, Kecamatan Pamona Barat, Kabupaten Poso;
- Desa Sedoa, Kecamatan Lore Utara, Kabupaten Poso;
- Desa Sansarino, Kecamatan Ampana Kota, Kabupaten Tojo Una-Una;
- Desa Pancuma, KecamatanTojo, Kabupaten Tojo Una Una;
- Desa Kabalo, Kecamatan Tojo Barat, Kabupaten Tojo Una-Una;
- Desa Toniasa, Kecamatan Ampana Kota, Kabupaten Tojo Una-Una;
- Desa Wakai, Kecamatan Una-Una, Kabupaten Tojo Una-Una; dan
- Desa Lemo, Kecamatan Bungku Utara, Kabupaten Morowali Utara, Sulawesi Tengah.
Bahasa Taa terdiri atas tujuh dialek, yaitu:
- dialek Rato dituturkan di Desa Salukaia, Kecamatan Pamona Barat, Kabupaten Poso;
- dialek Sedoa dituturkan di Desa Sedoa, Kecamatan Lore Utara, Kabupaten Poso;
- dialek Taa Sansarino dituturkan di Desa Sansarino, Kecamatan Ampana Kota, Kabupaten Tojo Una-Una;
- dialek Torau dituturkan di Desa Pancuma, Kecamatan Tojo, Kabupaten Tojo Una Una dan Desa Kabalo, Kecamatan Tojo Barat, Kabupaten Tojo Una-Una;
- dialek Rampi dituturkan di Desa Toniasa, Kecamatan Ampana Kota, Kabupaten Tojo Una-Una;
- dialek Togian dituturkan di Desa Wakai, Kecamatan Una-Una, Kabupaten Tojo Una-Una; dan
- dialek Taa Lemo dituturkan di Desa Lemo, Kecamatan Bungku Utara, Kabupaten Morowali Utara.
Persentase perbedaan antardialek tersebut berkisar antara 53%-78%.
Menurut pengakuan penduduk wilayah tutur bahasa Taa berbatasan dengan (i) wilayah tutur bahasa Pamona, bahasa Kaili, dan bahasa Bada di sebelah utara; (ii) wilayah tutur bahasa Bada dan bahasa Pamona di sebelah timur; (iii) wilayah tutur bahasa Bada dan bahasa Pamona di sebelah selatan; dan (iv) wilayah tutur bahasa Bada dan bahasa Kulawi di sebelah barat.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Taa merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar antara 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa di Sulawesi Tengah, misalnya dibandingkan dengan bahasa Pamona dan bahasa Kaili.
Bahasa Tombatu
[sunting]Provinsi Sulawesi Tengah(Sulawesi)
Bahasa Tombatu dituturkan olehmasyarakat yang berada di Desa Olobaru, Kecamatan Parigi Selatan, Kabupaten Parigi Moutong, Provinsi Sulawesi Tengah. Menurut pengakuan penduduk, wilayah tutur bahasa Tombatu berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Kaili di sebelah utara, timur, dan selatan sertaberbatasan dengan wilayah tutur bahasa Kaili dan bahasa Badadi sebelah barat.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Tombatu merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar antara 81%-100%, jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa di Sulawesi Tengah, seperti dengan bahasa Kaili dan bahasa Bada.
Bahasa Bajo
[sunting]Provinsi Sulawesi Selatan(Sulawesi)
Bahasa Bajo dituturkan oleh masyarakat di Desa Rajuni, Kecamatan Taka Bonerate, Kabupaten Kepulauan Selayar dan Kelurahan Bajoe, Kecamatan Tanete Riattang Timur, Kabupaten Bone, Provinsi Sulawesi Selatan.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Bajo merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar antara 85%-91% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa lain di Sulawesi Selatan, misalnya bahasa Bonerate.
Bahasa Bonerate
[sunting]Provinsi Sulawesi Selatan(Sulawesi)
Bahasa Bonerate dituturkan oleh masyarakat Desa Bonerate, Kecamatan Pasimarannu, Kabupaten Kepulauan Selayar, Provinsi Sulawesi Selatan.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Bonerate merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar antara 85%--91% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa lain di Sulawesi Selatan, misalnya dibandingkan dengan bahasa Laiyolo dan Makassar.
Bahasa Bugis
[sunting]Provinsi Sulawesi Selatan(Sulawesi)
Bahasa Bugis merupakan bahasa yang bertanah asal di Sulawesi Selatan. Bahasa Bugis terdiri atas dua puluh tujuh dialek. Dialek-dialek tersebut adalah:
- dialek Bone,
- dialek Pangkep,
- dialek Makassar,
- dialek Pare-Pare,
- dialek Wajo,
- dialek Sidenreng Rappang,
- dialek Sopeng,
- dialek Sinjai,
- dialek Pinrang,
- dialek Malimpung,
- dialek Dentong,
- dialek Pattinjo,
- dialek Kaluppang,
- Dialek Maiwa, :
- Dialek Dialek Maroangin,
- Dialek Wani,
- dialek Bugis Kayowa,
- dialek Buol Pamoyagon (Bugis Pomayagon),
- dialek Buol Bokat (Bugis Bokat),
- dialek Jambi,
- dialek Kalimantan Selatan,
- dialek Lampung,
- dialek Sulawesi Tenggara,
- dialek Bali,
- dialek Sulawesi Tengah,
- dialek Riau, dan
- dialek Kalimantan Timur.
Dialek Bone dituturkan di Kelurahan Otting, Kecamatan Tellu Siattinge; Desa Welado, Kecamatan Ajangale; Desa Waempubu, Kecamatan Amali; Desa Mattanetebua, Kecamatan Palakka; Desa Ulu Balang, Kecamatan Salomekko; Desa Pattimpa, Kecamatan Ponre; Desa Gaya Baru, Kecamatan Tellulimpoe; Desa Gona, Kecamatan Kajuara, Kabupaten Bone. Dialek Pangkep dituturkan di Kelurahan Samalewa, Kecamatan Bungoro; Desa Kanaungan, Kecamatan Labakkang; Kelurahan Bonto Matene, Kecamatan Segeri; dan Desa Pitue, Kecamatan Marang, Kabupaten Pangkajene Kepulauan. Dialek Makassar dituturkan di Kelurahan Wajo Baru, Kecamatan Bontoala, Kabupaten Kota Makassar. Dialek Pare-Pare dituturkan di Kelurahan Wattang Bacukiki, Kecamatan Bacukiki; Kelurahan Lapadde, Kecamatan Ujung; dan Kelurahan Watang Soreang, Kecamatan Soreang, Kabupaten Kota Pare Pare. Dialek Wajo dituturkan di Desa Ongkoe, Kecamatan Belawa; Desa Liu, Kecamatan Sabangparu; Desa Poleonro, Kecamatan Gilireng; Kelurahan Pattirosompe, Kecamatan Tempe; Desa Lapauke, Kecamatan Pammana; dan Desa Tosora, Kecataman Majauleng, Kabupaten Wajo. Dialek Sidenreng Rappang dituturkan di Desa Bulo, Kecamatan Panca Rijang; Desa Betao, Kecamatan Pitu Riawa; dan Desa Buae, Kecamatan Watang Pulu, Kabupaten Sidenreng Rappang. Dialek Sopeng dituturkan di Kelurahan Botto, Kecamatan Lalabata; Desa Leworeng, Kecamatan DonriDonri; Kelurahan Limpomajang, Kecamatan Marioriawa; Desa Congko, Kecamatan Marioriwawo; Desa Citta, Kecamatan Citta; dan Desa Kebo, Kecamatan Lilirilau, Kabupaten Soppeng. Dialek Sinjai dituturkan di Desa Manurung, Kecamatan Malili, Kabupaten Luwu Timur; serta Desa Panaikang, Kecamatan Sinjai Timur dan Desa Kanrung, Kecamatan Sinjai Tengah, Kabupaten Sinjai. Dialek Pinrang dituturkan di Desa Mattirotasi, Kecamatan Mattiro Sompe; Desa Padakkalawa, Kecamatan Mattiro Bulu; Desa Maccoralaie, Kecamatan Watang Sawitto; Kelurahan Watang Suppa, Kecamatan Suppa; Kelurahan Lansirang, Kecamatan Lansirang; Desa Malongi-longi, Kecamatan Lansirang; Desa Tiroang, Kecamatan Tiroang; Desa Leppanggang, Kecamatan Patampanua; dan Desa Paria, Kecamatan Duampanua, Kabupaten Pinrang. Dialek Malimpung dituturkan di Desa Malimpung, Kecamatan Patampanua, Kabupaten Pinrang. Dialek Dentong dituturkan di Desa Laiya, Kecamatan Cenrana, Kabupaten Maros. Dialek Pattinjo dituturkan di Desa Malimpung, Kecamatan Patampanua dan di Desa Rajang, Kecamatan Lembang, Kabupaten Pinrang. Dialek Kaluppang dituturkan di Desa Kaballangan, Kecamatan Duampanua, Kabupaten Pinrang. Dialek Maiwa tersebar di Desa Bungin, Kecamatan Bungin dan di Desa Patondon Salu, Kecamatan Maiwa, Kabupaten Enrekang. DialekMaroangin tersebar di Desa Tuncung/Kaluppang, Kecamatan Maiwa, Kabupaten Enrekang. Dialek Wani dituturkan di Desa Wani Satu, Wani Dua, dan Wani Tiga, Kecamatan Tanantovea, KabupatenDonggala, Provinsi Sulawesi Tengah. Dialek Bugis Kayowa dituturkan di Desa Kayowa, Kecamatan Batui, Kabupaten Banggai, Provinsi Sulawesi Tengah. Dialek Buol Pamoyagon (Bugis Pomayagon) dituturkan di Desa Pomayagon, Kecamatan Momunu, Kabupaten Buol, Provinsi Sulawesi Tengah. Dialek Buol Bokat (Bugis Bokat) dituturkan di Desa Bokat, Kecamatan Bokat dan di Kelurahan Leok I, Kecamatan Biau, Kabupaten Buol, Provinsi Sulawesi Tengah. Persentase perbedaan antardialek tersebut berkisar antara 51%-80%;
Bahasa Bugis juga tersebar di beberapa daerah lain, seperti di Kepulauan Seribu (Jakarta), Jambi, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Bali, Lampung, Riau, dan NTB. Selain itu, penutur bahasa Bugis juga dapat ditemukan di Kabupaten Kolaka, Kabupaten Kolaka Utara, dan Kabupaten Bombana, Provinsi Sulawesi Tenggara. Pada daerah sebaran tersebut, bahasa Bugis berdampingan dengan bahasa Tolaki (di Kabupaten Kolaka dan Kolaka Utara) dan bahasa Morunene (di Kabupaten Bombana) yang merupakan bahasa penduduk asli.
Bahasa Bugis yang digunakan di daerah lain di luar Sulawesi Selatan, semuanya menunjukkan adanya perbedaan dialek atau merupakan variasi dialektal. Bahasa Bugis di Sulawesi Selatan dengan isolek Bugis yang ada di Kepulauan Seribu Jakarta (Desa Sabira dan Desa Kelapa Dua) memiliki persentase antara 43%--45%; isolek Bugis yang ada di Jambi (Kampung Laut) memiliki persentase 52%; isolek Bugis yang ada di Kalimantan Selatan (Desa Juku Eja) memiliki persentase79%; isolek Bugis yang ada di Kalimantan Timur (Tanjung Palas) memiliki persentase 69%; isolek Bugis di Sulawesi Tenggara (Desa Lapao-pao) memiliki persentase 59%; isolek Bugis yang ada di Sulawesi Tengah (Desa Wani Satu, Wani Dua, dan Wani Tiga) 62%; isolek Bugis yang ada di Bali (Desa Serangan) memiliki persentase54%; isolek Bugis yang ada di Lampung (Desa Kota Karang) memiliki persentase79%; isolek Bugis yang ada di Riau Pulau kecil (di Kabupaten Indragiri Hilir) memiliki persentase69%; dan isolek Bugis yang ada di Riau Sungai Sebesi (Kabupaten Indragiri Hilir) memiliki persentase 79% dan isolek Bugis di NTB (Teluk Santong) 49%.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Bugis merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar antara 85%--91% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa lain di Sulawesi Selatan, misalnya dibandingkan dengan bahasa Makassar.
Bahasa Bugis De
[sunting]Provinsi Sulawesi Selatan(Sulawesi)
Bahasa Bugis De pada dasarnya tidak sama dengan bahasa Bugis. Bahasa ini dituturkan oleh masyarakat yang berada di:
- Desa Wawondula, Kecamatan Towuti, Kabupaten Luwu Timur,
- Desa Manurung, Kecamatan Malili, Kabupaten Luwu Timur;
- Desa Ledu Ledu, Kecamatan Wasuponda, Kabupaten Luwu Timur;
- Desa Matano, Kecamatan Nuha, Kabupaten Luwu Timur, Provinsi Sulawesi Selatan.
Bahasa Bugis De terdiri atas empat dialek, yaitu:
- dialek Padoe yang dituturkan di Desa Wawondula, Kecamatan Towuti;
- dialek Manurung yang dituturkan di Desa Manurung, Kecamatan Malili;
- dialek Karunsia yang dituturkan di Desa Ledu Ledu, Kecamatan Wasuponda;
- dan dialek More yang dituturkan di Desa Matano, Kecamatan Nuha.
Pengelompokan dialek ini didasarkan pada hasil penghitungan dialektometri yang menunjukkan bahwa semua daerah yang diperbandingkan tersebut merupakan pemakai bahasa yang sama, yaitu pemakai bahasa Bugis De dengan persentase perbedaan sekitar 68%-76% (beda dialek).
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Bugis De merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan sekitar 85%-91% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa yang ada di Sulawesi Selatan, misalnya dibandingkan dengan bahasa Bugis, bahasa Toraja, dan bahasa Wotu.
Bahasa Konjo
[sunting]Provinsi Sulawesi Selatan(Sulawesi)
Bahasa Konjo dituturkan oleh masyarakat yang berada di Desa Bira, Ara, Kecamatan Bonto Bahari dan Desa Possi Tanah, Kecamatan Kajang, Kabupaten Bulukumba, Provinsi Sulawesi Selatan.
Bahasa Konjo terdiri atas tiga dialek, yaitu dialek Bira, dialek Ara, dan dialek Kajang dengan persentase perbedaan antardialek tersebut berkisar antara 61%-67%.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Konjo merupakan sebuah bahasa dengan persentase antara 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa yang ada di Sulawesi Selatan, misalnya dibandingkan dengan bahasa Makassar memiliki persentase perbedaan sebesar 88%.
Bahasa Totoli
[sunting]Provinsi Sulawesi Tengah(Sulawesi)
Tanah asal Bahasa Totoli berada di Kabupaten Toli-Toli, Provinsi Sulawesi Tengah. Bahasa ini dituturkan di:
- Desa Bolano, Kecamatan Bolano, Kabupaten Parigi Moutong;
- Desa Salugan, Kecamatan Lampasio, Kabupaten Toli-Toli;
- Desa Dadakitan, Kecamatan Baolan, Kabupaten Toli-Toli;
- Kelurahan Nalu, Kecamatan Baolan, Kabupaten Toli-Toli; dan
- Desa Lakatan, Kecamatan Galang, Kabupaten Toli Toli, Sulawesi Tengah.
Menurut pengakuan penduduk wilayah tutur bahasa Totoli berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Jawa di sebelah utara; wilayah tutur bahasa Dondo di sebelah timur; serta wilayah tutur bahasa Bajo, Jawa, Bali, dan Bugis di sebelah selatan dan Barat.
Bahasa Totoli terdiri atas tiga dialek, yaitu:
- dialek Bolano yang dituturkan di Desa Bolano, Kecamatan Bolano, Kabupaten Parigi Moutong;
- dialek Tolitoli yang diuturkan di Desa Salugan, Kecamatan Lampasio, Kabupaten Toli-Toli; Desa Dadakitan, Kecamatan Baolan, Kabupaten Toli-Toli;
- dialek Tolitoli Nalu yang dituturkan di Kelurahan Nalu, Kecamatan Baolan, Kabupaten Toli-Toli dan Desa Lakatan, Kecamatan Galang, Kabupaten Toli-Toli.
Persentase perbedaan antarketiga dialek tersebut berkisar antara 51%-80%.
Bahasa Totoli juga memiliki perbedaan dialek dengan bahasa Dondo dengan persentase perbedaan 78,5%, tetapi bahasa Dondo tidak dimasukkan sebagai dialek bahasa Totoli karena bahasa Dondo juga mempunyai perbedaan dialek dengan bahasa Lauje sebesar 63,25%.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Totoli merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar antara 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa di Sulawesi Tengah, seperti bahasa Bajo.
Bahasa Laiyolo
[sunting]Provinsi Sulawesi Selatan(Sulawesi)
Bahasa Laiyolo terdapat di Desa Laiyolo, Kecamatan Bontosikuyu, Kabupaten Kepulauan Selayar, Provinsi Sulawesi Selatan. Menurut pengakuan penduduk, Desa Laiyolo berbatasan dengan laut di sebelah timur dan barat. Adapun wilayah tutur bahasa Laiyolo berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Selayar di sebelah utara; wilayah tutur bahasa Bajo, Lowa, dan Selayar di sebelah selatan.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Laiyolo merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar antara 85%-100% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa yang ada di Sulawesi Selatan, misalnya dibandingkan dengan bahasa Bajo, bahasa Bonerate, dan bahasa Makassar (dialek Selayar).
Bahasa Lemolang
[sunting]Provinsi Sulawesi Selatan(Sulawesi)
Bahasa Lemolang dituturkan oleh masyarakat di Desa Sassa Kecamatan Baebunta, Desa Sabbang, Kecamatan Sabbang, dan Desa Baebunta, Kecamatan Baebunta, Kabupaten Luwu Utara, Provinsi Sulawesi Selatan. Menurut pengakuan penduduk, wilayah tutur bahasa Lemolang berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Toala (bahasa Toraja dialek Toala) di sebelah timur, barat, dan selatan; serta wilayah tutur bahasa Rampi di sebelah utara.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Lemolang merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar antara 82%-100% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa di Sulawesi Selatan. Misalnya, bahasa Lemolang dibandingkan dengan bahasa Toraja memiliki persentase perbedaan sebesar 82%.
Bahasa Massenrengpulu
[sunting]Provinsi Sulawesi Selatan(Sulawesi)
Bahasa Massenrengpulu dituturkan di Desa Banti dan Desa Salukanan, Kecamatan Baraka; Desa Mata Allo dan Desa Bungin, Kecamatan Bungin; Desa Ranga, Kecamatan Enrekang; Desa Taulan, Kecamatan Cendana; serta Desa Tunjung, Desa Kaluppang, Desa Patandon Salu, dan Desa Matajang, Kecamatan Maiwa, Kabupaten Enrekang, Provinsi Sulawesi Selatan.
Bahasa Massenrengpulu memiliki lima dialek, yaitu dialek Endekan, dialek Maroangin, dialek Bungin, dialek Duri dan dialek Maiwa dengan persentase perbedaan dialek berkisar antara 51%--66,6%.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Massenrengpulu merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar antara 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa yang ada di Sulawesi Selatan, misalnya dibandingkan dengan bahasa Bugis dan bahasa Makassar.
Bahasa Rampi
[sunting]Provinsi Sulawesi Selatan(Sulawesi)
Bahasa Rampi dituturkan oleh masyarakat yang berada di Desa Baebunta, Kecamatan Baebunta, Kabupaten Luwu Utara, Provinsi Sulawesi Selatan. Menurut pengakuan penduduk wilayah tutur bahasa Rampi di Desa Baebunta berbatasan dengan (i) wilayah tutur bahasa Tae di sebelah timur desa tersebut; (ii) wilayah tutur bahasa Toala di sebelah barat dan selatan; serta (iii) wilayah tutur bahasa Lemolang di sebelah utara.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Rampi merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar antara 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa di Sulawesi Selatan. Misalnya, dengan bahasa Tae memiliki persentase perbedaan sebesar 92,5%; dengan bahasa Toala memiliki persentase perbedaan sebesar 86,5%; dan dengan bahasa Lemolang memiliki persentase perbedaan sebesar 81,5%.
Bahasa Seko
[sunting]Provinsi Sulawesi Selatan(Sulawesi)
Bahasa Seko dituturkan oleh masyarakat yang berada di Desa Seko Padang, Kecamatan Limbong, Kabupaten Luwu Utara, Provinsi Sulawesi Selatan. Menurut pengakuan penduduk, bahasa Seko di Desa Seko Padang berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Rampi di sebelah timur desa tersebut; wilayah tutur bahasa Toraja di sebelah barat dan Selatan, dan dengan wilayah tutur bahasa Kaili di sebelah utara.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Seko merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar antara 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa di Sulawesi Selatan, seperti dengan bahasa Wotu memiliki persentase perbedaan sebesar 88%; dengan bahasa Bugis De memiliki persentase perbedaan sebesar 91%; dan dengan bahasa Rampi memiliki persentase perbedaan sebesar 90%.
Bahasa Toraja
[sunting]Provinsi Sulawesi Selatan(Sulawesi)
Bahasa Toraja dituturkan oleh masyarakat yang berada di Kabupaten Kota Makassar, Tana Toraja, Toraja Utara, Luwu Utara, dan Luwu Provinsi Sulawesi Selatan.
Bahasa Toraja terdiri atas sebelas dialek, yaitu:
- dialek Toraja Pandang yang dituturkan di Kelurahan Pandang, Kecamatan Panakkukang, Kabupaten Kota Makassar;
- dialek Toraja Karadeng yang dituturkan di Desa Simbuang, Kecamatan Simbuang dan Desa Mappa, Kecamatan Bonggakaradeng, Kabupaten Tana Toraja;
- dialek Toraja Mangkendek yang dituturkan di Desa Gandang Batu, Kecamatan Gandangbatu Sillanan, Kabupaten Tana Toraja;
- dialek Toraja Saluputi yang dituturkan di Kelurahan Bittuang, Kecamatan Bittuang, Kabupaten Tana Toraja;
- dialek Toraja Makale yang dituturkan di Desa Pabuaran, Kecamatan Makale Selatan, Kabupaten Tana Toraja;
- dialek Toraja Rindinggalo yang diuturkan di Desa Baruppu, Kecamatan Baruppu, Kabupaten Toraja Utara;
- dialek Toraja Sanggalangi yang dituturkan di Desa Lakbo (La'bo), Kecamatan Sanggalangi, Kabupaten Toraja Utara;
- dialek Toraja Sesean yang dituturkan di Kelurahan Bori, Kecamatan Sesean, Kabupaten Toraja Utara;
- dialek Toraja Sangalla yang dituturkan di Desa Kaero, Kecamatan Sangalla, Kabupaten Tana Toraja;
- dialek Sak (Sa') dan Tae yang dituturkan di Kelurahan Larompong, Kecamatan Larompong, Kabupaten Luwu; Desa Pattimang, Kecamatan Malangke, Kabupaten Luwu Utara; dan Desa Takkalala, Kecamatan Malangke, Kabupaten Luwu Utara; serta
- dialek Toala yang dituturkan di Desa Buangin, Kecamatan Sabbang, Kabupaten Luwu Utara.
Persentase perbedaan antardialek tersebut berkisar antara 51%-80%.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Toraja merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar antara 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa di Sulawesi Selatan, seperti dengan bahasa Bugis De.
Bahasa Wotu
[sunting]Provinsi Sulawesi Selatan(Sulawesi)
Bahasa Wotu dituturkan oleh masyarakat yang berada di Desa Bawalipu, Kecamatan Wotu, Kabupaten Luwu Timur, Provinsi Sulawesi Selatan. Menurut pengakuan penduduk, wilayah tutur bahasa Wotu di Desa Bawalipu berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Bugis di sebelah timur dan barat,berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Pamona di sebelah utara, dan berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Wotu di sebelah selatan.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Wotu mempunyai persentase perbedaan sekitar 88% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa di Sulawesi Selatan, misalnya dengan bahasa Bugis dan bahasa Pamona.
Bahasa Mandar
[sunting]Provinsi Sulawesi Selatan(Sulawesi)
Bahasa Mandar dituturkan di Desa Lero, Kecamatan Suppa, Kabupaten Pinrang, Provinsi Sulawesi Selatan.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Mandar merupakan bahasa dengan persentase perbedaan berkisar antara 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa yang ada di Sulawesi Selatan, misalnya dibandingkan dengan bahasa Bugis.
Bahasa Bali
[sunting]Provinsi Sulawesi Tenggara(Sulawesi)
Bahasa Bali merupakan bahasa yang bertanah asal di Pulau Bali. Bahasa Bali juga dituturkan oleh masyarakat yang berada di Desa Telutu Jaya, Kecamatan Tinanggea, Kabupaten Konawe Selatan, Provinsi Sulawesi Tenggara. Selain di Kabupaten Konawe Selatan, penutur bahasa Bali juga terdapat diKabupaten Kolaka, Kabupaten Buton, dan Kabupaten Muna. Di Kabupaten Konawe Selatan bahasa Bali berdampingan dengan bahasa lokal, yaitu bahasa Tolaki dan bahasa pendatang lain, yaitu bahasa Sunda dan bahasa Jawa.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, bahasa Bali yang terdapat di Provinsi Sulawesi Tenggara (Desa Telutu Jaya) dan bahasa Bali yang berada di Pulau Bali merupakan dialek dari bahasa yang sama dengan persentase perbedaan sebesar 76,75%. Sementara itu, isolek Bali merupakan bahasa dengan persentase perbedaan berkisar antara 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasayang ada di Sulawesi Tenggara.
Bahasa Bajo
[sunting]Provinsi Sulawesi Tenggara(Sulawesi)
Bahasa Bajo dituturkan oleh masyarakat Desa Terapung, Kecamatan Mawasangka, Kabupaten Buton Tengah dan masyarakat Desa Santiri, Kecamatan Tiworo Utara, Kabupaten Muna Barat, Provinsi Sulawesi Tenggara. Hasil penghitungan dialektometri menunjukkan bahwa isolek Bajo merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar antara 81%-90% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa di sekitarnya, misalnya dengan bahasa Muna.
Bahasa Culambacu (Tulambatu)
[sunting]Provinsi Sulawesi Tenggara(Sulawesi)
Bahasa Culambacu (Tulambatu) sering pula disebut sebagai bahasa Tulambatu. Bahasa ini dituturkan oleh masyarakat di:
- Kelurahan Lamonae, Kecamatan Wiwirano, Kabupaten Konawe Utara;
- Desa Landawe, Kecamatan Oheo, Kabupaten Konawe Utara; dan
- Desa Waworaha, Kecamatan Palangga, Kabupaten Konawe Selatan, Provinsi Sulawesi Tenggara.
Bahasa Culambacu (Tulambatu) terdiri atas tiga dialek, yaitu:
- dialek Lamonae,
- dialek Torete, dan
- dialek Landawe.
Dialek Lamonae dan Landawe dituturkan di bagian utara Kabupaten Konawe Utara (Kelurahan Lamonae dan Landawe), sedangkan Dialek Torete dituturkan di pantai timur Kabupaten Konawe Selatan (Desa Waworaha).
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, perbedaan antara dialek-dialek tersebut berkisar antara 67,58%--72,79%. Sebaliknya, hasil analisis kuantitatif dengan bahasa-bahasa lainnya yang terdapat di Sulawesi Tenggara menunjukkan perbedaan yang berkisar pada angka 90% (beda bahasa). Di sekitar daerah sebaran bahasa Culambacu ini terdapat bahasa Tolaki yang merupakan bahasa mayoritas.
Bahasa Jawa
[sunting]Provinsi Sulawesi Tenggara(Sulawesi)
Bahasa Jawa merupakan bahasa yang bertanah asaldi Pulau Jawa. Penutur bahasa Jawa di Provinsi Sulawesi Tenggara dapat dijumpai di daerah transmigran, yaitu di Kabupaten Konawe Selatan, Kabupaten Konawe, Kabupaten Kolaka, Kabupaten Muna, Kabupaten Buton, dan Kabupaten Bombana. Penutur bahasa Jawa tersebut berasal dari Provinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, dan DIY. Di daerah sebaran bahasa Jawa di daerah transmigran tersebut terdapat bahasa penduduk asli, yaitu bahasa Muna (di Kabupaten Muna), bahasa Tolaki (di Kabupaten Konawe Selatan), dan bahasa pendatang lain, yaitu Sunda dan Bali (di Kabupaten Konawe Selatan).
Bahasa Jawa yang terdapat di Sulawesi Tenggara (Desa Bangun Sari, Kecamatan Lasalepa, Kabupaten Muna) merupakan bahasa yang sama dengan bahasa Jawa yang terdapat di Surakarta dan Daerah Istimewa Yogyakarta dengan persentase perbedaan sebesar 60% (beda dialek). Sementara itu, bahasa Jawa di Sulawesi Tenggara jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa di sekitarnya, misalnya dibandingkan dengan bahasa Muna dan Tolaki memiliki perbedaan sebesar 81%-100%.
Bahasa Kulisusu
[sunting]Provinsi Sulawesi Tenggara(Sulawesi)
Bahasa Kulisusu dituturkan oleh masyarakat di:
- Desa Korolabu, Kecamatan Kulisusu Utara, Kabupaten Buton Utara;
- Desa Bubu, Kecamatan Kambowa, Kabupaten Buton Utara;
- Desa Kioko, Kabupaten Buton Utara;
- Desa Maligano, Kecamatan Maligano, Kabupaten Muna;
- Desa Lawey, Kecamatan Wawonii Selatan, Kabupaten Konawe Kepulauan; dan
- Desa Noko, Kecamatan Wawonii Timur Laut,Kabupaten Konawe Kepulauan, Provinsi Sulawesi Tenggara.
Bahasa Kulisusu memiliki empat dialek, yaitu dialek Kambowa, dialek Taloki, dialek Wawonii, dan dialek Ereke. Dialek Kambowa dituturkan di ujung timur Kabupaten Buton Utara (Desa Korolabu, Kecamatan Kulisusu Utara, dan Desa Bubu, Kecamatan Kambowa). Dialek Taloki dituturkan di bagian utara Kabupaten Muna (Desa Maligano, Kecamatan Maligano). Dialek Wawonii dituturkan di Desa Lawey, Kecamatan Wawonii Selatan dan dituturkan di Desa Noko, Kecamatan Wawonii Timur Laut, Pulau Wawonii. Dialek Ereke dituturkan di pantai timur Kabupaten Buton Utara (Desa Kioko). Pada daerah sebaran tersebut, selain bahasa Kulisusu, juga terdapat bahasa Muna (di Kabupaten Muna dan Buton Utara) dan bahasa Jawa (di Kabupaten Muna). Penghitungan dialektometri menunjukkan persentase perbedaan antardialek tersebut berkisar antara 69,82%-74,70% (beda dialek) dengan perincian persentase perbedaan sebagai berikut: (i) dialek Kambowa dengan dialek Taloki sebesar 58,78% (beda dialek); (ii) dialek Kambowa dengan dialek Wawonii sebesar 71,82% (beda dialek); (iii) dialek Kambowa dengan dialek Ereke sebesar 36,82% (beda subdialek); (iv) dialek Taloki dengan diaalek Wawonii sebesar 74,70% (beda dialek); (v) dialek Taloki dengan dialek Ereke sebesar 56,08% (beda dialek), dan (vi) dialek Wawonii dengan dialek Ereke sebesar 67,80% (beda dialek).
Hasil penghitungan dialektometri menunjukkan bahwa isolek Kulisusu merupakan suatu bahasa dengan persentase perbedaan berkisar antara 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa lainnya yang terdapat di Sulawesi Tenggara,misalnya bahasa Lasalimu-Kamaru dan Muna.
Bahasa Lasalimu-Kamaru
[sunting]Provinsi Sulawesi Tenggara(Sulawesi)
Bahasa Lasalimu-Kamaru dituturkan oleh masyarakat di Desa Lasalimu, Kecamatan Lasalimu Selatan dan Kelurahan Kamaru, Kecamatan Lasalimu, Kabupaten Buton, Provinsi Sulawesi Tenggara. Selain bahasa Lasalimu-Kamaru, di daerah-daerah sebaran tersebut, terdapat juga bahasa Muna, Cia-Cia, dan Sasak.
Bahasa Lasalimu-Kamaru terdiri atas dua dialek, yaitu:
- dialek Lasalimu dan
- dialek Kamaru.
Hasil penghitungan dialektometri menunjukkan persentase perbedaan antardialek tersebut adalah 68,76%. Pengelompokan ini berbeda dengan Burhanuddin (1979) yang menyatakan bahwa bahasa Kamaru dan bahasa Lasalimu merupakan bahasa yang berbeda. Hal itu tidak sejalan dengan hasil penghitungan dialektometri dalam penelitian ini yang menunjukkan bahwa persentase perbedaan Kamaru dan Lasalimu berada pada tataran dialek, yaitu 68,76%.
Hasil penghitungan dialektometri menunjukkan bahwa isolek Lasalimu-Kamaru merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar antara 81%-90% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa lainnya di Sulawesi Tenggara, misalnya dibandingkan dengan bahasa Muna, Cia-Cia, dan Wolio.
Bahasa Morunene (Moronene)
[sunting]Provinsi Sulawesi Tenggara(Sulawesi)
Bahasa Morunene (Moronene) dituturkan oleh masyarakat yang tinggal di Kabupaten Bombana, Pulau Kabaena, Provinsi Sulawesi Tenggara. Bahasa Morunene merupakan bahasa mayoritas di Pulau Kabaena.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri bahasa Morunene terdiri atas tiga dialek, yaitu:
- dialek Wumbubangka,
- dialek Lora, dan
- dialek Rahantari dengan persentase perbedaan berkisar antara 51%-63%.
Dialek Wumbubangka dituturkan di Desa Wumbubangka, Kecamatan Rarowatu Utara; dialek Lora dituturkan di Desa Lora, Kecamatan Mata Oleo; dan dialek Rahantari dituturkan di Desa Rahantari, Kecamatan Kabaena Barat, Pulau Kabaena, Kabupaten Bombana, Provinsi Sulawesi Tenggara. Di wilayah tersebut bahasa Morunene berdampingan dengan bahasa Bugis dan Muna.
Hasil penghitungan dialektometri menunjukkan bahwa isolek Morunene merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81%-90%, jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa lainnya di Sulawesi Tenggara, misalnya dibandingkan dengan bahasa Kulisusu dan Muna.
Bahasa Muna
[sunting]Provinsi Sulawesi Tenggara(Sulawesi)
Bahasa Muna merupakan bahasa mayoritas di Pulau Muna dan pantai barat Pulau Buton, Provinsi Sulawesi Tenggara. Penutur bahasa Muna terdapat di Kabupaten Muna, Muna Barat, Buton, Buton Utara, Buton Tengah, dan Kota Bau-Bau. Menurut pengakuan penduduk wilayah tutur bahasa Muna berdampingan dengan (i) wilayah tutur bahasa Kulisusu di Kabupaten Muna dan Buton Utara, (ii) wilayah tutur bahasa Jawa di Kabupaten Muna, (iii) wilayah tutur bahasa Bajo di Kabupaten Muna dan Buton, (iv) wilayah tutur bahasa Wolio di Kota Bau-Bau dan Kabupaten Buton, (v) wilayah tutur bahasa Cia-Cia di Kabupaten Buton, dan (vi) wilayah tutur bahasa Lasalimu-Kamaru di Kabupaten Buton.
Bahasa Muna memiliki dua puluh dialek, yaitu:
- dialek Lohia dituturkan oleh masyarakat yang berada di Desa Lohia, Kecamatan Lohia, Kabupaten Muna;
- dialek Sidamangura dituturkan oleh masyarakat yang berada di Desa Sidamangura, Kecamatan Kusambi, Kabupaten Muna Barat;
- dialek Lasiwa dituturkan oleh masyarakat yang berada di Desa Lasiwa, Kecamatan Wakorumba Utara, Kabupaten Buton Utara;
- dialek Labora dituturkan oleh masyarakat yang berada di Desa Lambelu, Kecamatan Pasi Kolaga, Kabupaten Muna;
- dialek Lapadaku dituturkan oleh masyarakat yang berada di Kelurahan Lapadaku, Kecamatan Lawa, Kabupaten Muna Barat;
- dialek Bente dituturkan oleh masyarakat yang berada di Desa Bente, Kecamatan Kabawo, Kabupaten Muna;
- dialek Bone Tondo dituturkan oleh masyarakat yang berada di Desa Bone Tondo,Kecamatan Bone, Kabupaten Muna;
- dialek Gala dituturkan oleh masyarakat yang berada di Desa Gala, Kecamatan Maginti, Kabupaten Muna Barat;
- dialek Lambiku dituturkan oleh masyarakat yang berada di Desa Lambiku, Kecamatan Napabalano, Kabupaten Muna;
- dialek Wasilomata dituturkan oleh masyarakat yang berada di Desa Wakambangura, Kecamatan Mawasangka, Kabupaten Buton Tengah;
- dialek Lombe dituturkan oleh masyarakat yang berada di Kelurahan Bombonawulu, Kecamatan Gu, Kabupaten Buton Tengah;
- dialek Siompu dituturkan oleh masyarakat yang berada di Kelurahan Talaga Satu, Kecamatan Talaga Raya, Kabupaten Buton Tengah;
- dialek Todanga dituturkan oleh masyarakat yang berada di Desa Todanga, Kecamatan Kapontori, Kabupaten Buton;
- dialek GuMawasangka dituturkan oleh masyarakat yang berada di Desa Nepa Mekar, Kecamatan Lakudo, Kabupaten Buton Tengah;
- dialek Pancana dituturkan oleh masyarakat yang berada di Kelurahan Watumotobe, Kecamatan Kapontori, Kabupaten Buton;
- dialek Lipu dituturkan oleh masyarakat yang berada di Kelurahan Lipu, Kecamatan Betoambari, Kabupaten Kota Bau Bau;
- dialek Boneoge dituturkan oleh masyarakat yang berada di Kelurahan Boneoge, Kecamatan Lakudo, Kabupaten Buton Tengah;
- dialek Kioko dituturkan oleh masyarakat yang berada di Kelurahan Lipu, Kecamatan Kulisusu, Kabupaten Buton Utara;
- dialek Waara dituturkan oleh masyarakat yang berada di Desa Waara, Kecamatan Lohia, Kabupaten Muna;
- dialek Oempu dituturkan oleh masyarakat yang berada di Desa Oempu, Kecamatan Tongkuno, Kabupaten Muna.
Persentase perbedaan antardialek tersebut berkisar antara 51%-78 %.
Sementara itu, hasil penghitungan dialektometri menunjukkan bahwa isolek Muna merupakan bahasa dengan persentase perbedaan berkisar antara 81%--100% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa lainnya di Sulawesi Tenggara, misalnya dibandingkan dengan bahasa Kulisusu, Wolio, dan Morunene.
Burhanuddin (1979) menyebutkan bahwa bahasa Muna memiliki lima dialek, yaitu dialek Wuna (dengan tiga subdialek: Wuna, Bombonawulu, dan Mawasangka), dialek Gu (Lakudo), dialek Katobengke, dialek Kadatua, dan dialek Siompu. Selain itu, Burhanuddin (1979) juga mengelompokkan dialek Pancana sebagai bahasa tersendiri dengan empat dialek, yaitu dialek Kapontori, dialek Kambowa, dan dialek Kalende yang terdiri atas dua subdialek, yaitu subdialek Kalende dan Lawele.
Bahasa Pulo (Wakatobi)
[sunting]Provinsi Sulawesi Tenggara(Sulawesi)
Persentase perbedaan antarkeempat daerah pengamatan tersebut berada dalam kategori beda subdialek, yaitu berkisar antara 33%-45%.
Hasil penghitungan dialektometri menunjukkan isolek Pulo (Wakatobi) merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar antara 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa di Sulawesi Tenggara, misalnya dibandingkan dengan bahasa Muna dan Buton.
Bahasa Cia-Cia
[sunting]Provinsi Sulawesi Tenggara(Sulawesi)
Bahasa Cia-Cia dituturkan oleh masyarakat di:
- Desa Lapandewa, Kecamatan Kulisusu Barat, Kabupaten Buton Utara;
- Desa Kancinaa, Kecamatan Pasarwajo, Kabupaten Buton;
- Kelurahan Masiri, Kecamatan Batauga, Kabupaten Buton Selatan;
- Kelurahan Gonda Baru, Kecamatan Sarowolio, Kabupaten Kota Bau-Bau;
- Desa Kumbewaha, Kecamatan Siotapina, Kabupaten Buton, Provinsi Sulawesi Tenggara.
Selain bahasa Cia-Cia, di daerah sebaran tersebut terdapat bahasa Muna (di Kabupaten Buton); bahasa Lasalimu-Kamaru (di Kabupaten Buton); dan bahasa Sasak (di Kabupaten Buton).
Bahasa Cia-Cia terdiri atas lima dialek, yaitu:
- dialek Lapandewa,
- dialek Kancinaa,
- dialek Masiri,
- dialek Gonda Baru, dan
- dialek Kumbewaha.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, persentase perbedaan antardialek tersebut berkisar antara 60%-78%.
Hasil penghitungan dialektometri menunjukkan bahwa isolek Cia-Cia merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar antara 85%-91% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa di Sulawesi Tenggara, misalnya dibandingkan dengan bahasa Muna, Cia-Cia, dan Wolio.
Bahasa Sasak
[sunting]Provinsi Sulawesi Tenggara(Sulawesi)
Bahasa Sasak merupakan bahasa yang bertanah asal di Pulau Lombok. Di Provinsi Sulawesi Tenggara bahasa Sasak dituturkan di daerah-daerah transmigran, yaitu di Kabupaten Buton, Kabupaten Konawe Selatan, Kabupaten Konawe, Kabupaten Kolaka, dan Kabupaten Muna. Menurut pengakuan penduduk bahasa Sasak di Kabupaten Buton berdampingan dengan beberapa bahasa lokal, yaitu berdampingandengan bahasa Lasalimu Kamaru, Cia-Cia, dan Muna.
Hasil penghitungan dialektometri yang membandingkan bahasa Sasak di Pulau Lombok dengan bahasa Sasak di Sulawesi Tenggara (Desa Ambuau Indah, Kecamatan Lasalimu Selatan, Kabupaten Buton) menunjukkan adanya satu bahasa yang sama dan dialek berbeda dengan persentase perbedaan sebesar 78%. Sementara itu, isolek Sasak merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar antara 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa lainnya yang ada di Sulawesi Tenggara, misalnya dibandingkan dengan bahasa Lasalimu-Kamaru dan bahasa Muna.
Bahasa Sunda
[sunting]Provinsi Sulawesi Tenggara(Sulawesi)
Bahasa Sunda merupakan bahasa yang bertanah asal di Provinsi Jawa Barat. Di Provinsi Sulawesi Tenggara bahasa Sunda dituturkan di Kabupaten Konawe Selatan, Kabupaten Konawe, Kabupaten Muna, Kabupaten Buton, dan Kabupaten Kolaka. Pada daerah sebaran bahasa Sunda di Kabupaten Konawe Selatan terdapat juga bahasa lokal, yaitu bahasa Tolaki dan bahasa pendatang, yaitu bahasa Bali dan bahasa Jawa.
Hasil penghitungan dialektometri menunjukkan bahwa bahasa Sunda di Sulawesi Tenggara (Desa Sindang Kasih, Kecamatan Ranomeeto Barat, Kabupaten Konawe Selatan) merupakan dialek bahasa Sunda di Jawa Barat dengan persentase perbedaan sebesar 64,50%. Sementara itu, isolek Sunda merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar antara 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa lainnya yang ada di Sulawesi Tenggara, misalnya dibandingkang dengan bahasa Muna dan bahasa Tolaki.
Bahasa Tolaki
[sunting]Provinsi Sulawesi Tenggara(Sulawesi)
Bahasa Tolaki merupakan bahasa mayoritas di Provinsi Sulawesi Tenggara. Bahasa Tolaki dituturkan di Kabupaten Kolaka, Kolaka Utara, Konawe, Konawe Utara, Konawe Selatan, Kolaka Timur, dan beberapa tempat di Kota Kendari. Menurut pengakuan penduduk, bahasa Tolaki berdampingan dengan bahasa Bugis di Kabupaten Kolaka dan Kolaka Utara; bahasa Culambacu di Kabupaten Konawe Utara dan Konawe; serta berdampingan dengan bahasa Sunda, Jawa, dan Bali di Kabupaten Konawe Selatan.
Bahasa Tolaki terdiri atas enam dialek, yaitu:
- dialek Mekongga dituturkan oleh masyarakat di Desa Patikala, Kecamatan Tolala, Kabupaten Kolaka Utara; Kelurahan Mangolo, Kecamatan Latambaga, Kabupaten Kolaka; Desa Sanggona, Kecamatan Konawe, Kabupaten Konawe; Desa Puundoho, Kecamatan Andoolo, Kabupaten Konawe Selatan; dan Kelurahan Poli-Polia, Kecamatan Poli Polia, Kabupaten Kolaka Timur;
- dialek Rahambuu dituturkan di Desa Lelewawo, Kecamatan Batu Putih, Kabupaten Kolaka Utara;
- dialek Kodeoha dituturkan di Desa Lametuna, Kecamatan Kodeoha, Kabupaten Kolaka Utara;
- dialek Konawe dituturkan oleh masyarakat di Kabupaten Konawe Selatan (Desa Roraya, Kecamatan Tinanggea; Desa Sabulakoa, Kecamatan Landono; Desa Laeya, Kecamatan Laeya; dan Desa Tambolosu, Kecamatan Laonti; Desa Pudambu, Kecamatan Angata); di bagian selatan Kabupaten Konawe (Desa Lolanggasumeeto, Desa Walay, dan Kelurahan Tawanga); di Kabupaten Konawe Utara (Kelurahan Wanggudu, Kecamatan Asera; Desa Mopute dan Desa Tadoloiyo, Kecamatan Oheo; dan Kelurahan Molawe, Kecamatan Molawe);
- dialek Laromerui dituturkan di Desa Mopute, Kecamatan Oheo, Kabupaten Konawe Utara; dan
- dialek Waru dituturkan di Desa Tadoloiyo, Kecamatan Oheo, Kabupaten Konawe Utara.
Persentase perbedaan antardialek tersebut berkisar antara 56,78%-75,54%.
Hasil penghitungan dialektometri menunjukkan bahwa isolek Tolaki merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar antara 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa lain yang ada di Sulawesi Tenggara, misalnya dibandingkan dengan bahasa Bugis dan Culambacu.
Dalam Burhanuddin (1979) disebutkan nama bahasa ini adalah Tolaki Laiwui dengan dua dialek, yaitu dialek Tolaki dan dialek Laiwui.
Bahasa Bajo
[sunting]Provinsi Gorontalo(Sulawesi)
Bahasa Bajo dituturkan oleh masyarakat Desa Torosiaje, Kecamatan Popayato, Kabupaten Pahuwato, Provinsi Gorontalo.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, bahasa Bajo merupakan sebuah bahasa dengan persentase sekitar 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa lain di Gorontalo, seperti dengan bahasa Gorontalo dan bahasa Minahasa.
Bahasa Makassar
[sunting]Provinsi Sulawesi Selatan(Sulawesi)
Bahasa Makassar terdapat di Kabupaten Gowa, Takalar, Jeneponto, Bantaeng, Maros, Pangkajene Kepulauan, Kepulauan Selayar, dan Kota Makassar Provinsi Sulawesi Selatan. Bahasa Makassar terdiri atas empat dialek, yaitu:
- dialek Lakiung yang dituturkan di Desa Barana, Kecamatan Bangkala Barat, Kabupaten Jeneponto; Kelurahan Tamarunang, Kecamatan Somba Opu, dan Desa Bontosunggu, Kecamatan Bajeng, Kabupaten Gowa;
- dialek Turatea yang dituturkan di Kelurahan Bontoramba, Kecamatan Bontoramba, Desa Tarowang, Kecamatan Tarowang, dan Desa Borongtala, Kecamatan Tamalatea, Kabupaten Jeneponto; dan Kelurahan Buluttana, Kecamatan Tinggimoncong, Kabupaten Gowa;
- dialek Makassar Konjo yang dituturkan di Desa Tonrorita, Kecamatan Biringbulu, Kabupaten Gowa; serta
- dialek Selayar yang dituturkan di Desa Bontobangung, Kecamatan Bontoharu dan Desa Onto, Kecamatan Bontomatene, Kabupaten Kepulauan Selayar.
Persentase antardialek tersebut berkisar antara 57%--72%.
Bahasa Makassar juga dituturkan di Desa Bulutellue, Kecamatan Tondong Tallasa dan Kelurahan Labakkang, Kecamatan Labakang, Kabupaten Pangkajene Kepulauan; Desa Allaere, Kecamatan Tanralili dan Desa Pajukukang, Kecamatan Bontoa, Kabupaten Maros; Kelurahan Daya, Kecamatan Biringkanaya; Desa Maccini Sombala, Kecamatan Tamalate; Desa Mangasa, Kecamatan Tamalate; dan Desa Bara Baraya, Kecamatan Makassar, Kabupaten Kota Makassar; Desa Katangka, Kecamatan Bontonompo, Kelurahan Lanna, Kecamatan Parangloe, Desa Tonrorita, Kecamatan Biringbulu, Desa Rappoala, Kecamatan Tompobullu, dan Desa Buluttanna, Kecamatan Tinggimoncong, Kabupaten Gowa; Desa Pattaneteang, Kecamatan Tompo Bulu, Kabupaten Bantaeng; Desa Lassang, Kecamatan Polombangkeng Utara, Desa Moncongkomba, Kecamatan Polombangkeng Selatan, dan Desa Topejawa, Kecamatan Mangarabombang, Kabupaten Takalar.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Makassar merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar antara 82%-100% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa lainnya yang ada di Sulawesi Selatan, misalnya dibandingkan dengan bahasa Lemolang dan Laiyolo.
Bahasa Gorontalo
[sunting]Provinsi Sulawesi Tenggara(Sulawesi)
Bahasa Gorontalo dituturkan oleh masyarakat yang berada di Kabupaten Bone Bolango, Kabupaten Gorontalo Utara, dan Kota Gorontalo, Provinsi Gorontalo. Bahasa Gorontalo terdiri atas empat dialek, yaitu:
- dialek Suwawa di Kecamatan Suwawa, Kabupaten Bone Bolango;
- dialek Atinggola di Kecamatan Atinggola, Kabupaten Gorontalo Utara;
- dialek Kota di Kabupaten Kota Gorontalo;
- dialek Bolango di Kabupaten Bolaang Mongondow, Sulawesi Utara.
Persentase perbedaan antardialek tersebut berkisar antara 51%-78%.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri bahasa Gorontalo merupakan bahasa tersendiri dengan hasil persentase perbedaan berkisar antara 81%--100% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa lain di Gorontalo, misalnya dengan bahasa Minahasa.
Bahasa Gorontalo
[sunting]Provinsi Gorontalo(Sulawesi)
Bahasa Gorontalo dituturkan oleh masyarakat yang berada di Kabupaten Bone Bolango, Kabupaten Gorontalo Utara, dan Kota Gorontalo, Provinsi Gorontalo. Bahasa Gorontalo terdiri atas empat dialek, yaitu:
- dialek Suwawa di Kecamatan Suwawa, Kabupaten Bone Bolango;
- dialek Atinggola di Kecamatan Atinggola, Kabupaten Gorontalo Utara;
- dialek Kota di Kabupaten Kota Gorontalo;
- dialek Bolango di Kabupaten Bolaang Mongondow, Sulawesi Utara.
Persentase perbedaan antardialek tersebut berkisar antara 51%-78%.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri bahasa Gorontalo merupakan bahasa tersendiri dengan hasil persentase perbedaan berkisar antara 81%--100% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa lain di Gorontalo, misalnya dengan bahasa Minahasa.
Bahasa Minahasa
[sunting]Provinsi Gorontalo(Sulawesi)
Bahasa Minahasa dituturkan oleh masyarakat di Desa Reksonegoro, Kecamatan Tibawa, Kabupaten Gorontalo, Provinsi Gorontalo. Bahasa Minahasa di wilayah tutur tersebut merupakan salah satu dialek bahasa Minahasa di Sulawesi, yaitu dialek Toulour Jaton. Dengan demikian, bahasa Minahasa di Gorontalo dan Sulawesi Utara merupakan bahasa yang sama.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, bahasa Minahasa merupakan sebuah bahasa dengan persentase sekitar 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa lain di Gorontalo, seperti dengan bahasa Gorontalo.
Bahasa Baras
[sunting]Provinsi Sulawesi Barat(Sulawesi)
Bahasa Baras merupakan bahasa yang bertanah asaldi Provinsi Sulawesi Barat. Bahasa ini dituturkan oleh masyarakat yang berada di Kelurahan Baras, Kecamatan Baras, Kabupaten Mamuju Utara, Provinsi Sulawesi Barat. Menurut pengakuan penduduk, wilayah tutur bahasa Baras berbatasan dengan (i) wilayah tutur bahasa Bali yang berada di sebelah timur Desa Baras; (ii) wilayah tutur bahasa Bugis di sebelah utara; dan (iii) wilayah tutur bahasa Sarudu di sebelah selatan, sedangkan wilayah barat Desa Baras adalah wilayah hutan.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Baras merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan sekitar 85% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa lain di Sulawesi Barat,misalnya jika dibandingan dengan bahasa Mamuju,terdapat perbedaan sebesar 88%.
Bahasa Benggaulu
[sunting]Provinsi Sulawesi Barat(Sulawesi)
Bahasa Benggaulu dituturkan oleh masyarakat yang berada di Desa Karossa, Kecamatan Karossa, Kabupaten Mamuju Tengah, Provinsi Sulawesi Barat. Menurut pengakuan penduduk, wilayah tutur bahasa Benggaulu berbatasan dengan (i) wilayah tutur bahasa Bugis di sebelah timur; (ii) wilayah tutur bahasa Sarudu di sebelah utara; dan (iii) dengan wilayah tutur bahasa Mamuju di sebelah selatan, sedangkan di sebelah barat Desa Karossa merupakan wilayah hutan.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Benggaulu merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 88%--90% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa di Sulawesi Tengah, misalnya jika dibandingkan dengan bahasa Mandar, terdapat perbedaan sebesar 89% dan jika dibandingkan dengan bahasa Mamuju terdapat perbedaan sebesar 88%.
Bahasa Mamasa
[sunting]Provinsi Sulawesi Barat(Sulawesi)
Bahasa Mamasa merupakan bahasa yang bertanah asal di Provinsi Sulawesi Barat. Bahasa ini dituturkan oleh masyarakat yang berada di Kelurahan Tawalian, Bambang (Bambam), Kelurahan Messawa, Dakka, Tonyaman, Karataun, dan Bonehau, Provinsi Sulawesi Barat.
Bahasa Mamasa terdiri atas lima dialek, yaitu:
- dialek Bambang (Bambam) yang dituturkan di Desa Bambang, Kecamatan Bambang, Kabupaten Mamasa;
- dialek Messawa yang dituturkan di Kelurahan Messawa, Kecamatan Messawa, Kabupaten Mamasa;
- dialek Dakka yang dituturkan di Desa Dakka, Kecamatan Tapango, Kabupaten Polewali Mandar;
- dialek Pattae yang dituturkan di Desa Tonyaman, Kecamatan Binuang, Kabupaten Polewali Mandar;
- dialek Kalumpang yang dituturkan di Desa Karataun, Kecamatan Kalumpang, Kabupaten Mamuju; Desa Bonehau, Kecamatan Bonehau, Kabupaten Mamuju.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, persentase perbedaan antardialek tersebut dengan bahasa Mamasa, yang berada di pusatnya, yaitu yang berada di Kelurahan Tawalian adalah 59% dengan dialek Bambang (Bambam); 61% dengan dialek Messawa; 71% dengan dialek Dakka; 70% dengan dialek Pattae; dan 69% dengan dialek Kalumpang.
Isolek Mamasa merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar antara 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa lainnya yang ada di Sulawesi Barat, misalnya dengan bahasa Mamuju dan bahasa Mandar.
Bahasa Mamuju
[sunting]Provinsi Gorontalo(Sulawesi)
Bahasa Mamuju merupakan salah satu bahasa daerah di Provinsi Sulawesi Barat yang daerah sebarannya hampir merata di seluruh kabupaten, mulai dari Kabupaten Polewali Mandar, Kabupaten Mamuju, sampai dengan Kabupaten Mamasa, Provinsi Sulawesi Barat.
Bahasa Mamuju memiliki sembilan dialek, yaitu:
- dialek Buku dituturkan di Desa Buku, Kecamatan Mapilli, Kabupaten Polewali Mandar;
- dialek Pulliwa dituturkan di Desa Pulliwa, Kecamatan Bulo, Kabupaten Polewali Mandar;
- dialek Taek dituturkan di Kelurahan Amassangan, Kecamatan Binuang, Kabupaten Polewali Mandar;
- dialek Pannei dituturkan di Desa Tapango, Kecamatan Tapango, Kabupaten Polewali Mandar;
- dialek Aralle Tabulahan dituturkan di Kelurahan Aralle, Desa Aralle Utara, dan Aralle Selatan, Kecamatan Aralle; Desa Tabulahan, Kecamatan Tabulahan, Kabupaten Mamasa;
- dialek Campalagian dituturkan di Desa Ongko, Kecamatan Campalagian, Kabupaten Polewali Mandar;
- dialek Tapalang dituturkan di Desa Orobatu, Kecamatan Tapalang, Kabupaten Mamuju;
- dialek Binanga dituturkan di Kelurahan Binanga, Kecamatan Mamuju, Kabupaten Mamuju; serta
- dialek Sinyonyoi dituturkan di Kelurahan Sinyonyoi, Kecamatan Kalukku, Kabupaten Mamuju.
Persentase perbedaan antardialek tersebut berkisar antara 58%-79%.
Isolek Mamuju merupakan bahasa dengan persentase perbedaan berkisar ntara a82%-100% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa lain yang ada di Sulawesi Barat, misalnya dengan bahasa Mandar dan Mamasa.
Bahasa Mamuju
[sunting]Provinsi Sulawesi Barat(Sulawesi)
Bahasa Mamuju merupakan salah satu bahasa daerah di Provinsi Sulawesi Barat yang daerah sebarannya hampir merata di seluruh kabupaten, mulai dari Kabupaten Polewali Mandar, Kabupaten Mamuju, sampai dengan Kabupaten Mamasa, Provinsi Sulawesi Barat.
Bahasa Mamuju memiliki sembilan dialek, yaitu:
- dialek Buku dituturkan di Desa Buku, Kecamatan Mapilli, Kabupaten Polewali Mandar;
- dialek Pulliwa dituturkan di Desa Pulliwa, Kecamatan Bulo, Kabupaten Polewali Mandar;
- dialek Taek dituturkan di Kelurahan Amassangan, Kecamatan Binuang, Kabupaten Polewali Mandar;
- dialek Pannei dituturkan di Desa Tapango, Kecamatan Tapango, Kabupaten Polewali Mandar;
- dialek Aralle Tabulahan dituturkan di Kelurahan Aralle, Desa Aralle Utara, dan Aralle Selatan, Kecamatan Aralle; Desa Tabulahan, Kecamatan Tabulahan, Kabupaten Mamasa;
- dialek Campalagian dituturkan di Desa Ongko, Kecamatan Campalagian, Kabupaten Polewali Mandar;
- dialek Tapalang dituturkan di Desa Orobatu, Kecamatan Tapalang, Kabupaten Mamuju;
- dialek Binanga dituturkan di Kelurahan Binanga, Kecamatan Mamuju, Kabupaten Mamuju; serta
- dialek Sinyonyoi dituturkan di Kelurahan Sinyonyoi, Kecamatan Kalukku, Kabupaten Mamuju.
Persentase perbedaan antardialek tersebut berkisar antara 58%-79%. Isolek Mamuju merupakan bahasa dengan persentase perbedaan berkisar ntara a82%-100% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa lain yang ada di Sulawesi Barat, misalnya dengan bahasa Mandar dan Mamasa.
Bahasa Wolio
[sunting]Provinsi Sulawesi Tenggara(Sulawesi)
Bahasa Wolio dituturkan oleh masyarakat yang berada di Kabupaten Kota Bau-Bau, Kabupaten Buton Selatan, dan Kabupaten Buton, Provinsi Sulawesi Tenggara. Menurut pengakuan pendudukbahasa Wolio di Kabupaten Kota Bau-Bau berdampingan dengan bahasa Muna, sedangkan bahasa Wolio di Kabupaten Buton berdampingan dengan bahasa Cia-Cia.
Bahasa Wolio terdiri atas tujuh dialek, yaitu:
- dialek Waruruma dituturkan di Kelurahan Waruruma, Kecamatan Kokalukuna, KabupatenKota Bau-Bau;
- dialek Liabuku dituturkan di Kelurahan Liabuku, Kecamatan Bungi, KabupatenKota Bau Bau;
- dialek Sorawolio dituturkan di Kelurahan Kaisabu Baru,Kecamatan Sorawolio, KabupatenKota BauBau;
- dialek Wolio Keraton dituturkan di Kelurahan Baadia, Kecamatan Murhum, Kabupaten Kota Bau Bau;
- dialek Busoa dituturkan di Kelurahan Busoa, Kecamatan Batauga, Kabupaten Buton Selatan;
- dialek Pasar Wajo (Pasarwajo) dituturkan di Kelurahan Pasarwajo, Kecamatan Pasarwajo, Kabupaten Buton; serta
- dialek Kaimbulawa dituturkan di Desa Kaimbulawa, Kecamatan Siompu, Kabupaten Buton Selatan.
Persentase perbedaan antartujuh dialek tersebut berkisar antara 51%-78%.
Hasil penghitungan dialektometri menunjukkan bahwa isolek Wolio merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar antara 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa lain di Sulawesi Tenggara, misalnya dibandingkan denganbahasa Muna dan bahasa Cia-Cia.
Bahasa Bali
[sunting]Provinsi Nusa Tenggara Barat(Nusa Tenggara Barat)
Di Provinsi NTB penutur bahasa Bali tersebar di dua pulau besar, yaitu di Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa. Penutur bahasa Bali di Pulau Lombok dapat dijumpai di Kabupaten Lombok Barat, Lombok Utara, dan Kota Mataram. Di Lombok Barat bahasa Bali tersebar di (i) Desa Gunungsari, Kecamatan Gunungsari; Desa Narmada, Kecamatan Narmada; (ii) Desa Pelangan, Kecamatan Sekotong; (iii) Kelurahan Gerung Utara,Dusun Rincung, Desa Banyu Urip, Dusun Rincung, Desa Tempos, Kecamatan Gerung; dan (iv)Dusun Lamper, Desa Jagaraga, Kecamatan Kuripan. Sementara itu, di Kabupaten Lombok Utara bahasa Bali tersebar di Desa Tanjung, Kecamatan Tanjung serta Desa Pemenang Timur dan Pemenang Barat, Kecamatan Pemenang. Sementara itu, di Kota Mataram bahasa Bali tersebar di Desa Kelurahan Pagutan, Pagesangan, Kecamatan Mataram; Cakranegara Utara, Cakranegara Barat, dan Lingkungan Karang Tapen, Kelurahan Cilinaya, Kecamatan Cakranegara, dan Desa Babakan, Kecamatan Sandubaya.
Masyarakat penutur bahasa Bali di Pulau Sumbawa tersebar di Kabupaten Sumbawa, Kabupaten Sumbawa Barat, dan Kabupaten Dompu. Di Kabupaten Sumbawa, bahasa Bali tersebar di (i) Desa Sepayung, Kecamatan Plampang; (ii) Desa Uma Sima dan Desa Rhee, Kecamatan Sumbawa; (iii) Dusun Mekar Sari, Desa Batu Rotok, Kecamatan Batu Lanteh; serta (iv)Desa Lunyuk Rea dan Lunyuk Ode, Kecamatan Lunyuk. Sementara itu, di Kabupetan Sumbawa Barat bahasa Balidigunakan di Desa Kokarlian, Kecamatan Poto Tano. Di Kabupaten Dompu, bahasa Bali tersebar di Desa Taropo, Kecamatan Kilo; Songgaja, Kecamatan Kempo; Banggo, Kecamatan Manggalewa; dan Kelurahan Simpasai, Kecamatan Woja.
Bahasa Bali di Kabupaten Sumbawa dan Sumbawa Barat terdiri atas empat dialek, yaitu dialek Mekarsari, dialek Uma Sima, dialek Rhee, dan dialek Kokarlian, sedangkan bahasa Bali di Kabupaten Dompu juga terdiri atas empat dialek, yaitu dialek Taropo, dialek Songgaja, dialek Mada Jumba, dan dialek Simpasai.
Di Pulau Lombok bahasa Bali berdampingan dengan bahasa Sasak, sedangkan di Kabupaten Sumbawa dan Sumbawa Barat bahasa Bali berdampingan dengan bahasa Sumbawa dan bahasa Bima di Kabupaten Dompu.
Selain terdapat di Provinsi Bali dan NTB, bahasa Bali juga dituturkan di Provinsi Lampung, Jawa Timur, dan Sulawesi Tenggara.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, antara bahasa Bali yang terdapat di Provinsi Bali dan bahasa Bali yang terdapat di Provinsi NTB, Lampung, Jawa Timur,Sulawesi Tenggara, dan Kalimantan Tengah semuanya dinyatakan sebagai bahasa yang sama dengan persentase perbedaan berkisar antara 71,75%-80% (beda dialek).
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri bahasa Bali merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar antara 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa di sekitarnya, misalnya dibandingkan dengan bahasa Sasak.
Bahasa Bima (Mbojo)
[sunting]Provinsi Nusa Tenggara Barat(Nusa Tenggara Barat)
Bahasa Bima (Mbojo) dituturkan oleh etnik Bima (Mbojo) yang mendiami wilayah Kabupaten Bima, termasuk Kota Bima, dan Kabupaten Dompu di Pulau Sumbawa sebelah timur, Provinsi NTB. Selain tersebar di tanah asalnya, bahasa Bima juga tersebar di beberapa wilayah lain di Provinsi NTB, seperti di Kabupaten Sumbawa dan Pulau Lombok. Bahasa Bima juga dituturkan di Provinsi NTT (Reo dan Pota, Manggarai). Sebaran bahasa Bima terdapat di Kabupaten Bima, Kota Bima, dan Kabupaten Dompu.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, dapat dikatakan bahwa bahasa Bima terdiri atas empat dialek, yaitu dialek Serasuba, Wawo, Kolo, dan Kore. Dialek Serasuba dituturkan diKecamatan Rasanae Barat, Kecamatan Rasanae Timur, Desa Kanca, Desa Ncandi, Desa Risa, Desa Ntonggu, Desa Laju, Desa Sambori, Desa Sari, Desa Sangiang, dan Desa Renda (Kabupaten Bima);Desa Karamabura, Desa Adu, Desa Bara, Desa Riwo, Desa Soro, Desa Mbuju, Desa Soriutu, Desa Pekat, Desa O'o, dan Desa Kandai II (Kabupaten Dompu). Dialek Wawo dituturkan di daerah Sambori dan Tarlawi (Kabupaten Bima). Dialek Kolo dituturkan di Desa Kolo (Kabupaten Bima), sedangkan dialek Kore dituturkan di daerah Taloko (Kabupaten Bima). Persentase antarempat dialek tersebut berkisar antara 51%-55%. Secara umum daerah tersebut berbatasan dengan daerah sebaran bahasa Bima yang lain.
Sementara itu, berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Bima (Mbojo) merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar antara 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya dibandingkan dengan bahasa Sumbawa (Samawa) dan bahasa Sasak.
Bahasa Jawa
[sunting]Provinsi Nusa Tenggara Barat(Nusa Tenggara Barat)
Bahasa Jawa merupakan bahasa yang bertanah asal di Pulau Jawa. Di samping itu, bahasa Jawa juga tersebar di berbagai wilayah di nusantara, seperti di Provinsi Kalimantan Timur, Riau, Aceh, Kalimantan Selatan, Lampung, Bengkulu, Sumatra Utara, Jambi, Bali, Sulawesi Tenggara, dan NTB.
Bahasa Jawa yang dituturkan di Provinsi NTB diidentifikasi memiliki tiga dialek, yaitu:
- dialek Praya dituturkan di Pulau Lombok, tepatnya di Desa Praya, Kabupaten Lombok Tengah; Kelurahan Uma Sima, Kabupaten Sumbawa; Desa Songgaja, Kecamatan Kempo, Kabupaten Dompu;
- dialek Sakra dituturkan di Desa Sakra, Kabupaten Lombok Timur; dan
- dialek Sepayung dituturkan di Desa Sepayung, Kecamatan Plampang, Kabupaten Sumbawa.
Persentase perbedaan antartiga dialek tersebut berkisar antara 51%-79%. Selain itu, bahasa Jawa yang berada di Provinsi NTB dapat dikatakan sebagai bahasa yang sama dengan bahasa Jawa yang berada di DIY dan Surakarta dengan persentase perbedaan sebesar 60% (beda dialek).
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, bahasa Jawa merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar antara 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa di sekitarnya, misalnya dibandingkan dengan bahasa Sasak, bahasa Sumbawa (Samawa), dan bahasa Bima (Mbojo).
Bahasa Mandar
[sunting]Provinsi Sulawesi Barat(Sulawesi)
Bahasa Mandar terdapat di Desa Napo, Kecamatan Limboro, Kabupaten Polewali Mandar, Provinsi Sulawesi Barat. Di samping itu, bahasa Mandar juga banyak ditemukan di beberapa desa di Kabupaten Majene, seperti di Kelurahan Labuang, Kecamatan Banggae Timur; Desa Adolang, Kecamatan Pamboang; Kelurahan Mosso, Kecamatan Sendana; Desa Ulidang, Kecamatan Tammerodo Sendana; Desa Mekkatta, Kecamatan Malunda; dan Desa Ulumanda, Kecamatan Ulumanda.
Isolek Mandar merupakan bahasa dengan persentase perbedaan berkisar antara 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa lainnya yang ada di Sulawesi Barat, misalnya dengan bahasa Mamasa dan Mamuju.
Bahasa Madura
[sunting]Provinsi Nusa Tenggara Barat(Nusa Tenggara Barat)
Bahasa Madura merupakan bahasa yang bertanah asal di Pulau Madura. Di Provinsi NTB, bahasa Madura dituturkan di Pulau Sumbawa. Penutur bahasa itu tersebar di tiga wilayah Kabupaten Sumbawa, yaitu Kelurahan Brang Bara, Kelurahan Bugis, dan Desa Luar. Secara umum daerah-daerah tersebut terletak di wilayah perkotaan dengan topografi dataran. Jumlah etnik Madura yang berada di Kabupaten Sumbawa pada tahun 2007 sebanyak 227 kepala keluarga (KK). Bahasa Madura yang dituturkan di Sumbawa berasal dari Dusun Cokolan, Desa Gigir, Kecamatan Belega, Bangkalan, Pulau Madura, dan beberapa daerah lain di Jawa Timur.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Madura di NTB terdiri atas tiga dialek, yaitu dialek Brang Bara yang dituturkan di Kelurahan Brang Bara, dialek Bugis yang dituturkan di Kelurahan Bugis, dan dialek Luar yang dituturkan di Desa Luar. Persentase perbedaan antardialek tersebut berkisar antara 67,79%-80%. Sementara itu, bahasa Madura di NTB merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar antara 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya dibandingkan dengan bahasa Sasak, bahasa Sumbawa (Samawa), dan bahasa Bima (Mbojo).
Bahasa Bajo
[sunting]Provinsi Nusa Tenggara Barat(Nusa Tenggara Barat)
Bahasa Bajo merupakan bahasa yang bertanah asal dari Pulau Sulawesi. Bahasa ini juga dituturkan di Provinsi NTB. Wilayah sebaran bahasa Bajo di NTB terdapat di Kabupaten Lombok Utara (Desa Gili Indah, Kecamatan Pemenang dan Dusun Jambi Anom, Desa Medana, Kecamatan Tanjung); Kabupaten Lombok Timur (Desa Tanjung Luar, Kecamatan Keruak); Kabupaten Sumbawa (Pulau Kaung, Kecamatan Buer; Desa Labuhan Mapin, Kecamatan Alas Barat; Desa Labuhan Lalar, Kecamatan Taliwang; Desa Labuhan Bajo, Kecamatan Utan; Desa Pulau Bungin Kecamatan Alas; Dusun Labuhan Padi, Desa Pukat, Kecamatan Utan; Kabupaten Sumbawa Barat (Desa Poto Tano, Kecamatan Poto Tano); Kabupaten Dompu (Pulau Nisa, Desa Kwangko, Kecamatan Manggalewa dan Desa Soro, Kecamatan Kempo); dan Kabupaten Bima (Desa Bajo, Kecamatan Soromandi serta Desa Bugis dan Desa Bajo Pulo, Kecamatan Sape).
Di Pulau Lombok, bahasa Bajo terdiri atas dua dialek, yaitu dialek Tanjung yang dituturkan di Desa Gili Indah, Kecamatan Pemenang dan di Dusun Jambi Anom, Desa Medana, Kecamatan Tanjung, Kabupaten Lombok Barat serta dialek Keruak yang dituturkan di Desa Tanjung Luar, Kecamatan Keruak, Kabupaten Lombok Timur. Di Kabupaten Sumbawa dan Sumbawa Barat bahasa Bajo terdiri atas dua dialek, yaitu Dialek Labuhan Mapin yang dituturkan di sekitar Labuhan Mapin dan Dialek Kaung Bajo Tano yang dituturkan di Desa Labuhan Lalar, Kecamatan Taliwang. Di Kabupaten Bima dan Dompu bahasa Bajo terdiri atas tiga dialek, yaitu Dialek Bajo Nisa dituturkan di Pulau Nisa, Desa Kwangko, Kecamatan Manggalewa, Kabupaten Dompu; Bajo Soro dituturkan di Desa Soro, Kecamatan Kempo, Kabupaten Dompu; dan Bajo Bugis dituturkan di Desa Bugis, Kecamatan Sape, Kabupaten Bima. Persentase perbedaan antardialek tersebut berkisar antara 51%-80%.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, antara bahasa Bajo yang terdapat di Provinsi NTB dan bahasa Bajo yang terdapat di Provinsi Jawa Timur, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, dan NTT semuanya menunjukkan bahasa yang sama dengan persentase perbedaan berkisar antara 60,75%-75,25% (beda dialek). Sementara itu, bahasa Bajo di NTB jika dibandingkan dengan bahasa Bajau Pondong di Provinsi Kalimantan Timur dinyatakan sebagai bahasa yang berbeda dengan persentase 86,25%. Bahasa Bajo di NTB jika dibandingkan dengan bahasa Bajau Tungkal Satu di Provinsi Jambi terdapat perbedaan dengan persentase sebesar 87% (beda bahasa).
Bahasa Makassar
[sunting]Provinsi Nusa Tenggara Barat(Nusa Tenggara Barat)
Isolek Makassar yang ada di NTB merupakan bahasa Makassar dialek Selayar yang bertanah asal di Pulau Selayar, Provinsi Sulawesi Selatan. Isolek Makassar dituturkan oleh masyarakat yang berada di Provinsi NTB, yaitu di Kabupaten Sumbawa dan Kabupaten Sumbawa Barat.
Isolek Makassar di NTB terdiri atas tiga dialek, yaitu dialek Kertasari yang dituturkan di Desa Labuhan Kertasari, Kecamatan Taliwang, Kabupaten Sumbawa Barat; dialek Labuhan Mapin yang dituturkan di Desa Labuhan Mapin, Kecamatan Alas Barat, Kabupaten Sumbawa; dialek Labuhan Burung yang dituturkan di Desa Labuhan Burung, Kecamatan Buer, dan Desa Pukat, Kecamatan Utan, Kabupaten Sumbawa. Persentase perbedaan antardialek tersebut berkisar antara 51%-80%.
Bahasa Mandarin Ampenan
[sunting]Provinsi Nusa Tenggara Barat(Nusa Tenggara Barat)
Bahasa Mandarin Ampenan yang ada di Provinsi NTB dituturkan oleh masyarakat yang berada di Kelurahan Ampenan Tengah. Dari segi etnik dan penamaan bahasa, etnik Tionghoa yang berada di Ampenan Tengah tersebut menyebut bahasa yang mereka gunakan sebagai bahasa Mandarin atau Tionghoa.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, bahasa Mandarin Ampenan merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar antara 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa di sekitarnya, misalnya dibandingkan dengan bahasa Sasak, bahasa Sumbawa (Samawa), dan bahasa Bima (Mbojo). Isolek Mandarin Ampenan juga merupakan bahasa yang berbeda dengan bahasa Mandarin di DKI Jakarta dengan persentase perbedaan sebesar 88,75%.
Bahasa Melayu
[sunting]Provinsi Nusa Tenggara Barat(Nusa Tenggara Barat)
Bahasa Melayu merupakan bahasa yang tanah asalnya berada di Pulau Sumatra. Bahasa ini memiliki daerah sebaran yang cukup luas di Indonesia, seperti di Provinsi Jambi, Sumatra Selatan, Bangka Belitung, DKI Jakarta, Lampung, Bandung, Bali, Ternate, Riau, Sumatra Utara, Ambon, Manado, NTB, Kalimantan Barat, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Timur. Di Provinsi NTB bahasa Melayu dituturkan oleh masyarakat yang berada di Kampung Melayu, Kelurahan Ampenan Tengah, Kecamatan Ampenan, Kota Mataram. Hasil penghitungan dialektometri yang membandingkan bahasa Melayu di NTB dengan bahasa Melayu di Provinsi Riau (Kepulauan Riau) memperlihatkan perbedaan dialek dengan persentase perbedaan berkisar antara 65,50%-79,75%.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Melayu di NTB merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar antara 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya dibandingkan dengan bahasa Sasak, bahasa Sumbawa (Samawa), dan bahasa Bima (Mbojo).
Bahasa Sumbawa (Samawa)
[sunting]Provinsi Nusa Tenggara Barat(Nusa Tenggara Barat)
Bahasa Sumbawa dituturkan oleh masyarakat yang berada di Pulau Sumbawa bagian barat, mulai dari Kecamatan Plampang sampai Desa Tongo di ujung paling barat Pulau Sumbawa. Bahasa itu terdiri atas empat dialek, yaitu sebagai berikut::
- Dialek Sumbawa Besar terbentang dari barat ke timur (Kabupaten Sumbawa Besar), mulai dari Desa Seran hingga Desa Banda, kecuali di Desa Emang Lestari, Kecamatan Lunyuk dan Desa Lebangkar, Kecamatan Ropang.
Penutur dialek tersebut merupakan penutur mayoritas jika dibandingkan dengan ketiga dialek yang lain. Dialek Sumbawa Besar merupakan dialek standar. Selain digunakan di pusat kekuasaan (ibu kota kabupaten), sebelum Kabupaten Sumbawa Barat dibentuk, dialek Sumba Besar digunakan juga dalam media massa, baik cetak maupun elektronik serta dalam dunia kesenian dan kesastraan, seperti cerita rakyat dan musik tradisional.
- Dialek Taliwang dituturkan di Desa Banjar, Mura, Seminar Salit, Meraran, Air Suning, dan Mantar.
- Dialek Jereweh dituturkan di Kecamatan Jereweh dan Desa Labuhan Lalar.
- Dialek Tongo dituturkan di lima daerah pengamatan, yaitu di Dusun Karang Nangka Lanung (Singa), Desa Benete, Desa Tatar, Desa Tongo, Desa Emang Lestari, dan Desa Lebangkar.
Persentase perbedaan antarempat dialek tersebut berkisar antara 65%--80%.
Selain berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, keempat dialek tersebut juga didukung oleh data secara kualitatif. Data kualitatif yang dimaksud dalam hal ini berupa realisasi vokal tinggi /i/ pada posisi silabe ultima yang berakhir konsonan bukan dorsovelar, kecuali glotal dan bilabial. Vokal tinggi /i/ dalam hal ini direalisasikan sebagai [I] oleh penutur bahasa Sumbawa dialek Sumbawa Besar, vokal [i] oleh penutur bahasa Sumbawa dialek Jereweh, vokal [ì] oleh penutur bahasa Sumbawa dialek Taliwang, dan vokal [¶] oleh penutur bahasa Sumbawa dialek Tongo. Dengan demikian, secara linguistis dialek-dialek tersebut mempunyai ciri-ciri sebagai dialek [I], [i], [ì], dan [¶].
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, bahasa Sumbawa merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar antara 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa di sekitarnya, misalnya dibandingkan dengan bahasa Sasak dan bahasa Bima.
Bahasa Aabinomin
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Aabinomin dituturkan oleh etnik Aabinomin di Kampung Baso, Distrik Mamberamo Hulu, Kabupaten Mamberamo Raya, Provinsi Papua. Daerah itu terletak di wilayah pedalaman dan dikelilingi oleh Sungai Mamberamo.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Aabinomin merupakan sebuah bahasa dengan persentase berkisar 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Batero, Dabra, Dasigo (Sidoghu), Eik (Foau), Wari, dan Soytai.
Bahasa Abrap
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Abrap dituturkan oleh masyarakat Kampung Sawanawa, Distrik Arso, Kabupaten Keerom, Provinsi Papua. Menurut pengakuan penduduk, wilayah tutur bahasa Abrap berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Marap di sebelah timur, wilayah tutur bahasa Meluap di sebelah barat, wilayah tutur bahasa Biyekwok di sebelah utara, dan wilayah tutur bahasa Molof di sebelah selatan Kampung Sawanawa.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Abrap merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya dengan bahasa Biyekwok, Aframa, dan Molof.
Bahasa Adagum (Citak Wagabus)
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Adagum (Citak Wagabus) dituturkan oleh etnik Citak di Kampung Wagabus, Kecamatan Suator, Kabupaten Asmat, Provinsi Papua. Situasi kebahasaan menunjukkan bahwa kampung lain yang menggunakan bahasa ini adalah Kampung Bubis, Soray, Wowi, dan Jinak.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Adagum (Citak Wagabus) merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81%--100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Arakam, Vamin, dan Korowai.
Bahasa Sasak
[sunting]Provinsi Nusa Tenggara Barat(Nusa Tenggara Barat)
Tanah asal bahasa Sasak berada di Pulau Lombok. Dari segi kualitatif, berdasarkan ciri-ciri kesamaan linguistik yang berupa inovasi dan retensi bersama, secara fonologis bahasa Sasak memiliki empat variasi dialek, yaitu dialek [a-a], [a-â], [â-â], dan [a-o]. Hal itu terbukti dari adanya bentuk seperti mata, matâ, mâtâ, mato 'mata'; apa, apâ, âpâ, apo 'apa'. Dialek [a-a] menyebar di daerah Pegunungan Sembalun, Bayan, Tanjung sampai ke Pringgasela, dari Sokong sampai ke Tebango dan sebagian di Lombok Timur, misalnya, Suralaga, Dasan Borok; Dialek [a-â] menyebar dari barat ke timur Pulau Lombok; dari Tanjung sampai ke Pringgasela, dan merupakan dialek yang penuturnya mayoritas jika dibandingkan dengan ketiga dialek yang lain (dialek itu merupakan dialek standar karena di samping digunakan di pusat kekuasaan/ibu kota provinsi, sebaran geografisnya yang luas, jumlah penuturnya yang lebih besar juga digunakan dalam media massa cetak dan elektronik). Penutur dialek [â-â] tersebar pada sebagian kecil wilayah Lombok Barat: Bajur; Lombok Tengah dan Timur, misalnya di Desa Selaparang, Pengadang, Langko, Pohgading; Penutur dialek [a-o] tersebar di wilayah Lombok Tengah: Aik Bukaq, Bujak, Peresak. Pembagian atas empat ciri fonologis itu dapat menjelaskan secara historis tentang interaksi penutur asli Sasak (dialek a-a) dengan penutur bahasa lain. Misalnya, interaksi dengan penutur bahasa Jawa yang ditandai oleh varian fonologis [a-o] dan interaksi dengan penutur bahasa Bali yang ditandai oleh varian [a-â], [â-â].
Di samping varian geografis, bahasa itu juga mengenal varian sosial, yaitu bentuk halus dan biasa. Keberadaan varian itu juga terkait dengan interaksi antara penutur bahasa Sasak dan penutur bahasa Jawa dan Bali. Selain di Pulau Lombok bahasa Sasak juga memiliki sebaran di beberapa wilayah Indonesia yang lain, misalnya di Bali, Sulawesi Tenggara, dan Lampung. Secara kuantitatif (Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri), bahasa Sasak di Lombok dengan bahasa Sasak di Bali merupakan bahasa yang berbeda karena persentase perbedaannya sebesar 87,5%; Sementara itu, bahasa Sasak di Lombok dengan bahasa Sasak di Sulawesi Tenggara dan Lampung merupakan dialek yang berbeda dari bahasa yang sama karena persentase perbedaannya di bawah 80%.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, bahasa Sasak merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar antara 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa di sekitarnya, misalnya dibandingkan dengan bahasa Sumbawa (Samawa) dan bahasa Bima (Mbojo).
Bahasa Afilaup
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Afilaup dituturkan oleh etnik Kawe di Kampung Kawe, Distrik Awinbon, Kabupaten Pegunungan Bintang, Provinsi Papua. Bahasa Afilaup digunakan juga di sebelah barat Kampung Kawe, yaitu Kampung Abuwage, Danokit, Waliburu, dan Biwage. Menurut pengakuan penduduk, di sebelah timur Kampung Kawe, yaitu Kampung Mikir dituturkan bahasa Nai; di sebelah utara, yaitu di Kampung Dawelanok dituturkan bahasa Dawelanok; dan di sebelah selatan, yaitu di Kampung Firiwage dituturkan bahasa Wangom.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Afilaup merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81%--100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Tangko, Nagi, dan Jelako
Bahasa Aframa
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Aframa (Usku) dituturkan oleh masyarakat Kampung Usku, Distrik Senggi, Kabupaten Keerom.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Aframa (Usku) merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81%--100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Namla, Daikot (Taikat), Manem, dan Beyaboa.
Bahasa Airo
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Airo dituturkan oleh masyarakat Kampung Dabra, Distrik Mamberamo Hulu, Kabupaten Mamberamo Raya, Provinsi Papua.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Airo merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81%--100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Aabinomin, Batero, Dabra, Dasigo (Sidoghu), A Eik (Foau), Wari, dan Soytai.
Bahasa Abui (Aboa)
[sunting]Provinsi Nusa Tenggara Timur(Nusa Tenggara Timur)
Bahasa Abui (Aboa) dituturkan oleh sebagian besar masyarakat di Kecamatan Alor Tengah Utara, Alor Selatan, Lembur, dan Mataru di Kabupaten Alor, Provinsi NTT.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Abui (Aboa) merupakan bahasa tersendiri dengan persentase perbedaan berkisar 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa di sekitarnya, misalnya dengan bahasa Kui, Hamap, dan Klon.
Dalam publikasi 2008 (edisi pertama), bahasa Abui disebut dengan bahasa Aboa (Habolot). Penetapan nama bahasa Abui didasarkan pada beberapa referensi yang menggunakan nama Abui sesuai dengan nama suku.
Bahasa Airoran
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Airoran dituturkan oleh masyarakat Kampung Airoran, Distrik Pantai Barat, Kabupaten Sarmi, Provinsi Papua.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Airoran merupakan sebuah bahasa dengan persentase berkisar 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Masep, Anus, Amati Sarma, dan Benerap.
Bahasa Adang
[sunting]Provinsi Nusa Tenggara Timur(Nusa Tenggara Timur)
Bahasa Adang dituturkan oleh masyarakat di Kelurahan Adang, Desa Alor Kecil, Alor Besar, Ampera, Aimoli, Alila, Otvai, Ternate, Ternante Selatan, Alila Selatan, Pulau Buaya, Hulnani, O'a Mate, Ala'ang, Lefokisu, Bampalola, Lewalu, Kecamatan Alor Barat Laut dan Desa Adang Buom, Kecamatan Teluk Mutiara, Kabupaten Alor, Provinsi NTT.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Adang merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 98%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Abui, Kabola, Kui, dan Hamap.
Bahasa Amathamit
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Amathamit (Athokhin) dituturkan oleh masyarakat Kampung Yahoi, Distrik Pantai Kasuari, Kabupaten Asmat, Provinsi Papua. Menurut pengakuan penduduk, wilayah tutur bahasa Amathamit (Athokhin) berbatasan dengan bahasa Kaibusene di sebelah timur, bahasa Ainam di sebelah barat, bahasa Kawem di sebelah utara, dan bahasa Wear di sebelah selatan Kampung Yahoi.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Amathamit (Athokhin) merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Kwerba, Tapea, Kaigar, dan Asmat Bets Mbup.
Bahasa Alor
[sunting]Provinsi Nusa Tenggara Timur(Nusa Tenggara Timur)
Bahasa Alor dituturkan di Kecamatan Pantar, Kabupaten Alor, Provinsi NTT. Bahasa Alor terdiri atas tiga dialek, yaitu:
- dialek Nlauta yang dituturkan di Desa Mauta, Kecamatan Pantar, Kabupaten Alor;
- dialek Tubbe yang dituturkan di Desa Tude, Kecamatan Pantar, Kabupaten Alor; dan
- dialek Lamma yang dituturkan di Desa Kalondama, Kecamatan Pantar, Kabupaten Alor.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, persentase perbedaan isolek Nlauta dengan Tubbe sebesar 59,11%, Nlauta dengan Lamma sebesar 71,11%), serta Tubbe dengan Lamma sebesar 70,06%. Sementara itu, isolek Alor merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa di sekitarnya, misalnya dengan bahasa Adang, Abui, Batu, Deing, dan Dulolong.
Bahasa Bugis
[sunting]Provinsi Nusa Tenggara Barat(Nusa Tenggara Barat)
Bahasa Bugis merupakan bahasa yang bertanah asal di Provinsi Sulawesi Selatan. Bahasa ini juga dituturkan di beberapa wilayah di Indonesia, seperti di Provinsi Riau, Jambi, Lampung, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Bali, dan NTB.
Penutur bahasa Bugis yang terdapat di Provinsi NTB adalah masyarakat yang berada di Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa. Di Pulau Lombok bahasa Bugis dituturkan di dua kabupaten, yaitu Kabupaten Lombok Barat, tepatnya di Desa Pelangan, Kecamatan Sekotong dan di Kabupaten Lombok Timur tepatnya di Desa Labuhan Haji, Kecamatan Labuhan Haji; Desa Labuhan Lombok, Kecamatan Pringgabaya; Desa Keruak, Kecamatan Keruak. Sementara itu, bahasa Bugis di Pulau Sumbawa tersebar di tiga kabupaten, yaitu Kabupaten Sumbawa, Bima, dan Dompu. Bahasa Bugis di Kabupaten Sumbawa dituturkan di Desa Labuhan Mapin, Kecamatan Alas Barat dan Desa Labuan Alas, Kecamatan Alas; Dusun Labuhan Jontal dan Desa Teluk Santong, Kecamatan Plampang, dan Desa Labuhan Jambu, Kecamatan Tarano, sedangkan bahasa Bugis di Kabupaten Bima dapat dijumpai di Desa Bugis, Kecamatan Sape. Adapun di Kabupaten Dompu, bahasa Bugis dapat dijumpai di Desa Soro, Kecamatan Kempo.
Bahasa Bugis yang terdapat di Pulau Lombok berdampingan dengan bahasa Sasak. Bahasa Bugis di Kabupaten Sumbawa berdampingan dengan bahasa Sumbawa, sedangkan di Kabupaten Bima dan Dompu bahasa Bugis berdampingan dengan bahasa Bima.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Bugis di Pulau Lombok terdiri atas dua dialek, yaitu Dialek Labuhan Haji yang tersebar di Kabupaten Lombok Timur dan Dialek Keruak-Pelangan yang tersebar di Kabupaten Lombok Timur dan Lombok Barat. Sementara itu, bahasa Bugis yang terdapat di Kabupaten Sumbawa terdiri atas empat dialek, yaitu dialek Mapin, dialek Jontal, dialek Jambu, dandialek Teluk Santong. Adapun bahasa Bugis yang terdapat di Kabupaten Bima dan Dompu terdiri atas dua dialek, yaitu Dialek Sape dan Dialek Soro Kempo. Persentase perbedaan semua dialek itu berkisar antara 51%-80%. Sementara itu, hasil penghitungan dialektometri antara bahasa Bugis di Sulawesi Selatan sebagai bahasa induknya dan daerah sebaran bahasa Bugis di Jambi, Kalimantan Selatan, Sulawesi Tenggara, Bali, Sulawesi tengah, Riau, Kalimantan Timur, dan NTB semuanya menunjukkan bahasa yang sama dengan persentase berkisar antara 43%-79% (beda subdialek atau beda dialek).
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, bahasa Bugis merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar antara 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa di sekitarnya, misalnya dibandingkan dengan bahasa Sasak, bahasa Sumbawa (Samawa), dan bahasa Bima (Mbojo).
Bahasa Anakalang
[sunting]Provinsi Nusa Tenggara Timur(Nusa Tenggara Timur)
Bahasa Anakalang ialah bahasa yang dituturkan di Kecamatan Katiku Tana dan Walakaka, Kabupaten Sumba Barat, Provinsi NTT. Bahasa Anakalang terdiri atas tiga dialek, yaitu:
- dialek Kabela Wuntu yang dituturkan di Desa Kabela Wuntu, Kecamatan Katiku Tana;
- dialek Lenang yang dituturkan di Desa Lenang, Kecamatan Katiku Tana; dan
- dialek Prai Bakul yang dituturkan di Desa Prai Bakul.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, persentase perbedaan antardialek tersebut berkisar 67,75-75,44%, yaitudialek Kabela Wuntu dengan Lenang sebesar 72,40%, dialek Kabela Wuntu dengan Prai Bakul sebesar 67,75%, serta dialek Lenang dengan Prai Bakul sebesar 75,44%. Sementara itu, isolek Anakalang merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya dengan bahasa Gaura dan
Bahasa Bajo
[sunting]Provinsi Nusa Tenggara Timur(Nusa Tenggara Timur)
Di Provinsi NTT, bahasa Bajo dituturkan di Desa Nebe, Kecamatan Talibura, Kabupaten Sikka, Pulau Flores, Provinsi NTT. Menurut pengakuan penduduk, wilayah tutur bahasa Bajo berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Sikka di sebelah timur, barat, dan selatan serta wilayah tutur bahasa Muhang (Muhan) di sebelah utara.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Bajo merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya dengan bahasa Sikka dan Lio.
Bahasa Bajo Delang
[sunting]Provinsi Nusa Tenggara Timur(Nusa Tenggara Timur)
Bahasa Bajo Delang dituturkan di dusun Delang, Desa Tiwatobi, Kecamatan Ile Mandiri, Kabupaten Flores Timur, Provinsi NTT. Bahasa Bajo Delang secara khusus dituturkan oleh masyarakat etnik Bajo yang merupakan penduduk minoritas, di samping etnik Lamaholot yang mayoritas. Masyarakat Bajo tersebut mendiami wilayah pantai. Penutur bahasa Bajo Delang berjumlah 248 orang yang didominasi oleh penduduk berusia di atas 40 tahun. Bahasa Bajo Delang tidak dituturkan di daerah lain. Di sebelah Timur Desa Tiwatobi, yaitu Desa Weri, penduduknya menuturkan bahasa Melayu dialek Nagi, sedangkan di sebelah barat dan utara Desa Tiwatobi penduduknya menuuturkan bahasa Lamaholot.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Bajo Delang merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa Lamaholot, Melayu Nagi, dan bahasa Sikka dialek Krowin (Krowe, Klowe).
Bahasa Batu
[sunting]Provinsi Nusa Tenggara Timur(Nusa Tenggara Timur)
Bahasa Batu dituturkan di Desa Batu, Kecamatan Pantar, Kabupaten Alor, Provinsi NTT. Menurut pengakuan penduduk, di sebelah barat Desa Batu dituturkan bahasa Teiwa, di sebelah utara dituturkan bahasa Alor, dan di sebelah selatan dituturkan bahasa Kaera.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Batu merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 90%-100% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa lain di sekitarnya, misalnya bahasa Adang, Alor, Blagar, Hamap, dan Deing
Bahasa Blagar
[sunting]Provinsi Nusa Tenggara Timur(Nusa Tenggara Timur)
Bahasa Blagar dituturkan di Desa Batu, Kecamatan Pantar Timur, Kabupaten Alor, Provinsi NTT. Bahasa Blagar dituturkan juga di Desa Ombay, Nule, Tereweng, dan Toang. Sementara itu, selain bahasa Blagar, di Desa Batu juga dituturkan bahasa Senaing. Menurut pengakuan penduduk, wilayah tutur bahasa Blagar berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Retta di sebelah timur dan dengan wilayah tutur bahasa Senaing di sebelah utara. Desa Batu didominasi oleh penduduk dari etnik Blagar.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Blagar merupakan bahasa tersendiri jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa lain, misalnya dengan bahasa Nedebang dengan persentase perbedaansebesar 97% dan dengan bahasa Teiwa sebesar 98%.
Bahasa Dawan (Timor)
[sunting]Provinsi Nusa Tenggara Timur(Nusa Tenggara Timur)
Bahasa Dawan (Timor) dituturkan di Kabupaten Kupang, Kabupaten Ambenu, Kabupaten Timor Tengah Utara, dan Kabupaten Timor Tengah Selatan. Penutur bahasa Dawan (Timor) berbeda-beda dalam menyebut bahasa yang mereka gunakan. Di Desa Camplong I, Oenoni, dan Teunbaun, bahasa Dawan (Timor) disebut sebagai bahasa Timor Dawan; di Desa Bipolo, Hauteas, Abani, dan Oepliki disebut sebagai bahasa Timor Naikono; di Desa Tetaf dan Manufui disebut sebagai bahasa Timor; di Desa Sallu dan Manunain disebut sebagai bahasa Dewan; di Desa Netpala, Nenas, Bijeli, Nobi-Nobi, Lotas, dan Lilo disebut sebagai bahasa Dawan.
Penghitungan dialektometri antarisolek menunjukkan adanya perbedaan dialek/subdialek/wicara dengan persentase perbedaan berkisar 27,50-80,06%. Isolek Dawan (Timor) terdiri atas sembilan dialek dengan persentase perbedaan 51-80%. Kesembilan dialek tersebut ialah:
- dialek Kupang Timur,
- dialek Amarasi,
- dialek Fatule'u
- dialek Insana-Biboki-Pasebe,
- dialek Timor Tengah Selatan,
- dialek Amanatun,
- dialek Miomafo Barat,
- dialek Mallo Netpala, dan
- dialek Mallo Nenas.
Dialek Kupang Timur terdiri atas dua subdialek, yaitu Camplong dan Bipolo dengan persentase perbedaan 47%. Dialek Amarasi terdiri atas dua subdialek, yaitu Oenoni dan Teunbaun dengan persentase perbedaan 45,82%. Dialek Insana-Biboki-Pasebe terdiri atas tiga subdialek, yaitu Insana, Biboki, dan Pasebe dengan persentase perbedaan sekitar 49,50%. Dialek Timor Tengah Selatan terdiri atas dua subdialek, yaitu Bijeli dan Aban-Amanuban dengan persentase perbedaan Desa Tiwatobi 50,50%. Dialek Amanatun terdiri atas tiga subdialek, yaitu Lotas, Manufui, dan Lilo dengan persentase perbedaan skitar 43,50%.
Kisaran persentase perbedaan antara dialek Miomafo Barat dengan dialek-dialek dari bahasa Dawan (Timor) yang lainialah 54%-66,50%. Kisaran persentase perbedaan antara Dialek Mallo Netpala dengan dialek-dialek dari bahasa Dawan (Timor) yang lain ialah 64%-79,19%. Kisaran persentase perbedaan antara Dialek Mallo Nenas dengan dialek-dialek dari bahasa Dawan (Timor) yang lain ialah 59,50%-78,97%.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, bahasa Dawan (Timor)merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa lain yang ada di NTT, misalnya bahasa Helong dan Buna.
Bahasa Buna (Bunak)
[sunting]Provinsi Nusa Tenggara Timur(Nusa Tenggara Timur)
Bahasa Buna (Bunak) dituturkan di Desa Dirun, Kecamatan Lamaknen dan Desa Rainawe, Kecamatan Kobalima, KabupatenMalaka,Provinsi NTT. Bahasa Buna (Bunak) banyak dituturkan di luar Desa Rainawe, seperti di Desa Lakekun Utara, Lakekun Barat, Lakekun, Litamali, Sisi, Babulu, dan Babulu Selatan. Sementara itu, bahasa lain yang juga dituturkan di Desa Rainawe ialah bahasa Kemak dan Tetun.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Bunak merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 97-100% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Kemak dan Tetun.
Bahasa Deing
[sunting]Provinsi Nusa Tenggara Timur(Nusa Tenggara Timur)
Bahasa Deing dituturkan di Desa Muriabang, Kecamatan Pantar Tengah, Kabupaten Alor, Provinsi NTT. Menurut pengakuan penduduk, wilayah tutur bahasa Deing berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Teiwa di sebelah timur, dengan wilayah tutur bahasa Baranusa (Alor) di sebelah barat, dengan wilayah tutur bahasa Nedebang di sebelah utara, serta dengan wilayah tutur bahasa Mauta dan bahasa Alor dialek Nlauta) di sebelah selatan.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, bahasa Deing merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan di atas 81% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa lain yang ada di NTT, misalnya bahasa Alor, Kabola, Kolana, dan Dulolong.
Bahasa Dulolong
[sunting]Provinsi Nusa Tenggara Timur(Nusa Tenggara Timur)
Bahasa Dulolong dituturkan di Desa Dulolong, Kecamatan Alor Barat Laut, Kabupaten Alor, Provinsi NTT. Menurut pengakuan penduduk, wilayah tutur bahasa Dulolong berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Adang di sebelah timur, barat, dan utara, sedangkan di sebelah selatan Desa Dulolong ialah laut.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Dulolong merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan sebesar 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa di sekitarnya,misalnya bahasa Alor, Hamap, Kaera, dan Kiraman.
Bahasa Gaura
[sunting]Provinsi Nusa Tenggara Timur(Nusa Tenggara Timur)
Bahasa Gaura dituturkan di Desa Gaura, Kecamatan Lamboya Barat, Kabupaten Sumba Barat, Provinsi NTT. Menurut pengakuan penduduk, wilayah tutur bahasa Gaura berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Sumba Barat dialek Lamboya di sebelah timur, dengan wilayah tutur bahasa Sumba Barat dialek Kodi di sebelah barat, dan dengan wilayah tutur bahasa Sumba Barat dialek Wewewa di sebelah utara.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Gaura merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Anakalang, Lamboya, dan Wanukaka.
Bahasa Ambai
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Ambai dituturkan oleh masyarakat Kampung Ambai II, Distrik Kepulauan Ambai, Kabupaten Kepulauan Yapen, Provinsi Papua. Berdasarkan pengakuan penduduk, bahasa itu juga dituturkan oleh masyarakat yang tinggal di sebelah timur, barat, utara, dan selatan Kampung Ambai II.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Ambai merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Saweru, Ansus-Papuma, Yama Onate, dan Biak.
Bahasa Helong
[sunting]Provinsi Nusa Tenggara Timur(Nusa Tenggara Timur)
Bahasa Helong dituturkan di Desa Bolok, Kecamatan Kupang Barat, Kabupaten Kupang; di Kelurahan Kolhua, Kecamatan Maulafa, Kota Kupang; dan di Desa Uitao, Kecamatan Semau, Kabupaten Kupang, Provinsi NTT. Bahasa Helong yang dituturkan di wilayah-wilayah tersebut sama dengan bahasa Helong yang dituturkan di desa-desa lain di Pulau Semau, Provinsi NTT. Berdasarkan pengakuan penduduk, di sebelah timur wilayah tutur bahasa Helong berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Timor, sedangkan di sebelah selatan berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Timor dan Rote.
Bahasa Helong terdiri atas tiga dialek, yaitu:
- dialek Bolok yang dituturkan di Desa Bolok, Kecamatan Kupang Barat, Kabupaten Kupang;
- dialek Kolhua yang dituturkan di Kelurahan Kolhua, Kecamatan Maulafa, Kota Kupang; dan
- dialek Uitao yang dituturkan di Desa Uitao, Kecamatan Semao, Kabupaten Kupang.
Persentase perbedaan antara dialek-dialek tersebut berkisar 51%-80%.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Helong merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan di atas 81% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Dawan dan Lura.
Bahasa Hewa
[sunting]Provinsi Nusa Tenggara Timur(Nusa Tenggara Timur)
Bahasa Hewa (beberapa penutur menyebutnya dengan bahasa Krowin) dituturkan di Desa Hewa, Kecamatan Wulanggitang, Kabupaten Flores Timur, Provinsi NTT. Menurut pengakuan penutur, di sebelah barat wilayah tutur bahasa Hewa berbatasan dengan wilayah penutur bahasa Muhan, sedangkan di sebelah timurnya berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Lamaholot (yaitu di Desa Nawakote).
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Hewa merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan di atas 81% jika dibandingkan dengan bahasa lain, misalnyabahasa Muhan dan Lamaholot.
Bahasa Amungkal
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Amungkal (Amume) dituturkan oleh masyarakat Kampung Kiliarma, Distrik Agimuga, Kabupaten Mimika, Provinsi Papua. Menurut pengakuan penduduk, wilayah tutur bahasa Amungkal (Amume) berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Augigan, Dauga, dan Amungme di sebelah timur Kampung Kiliarma. Di di sebelah barat Kampung Kiliarma pun, yaitu Kampung Fakafuka dituturkan juga bahasa Sempan.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Amungkal (Amume)merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Asmat Unir Sirau, Tabahair, dan Yamas.
Bahasa Anasi
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Anasi dituturkan oleh etnik Merhahi di Kampung Anasi, Distrik Sawai, Kabupaten Mamberamo Raya, Provinsi Papua. Menurut pengakuan penduduk, wilayah tutur bahasa Anasi berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Bagusa di sebelah timur, bahasa Banoi yang dituturkan oleh masyarakat Banoi, dan bahasa Tamakuri di sebelah selatan Kampung Anasi.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Anasi merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Bonoi (Boni-Bunu), Sorabi, Burate, Biyekwok, dan Trimuris Bagusa.
Bahasa Kaera
[sunting]Provinsi Nusa Tenggara Timur(Nusa Tenggara Timur)
Bahasa Kaera dituturkan di Desa Kaleb, Kecamatan Pantar Timur, Kabupaten Alor, Provinsi NTT. Menurut pengakuan penduduk, wilayah tutur bahasa Kaera berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Deing di sebelah barat dan wilayah tutur bahasa Teiwa di sebelah utara.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Kaera merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Alor, Deing, Teiwa, dan Hamap.
Bahasa Ansus-Papuma
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Ansus-Papuma dituturkan oleh masyarakat Kampung Wimoni Ansus I dan Papuma, Distrik Yapen Barat, Kabupaten Kepulauan Yapen, Provinsi Papua. Bahasa Ansus-Papuma terdiri dari dua dialek, yaitu:
- dialek Ansus dan
- dialek Papuma.
Persentase perbedaan kedua dialek tersebut adalah sebesar 77%. Dialek Ansus dituturkan oleh masyarakat Kampung Wimoni Ansus I dan masyarakat yang tinggal di sebelah timur dan barat Kampung Wimoni Ansus I. Dialek Papuma dituturkan oleh masyarakat Kampung Papuma dan di sebelah utara Kampung Papuma.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Ansus-Papuma merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan sebesar 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Wooi, bahasa Maraw, Berbai (Woda), Wabo, Saweru, dan Serui Laut.
Bahasa Hamap
[sunting]Provinsi Nusa Tenggara Timur(Nusa Tenggara Timur)
Bahasa Hamap dituturkan di Desa Moru, Kecamatan Alor Barat Daya, Kabupaten Alor, Provinsi NTT. Penutur bahasa ini tinggal di wilayah pesisir, ± 1 km dari pantai dengan kondisi geografis berupa dataran.
Berdasarkan pengakuan penutur, di sebelah timur dan selatan Desa Moru, yaitu Desa Fonate, Morba, dan Failelang merupakan wilayah tutur bahasa Abui. Di sebelah barat Desa Moru, yaitu Desa Wolwal Barat merupakan wilayah tutur bahasa Jafoo (Kafoa). Di sebelah utara Desa Moru ialah KecamatanTeluk Mutiara yang merupakan penutur bahasa Abui (Aboa). Penutur bahasa Hamap sebagian besar ialah etnik Hamap. Selain penutur bahasa Hamap, di desa Moru terdapat penutur bahasa Abui (Aboa), Kui, dan Klon.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Hamap merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Kabola, Kamang, Klon, dan Dulolong.
Bahasa Anus
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Anus dituturkan oleh etnik Anus di Kampung Anus, Distrik Bonggo, Kabupaten Sarmi, Provinsi Papua. Menurut pengakuan penduduk, wilayah tutur bahasa Anus berbatasan dengan bahasa Merway di sebelah timur, bahasa Podena di sebelah barat, bahasa Pantai Anus di sebelah utara, dan bahasa Rimbersari di sebelah selatan Kampung Anus .
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Anus merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan sebesar 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Bku (Bgu), Dinana (Marenggi), dan Gufinti.
Bahasa Kalela (Kawela)
[sunting]Provinsi Nusa Tenggara Timur(Nusa Tenggara Timur)
Bahasa Kalela (Kawela) dituturkan di Kecamatan Atadei dan Kecamatan Naga Wutung, Kabupaten Lembata Flores Timur, Provinsi NTT. Bahasa Kalela terdiri atas tiga dialek, yaitu:
- dialek Katakeja (Kalikasa) yang dituturkan di Desa Katakeja, Kecamatan Atadei;
- dialek Lerek yang dituturkan di Desa Lerek, Kecamatan Atadei; dan
- dialek Boto (Labalimut) yang dituturkan di Desa Boto (Labalimut), Kecamatan Naga Wutung.
Persentase perbedaan antardialek berkisar 68,75-75,55%, yaitu antara Lerek dengan Boto (Labalimut) sebesar 75,55%; antara Lerek dengan Katakeja (Kalikasa) sebesar 68,75%; dan antara Boto (Labalimut) dengan Katakeja (Kalikasa) sebesar 72,73%.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Kalela (Kawela) merupakan bahasa tersendiri. Persentase perbedaannya di atas 81% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa lain, misalnya dengan bahasa Lamaholot dan Kedang.
Bahasa Kamang
[sunting]Provinsi Nusa Tenggara Timur(Nusa Tenggara Timur)
Bahasa Kamang dituturkan di Desa Waisika, Kecamatan Alor Timur Laut, Kabupaten Alor, Provinsi NTT. Menurut pengakuan penduduk, wilayah tutur bahasa Kamangberbatasan dengan wilayah tutur bahasa Kula (bahasa Kulatera) dan Kolana di sebelah timur, bahasa Abui (Aboa) di sebelah barat, serta bahasa Abui (Aboa) dan Kiraman di sebelah selatan.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Kamang merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan sebesar 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Alor,Kabola, Hamap, dan Deing.
Bahasa Kambera Pandawai
[sunting]Provinsi Nusa Tenggara Timur(Nusa Tenggara Timur)
Bahasa Kambera Pandawai dituturkan di Desa Lambanapu, Kecamatan Kambera; Desa Rambangaru, Kecamatan Haharu; dan Desa Wangga Mbewa, Kecamatan Paberiwai, Kabupaten Sumba Timur, Provinsi NTT. Bahasa Kambera Pandawai terdiri atas dua dialek dengan persentase perbedaan 51-54,88%. Kedua dialek itu ialah:
- dialek Lambanapu yang dituturkan di Desa Lambanapu, Kecamatan Kambera serta
- dialek Rambangrawu yang dituturkan di Desa Rambangaru, Kecamatan Haharu dan di Desa Wangga Mbewa, Kecamatan Paberiwai.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Kambera Pandawai merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan sebesar 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya dengan bahasa Tabundung, Kambera Pandawai, Gaura, dan Pura.
Bahasa Kedang
[sunting]Provinsi Nusa Tenggara Timur(Nusa Tenggara Timur)
Bahasa Kedang dituturkan di Desa Leuwayang, Desa Tiba, dan Desa Walangsawah, Kecamatan Omesuri, Kabupaten Flores Timur, Provinsi NTT.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, bahasa Kedang terdiri atas dua dialek dengan persentase perbedaan 69-71%. Kedua dialek itu ialah:
- dialek Leuwayang yang dituturkan di Desa Leuwayang serta
- dialek Tiba-Walangsawah yang dituturkan di Desa Tiba dan di Desa Walangsawah, Kecamatan Omesuri, Kabupaten Flores Timur.
Persentase perbedaan antara dialek Leuwayang dengan Tiba sebesar 71,58% dan Leuwayang dengan Walangsawah sebesar 69,18%.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Kedang merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan di atas 81% jika dibandingkan dengan bahasa Lamaholot, Kalela (Kawela), dan Helong.
Bahasa Kemak
[sunting]Provinsi Nusa Tenggara Timur(Nusa Tenggara Timur)
Bahasa Kemak dituturkan di Desa Umaklaran, Kecamatan Tasifeto Timur, Kabupaten Belu, Provinsi NTT.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Kemak merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan di atas 81% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya dengan bahasa Buna (Bunak), Dawan, dan Tetun.
Bahasa Kiraman
[sunting]Provinsi Nusa Tenggara Timur(Nusa Tenggara Timur)
Bahasa Kiraman dituturkan di Desa Padang Alang, Kecamatan Alor Selatan, Kabupaten Alor, Provinsi NTT. Menurut pengakuan penduduk, wilayah tutur bahasa Kiraman berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Kamang di sebelah timur dan utara dan wilayah tutur bahasa Abui (Aboa) di sebelah barat.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Kiraman merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan di atas 81% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa di sekitarnya, misalnya dengan bahasa Abui (Aboa), Kui, dan Kamang.
Bahasa Kabola
[sunting]Provinsi Nusa Tenggara Timur(Nusa Tenggara Timur)
Bahasa Kabola dituturkan di Desa Kabola, Kecamatan Kabola, Kabupaten Alor, Provinsi NTT. Bahasa Kabola dituturkan oleh masyarakat Kabola dan sebagian kecil dari masyarakatDulolong. Bahasa Kabola tersebar dibeberapa desa yang ada di Kabupaten Alor, yaitu di Desa Kopidil yang terletak di sebelah barat Desa Kabola; di Desa Pantai De Ere di sebelah utara Desa Kabola; di Desa Lawahing, Kecamatan Kabola; dan di Kecamatan Teluk Mutiara. Menurut pengakuan penutur, di sebelah selatan Desa Kabola, yaitu Desa Alim Mebung merupakan wilayah tutur bahasa Abui. Bahasa Kabola merupakan sebuah bahasa sendiri jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa di sekitarnya, misalnya dengan bahasa Kamang, Kaera, dan Kiraman dengan persentase perbedaan di atas 81%.
Bahasa Klamu
[sunting]Provinsi Nusa Tenggara Timur(Nusa Tenggara Timur)
Bahasa Klamu dituturkan di Desa Kabir, Kecamatan Pantar, Kabupaten Alor, Provinsi NTT. Desa Kabir didiami oleh dua etnik, yaitu etnik Klamu yang menjadi etnik mayoritas (± 80%) dan etnik Bittang (± 20%).
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Klamu merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan di atas 81% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Alor, Kolana, Kabola, dan Kiraman.
Bahasa Klon
[sunting]Provinsi Nusa Tenggara Timur(Nusa Tenggara Timur)
Bahasa Klon dituturkan di Desa Probur, Kecamatan Alor Barat Daya, Kabupaten Alor, Pulau Alor, Provinsi NTT. Menurut pengakuan penduduk, wilayah tutur bahasa Klon yang ada di Desa Probur berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Abui (Aboa) di sebelah selatan dan timur, wilayah tutur bahasa Kui di sebelah barat, dan wilayah tutur bahasa Kabola di sebelah utara.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Klon merupakan sebuah bahasa-bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya dengan bahasa Abui (Aboa), Kolana, Kabola, dan Kui.
Bahasa Kolana
[sunting]Provinsi Nusa Tenggara Timur(Nusa Tenggara Timur)
Bahasa Kolana dituturkan di Desa Kolana Utara, Kecamatan Alor Timur, Kabupaten Alor, Provinsi NTT. Menurut pengakuan penduduk, wilayah tutur bahasa Kolana berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Langkuru di sebelah selatan, wilayah tutur bahasa Sawili di sebelah timur, dan wilayah tutur bahasa Waisika (Kamang) di sebelah barat.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Kolana merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa di sekitarnya, misalnya dengan bahasa Alor, Deing, Kabola, dan Kolana.
Bahasa Komodo
[sunting]Provinsi Nusa Tenggara Timur(Nusa Tenggara Timur)
Bahasa Komodo dituturkan di Desa Komodo, Pulau Komodo, Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi NTT. Bahasa Komodo juga dituturkan di Pulau Rinca dan Desa Warloka. Di Desa Komodo juga dituturkan bahasa Bima dan bahasa Bugis. Dengan demikian, di desa Komodo hidup tiga bahasa daerah, yaitu bahasa bahasa Komodo, bahasa Bima, dan bahasa Bugis. Menurut pengakuan penduduk, di sebelah timur Desa Komodo ialah Pulau Papagarang dan Pulau Mesa. Bahasa yang digunakan di kedua pulau itu ialah bahasa Bajo. Sementara itu, di sebelah barat Desa Komodo terletak Desa Sape. Di Desa Sape dituturkan bahasa Bima.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, bahasa Komodo merupakan bahasa sendiri jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa di sekitarnya dengan persentase perbedaan di atas 81%, misalnya dengan bahasa Manggarai dan Bajo.
Bahasa Kambera
[sunting]Provinsi Nusa Tenggara Timur(Nusa Tenggara Timur)
Bahasa Kambera dituturkan di Desa Rindi, Kecamatan Rindi Umalu; Desa Kambata Bundung, Kecamatan Kahaungu Eti; dan Desa Lumbu Manggit, Kecamatan Wulla Waijelu, Kabupaten Sumba Timur, Provinsi NTT. Bahasa Kambera terdiri atas dua dialek, yaitu:
- dialek Rindi dengan wilayah pakai di Desa Rindi, Kecamatan Rindi Umalu dan Desa Kambata Bundung, Kecamatan Kahaungu Eti serta
- dialek Lumbu Manggit dengan wilayah pakai di Desa Lumbu Manggit, Kecamatan Wulla Waijelu.
Persentase perbedaan isolek Rindi dengan Lumbu Manggit sebesar 51,68%, sedangkan persentase perbedaan isolek Kambata Bundung dengan Lumbu Manggit sebesar 55,41%.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Kambera merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa Kambera Pandawai, Gaura, Pura, dan Sumba Barat.
Bahasa Kui
[sunting]Provinsi Nusa Tenggara Timur(Nusa Tenggara Timur)
Bahasa Kui dituturkan di Desa Prai Bakul, Kecamatan Haharu, Kabupaten Alor, Provinsi NTT.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Kui merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa di sekitarnya, misalnya dengan bahasa Alor dan Dulolong.
Bahasa Kulatera
[sunting]Provinsi Nusa Tenggara Timur(Nusa Tenggara Timur)
Bahasa Kulatera dituturkan di Desa Tanglapui, Kecamatan Alor Timur, Kabupaten Alor, Provinsi NTT. Menurut pengakuan penduduk, wilayah tutur bahasa Kulatera di Desa Tanglapui berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Sawila di sebelah timur, dengan wilayah tutur bahasa Wersing di sebelah utara dan Barat, dan dengan wilayah tutur bahasa Kamang di sebelah selatan.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Kulatera merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa di sekitarnya, misalnya dengan bahasa Alor, Kui, dan Kolana.
Bahasa Labala
[sunting]Provinsi Nusa Tenggara Timur(Nusa Tenggara Timur)
Bahasa Labala dituturkan oleh etnik Labala yang tinggal di Desa Lewo Raja, Kecamatan Wulandoni, Kabupaten Lembata, Provinsi NTT. Bahasa Labala juga dituturkan di Desa Pantai Harapan dan Desa Atakera. Wilayah tutur bahasa Labala di Desa Lewo Raja berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Lamaholot di sebelah timur, barat, selatan, maupun utara, yaitu di sebelah timur Desa Lewo Raja ialah Desa Alabatadey, di sebelah barat ialah Desa Atakera, di sebelah utara ialah Desa Doripohut, dan di sebelah selatan ialah Desa Laut Sawu. Penghitungan dialektometri menunjukkan bahwa bahasa Labala merupakan bahasa yang berbeda dengan bahasa yang ada di sekitarnya, misalnya dengan bahasa Lewuka dan Lamatuka dengan persentase perbedaandi atas 81%.
Bahasa Arakam
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Arakam dituturkan oleh masyarakat Kampung Karbis, Distrik Suator, Kabupaten Asmat, Provinsi Papua. Bahasa Arakam juga dituturkan di Kampung Wowi yang terletak di sebelah barat Karbis. Menurut pengakuan penduduk, sebelah timur Kampung Karbis adalah Kampung Vakam, sebelah utara adalah Kampung Senggo, dan sebelah selatan adalah Kampung Binam dengan penutur bahasa Citak. Sebagian masyarakat Kampung Karbis menuturkan bahasa Jinak dan Wowi.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Arakam merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan sebesar 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Ndarame, Jinak, dan Adagum (Citak Wagabus).
Bahasa Lamaholot
[sunting]Provinsi Nusa Tenggara Timur(Nusa Tenggara Timur)
Bahasa Lamaholot dituturkan di Desa Ratulodong, Desa Sinarhadigala, Desa Ile Padung, dan Desa Paingnapang, Kecamatan Tanjung Bunga; di Desa Pululera, Desa Boru, Desa Lewoingu, Desa Tanah Lein, Desa Lemanu, Pamakayo, dan Desa Watobuku, Kecamatan Solor Timur; di Desa Wulublolong dan Desa Watobuku, Kecamatan Naga Wutung; di Desa Pasir Putih, Desa Oringbele, Desa Tapobali, Desa Lamawolo; dan Desa Amakaka, Kecamatan Ile Ape; di Desa Jontona, Kecamatan Ile Ape; di Desa Kenotan, Desa Hoko Horowura, Desa Lamalera A/B, Kampung Mulankera, dan Desa Leworaja.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Lamaholot merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan di atas 81% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, seperti bahasa Kawela, Hewa, Kedang dan Sikka. Bahasa Lamaholot terdiri atas tujuh belas dialek dan beberapa subdialek dari dua puluh tiga daerah pengamatan yang diidentifikasi dalam penelitian ini. Dialek-dialek itu ialah:
- dialek Tanjung Bunga,
- dialek Pululera,
- dialek Muhan,
- dialek Lewoingu,
- dialek Tanah Lein,
- dialek Solor Barat,
- dialek Watobuku (Solor Timur),
- dialek Wulublolong,
- dialek Watobuku (Naga Wutung),
- dialek Pasir Putih,
- dialek Adonara Timur,
- dialek Amakala,
- dialek Jontona,
- dialek Adonara Barat,
- dialek Lamalera A (pesisir),
- Lamalera B (dataran tinggi), dan
- dialek Mulan Kera.
Dialek Tanjung Bunga terdiri atas empat subdialek yang dituturkan di Kecamatan Tanjung Bunga yang tersebar di empat desa (tiap-tiap desa ada satu subdialek) yaitu (a) subdialek Ratulodong di Desa Ratulodong, (b) subdialek Sinarhadigala, (c) subdialek Ile Padung, dan (d) subdialek Paingnapang. Dialek Pululera terdapat di Desa Pululera; dialek Muhan di Desa Boru; dialek Lewoingu di Desa Lewoingu; dialek Tanah Lein di Desa Tanah Lein; dialek Solor Barat (dua subdialek), yaitu di Desa Lemanu dan Pamakayo; dialek Watobuku (Solor Timur) di Desa Watobuku (Kecamatan Solor Timur); dialek Wulublolong di Desa Wulublolong; dialek Watobuku (Naga Wutung) di Desa Watobuku (Kecamatan Naga Wutung); dialek Pasir Putih di Desa Pasir Putih; dialek Adonara Timur (tiga subdialek), yaitu di Desa Oringbele, Tapobali, dan Lamawolo; dialek Amakala di Desa Amakaka (Kecamatan Ile Ape); dialek Jontona di Desa Jontona (Kecamatan Ile Ape); dialek Adonara Barat (dua subdialek), yaitu di Desa Kenotan dan Hoko Horowura; dialek Lamalera A/B di Desa Lamalera A/B; dialek Mulankera di Kampung Mulankera, Desa Leworaja.
Bahasa Arubos
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Arubos (Arubkor) dituturkan oleh etnik Arubos di Kampung Burupmakot, Kecamatan Seredela, Kabupaten Yahukimo, Provinsi Papua. Di Kampung Burukmakot juga dituturkan bahasa Burukmakot. Menurut pengakuan penduduk, bahasa yang digunakan di sebelah timur Kampung Burupmakot, yakni Kampung Firiwage dan sebelah selatan, yakni Kampung Yaniruma dituturkan bahasa Korowai. Di sebelah barat Kampung Burupmakot, yakni Kampung Kaliwage dituturkan bahasa Arubos (Arubkor) dan termasuk juga Kampung Danowage, Abiowage, Ujung Batu, Waina, Sinibru, Kaliwage, Sera, Mapiwage, Apuwage, Mangge, Yahubra, dan Danokit.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Arubos (Arubkor) merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan sebesar 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Awban (Bese), Burukmakot, dan Dajub (Tokuni).
Bahasa Lamatuka
[sunting]Provinsi Nusa Tenggara Timur(Nusa Tenggara Timur)
Bahasa Lamatuka dituturkan oleh etnik Ruing yang tinggal di Desa Lamatuka, Kecamatan Lebatukan, Kabupaten Lembata, Provinsi NTT. Menurut pengakuan penduduk, bahasa Lamatuka juga dituturkan di beberapa desa disekitarnya, antara laindi sebelah timur Desa Lamatuka, yaitu Desa Lerahingah; di sebelah barat, yaitu Desa Baopanah; di sebelah utara, yaitu Desa Harakewah; dan di sebelah selatan, yaitu Desa Banitoba. Bahasa Lamatuka merupakan bahasa yang berbeda dengan bahasa yang ada disekitarnya.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, persentase perbedaan bahasa Lamatuka dengan bahasa Lewuka sebesar 86% dan dengan bahasa Labala sebesar 88%.
Bahasa Lamboya
[sunting]Provinsi Nusa Tenggara Timur(Nusa Tenggara Timur)
Bahasa Lamboya dituturkan di Desa Kabu Karudi, Kecamatan Lamboya, Kabupaten Sumba Barat, Provinsi NTT. Mayoritas penutur bahasa Lamboya yang tinggal di Desa Kabu Karudi ialah etnik Welawa. Menurut pengakuan penutur, bahasa Lamboya juga dituturkan di desa yang ada disekitar Kabu Karudi, yaitu di Desa Rajaka yang berada di sebelah timur; Desa Welibo yang berada di sebelah barat; Desa Sodana yang berada di sebelah utara; Desa Ringu Rara yang berada di sebelah selatan; serta Desa Laboya Dete.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Lamboya merupakan sebuah bahasa jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa di sekitarnya dengan persentase perbedaan di atas 81%, misalnya dengan bahasa Wewewa dan bahasa Wanukaka.
Bahasa Lewuka
[sunting]Provinsi Nusa Tenggara Timur(Nusa Tenggara Timur)
Bahasa Lewuka dituturkan oleh etnik Lewuka di Desa Belabao, Kecamatan Wulandoni, Kabupaten Lembata, Provinsi NTT. Bahasa Lewuka juga dituturkan di Desa Udak Melomata, Senaki, dan Bakaor. Penghitungan dialektometri menunjukkan persentase perbedaan antara bahasa Lewuka dengan bahasa Lamatuka sebesar 86% dan dengan bahasa Labala sebesar 90%.
Bahasa Lio
[sunting]Provinsi Nusa Tenggara Timur(Nusa Tenggara Timur)
Bahasa Lio dituturkan oleh etnik Lio yang tinggal di Kabupaten Sikka dan Kabupaten Ende, Pulau Flores, Provinsi NTT.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, terdapat perbedaan pada tingkat wicara/subdialek/dialek, yaitu berkisar 21,88-79,63% dari isolek-isolek yang dibandingkan. Bahasa Lio terdiri atas tujuh dialek, yaitu:
- dialek Paga-Nita,
- dialek Mau Basa-Ropa,
- dialek Nggela-Wolomage-Ngalupolo,
- dialek Fataatu-Wololelea-Tou,
- dialek Watunggere,
- Dialek Ende, dan
- dialek Nage.
Dialek Paga-Nita terdiri atas tiga perbedaan wicara, yaitu Paga, Wolowiro, dan Mage Panda dengan persentase perbedaan berkisar 21,88-25,69%. Dialek Mau Basa-Ropa terdiri atas dua subdialek, yaitu Mau Basa dan Ropa dengan persentase perbedaan sebesar 36,33%. Dialek Nggela-Wolomage-Ngalupolo terdiri atas tiga subdialek, yaitu Nggela, Wolomage, dan Ngalupolo dengan persentase perbedaan berkisar 35,11-39,44%. Dialek Fataatu-Wololelea-Tou terdiri atas dua subdialek, yaitu Fataatu dan Wololelea-Tou dengan kisaran persentase perbedaan sebesar 43,01-46,32%. Adapun persentase perbedaan antara dialek Watunggere dengan dialek-dialek bahasa Lio yang lain berkisar 53,33-61,62%. Persentase perbedaan antara dialek Nage dan dialek-dialek bahasa Lio yang lain 63,08-76,41%.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Lio merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan di atas 81% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya dengan bahasa Sikka dan Lamaholot.
Bahasa Mambora
[sunting]Provinsi Nusa Tenggara Timur(Nusa Tenggara Timur)
Bahasa Mambora dituturkan di Desa Wee Ndawa Timur, Kecamatan Laratama, Kabupaten Sumba Barat, Provinsi NTT.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Mambora merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan di atas81% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya dengan bahasa Gaura dan bahasa Anakalang.
Bahasa Arui-Mor
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Arui-Mor dituturkan oleh masyarakat Kampung Arui dan Moor, Distrik Moora, Kabupaten Nabire, Provinsi Papua. Menurut pengakuan penduduk, bahasa Mor dituturkan di sebelah timur, barat, dan utara Kampung Arui dan begitu juga di sebelah timur, barat, dan selatan Kampung Moor. Sementara itu, di sebelah selatan Kampung Arui dituturkan bahasa Napan dan di sebelah utara Kampung Moor dituturkan bahasa Arui.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Arui dan Moor memiliki persentase perbedaan sebesar 13%. Sementara itu, isolek Arui-Mor merupakan sebuah bahasa dengan persentase berkisar 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Auye (Ause), Damal, Keuw, dan Mee Ugia.
Bahasa Manggarai
[sunting]Provinsi Nusa Tenggara Timur(Nusa Tenggara Timur)
Bahasa Manggarai dituturkan di Desa Tangge, Kecamatan Lembor, Kabupaten Manggarai Barat; di Desa Golo Meni, Desa Mukun (Pong Bali), Desa Mbengan, Kecamatan Kota Komba; di Desa Nanga Mejedan Desa Langga Sai, Kecamatan Elar Selatan; dan di Desa Gising (Elar Selatan), Golo Linus, dan Sangan Kalo, Kecamatan Elar Selatan, Kabupaten Manggarai Timur, Provinsi NTT.
Menurut pengakuan penduduk, Desa Tangge berbatasan dengan Desa Siru di sebelah barat, berbatasan dengan Desa Ponto Ara di sebelah timur, Desa Poco Ruteng di sebelah utara, dan Desa Mangalili di sebelah selatan. Pada ketiga desa pertama masyarakatnya juga menuturkan bahasa Manggarai, sedangkan di Desa Mangalili masyarakatnya menuturkan tiga bahasa, yaitu bahasa Bima, Ende, dan Manggarai. Bahasa Manggarai juga dituturkan di Desa Paka, Kecamatan Satar Mese dan di Desa Meler, Kecamatan Ruteng, Kabupaten Manggarai, NTT.
Bahasa Manggarai terdiri atas lima dialek, yaitu:
- dialek Tangge yang dituturkan di Desa Tangge, Kecamatan Lembor, Kabupaten Manggarai Barat,
- dialek Manus yang dituturkan Desa Golo Meni dan Desa Mukun (Pong Bali), Kecamatan Kota Komba, Kabupaten Manggarai Timur,
- dialek Rajong (Kesar) yang dituturkan di Desa Mbengan, Kecamatan Kota Komba, Kabupaten Manggarai Timur; di Desa Nanga Meje dan Langga Sai Kecamatan Elar Selatan, Kabupaten Manggarai Timur,
- dialek Kepo yang dituturkan di Desa Mbengan, Gising (Elar Selatan), Golo Linus, dan Sangan Kalo, Kecamatan Elar Selatan Kabupaten Manggarai Timur, dan
- dialek Rembong di Desa Sangan Kalo, Kecamatan Elar Selatan, Kabupaten Manggarai Timur.
Persentase perbedaan dialek Manus dengan dialek Rajong (Kesar) sebesar 65%. Persentase perbedaan dialek bahasa Manus dengan dialek Kepo sebesar 60%. Persentase perbedaan dialek Manus dengan dialek Rembong sebesar 74%. Persentase perbedaan dialek Kepo dengan dialek Rembong sebesar 69%.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Manggarai merupakan bahasa tersendiri apabila dibandingkan dengan bahasa Sikka, Lamaholot, dan Komodo dengan persentase perbedaan antara 95%--100%.
Bahasa Manulea
[sunting]Provinsi Nusa Tenggara Timur(Nusa Tenggara Timur)
Bahasa Manulea dituturkan di Desa Manulea, Kecamatan Sasitamean, Kabupaten Malaka, Pulau Timor, Provinsi NTT. Mayoritas etnik di desa itu ialah etnik Klau Asa. Menurut pengakuan penduduk, wilayah tutur bahasa Manulea berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Dawan di sebelah timur, barat, dan utara. Sementara itu, di sebelah selatan berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Tetun.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, bahasa Manulea merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan di atas 81% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa di sekitarnya, misalnya dengan bahasa Tetun, Dawan, dan Adang.
Bahasa Melayu
[sunting]Provinsi Nusa Tenggara Timur(Nusa Tenggara Timur)
Persebaran bahasa Melayu sangat luas di Indonesia, seperti di Provinsi Sumatra Utara, Jambi, Sumatra Selatan, Bangka Belitung, DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten, Bali, Ternate, Riau, Ambon, Manado, NTB, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Timur. Di Provinsi NTT, bahasa Melayu dituturkan,antara lain, di Kelurahan Solor, Kecamatan Kota Lama, Kotamadya Kupang; Kelurahan Pohon Sirih, Kecamatan Larantuka, Kabupaten Flores Timur; Kelurahan Weri, Kecamatan Larantuka, Kabupaten Flores Timur.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek-isolek Melayu yang dituturkan di Kupang, Larantuka (Nagi), dan Wure berada pada tingkat beda dialek dengan persentase perbedaan sebesar 51%-80%.
Bahasa Asmat Bets Mbup
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Asmat Bets Mbup terdiri atas tiga dialek, yaitu bahasa Asmat dialek Bets Mbup, bahasa Asmat dialek Bismam, dan bahasa Asmat dialek Simay. Persentase perbedaan ketiga dialek tersebut adalah 51--80%. Bahasa dialek Bets Mbup dituturkan oleh masyarakat Kampung Atsi, Distrik Atsi, Kabupaten Asmat, Provinsi Papua. Selain di kampung itu, bahasa dialek Bets Mbup juga dituturkan oleh masyarakat Kampung Biwar Laut, Yasiu, Amanam Kay, You, dan Omanasep. Bahasa dialek Bismam dituturkan oleh masyarakat di Kampung Bismam-Ewer, Distrik Agats, Kabupaten Asmat, Provinsi Papua. Masyarakat kampung lain yang menuturkan bahasa Asmat dialek Bismam adalah Kampung Suru, Yepem, Peer, Us, dan Beriten. Dialek Simay dituturkan oleh masyarakat Kampung Amborep, Distrik Akat, Kabupaten Asmat, Provinsi Papua. Kampung lain yang menuturkan bahasa Asmat dialek Simay adalah Kampung Warse, Paung, Sakam, dan Ayam.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Asmat Bets Mbup merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan sebesar 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Asmat Safan (Asmat Pantai), Asmat Sirat, Asmat Sawa, dan Asmat Unir Sirau.
Bahasa Nage
[sunting]Provinsi Nusa Tenggara Timur(Nusa Tenggara Timur)
Bahasa Nage dituturkan oleh masyarakat yang tinggal di Desa Natanage, Kecamatan Boawae, Kabupaten Nagekeo, Provinsi NTT. Bahasa Nage dituturkan juga di Desa Olakile dan Desa Nata Nage Timur. Desa Nata Nage berada di pedalaman yang berbukit. Secara keseluruhan penduduk Nata Nage berjumlah 3.250 jiwa, sedangkan penuturnya berjumlah 3.000 orang.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Nage merupakan bahasa tersendiri dengan persentase perbedaan di atas 81% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa di sekitarnya, misalnya dengan bahasa Rembong dan bahasa So'a.
Bahasa Armati Sarma
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Armati Sarma dituturkan oleh masyarakat Munuk di Kampung Munukania, Distrik Sarmi Selatan, Kabupaten Sarmi, Provinsi Papua. Menurut pengakuan penduduk, masyarakat yang berdomisili di sebelah timur Kampung Munukamia, yaitu Kampung Biner menuturkan bahasa Armati, sebelah barat, yaitu Kampung Kasukwe menuturkan bahasa Isiwara, sebelah utara, yaitu Kampung Sewang menuturkan bahasa Berik, dan sebelah selatan, yaitu Kampung Saswapece menuturkan bahasa Saberi.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Armati Sarma merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan sebesar 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Berik, Anus, Isirawa, dan Liki.
Bahasa Asmat Safan
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Asmat Safan (Asmat Pantai) dituturkan oleh etnik Asmat Safan di Kampung Aworket, Distrik Safan, Kabupaten Asmat, Provinsi Papua. Masyarakat yang berdomisili di sebelah timur, yaitu Kampung Emene, di sebelah barat, yaitu Kampung Primapun, dan di sebelah selatanKampung Aworket, yaitu Kampung Kayarin dituturkan juga bahasa Asmat Safan (Asmat Pantai). Di sebelah utara Kampung Aworket, yaitu Kampung Saman dituturkan bahasa Attojin.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Asmat Safan (Asmat Pantai) merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan 98--100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Asmat Bets Mbup, Asmat Sawa, dan Asmat Unir Sirau.
Bahasa Namut
[sunting]Provinsi Nusa Tenggara Timur(Nusa Tenggara Timur)
Bahasa Namut dituturkan di Desa Wolomeze, KecamatanRiung Barat, Kabupaten Ngada, NTT. Desa ini terletak di pedalaman, ±25 km dari pantai, dan struktur tanahnya bergunung dan berbukit. Menurut pengakuan penduduk, wilayah tutur bahasa Namut di Desa Wolomeze berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Mbay di sebelah timur, wilayah tutur bahasa Manggarai di sebelah barat, wilayah tutur bahasa Wangka (bahasa Riung dialek Wangka) di sebelah utara, dan berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Soa (Nimamanu) di sebelah selatan.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Namut merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan di atas 81%jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa di sekitarnya, misalnya dengan bahasa Manggarai, Ngada, Riung, dan Ndora.
Bahasa Asmat Sawa
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Asmat Sawa dituturkan oleh masyarakat Kampung Sawa, Distrik Sawaerma, Kabupaten Asmat, Provinsi Papua. Menurut pengakuan penduduk, wilayah tutur bahasa Asmat Sawa berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Asmat Tomor di sebelah timur, bahasa Asmat Yamas di sebelah barat, bahasa Asmat Buagani di sebelah utara Kampung Sawa. Di sebelah selatan Kampung Sawa digunakan bahasa Asmat Sawa.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Asmat Sawa merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan sebesar 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Asmat Bets Mbup, Asmat Safan (Asmat Pantai), Asmat Sirat, dan Asmat Unir Sirau.
Bahasa Ndao
[sunting]Provinsi Nusa Tenggara Timur(Nusa Tenggara Timur)
Bahasa Ndao, antara lain, dituturkan di Desa Ndaonuse, Pulau Ndao, Kecamatan Rote Barat Laut, Kabupaten Kupang, Provinsi NTT. Wilayah Desa Ndao Nuse meliputi dua pulau, yaitu Pulau Ndao dan Pulau Nuse (di sebelah timur). Menurut pengakuan penduduk, wilayah tutur bahasa Ndao di sebelah timur berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Rote.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Ndao merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan di atas 81% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa di sekitarnya, misalnya dengan bahasa Raijua dan Rote.
Bahasa Ndora
[sunting]Provinsi Nusa Tenggara Timur(Nusa Tenggara Timur)
Bahasa Ndora dituturkan di Desa Ulupulu, Kecamatan Nanga Roro, Kabupaten Ngada, Pulau Flores, Provinsi NTT.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, bahasa Ndora merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan di atas 81% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa di sekitarnya, misalnya dengan bahasa Namut, Riung, So'a, dan Ngada.
Bahasa Asmat Sirat
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Asmat Sirat dituturkan oleh masyarakat Kampung Yaosakor, Distrik Sirets, Kabupaten Asmat, Provinsi Papua. Menurut pengakuan penduduk, bahasa Asmat Sirat juga dituturkan oleh masyarakat Kampung Awok, Kaimo, Pos, Waganu I, Waganu II, Jinak, Pepera, dan Karpis. Di sebelah timur, yaitu Kampung Amborep dituturkan dialek Simay, di sebelah barat, yaitu Kampung Biwar Laut dituturkan dialek Bets Mbup, dan di sebelah utara Kampung Yaosakor, yaitu Kampung Kaimo dituturkan bahasa Asmat Sirat.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Asmat Sirat merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan sebesar 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Asmat Bets Mbup, Asmat Safan (Asmat Pantai), Asmat Sawa, dan Asmat Unir Sirau.
Bahasa Nedebang
[sunting]Provinsi Nusa Tenggara Timur(Nusa Tenggara Timur)
Bahasa Nedebang dituturkan di Desa Bandar, Kecamatan Pantar, Kabupaten Alor, Provinsi NTT. Bahasa Nedebang dituturkan juga di Desa Baolang. Menurut pengakuan penduduk, wilayah tutur bahasa Nedebang berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Teiwa di sebelah timur. Jumlah penutur bahasa Nedebang diperkirakan 512 jiwa dari suku Tolong Bita yang mendiami wilayah pesisir.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Nedebang merupakan bahasa tersendiri jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa di sekitarnya dengan persentase di atas 81%, misalnya dengan bahasa Blagar persentase perbedaannya sebesar 97%, dengan bahasa Wersing sebesar 99%, dan dengan bahasa Kepo sebesar 99%.
Bahasa Lura
[sunting]Provinsi Nusa Tenggara Timur(Nusa Tenggara Timur)
Bahasa Lura dituturkan di Kelurahan Airmata, Kecamatan Kota Lama, Kota Kupang, Provinsi NTT. Menurut pengakuan penduduk, wilayah tutur bahasa Lura di Kelurahan Airmata berbatasan dengan wilayah-wilayah tutur bahasa Indonesia atau bahasa Melayu Kupang.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Lura merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan di atas 81% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Futulea dan Helong.
Bahasa Asmat Unir Sirau
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Asmat Unir Sirau dituturkan oleh masyarakat Kampung Paar, Distrik Unir Sirau, Kabupaten Asmat, Provinsi Papua. Bahasa Asmat Unir Sirau juga dituturkan oleh masyarakat Kampung Komor, Birip, Amor, Warer, Munu, Abamu, Tomor, Sagapo, Tii, Koba, dan Jipawer. Menurut pengakuan penduduk, di sebelah barat Kampung Paar, yaitu Kampung Erma dituturkan bahasa Asmat Kenok dan sebelah selatan, Kampung Yufri dituturkan bahasa Asmat Joirat.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Asmat Unir Sirau merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan sebesar 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Asmat Bets Mbup, Asmat Safan (Asmat Pantai), Asmat Sawa, dan Asmat Sirat.
Bahasa Ngada
[sunting]Provinsi Nusa Tenggara Timur(Nusa Tenggara Timur)
Bahasa Ngada dituturkan di Desa Bomari dan Desa Ngina Mann, Kecamatan Bajawa, Kabupaten Ngada, Provinsi NTT. Di Kecamatan Bajawa, bahasa Ngada juga dituturkan di daerah-daerah sekitar Desa Bomani. Menurut pengakuan penduduk, wilayah tutur bahasa Ngada di Desa Ngina Mannberbatasan dengan wilayah tutur bahasa Riung di sebelah timur, serta dengan wilayah tutur bahasa Manggarai di sebelah utara. Sebelah barat dan selatan Desa Ngina Mann merupakan wilayah tutur bahasa Ngada.
Bahasa Ngada terdiri atas dua dialek, yaitu dialek Bomari dan Ngina Mann dengan persentase perbedaan sebesar 64,26%.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Ngada merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan di atas 81% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa di sekitarnya, misalnya dengan bahasa Riung dan Ndora.
Bahasa Omesuri
[sunting]Provinsi Nusa Tenggara Timur(Nusa Tenggara Timur)
Bahasa Omesuri dituturkan di Desa Nilanapo, Kecamatan Omesuri dan Desa Seranggorang, Kecamatan Lebatukan, Provinsi NTT. Menurut pengakuan penduduk di Desa Nilanapo, bahasa yang mereka gunakan ialah bahasa Atanila, sedangkan menurut pengakuan penduduk di Desa Seranggorang, Kecamatan Lebatukan, bahasa yang mereka gunakan ialah bahasa Leragere (Lodo Blolong).
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, persentase perbedaan antara kedua isolek tersebut sebesar 62,78%. Selanjutnya, nama dialek tersebut didasarkan pada pengakuan penduduk, yaitu dialek Atanila dan dialek Leragere (Lodo Blolong). Untuk yang terakhir, penduduk cenderung menggunakan sebutan Leragere.
Bahasa Auye
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Auye (Ause) dituturkan oleh etnik Napan di Kampung Napan, Distrik Napan, Kabupaten Nabire, Provinsi Papua. Menurut pengakuan penduduk, bahasa Auye (Ause) dituturkan pula di sebelah timur Kampung Napan. Sementara itu, di sebelah barat dan utara Kampung Napan dituturkan bahasa Mor dan di sebelah selatan Kampung Napan dituturkan bahasa Ekari.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Auye (Ause) merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 90%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnyabahasa Damal dan Wolani.
Bahasa Palu e
[sunting]Provinsi Nusa Tenggara Timur(Nusa Tenggara Timur)
Bahasa Palu'e dituturkan di Desa Nitunglea dan Desa Maluriwu, Kecamatan Palu'e Kabupaten Sikka, Pulau Palu'e, Provinsi NTT. Menurut pengakuan penduduk, daerah sekitar dua desa itu juga menggunakan bahasa Palu'e.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek-isolek yang digunakan di kedua desa tersebut masih merupakan bahasa yang sama dengan persentase perbedaan sebesar 29,66%. Hal ini berarti tingkat perbedaan kedua isolek tersebut pada tingkat perbedaan wicara. Isolek Palue merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan di atas 81% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa di sekitarnya, misalnya dengan bahasa Sikka dan Kedang.
Bahasa Pura
[sunting]Provinsi Nusa Tenggara Timur(Nusa Tenggara Timur)
Bahasa Pura dituturkan di Desa Kabela Wuntu, Kecamatan Katiku Tana, Kabupaten Sumba Tengah, Pulau Alor, Provinsi NTT. Menurut pengakuan penduduk, wilayah tutur bahasa Pura berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Muraseli di sebelah timur, wilayah tutur bahasa Pantar di sebelah barat dan utara, dan wilayah tutur bahasa Kalong di sebelah selatan.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, bahasa Pura merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan di atas 81% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa di sekitarnya, misalnya dengan bahasa Tabundung, Wanokaka, dan Wewewa (Wejewa).
Bahasa Awban
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Awban (Bese) dituturkan oleh masyarakat Kampung Awban, Distrik Seredela, Kabupaten Yahukimo, Provinsi Papua. Menurut pengakuan penduduk, bahasa Awban (Bese) juga dituturkan oleh sebagian masyarakat Kampung Butuketnaw yang terletak di sebelah barat Kampung Awban dan Kampung Bayono (Marketun) yang terletak di sebelah utara Kampung Awban. Di sebelah timur Kampung Awban, yaitu Kampung Tokuni yang dituturkan bahasa Tokuni; di sebelah utara, yaitu Kampung Bayono (Markertun) dituturkan bahasa Bayono; dan di sebelah selatan, yaitu Kampung Bondoa dan Kampung Tuarama dituturkan bahasa Momuna.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Awban (Bese) merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Ulakin (Ulakuno), Arubos, dan Silimo.
Bahasa Raijua
[sunting]Provinsi Nusa Tenggara Timur(Nusa Tenggara Timur)
Bahasa Raijua dituturkan di Desa Bolua, Kecamatan Raijua, Pulau Raijua, Kabupaten Sabu Raijua, Provinsi NTT. Secara geografis, desa Bolua merupakan daerah pengunungan. Menurut pengakuan penduduk, di sebelah timur Desa Bolua ialah Desa Ledeke dan di sebelah barat ialah Desa Ballu dan Desa Kolorae. Di ketiga desa itu juga ditururkan bahasa Raijua.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, persentase perbedaan bahasa Raijua dengan bahasa-bahasa di sekitarnya ialah di atas 81%, misalnya dengan bahasa Sabu, Rote, dan Ndao.
Bahasa Awera
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Awera dituturkan oleh masyarakat Kampung Awera, Distrik Wapoga, Kabupaten Waropen, Provinsi Papua. Menurut pengakuan penduduk, di sebelah timur Kampung Awera, yaitu Kampung Wapoga dituturkan bahasa Ansus, sedangkan bahasa di sebelah barat, yaitu Kampung Pirare belum diketahui namanya. Sementara itu, di sebelah selatan dan utara Kampung Awera tidak ada bahasa karena berupa lautan.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Awera merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan sebesar 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Burate, Keuw, Marita, Moi Maniwo, Sowiwa (Morowa), Tause, Totoberi, dan Wairate (Debra).
Bahasa Awyu Anggai
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Awyu Anggai dituturkan oleh masyarakat Kampung Anggai, Distrik Jair, Kabupaten Boven Digoel, Provinsi Papua. Bahasa Awyu juga dituturkan oleh masyarakat Kampung Meto dan Kampung Tokompatu.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Awyu Anggai merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan sebesar 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Awyu Meto dan Awyu Tokompatu.
Bahasa Awyu Darat Kotiak
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Awyu Darat Kotiak dituturkan oleh masyarakat Awyu di Kampung Kotiak, Distrik Passue, Kabupaten Mappi, Provinsi Papua. Menurut pengakuan penduduk, di sebelah timur Kampung Kotiak, yaitu Kampung Gayu, di sebelah utara, yaitu Kampung Taim, dan di sebelah selata, yaitu RT 03 Kampung Nohon dituturkan juga bahasa Awyu Darat Kotiak. Sementara itu, di sebelah barat Kampung Kotiak, yaitu Kampung Kotup dituturkan juga bahasa Yaghai.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Awyu Darat Kotiak merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 90,75%--100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Awyu Darat dialek Yagatsu dan Awyu Darat dialek Kiki.
Bahasa Awyu Darat Yagatsu-Kiki
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Awyu Darat Yagatsu-Kiki terdiri atas dua dialek, yaitu:
- bahasa Awyu Darat dialek Yagatsu dan
- bahasa Awyu Darat dialek Kiki.
Persentase perbedaan kedua dialek tersebut adalah 76,25%.
Bahasa Awyu Darat dialek Yagatsu juga dituturkan oleh masyarakat Kampung Yagatsu, Distrik Haju, Kabupaten Mappi, Provinsi Papua.
Bahasa Awyu Darat dialek Kiki dituturkan oleh masyarakat Kampung Kiki, Distrik Assue, Kabupaten Mappi, Provinsi Papua. Menurut pengakuan penduduk, bahasa Awyu Darat dialek Kiki dituturkan juga oleh masyarakat Kampung Homang di sebelah utara Kampung Yagatsu, Katage, Amagatsu, Sagape, Wiyage, Kaisima, Kaibu, Amenda, dan Omuro. Sementara itu, di sebelah timur Kampung Yagatsu, yaitu penutur di Kampung Sigare dan di sebelah barat, yaitu Kampung Semtaipin berbahasa bahasa Wiyagar. Di sebelah selatan Kampung Yagatsu, yaitu Kampung Arare berbahasa Tamario. Bahasa Awyu Darat dialek Kiki juga dituturkan oleh masyarakat yang berdomisili di sebelah timur Kampung Kiki, yaitu Kampung Isage; di sebelah utaran, yaitu Kampung Jufo Besar, dan di sebelah selatan, yaitu Kampung Eci. Selain itu, bahas Awyu Darat dialek Kiki dituturkan juga oleh masyarakat Kampung Aboge, Keru, Khanami, Asaren, Kopi, Kabu, Jufo Besar, dan Homang, Distrik Assue, Kabupaten Mappi.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Awyu Darat Yagatsu-Kiki merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 92,50%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Awyu Tokompatu (Awyu Tokhompatu) dan Awyu Darat Kotiak.
Bahasa Awyu Laut
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Awyu Laut dituturkan oleh masyarakat Kampung Bade, Distrik Edera, Kabupaten Mappi, Provinsi Papua. Menurut pengakuan penduduk, di sebelah timur Kampung Bade, yaitu Kampung Orogito; di sebelah barat, yaitu Kampung Sibi; di sebelah utara, yaitu Kampung Homlykia; dan di sebelah selatan, yaitu Kampung Banamefe dituturkan juga bahasa Awyu Laut itu. Bahasa Awyu Laut juga dituturkan oleh masyarakat di Kampung Geturk, Gimka, Khobeta, Osso, Bosma, Ogoto, dan Konebi.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Awyu Laut merupakan sebuah bahasa dengan persentase berkisar 99,25%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Awyu Tokompatu (Awyu Tokhompatu), Awyu Anggai, Awyu Darat Kotiak, Awyu Darat Yagatsu-Kiki, dan Awyu Metto.
Bahasa Retta
[sunting]Provinsi Nusa Tenggara Timur(Nusa Tenggara Timur)
Bahasa Retta dituturkan di Dusun Retta, Desa Pura Selatan, Kecamatan Pulau Pura, Kabupaten Alor, Provinsi NTT. Bahasa Retta juga dituturkan di Desa Ternate dan Ternate Selatan, Kecamatan Alor Barat Laut, Kabupaten Alor, Provinsi NTT. Menurut pengakuan penduduk, di Kecamatan Pulau Pura bahasa Retta merupakan bahasa minoritas, sedangkan bahasa mayoritasnya ialah bahasa Blagar. Di Kecamatan Alor Barat Laut, bahasa Retta juga merupakan bahasa minoritas, sedangkang bahasa mayoritasnya ialah bahasa Melayu.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Retta merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan di atas81% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa di sekitarnya, misalnya dengan bahasa Alor,Sawila, Nedebang, dan Pura.
Bahasa Awyu Meto
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Awyu Meto (Awyu Metto) dituturkan oleh masyarakat Kampung Metto, Distrik Ki, Kabupaten Boven Digoel, Provinsi Papua.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Awyu Meto (Awyu Metto) merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 88,25%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Awyu Laut, Yonggom, dan Awyu Tokompatu (Awyu Tokhompatu).
Bahasa Riung
[sunting]Provinsi Nusa Tenggara Timur(Nusa Tenggara Timur)
Bahasa Riung dituturkan di Kelurahan Benteng Tengah dan Desa Wangka, Kecamatan Riung, Kabupaten Ngada; di Desa Golo Meni Kecamatan Kota Komba, Kabupaten Manggarai; dan di Desa Kolang, Kecamatan Kuwus, Kabupaten Manggarai, Provinsi NTT.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, bahasa Riung terdiri atas empat dialek dengan persentase perbedaan berkisar 67,69-76,01%. Keempat dialek itu ialah:
- dialek Benteng Tengah yang dituturkan di Kelurahan Benteng Tengah, Kecamatan Riung, Kabupaten Ngada;
- dialek Wangka yang dituturkan di Desa Wangka, Kecamatan Riung, Kabupaten Ngada;
- dialek Manus yang dituturkan di Desa Golo Meni, Kecamatan Kota Komba, Kabupaten Manggarai; dan
- dialek Kolang yang dituturkan di Desa Kolang, Kecamatan Kuwus, Kabupaten Manggarai.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Riung merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan di atas 81% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa di sekitarnya, misalnya dengan bahasa Manggarai dan Ngada.
Bahasa Rongga
[sunting]Provinsi Nusa Tenggara Timur(Nusa Tenggara Timur)
Bahasa Rongga dituturkan di Desa Komba, Kecamatan Kota Komba, Kabupaten Manggarai Timur, Provinsi NTT. Di sebelah timur Desa Komba, yaitu di Desa Watu Nggene dan di sebelah selatan Desa Komba, yaitu di Desa Bamo juga dituturkan bahasa Rongga. Sementara itu, di sebelah barat dan utara Desa Komba dituturkan bahasa Kolor.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, bahasa Rongga merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan di atas 81% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa di sekitarnya, misalnya dengan bahasa Nage dan Rembong.
Bahasa Awyu Tokompatu
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Awyu Tokompatu (Awyu Tokhompatu) dituturkan oleh masyarakat Kampung Tokhompatu, Distrik Passue, Kabupaten Mappi, Provinsi Papua. Menurut pengakuan penduduk, di sebelah timur dan utara Kampung Tokhompatu dituturkan bahasa Awyu, sedangkan di sebelah barat dan selatan dituturkan bahasa Yaghai.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Awyu Tokompatu (Awyu Tokhompatu) merupakan sebuah bahasa dengan persentase berkisar 99,25%-100,00% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Awyu Anggai, Awyu Meto (Awyu Metto), Awyu Laut, Awyu Darat Yagatsu-Kiki, Yaghai, dan Tamario.
Bahasa Rote
[sunting]Provinsi Nusa Tenggara Timur(Nusa Tenggara Timur)
Bahasa Rote dituturkan di Desa Londalusi, Kecamatan Rote Timur; di Desa Olafulihaa, Kecamatan Pantai Baru; di Desa Maubesi Kecamatan Rote Tengah; di Desa Mokdale, Kecamatan, Lobalain; di Desa Oelua dan Oenitas, Kecamatan Rote Barat; dan di Desa Meoain, Kecamatan Rote Barat Daya, Kabupaten Rote, Provinsi NTT.
Bahasa Rote terdiri atas enam dialek, yaitu:
- dialek Ringgou yang dituturkan di Desa Londalusi, Kecamatan Rote Timur;
- dialek Karbafo yang dituturkan di Desa Olafulihaa, Kecamatan Pantai Baru;
- dialek Pada yang dituturkan di Desa Maubesi, Kecamatan Rote Tengah;
- dialek Baa yang dituturkan di Desa Mokdale, Kecamatan, Lobalain;
- dialek Dengka-Oenale yang dituturkan di Desa Oelua dan Oenitas, Kecamatan Rote Barat; dan
- dialek Thie yang dituturkan di Desa Meoain, Kecamatan Rote Barat Daya.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Rote merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan di atas 81% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa di sekitarnya, misalnya dengan bahasa Ndao dan Lura.
Bahasa Baedate
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Baedate (Nisa) dituturkan oleh suku Baedate, Kampung Bariwaro, Distrik Waropen Atas, Kabupaten Mamberamo Raya, Provinsi Papua. Sebelah timur Kampung Bariwaro adalah Kampung Bensor, sebelah barat adalah Kampung Marikai, sebelah utara adalah Kampung Sipisi. Kemudian, dan sebelah selatan adalah Kampung Barapasi. Kempat kampung tersebut menuturkan bahasa Baedate (Nisa)
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolekBaedate (Nisa) merupakan sebuah bahasa dengan persentase berkisar 99,5%-99,75% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Airo, Towe, Armati Sarma, bahasa Dubu (Tepi).
Bahasa Sabu
[sunting]Provinsi Nusa Tenggara Timur(Nusa Tenggara Timur)
Bahasa Sabu dituturkan di Desa Tanajawa Mesara, Kecamatan Hawu Mehara; di Desa Raemude dan Desa Mebba, Kecamatan Sabu Barat;dan di Desa Limagque, Ey Madake dan Ledeke, Kecamatan Sabu Timur, Kabupaten Sabu Raijua, Provinsi NTT. Bahasa Sabu terdiri atas tiga dialek dengan persentase perbedaan 51-71,48%. Tiga dialek itu ialah:
- dialek Tanna Jawa Mesara yang dituturkan di Desa Tanajawa Mesara, Kecamatan Hawu Mehara, Kabupaten Sabu Raijua;
- dialek Sabu Barat yang dituturkan di Desa Raemude dan Desa Mebba, Kecamatan Sabu Barat; dan
- dialek Sabu Timur yang dituturkan di Desa Limagque, Ey Madake dan Ledeke, Kecamatan Sabu Timur.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Sabu merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan di atas 81% jika dibandingkan dengan bahasa Raijua dan Kambera.
Bahasa Sawila
[sunting]Provinsi Nusa Tenggara Timur(Nusa Tenggara Timur)
Bahasa Sawila dituturkan di Desa Kolana Utara, Kecamatan Alor Timur, Kabupaten Alor, Provinsi NTT. Bahasa Sawila juga dituturkan di Desa Mausamang, Elok, Maritaing, dan Kolana Selatan. Di Desa Kolana Utara dituturkan juga bahasa Wersing.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Sawila merupakan bahasa tersendiri jika dibandingkan dengan bahasa-bahasalain, misalnya dengan bahasa Teiwa dan dengan bahasa Wersing dengan persentase perbedaan di atas 81%.
Bahasa Sikka
[sunting]Provinsi Nusa Tenggara Timur(Nusa Tenggara Timur)
Bahasa Sikka dituturkan di Desa Darat Gunung, Kecamatan Talibura; di Desa Nebe, Kecamatan Talibura; di Desa Ojang, Kecamatan Talibura; di Desa Kajowair, Kecamatan Hewokloang; di Desa Nale Urung, Kecamatan Maumere; di Desa Nitakloang, Kecamatan Nita; dan di Desa Lela, Kecamatan Lela, Kabupaten Sikka. Bahasa Sikka terdiri atas empat dialek, yaitu:
- dialek Darang Gunug yang dituturkan di Desa Darat Gunung, Kecamatan Talibura,
- dialek Nebe yang dituturkan di Desa Nebe, Kecamatan Talibura,
- dialek Ojang yang dituturkan di Desa Ojang, Kecamatan Talibura, dan
- dialek Klowe yang dituturkan di empat desa, yaitu Desa Kajowair, Kecamatan Hewokloang; Desa Nale Urung, Kecamatan Maumere; Desa Nitakloang, Kecamatan Nita; serta Desa Lela Kecamatan Lela.
Dialek Klowe terdiri atas tiga subdialek, yaitu Kajowair, Nitakloang, dan Lela. Penghitungan dialektometri menunjukkan persentase perbedaan antardialek tersebut berkisar 51%-77,43%.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Sikka merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan di atas 81% jika dibandingkan dengan bahasa Palu'e, Lio, dan Bajo.
Bahasa Tabundung
[sunting]Provinsi Nusa Tenggara Timur(Nusa Tenggara Timur)
Bahasa Tabundung dituturkan di Desa Billa, Kecamatan Tabundung, Kabupaten Sumba Timur, Pulau Sumba, Provinsi NTT. Menurut pengakuan penduduk, wilayah tutur bahasa Tabundung berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Kambera di sebelah utara. Di sebelah timur, utara, dan selatan Desa Billa juga merupakan wilayah tutur bahasa Tabundung.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, bahasa Tabundung merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan di atas 81% jika dibandingkan dengan bahasa Kambera dan Kambera Pandawai.
Bahasa Teiwa
[sunting]Provinsi Nusa Tenggara Timur(Nusa Tenggara Timur)
Bahasa Teiwa dituturkan di Desa Kaleb, Kecamatan Pantar Timur, pulau Pantar, Kabupaten Alor, Provinsi NTT. Menurut pengakuan penduduk, wilayah tutur bahasa Teiwa berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Kaera di sebelah timur, wilayah tutur bahasa Deing di sebelah barat, dan wilayah tutur bahasa Nedebang di sebelah utara.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Teiwa merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan di atas 81% jika dibandingkan dengan bahasa Alor dan Retta.
Bahasa Barapasi
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Barapasi dituturkan oleh etnik Barapasi di Kampung Barapasi, Distrik Waropen Atas, Kabupaten Waropen, Provinsi Papua. Menurut pengakuan penduduk, bahasa Barapasi dituturkan pula di sebelah barat Kampung Barapasi, sedangkan di sebelah timur Kampung Barapasi dituturkan bahasa Sorabi.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Barapasi merupakan sebuah bahasa dengan persentase berkisar 88%-90% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Woria dan Demisa.
Bahasa Batero
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Batero dituturkan oleh etnik Kawena di Kampung Pepasena, Distrik Mamberamo Hulu, Kabupaten Mamberamo Raya, Provinsi Papua.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Batero merupakan sebuah bahasa dengan persentase berkisar 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Dabra, Dasigo (Sidoghu), Eik (Foau), Soytai, Wari, Aabinomin, dan Airo.
Bahasa So a
[sunting]Provinsi Nusa Tenggara Timur(Nusa Tenggara Timur)
Bahasa So'a dituturkan di Desa Turaloa, Kecamatan Wolomeze; di Desa Loa, Kecamatan So'a; di Desa Keligejo, Kecamatan Aimere; di Desa Mbaenuamuri, Kecamatan Keo Tengah; di Desa Nata Nage, Kecamatan Boawae; dan di Desa Lape, Kecamatan Aesesa, Kabupaten Nagekeo, Kabupaten Ngada, Provinsi NTT. Penutur bahasa So'a berbeda-beda dalam menyebut bahasanya. Penutur di Desa Turaloa menyebut bahasa yang mereka tuturkan ini sebagai bahasa Ramba. Penutur di Desa Loa menyebutnya sebagai bahasa Loa atau Soa. Penutur di Kaligejo menyebutnya sebagai bahasa Keligejo. Penutur di Desa Mbau Nuamuari menyebut bahasanya sebagai bahasa Keo. Penutur di Desa Natanage menyebut bahasanya sebagai bahasa Nage. Penutur di Desa Lape menyebut bahasanya sebagai bahasa Lape.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek So'a terdiri atas enam dialek, yaitu:
- dialek Ramba yang dituturkan di Turaloa Kecamatan Wolomeze;
- dialek Loa yang dituturkan di Desa Loa, Kecamatan So'a;
- dialek Kaligejo yang dituturkan di Desa Keligejo, Kecamatan Aimere;
- dialek Keo yang dituturkan di Desa Mbaenuamuri, Kecamatan Keo Tengah;
- dialek Nata Nage dipakai di Desa Nata Nage, Kecamatan Boawae; dan
- dialek Lape yang dipakai di Desa Lape, Kecamatan Aesesa, Kabupaten Nagekeo.
Persentase perbedaan antardialek tersebut berkisar 53,38-78,78%.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek So'a merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan di atas 81% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa di sekitarnya, seperti bahasa Ngada dan Riung.
Bahasa Awban
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Awban (Bese) dituturkan oleh masyarakat Kampung Awban, Distrik Seredela, Kabupaten Yahukimo, Provinsi Papua. Menurut pengakuan penduduk, bahasa Awban (Bese) juga dituturkan oleh sebagian masyarakat Kampung Butuketnaw yang terletak di sebelah barat Kampung Awban dan Kampung Bayono (Marketun) yang terletak di sebelah utara Kampung Awban. Di sebelah timur Kampung Awban, yaitu Kampung Tokuni yang dituturkan bahasa Tokuni; di sebelah utara, yaitu Kampung Bayono (Markertun) dituturkan bahasa Bayono; dan di sebelah selatan, yaitu Kampung Bondoa dan Kampung Tuarama dituturkan bahasa Momuna.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Awban (Bese) merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Ulakin (Ulakuno), Arubos, dan Silimo.
Bahasa Sumba Barat
[sunting]Provinsi Nusa Tenggara Timur(Nusa Tenggara Timur)
Bahasa Sumba Barat dituturkan di Desa Dede Kadu, Kecamatan Loli; di Desa Bondo Kodi, Kecamatan Kodi; di Desa Karuni, Kecamatan Loura, Kabupaten Sumba Barat Daya; di Desa Tana Keke, Kecamatan Wewewa Selatan; di Desa Kabu Karudi, Kecamatan Lamboya; di Desa Kalembu Ndara Mane, Kecamatan Wewewa Timur; dan di Desa Malata, Kecamatan Tana Righu, Kabupaten Sumba Barat, Provinsi NTT.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Sumba Barat terdiri atas tujuh dialek, yaitu:
- dialek Loli yang dituturkan di Desa Dede Kadu, Kecamatan Loli, Kabupaten Sumba Barat Daya;
- dialek Kodi yang dituturkan di Desa Bondo Kodi, Kecamatan Kodi, Kabupaten Sumba Barat Daya;
- dialek Loura yang dituturkan di Desa Karuni, Kecamatan Loura, Kabupaten Sumba Barat Daya;
- dialek Tanamaring yang dituturkan di Desa Tana Keke, Kecamatan Wewewa Selumba Barat;
- dialek Lamboya yang dituturkan di Desa Kabu Karudi, Kecamatan Lamboya, Kabupaten Sumba Barat;
- dialek Wejewa yang dituturkan di Desa Kalembu Ndara Mane, Kecamatan Wewewa Timur, Kabupaten Sumba Barat; dan
- dialek Tamaringu yang dituturkan di Desa Malata, Kecamatan Tana Righu, Kabupaten Sumba Barat.
Persentase perbedaan antardialek tersebut berkisar 51,92%-78,93%.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Sumba Barat merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan di atas 81% jika dibandingkan dengan bahasa Sumba Timur dan Sabu.
Bahasa Bauzi
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Bauzi dituturkan oleh masyarakat Kampung Wakeyadi, Distrik Mamberamo Tengah, Kabupaten Mamberamo Raya, Provinsi Papua. Menurut pengakuan penduduk, di sebelah timur Kampung Wakeyadi dituturkan bahasa Noyadi, di sebelah barat dituturkan bahasa Waropen, dan di sebelah utara dituturkan bahasa Biritai.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Bauzi merupakan sebuah bahasa dengan persentase berkisar 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Bawija, Biritai, Burumeso (Burmeso), Kawera, Manua (Eritai), Nobuk, dan Obokuitai.
Bahasa Beneraf
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Beneraf dituturkan oleh etnik Waynok di Kampung Betaf, Distrik Pantai Timur, Kabupaten Sarmi, Provinsi Papua. Menurut pengakuan penduduk, di sebelah barat bahasa Kampung Betaf dituturkan bahasa Takar, Yamna, dan Tolikora.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Beneraf merupakan sebuah bahasa dengan persentase berkisar 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Berik, Betaf-Takar (Fitoow Or), Kwinsu, dan Sunum.
Bahasa Tetun
[sunting]Provinsi Nusa Tenggara Timur(Nusa Tenggara Timur)
Bahasa Tetun dituturkan oleh sebagian besar penduduk di Desa Lakekun, Kecamatan Kobalima, Kabupaten Malaka, Provinsi NTT. Menurut pengakuan penduduk, di sebelah timur, barat, dan selatan Desa Lakekun juga merupakan wilayah tutur bahasa Tetun. Sementara itu, di sebelah utara Desa Lakuken merupakanwilayah tutur bahasa Dawan.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Tetun merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan di atas81% jika dibandingkan dengan bahasa Bunak dan Dawan.
Bahasa Berik
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Berik dituturkan oleh etnik Berik di Kampung Samanente, Distrik Tor Atas, Kabupaten Sarmi, Provinsi Papua. Menurut pengakuan penduduk, Kampung Samanente berbatasan dengan daerah-daerah sebaran penutur bahasa Berik.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Berik merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 94,5%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Bora-Bora, Betaf-Takar (Fitoow Or), dan Lik.
Bahasa Betaf-Takar
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Betaf-Takar (Fitoow Or) dituturkan oleh masyarakat Kampung Betaf, Distrik Pantai Timur dan Finyabor (Takar), Distrik Pantai Timur Bagian Barat, Kabupaten Sarmi, Provinsi Papua. Bahasa Betaf-Takar (Fitoow Or) terdiri atas dua dialek, yaitu:
- dialek Betaf yang dituturkan di Kampung Betaf dan
- dialek Takar yang dituturkan di Kampung Finyabor (Takar).
Persentase perbedaan kedua dialek tersebut adalah 76,48%.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Betaf-Takar (Fitoow Or) merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 94,5%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Anus, Berik, Dabe, dan Beneraf.
Bahasa Tewa
[sunting]Provinsi Nusa Tenggara Timur(Nusa Tenggara Timur)
Bahasa Tewa dituturkan di Desa Madar, Kecamatan Pantar, Kabupaten Alor, Provinsi NTT. Bahasa Tewa juga dituturkan di Desa Lebang, Tamalabang, Boweli, dan Lekom. Menurut pengakuan penutur, di sebelah timur Desa Madar, yaitu Desa Boweli, juga dituturkan bahasa Tewa. Sementara itu, di sebelah barat Desa Madar, yaitu Desa Balong, ada yang menuturkan bahasa Nedebang. Penutur bahasa Tewa berjumlah kurang lebih 400 jiwa yang sebagian besar merupakan suku Tewa.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Tewa merupakan bahasa tersendiri dengan persentase perbedaan di atas 81% jika dibandingkan dengan-bahasa bahasa lain, misalnya dengan bahasa Blagar dan bahasa Sawila.
Bahasa Bawija
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Bawija dituturkan oleh masyarakat Kampung Bawija, Distrik Mamberamo Tengah, Kabupaten Mamberamo Raya, Provinsi Papua.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Bawija merupakan sebuah bahasa dengan persentase berkisar 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Bauzi, Biritai, Burumeso (Burmeso), Kawera, Manua (Eritai), Nobuk, dan Obokuitai.
Bahasa Wanukaka (Wanokaka)
[sunting]Provinsi Nusa Tenggara Timur(Nusa Tenggara Timur)
Bahasa Wanukaka (Wanokaka) dituturkan di Desa Tara Manu, Kecamatan Wanokaka, Kabupaten Sumba Barat, Provinsi NTT. Penutur bahasa Wanukaka (Wanokaka)juga tersebar di beberapa desa lain di sekitarnya, yaitu di sebelah timur Desa Tara Manu, yaitu Desa Hupu Mada; di sebelah barat, yaitu Desa Praibakul; di sebelah utara, yaitu Desa Katikuloku; dan di sebelah selatan, yaitu Desa Wehura. Bahasa Wanukaka (Wanokaka) juga dituturkan di Desa Mamado dan Pahola. Selain Bahasa Wanukaka (Wanokaka), di desa ini juga dituturkan bahasa Ruwa.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, bahasa Wanukaka (Wanokaka) di Kabupaten Sumba Barat memiliki perbedaan sebesar di atas 81% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasadi sekitarnya, misalnya dengan bahasa Wewewa dan Laboya.
Bahasa Beyaboa
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Beyaboa dituturkan oleh masyarakat Kampung Ubiyau, Distrik Arso, Kabupaten Keerom, Provinsi Papua. Selain di kampung itu, bahasa Beyaboa juga dituturkan oleh masyarakat Kampung Skamto. Menurut pengakuan penduduk, wilayah tutur bahasa Beyaboa di sebelah timur Kampung Ubiyau berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Melap, di sebelah barat dengan wilayah tutur bahasa Muluh, di sebelah utara dengan wilayah tutur bahasa Marap, dan di sebelah selatan dengan wilayah tutur bahasa Abrap.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Beyaboa merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Daikat (Taikat), Marap, Mnanggi, dan Abrap.
Bahasa Biak
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Biak dituturkan oleh etnik Biak di Kampung Kajasbo, Distrik Biak Timur, Kabupaten Biak Numfor, Provinsi Papua. Menurut pengakuan penduduk, bahasa Biak dituturkan juga oleh masyarakat yang tinggal di Kampung Wanderbo, Adibai, Son, dan Opiaref.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Biak merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 92%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Serui Laut, Yawa Onate, dan Warari Onate.
Bahasa Bian Marind Deg
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Bian Marind Deg dituturkan oleh suku Marind di Kampung Muting, Distrik Muting, Kabupaten Merauke, Provinsi Papua. Menurut pengakuan penduduk, wilayah tutur bahasa Bian Marind Deg di Kampung Muting berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Jawa di sebelah timur dan selatan dan di sebelah utara berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Sigabel dan bahasa Bian Marind Deg.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Bian Marind Deg merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Engkalembu, Imbuti (Marind), Kanum Barkari, Kimaam, Kimagima, dan Komolom (Mombun).
Bahasa Biritai
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Biritai dituturkan oleh masyarakat Kampung Biri, Distrik Mamberamo Tengah Timur, Kabupaten Mamberamo Raya, Provinsi Papua. Menurut pengakuan penduduk, di sebelah timur Kampung Biri dituturkan bahasa Obokutai, di sebelah barat dituturkan bahasa Suhubidai, di sebelah utaranya dituturkan bahasa Tembako, dan di sebelah selatan dituturkan bahasa Bauzi.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Biritai merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Bawija, Burumeso (Burmeso), Kawera, Manua (Eritai), Nobuk, dan Obokuitai.
Bahasa Biyekwok
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Biyekwok dituturkan oleh etnik Skamto di Kampung Skanto, Distrik Skanto, Kabupaten Keerom, Provinsi Papua. Menurut pengakuan penduduk, di sebelah timur Kampung Skamto dituturkan bahasa Marap dan di sebelah barat, utara, dan selatan dituturkan bahasa Meluap.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Biyewok merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 99,50%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Abrap, Dra, Beyaboa, dan Marap.
Bahasa Wersing (Kolana (Wirasina))
[sunting]Provinsi Nusa Tenggara Timur(Nusa Tenggara Timur)
Bahasa Wersing (Kolana) (Wirasina) dituturkandi Desa Kolana Utara, Kecamatan Alor Timur, Kabupaten Alor, Provinsi NTT. Bahasa Wersing (Kolana) (Wirasina) dituturkan juga di desa Maritaing, Maisamang, Elok, dan Kolana Selatan. Bahasa lain yang dituturkan di Desa Kolana Utara ialah bahasa Sawila.
Menurut pengakuan penduduk, jumlah penutur bahasa Wersing (Kolana) (Wirasina) berkisar 599 orang yang mendiami daerah pesisir pantai. Suku yang dominan di Desa Kolana Utara ialah suku Sawila.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, bahasa Wersing(Kolana) (Wirasina)merupakan bahasa tersendirijika dibandingkan dengan bahasa-bahasalain di sekitarnya dengan persentase perbedaan di atas 81%, misalnya dengan bahasa Nedebang, Alor, Batu, Deing, dan Kepo.
Bahasa Blue Klesi
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Blue Klesi dituturkan oleh masyarakat Kampung Dukeno (Dikening) dan Klaisu, Distrik Gresi Selatan, Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua. Bahasa itu dituturkan juga di Kampung Nimbo Gresi, Iwon, Bangai, dan di kampung-kampung aliran Kali Neibu. Menurut pengakuan penduduk, wilayah tutur bahasa Blue Klesi berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Klisi di sebelah timur (Kampung Bring), bahasa Namblong di sebelah barat (Sarbey Atas), bahasa Namblong di sebelah utara (Kampung Sermey Bawah), danbahasa Klisi (Blue Klisi) di sebelah selatan (Kampung Iwon).
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Blue Klesi merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan sebesar 90%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Kapauri (Kapori), Elseng, dan Elseng Koarjab.
Bahasa Berbai
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Berbai (Woda) dituturkan oleh etnik Berbai di Kampung Woda, Distrik Raimbawi, Kabupaten Kepulauan Yapen, Provinsi Papua. Menurut pengakuan penduduk, bahasa Berbai dituturkan juga oleh penduduk Kampung Paparu (Serenui), Nunsebai, Wobokompi, dan Korombobi. Di sebelah timur Kampung Woda, yaitu Kampung Kororompui dituturkan bahasa Wansma; di sebelah barat, yaitu Dusun Aisau dituturkan bahasa Berbai; di sebelah selatan, yaitu Kampung Kerenui dituturkan bahasa Berbai; dan di sebelah utara tidak ada bahasa karena berupa lautan.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Berbai merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 94,5%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Kurudu (Myobo), Kiri-kiri, Nosaudare, dan Fayu.
Bahasa Bku (Bgu)
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Bku (Bgu) dituturkan oleh masyarakat Kampung Kiren, Distrik Bonggo Tengah, Kabupaten Sarmi, Provinsi Papua.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Bku (Bgu) merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 90%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Anus, Dinana (Marenggi), Gufinti, Kaptau, Mander, Mawes Dey (Mawesdey), Mawes Wares (Maweswares), Srum, dan Vedan Nus (Ponden).
Bahasa Wewewa (Wejewa)
[sunting]Provinsi Nusa Tenggara Timur(Nusa Tenggara Timur)
Bahasa Wewewa (Wejewa) dituturkan oleh etnik Daparoka dan Benjelo di Desa Mata Pyawu, Kecamatan Wewewa Timur, Kabupaten Sumba Barat Daya, Provinsi NTT. Bahasa ini dituturkan juga di sekitar Desa Mata Pyawu, yaitu di Desa Weelimbudaramane, Desa Weelimma dan Desa Tematana. Sementara itu, di sebelah timur Desa Mata Pyawu, yaitu Desa Sobawawi dituturkan bahasa Loli.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, bahasa Wewewa (Wejewa) berbeda dengan bahasa-bahasadi sekitarnya dengan persentase perbedaan di atas 81%, misalnya dengan bahasaAbui (Aboa), Anakalang, Wanukaka, Gaura, dan Kambera.
Bahasa Boi
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Boi dituturkan oleh masyarakat Kampung Nadofuai (Berai), Distrik Waropen Atas, Kabupaten Waropen, Provinsi Papua. Menurut pengakuan penduduk, bahasa Boi juga dituturkan oleh masyarakat Kampung Sawri Sirami dan Rawiwa.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Boi merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 97,75%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Segar, Kapauri, Kaptiau, bahasa Tangko, Kwinsu, Kwerba, Tabahair, Tomor, dan Kemtuk, Maklew, Warion, Kamoro, dan Asmat Sirat.
Bahasa Bonoi
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Bonoi (Boni-Bunu) dituturkan oleh masyarakat Kampung Bonoi, Distrik Sawai, Kabupaten Memberamo Raya, Provinsi Papua. Menurut pengakuan penduduk, bahasa Bonoi dituturkan juga oleh penduduk Kampung Warembori dan Tamakuri. Di sebelah timur Kampung Bonoi, yaitu Kampung Anasi dituturkan bahasa Anasi. di sebelah barat, yaitu Kampung Poiwai dituturkan bahasa Rampambrai, di sebelah utara, yaitu Kampung Kaipuri (Kurudu)dituturkan bahasa Kaipuri, dan di sebelah selatan, yaitu Kampung Barapasi dituturkan bahasa Barapasi, Bensor, dan Sorabi.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Bonoi merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 93,25%--.99,75% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Warembori dan Kurudu (Kaipuri).
Bahasa Bora-Bora
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Bora-Bora dituturkan oleh masyarakat Kampung Bora-Bora, Distrik Ismari (Tor Atas), Kabupaten Sarmi, Provinsi Papua.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Bora-Bora merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 90%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Segar, Kwinsu, dan Bku (Bgu).
Bahasa Burate
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Burate dituturkan oleh masyarakat di Kampung Burate, Distrik Wapoga, Kabupaten Waropen, Provinsi Papua. Selain di Kampung Burate, bahasa Burate juga dituturkan di Kampung Totoberi. Wilayah tutur bahasa Burate berdekatan dengan kampung-kampung yang menuturkan bahasa Awera.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Burate merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Sudate (Sehudate), Awera, Saponi, Nubuai, dan Waren.
Bahasa Ambalau
[sunting]Provinsi Maluku(Maluku)
Bahasa Ambalau dituturkan oleh masyarakat di Desa Ulima, Kecamatan Ambalau, Kabupaten Buru Selatan, Provinsi Maluku. Menurut pengakuan penduduk, bahasa itu dituturkan juga di sebelah timur, barat, dan selatan Desa Ulima.
Hasil penghitungan dialektometri menunjukkan isolek Ambalau merupakan sebuah bahasa karena persentase perbedaannya dengan bahasa lain di Maluku sebesar 81%-100%, misalnya dengan bahasa Buru.
Bahasa Asilulu
[sunting]Provinsi Maluku(Maluku)
Bahasa Asilulu dituturkan oleh masyarakat beberapa desa di Kabupaten Maluku Tengah, Kota Ambon, dan Seram Bagian Barat, Provinsi Maluku. Bahasa itumemiliki lima belas dialek, yaitu:
- dialek Hatuhaha yang dituturkan di Desa Pelauw, Kailolo, Kabauw, Rohomoni, dan Hulaliu, Kecamatan Pulau Haruku, Kabupaten Maluku Tengah;
- dialek Siri Sori yang dituturkan di Desa Siri Sori, Kecamatan Saparua Timur, Kabupaten Maluku Tengah;
- dialek Tanah Titawai yang dituturkan di Desa Titawaai, Kecamatan Nusa Laut, Kabupaten Maluku Tengah;
- dialek Asilulu Leihitu yang dituturkan di Desa Larike, Kecamatan Leihitu Barat, dan Desa Asilulu, Negeri Lima, Kecamatan Leihitu, Kabupaten Maluku Tengah;
- dialek Hitu yang dituturkan di Desa Hitulama, Hitumessing, Mamala, Morella, Wakal, dan Hila, Kecamatan Leihitu, Kabupaten Maluku Tengah;
- dialek Tulehu yang dituturkan di Desa Tulehu, Tial, Tengah Tengah dan Liang, Kecamatan Salahutu, Kabupaten Maluku Tengah;
- dialek Amahai yang dituturkan di Desa Amahai dan Rutah, Kecamatan Amahai, Kabupaten Maluku Tengah;
- dialek Sepa yang dituturkan di Desa Sepa, Kecamatan Amahai, Kabupaten Maluku Tengah;
- dialek Tamilow yang dituturkan di Desa Tamilouw, Kecamatan Amahai, Kabupaten Maluku Tengah;
- dialek Tehoru yang dituturkan di Desa Tehoru, Kecamatan Tehoru, Kabupaten Maluku Tengah;
- dialek Huaulu yang dituturkan di Desa Huaulu, Kecamatan Seram Utara, Kabupaten Maluku Tengah;
- dialek Koa (Manusela) yang dituturkan di Desa Air Besar, Kecamatan Seram Utara, Kabupaten Maluku Tengah;
- dialek Kaitetu yang dituturkan di Desa Kaitetu dan Seith, Kecamatan Leihitu, Kabupaten Maluku Tengah;
- dialek Laha yang dituturkan di Desa Laha, Kecamatan Teluk Ambon, Kota Ambon; dan
- dialek Elpaputih yang dituturkan di Desa Elpaputih, Kecamatan Elpaputih, Kabupaten Seram Bagian Barat.
Persentase perbedaan dialektometri antardialek tersebut berkisar 52%--77%.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Asilulu merupakan sebuah bahasa karena persentase perbedaannya dengan bahasa lain di Maluku berkisar 81%-100%, misalnya dengan bahasa Luhu dan Saleman.
Bahasa Burukmakot
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Burukmakot (Burupmakot) dituturkan oleh masyarakat Kampung Burupmakot, Distrik Seredela, KabupatenYahukimo, Provinsi Papua. Menurut pengakuan penduduk, bahasa Burukmakot dituturkan juga oleh penduduk di Kampung Woman (Yahokimo), Ujungbatu (Asmat), Tanahbaru (Asmat), Muara John (Asmat), Danau Wage (Boven Digul), dan Abiowage (Boven Digul). Bahasa Burukmakot berbatasan dengan bahasa Kwer di sebelah barat dan bahasa Una di sebelah utara Kampung Burupmakot.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Burukmakot merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 89,25%-99,75% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Korowai Baigun, Arubos (Arubkor), Momuna, Kwer (Kofet, Kwet), Ndarame, Kanum Barkari, dan Dani Atas.
Bahasa Balkewan
[sunting]Provinsi Maluku(Maluku)
Bahasa Balkewan dituturkan oleh etnik Balakeu di Dusun Balakeu, Desa Atiahu, Kecamatan Siwalalat, Kabupaten Seram Bagian Timur, Pulau Seram, Provinsi Maluku. Wilayah penggunaan bahasa Balkewan tidak sebatas di wilayah ini, tetapi juga dituturkan di Dusun Ihtonam, Horen, Mainkem, dan Belam yang ada di sebelah utara Dusun Balakeu. Menurut pengakuan penduduk, wilayah tutur bahasa Balkewan berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Kali-Kali di sebelah timur, yaitu Dusun Manlea; berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Liang Botam di sebelah barat; dan berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Elnama di sebelah selatan, yaitu Desa Werinama. Hasil penghitungan dialektometri menunjukkan isolek Balkewan merupakan sebuah bahasa karena persentase perbedaannya dengan bahasa lain di Maluku berkisar 81-100%, misalnya dengan bahasa Leinam 91% dan Elnama 98%.
Bahasa Banda
[sunting]Provinsi Maluku(Maluku)
Bahasa Banda dituturkan oleh masyarakat di Desa Banda Eli, Kecamatan Kei Besar Utara Timur, dan Desa Elat, Kecamatan Kei Besar, Kabupaten Maluku Tenggara, Pulau Kei Besar, Provinsi Maluku. Menurut pengakuan penduduk, bahasa Banda dituturkan juga di Desa Banda Elat.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Banda merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa lain di Maluku, misalnya bahasa Kei dan Kur.
Bahasa Burumeso
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Burumeso (Burmeso) dituturkan oleh masyarakat Kampung Burmeso, Distrik Mamberamo Tengah, Kabupaten Sarmi, Provinsi Papua.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Burumeso (Burmeso) merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnyabahasa Bawija, Biritai, Burumeso (Burmeso), Kawera, Manua (Eritai), Nobuk, dan Obokuitai.
Bahasa Barakai
[sunting]Provinsi Maluku(Maluku)
Bahasa Barakai dituturkan oleh masyarakat diDesa Gomo-Gomo, Lorang, Mariri, Kobasel Timur, dan Kobasel Fara, Kabupaten Kepulauan Aru, Provinsi Maluku. Bahasa ini mempunyai empat dialek, yaitu:
- dialek Gomo-Gomo yang dituturkan di Desa Gomo-Gomo, Kecamatan Aru Tengah Selatan;
- dialek Lorang yang dituturkan di Desa Lorang, Kecamatan Aru Tengah;
- dialek Mariri yang dituturkan di Desa Mariri, Kecamatan Aru Tengah Timur; dan
- dialek Koba yang dituturkan di Desa Kobasel Timur dan Kobasel Fara, Kecamatan Aru Tengah.
Persentase perbedaan antardialek tersebut berkisar 60-79%.
Hasil penghitungan dialektometri menunjukkan bahwa isolek Barakai merupakan sebuah bahasa dengan persentase berkisar 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa lain di Maluku, misalnya bahasa Karey dan Kola.
Bahasa Bobar
[sunting]Provinsi Maluku(Maluku)
Bahasa Bobat dituturkan oleh masyarakat di Desa Werinama, Kecamatan Werinama, Kabupaten Seram Bagian Timur, Provinsi Maluku. Menurut pengakuan penduduk, selain di Desa Werinama, bahasa Bobat dituturkan juga di sebelah timur dan barat Desa Werinama. Wilayah tutur bahasa Bobat berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Wahai di sebelah utara.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Bobat merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa lain di Maluku, misalnya bahasa Elnama dan Balkewan.
Bahasa Busami
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Busami dituturkan oleh masyarakat Kampung Kamanaf, Distrik Kosiwo, Kabupaten Yapen, Pulau Yapen, Provinsi Papua. Selain di Kampung Kamanaf, bahasa Busami juga dituturkan di Kampung Panduami, Mariarotu, dan Kaonda. Selain bahasa Busami, di Kampung Kamanaf juga dituturkan bahasa Ansus dan bahasa Onate oleh sebagian kecil masyarakat. Menurut pengakuan penduduk, Kampung Kamanaf berbatasan dengan Kampung Panduami di sebelah timur, dengan Kampung Mariarotu di sebelah barat, dan dengan Kampung Kaonda di sebelah selatan.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Busami merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Munggui, Maraw, Poom, Onate, dan Ansus.
Bahasa Damar Timur
[sunting]Provinsi Maluku(Maluku)
Bahasa Damar Timur dituturkan oleh masyarakat yang berada di Desa Kumur dan Kuaimelu, Kabupaten Maluku Barat Daya, Provinsi Maluku. Bahasa itu terdiri atas dua dialek, yaitu:
- dialek Damar Timur Kumur yang dituturkan di Desa Kumur, Kecamatan Damer dan
- dialek Kuaimelu yang dituturkan di Desa Kuaimelu, Kecamatan Damer.
Persentase perbedaan antardialek tersebut sebesar 79%.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Damar Timur merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa lain di Maluku, misalnya bahasa Oirata dan Letti.
Bahasa Dabra
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Dabra dituturkan oleh masyarakat Kampung Taria, Distrik Mamberamo Hulu, Kabupaten Mamberamo Raya, Provinsi Papua.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Dabra merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Dasigo (Sidoghu), Eik (Foau), Soytai, Wari, Aabinomin, dan Airo.
Bahasa Buru
[sunting]Provinsi Maluku(Maluku)
Bahasa Buru dituturkan oleh masyarakat di Desa Wamlana dan Waereman, Kecamatan Fena Leisela, Kabupaten Buru dan Desa Fogi, Kecamatan Kepala Madan, Kabupaten Buru Selatan, Provinsi Maluku. Bahasa Buru dituturkan juga di sebelah timur, barat, utara, dan selatan kedua desa itu.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Buru merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan bahasa berkisar 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa lain di Maluku, misalnya bahasa Ambalau dan Kayeli.
Bahasa Dabe
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Dabe dituturkan oleh masyarakat Kampung Dabe, Distrik Pantai Timur Barat, Kabupaten Sarmi, Provinsi Papua. Menurut pengakuan penduduk, di sebelah timur Kampung Dabe dituturkan bahasa Nengke, di sebelah barat dituturkan bahasa Kejer, di sebelah utara berbatasan dengan gunung, di sebelah selatan berbatasan dengan lautan.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Dabe merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 94%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Kejer Manirem, Kwesten Arare, Kwinsu, Masimasi, Sobey Wakde, dan Sunu.
Bahasa Citak
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Citak dituturkan oleh suku Citak di Kampung Tugumau, Distrik Ti Zain, Kabupaten Mappi, Provinsi Papua. Bahasa Citak juga dituturkan di Kampung Kumaban, Sagis, Basman, Abau, Kumasma, Womin, Bidnew, Fomu, Tiau, dan Binerbis. Menurut pengakuan penduduk, di Distrik Senggo terdapat bahasa Awyu Darat, Asmat Darat, Korowai, dan Kombai. Namun, semua kampung di sekeliling Kampung Tugumau berbahasa Citak.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Citak merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Yabega, Ngguntar 100%, dan Tamer Tunai.
Bahasa Daikat
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Daikat (Taikat) dituturkan oleh etnik Brotian di Kampung Arso Kota, Distrik Arso, Kabupaten Keerom, Provinsi Papua. Bahasa ini dituturkan juga di Kampung Kwimi, Wor, Bate, dan Bagia. Menurut pengakuan penduduk, di sebelah timur Kampung Arso Kota, yaitu di Kampung Wambes dituturkan bahasa Manem, di sebelah barat, yaitu Kampung Ubiyau dituturkan bahasa Beyaboa, di sebelah utara, yaitu Kampung Koya dituturkan bahasa Melwap, di sebelah selatan, yaitu Kampung Wembi dituturkan bahasa Manem.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Daikat (Taikat) merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 95,75%-99,75% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Marap, Mnanggi, dan Abrap.
Bahasa Dajub
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Dajub (Tokuni) dituturkan oleh masyarakat di Kampung Tokuni, Distrik Seredela, Kabupaten Yahukimo, Provinsi Papua. Bahasa Dajub (Tokuni) juga dituturkan oleh beberapa orang di Kampung Marup, Bingi, Kindua, Murup, Togup, Marup III, dan Teret. Menurut pengakuan penduduk, sebelah timur Kampung Tokuni, yaitu Kampung Kopet dituturkan bahasa Kopet, sebelah barat, yaitu Kampung Bundua dituturkan bahasa Momuna, sebelah utara, yaitu Kampung Kindua dituturkan bahasa Dajub, dan sebelah selatan, yaitu Kampung Uraken dituturkan menuturkan bahasa Bese.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Dajub (Tokuni) merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 95,25%--99,5% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Awban (Bese), Ulakin (Ulakuno), dan Arubos (Arubkor).
Bahasa Damal
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Damal dituturkan oleh etnik Damal di Kampung Karang Mulia, Distrik Nabire, Kabupaten Nabire, Provinsi Papua. Menurut pengakuan penduduk, di sebelah timur Kampung Karang Mulia dituturkan bahasa Dani, di sebelah barat dituturkan bahasa Mee dan Ekari, di sebelah utaranya dituturkan bahasa Moni, dan di sebelah selatan dituturkan bahasa Wate.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Damal merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 84%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Moni 84% dan Kamoro.
Bahasa Elnama
[sunting]Provinsi Maluku(Maluku)
Bahasa Elnama dituturkan oleh masyarakat di Desa Werinama, Kecamatan Werinama, Kabupaten Seram Bagian Timur, Pulau Seram, Provinsi Maluku. Menurut pengakuan penduduk, bagian timur dan barat Desa Werinama, yakni Desa Hatuimeten dan Desa Bemo, juga merupakan wilayah tutur bahasa Elnama. Sementara itu, di sebelah utara wilayah tutur bahasa Elnama berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Balkewan dan di sebelah selatan berbatasan dengan laut.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Elnama isolek Dobel merupakan sebuah bahasa karena persentase perbedaannya dengan bahasa lain di Maluku sebesar 81%-100%, misalnya bahasa Bobat dan Balkewan.
Bahasa Dawelor
[sunting]Provinsi Maluku(Maluku)
Bahasa Dawelor dituturkan oleh etnik Alkuki, Bwera, dan Tomreli di Desa Wiratan, Kecamatan Dawelor Dawera Kabupaten Maluku Barat Daya, Provinsi Maluku. Selain di desa itu, bahasa Dawelor dituturkan juga di Desa Watuwei, Nurnyaman, Ilmarang, Welora, dan Letmasa. Menurut pengakuan penduduk, wilayah tutur bahasa Dawelor tidak berbatasan dengan wilayah tutur bahasa lain karena bahasa yang dituturkan masyarakat di sebelah barat desa itu, yaitu Desa Watuwei dan utara, yaitu Desa Nurnyaman adalah bahasa Dawelor juga, sedangkan di sebelah timur dan selatan berbatasan dengan laut.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Dawelor merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81%--100% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa lain di Maluku, seperti bahasa Yatoke dan Serili.
Bahasa Dobel
[sunting]Provinsi Maluku(Maluku)
Bahasa Dobel dituturkan oleh masyarakat Desa Dobel[1], Kecamatan Aru Tengah, Kabupaten Kepulauan Aru, Pulau Baun, Provinsi Maluku. Menurut pengakuan penduduk, di sebelah timur dan utara wilayah tutur bahasa itu berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Barakai (dialek Koba), di sebelah barat wilayah tutur bahasa Tarangan Timur, dan di sebelah selatan wilayah tutur bahasa Mesian.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Dobel merupakan sebuah bahasa karena persentase perbedaannya dengan bahasa-bahasa lain di Maluku sebesar 81-100%, misalnya bahasa Lola dan Kola.
Bahasa Emplawas
[sunting]Provinsi Maluku(Maluku)
Bahasa Emplawas dituturkan oleh masyarakat Emplawas di Desa Emplawas, Kecamatan Pulau-Pulau Babar Timur¸ Kabupaten Maluku Barat Daya, Provinsi Maluku. Bahasa Emplawas dituturkan juga di Desa Tela, Lawawang, dan Iblatmuntah. Sementara itu, di Desa Emplawas juga dituturkan bahasa Marsela selain bahasa Emplawas. Menurut pengakuan penduduk, di sebelah barat wilayah tutur bahasa Emplawas berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Masbuar, yaitu di Desa Masbuar; di sebelah utara berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Melayu dialek Melayu Ambon, yaitu di Desa Tutuawano; dan di sebelah timur dan selatan berbatasan dengan laut.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Emplawas merupakan sebuah bahasa karena persentase perbedaannya dengan bahasa lain di Maluku berkisar 96%-99%, misalnya dengan Marsela Barat 96% dan Marsela Timur 97%.
Bahasa Fordata (Iyaru)
[sunting]Provinsi Maluku(Maluku)
Bahasa Fordata (Iyaru) dituturkan oleh masyarakat Desa Ritabel,Pulau Larat, Kecamatan Tanimbar Utara, Kabupaten Maluku Tenggara Barat, Provinsi Maluku. Menurut pengakuan penduduk, di sebelah barat wilayah tutur bahasa Fordata (Iyaru) berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Yamdena.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Fordata (Iyaru) merupakan sebuah bahasa karena persentase perbedaanya dengan bahasa lain di Maluku berkisar 81%-100%, misalnya bahasa Yamdena dan Selaru.
Bahasa Hoti
[sunting]Provinsi Maluku(Maluku)
Bahasa Hoti dituturkan oleh masyarakat di Desa Hote, Kecamatan Bula Barat, Kabupaten Seram Bagian Timur, Provinsi Maluku. Menurut pengakuan penduduk,di sebelah barat wilayah tutur bahasa Hoti berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Banggoi.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Hoti merupakan sebuah bahasa karena persentase perbedaannya dengan bahasa lain di Maluku berkisar 81%-100%, misalnya bahasa Seram dan Kaham.
Bahasa Illiun (Iliiuun)
[sunting]Provinsi Maluku(Maluku)
Bahasa Illiun dituturkan oleh masyarakat di Desa Ilwaki, Uhak, Lurang, dan Ustutun, Kabupaten Maluku Tenggara Barat, Provinsi Maluku. Bahasa itu terdiri atas empat dialek, yaitu:
- dialek Talur (Galoleng) yang dituturkan di Desa Ilwaki, Kecamatan Wetar,
- dialek Perai yang dituturkan di Desa Uhak, Kecamatan Wetar Utara,
- dialek Aputai yang dituturkan di Desa Lurang, Kecamatan Wetar Utara, dan
- dialek Ustutun yang dituturkan di Desa Ustutun, Kecamatan Wetar Barat.
Persentase perbedaan keempat dialek tersebut berkisar 69%-76%.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Illiun (Il'iiuun) diidentifikasi sebagai sebuah bahasa karena persentase perbedaannya dengan bahasa lain di Maluku berkisar 81%-100%, misalnya bahasa Letti dan Damar Timur.
Bahasa Dani
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Dani (Hubula) dituturkan oleh etnik Mukoko di Kampung Wesaput, Distrik Wamena Kota, Kabupaten Jayawijaya, Provinsi Papua. Menurut pengakuan penduduk, di sebelah timur Kampung Wesaput dituturkan bahasa Yali Pass Yalley dan di sebelah barat dan utara dituturkan bahasa Lani.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Dani (Hubula) merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81,6%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Yali Pass Yalley, Lani, Dani Atas, Dani Bawah, Dani Bokondini, dan Dani Tengah (Dani Baliem).
Bahasa Dani Bawah
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Dani Bawah dituturkan oleh Asotipo di Kampung Putageima, Distrik Asotipo, Kabupaten Jayawijaya, Provinsi Papua. Menurut pengakuan penduduk, kampung di sebelah timur Putageima adalah Asotipo, sebelah barat adalah Maikelson, dan sebelah utara adalah Air Garam yang masyarakatnya juga merupakan penutur bahasa Dani Bawah.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Dani Bawah merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 84%--94% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Dani Tengah (Dani, Dani (Hubula), dan Dani Bokondini.
Bahasa Karey
[sunting]Provinsi Maluku(Maluku)
Bahasa Karey dituturkan oleh masyarakat Desa Karey, Kecamatan Aru Selatan Timur, Kabupaten Kepulauan Aru, Pulau Aru, Provinsi Maluku. Menurut pengakuan penduduk, wilayah tutur bahasa Karey berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Melayu dialek Tarangan Timur di sebelah timur, barat, utara, dan selatan.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Karey merupakan sebuah bahasa karena persentase perbedaannya dengan bahasa lain di Maluku berkisar 81%-100%, misalnya bahasa Barakai dan Tarangan Barat.
Bahasa Damal
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Damal dituturkan oleh etnik Damal di Kampung Karang Mulia, Distrik Nabire, Kabupaten Nabire, Provinsi Papua. Menurut pengakuan penduduk, di sebelah timur Kampung Karang Mulia dituturkan bahasa Dani, di sebelah barat dituturkan bahasa Mee dan Ekari, di sebelah utaranya dituturkan bahasa Moni, dan di sebelah selatan dituturkan bahasa Wate.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Damal merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 84%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Moni 84% dan Kamoro.
Bahasa Dani Atas
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Dani Atas dituturkan oleh etnik Dani di Kampung Piramyd, Distrik Asologaima, Kabupaten Jayawijaya, Provinsi Papua. Bahasa Dani Atas juga dituturkan di Kabupaten Tolikara, Kabupaten Timika, Distrik Mulia, dan Distrik Tiom. Menurut pengakuan penduduk, di sebelah timur Kampung Piramyd, yaitu Kampung Walak ditutukanh bahasa Walak, di sebelah barat, yaitu Kampung Yonggime dituturkan bahasa Wano.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Dani Atas merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 91%-96,75% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Dani Bawah, Dani Tengah (Dani Baliem), Dani Bokondini, dan Dani (Hubula).
Bahasa Kaham
[sunting]Provinsi Maluku(Maluku)
Bahasa Kaham dituturkan oleh masyarakat di Desa Aketernate dan Seti,Kecamatan Seram Utara Timur, Kabupaten Maluku Tengah, Pulau Seram, Provinsi Maluku. Menurut pengakuan penduduk, wilayah tutur bahasa Kaham berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Banggoi di sebelah timur (Desa Banggoi) dan wilayah tutur bahasa Pantai di sebelah utara (Desa Pantai). Adapun sebelah selatan dan barat juga merupakan wilayah tutur bahasa Kaham.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Kaham merupakan sebuah bahasa karena persentase perbedaannya dengan bahasa lain di Maluku berkisar 81%-100%, misalnya bahasa Piru dan Loon.
Bahasa Dani Tengah
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Dani Tengah (Dani Baliem) dituturkan oleh masyarakat di Kampung Pugima, Distrik Walelagama, Kabupaten Jayawijaya, Provinsi Papua. Menurut pengakuan penduduk, bahasa Dani Tengah (Dani Baliem) juga dituturkan oleh masyarakat di Kampung Asolokobal, Walelagama, dan Tulem. Di sebelah timur Kampung Pugima terdapat Kampung Lokaken, di sebelah barat terdapat Kampung Wesaput, di sebelah utara terdapat Kampung Kururu, dan di sebelah selatan terdapat Kampung Popugoba. Kampung-kampung di sekitar Pugima merupakan kampung-kampung yang menuturkan bahasa Dani Tengah (Dani Baliem).
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Dani Tengah (Dani Baliem) merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 84%-96% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Dani Bawah,Dani Bakondini, dan Dani (Hubula).
Bahasa Dasigo
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Dasigo (Sidoghu) dituturkan oleh masyarakat Kampung Dabra, Distrik Mamberamo Hulu, Kabupaten Mamberamo Raya, Provinsi Papua. Di Kampung Dabra juga dituturkan bahasa Airo.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Dasigo (Sidoghu) merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Dabra, Eik (Foau), Soytai, Wari, Aabinomin, dan Airo.
Bahasa Kaiely
[sunting]Provinsi Maluku(Maluku)
Bahasa Kayeli pada masa dahulu dituturkan oleh masyarakat Kayeli di Desa Kaiely, Kecamatan Teluk Kaiely¸ Kabupaten Buru, Provinsi Maluku. Menurut pengakuan penduduk, wilayah tutur bahasa Kayeli berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Gunung di sebelah timur Desa Kayeli, yaitu Desa Masarete; wilayah tutur bahasa Bugis di sebelah barat, yaitu Desa Kaki Air; dan berbatasan dengan pegunungan dan laut di sebelah utara dan selatan.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Kayeli merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa lain di Maluku, seperti bahasa Tagalisa dan Buru.
Bahasa Dem
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Dem dituturkan oleh suku Wonda di Kampung Molu, Distrik Pogoma, Kabupaten Puncak Jaya, Provinsi Papua. Menurut pengakuan penduduk, bahasa Dem dituturkan juga oleh masyarakat di sebelah barat, timur, utara, dan selatan Kampung Molu, yaitu Kampung Bina, Aguit, Wiha, dan Wakme.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Dem merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 99,25% jika dibandingkan dengan bahasa Dani.
Bahasa Dani Bokondini
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Dani Bokondini dituturkan oleh etnik Dani Bokondini di Kampung Bokondini, Distrik Bokondini, Kabupaten Tolikara, Provinsi Papua. Letak geografis daerah ini adalah di wilayah pegunungan, pedalaman, dan berbukit. Menurut pengakuan penduduk, bahasa Dani Bokondini dituturkan juga di Kampung Kologume, Marini, Nduduma, dan Galala. Di sebelah timurKampung Bokondini, yaitu Kampung Jawalani; di sebelah barat, yaitu Kampung Marini; di sebelah utara; yaitu Kampung Bilu; dan di sebelah selatan, yaitu Kampung Minggangu dituturkan bahasa Dani.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Dani Bokondini merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 91%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Arui, Momuna, dan Korowai Baigun, Dani (Hubula), Dani Atas, Dani Bawah, dan Dani Tengah (Dani Baliem).
Bahasa Demisa
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Demisa (Hoo') dituturkan oleh masyarakat Kampung Desawa, Distrik Waropen Bawah, Kabupaten Waropen, Pulau Papua, Provinsi Papua. Menurut pengakuan penduduk, di sebelah timur Kampung Desawa dituturkan bahasa Urfas, di sebelah barat dituturkan bahasa Burate, dan di sebelah selatan dituturkan bahasa Woria.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Demisa (Hoo') merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 86%-93% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Woria dan Mee.
Bahasa Kola
[sunting]Provinsi Maluku(Maluku)
Bahasa Kola dituturkan oleh masyarakat Desa Kolaha, Manombai, dan Ujir, Kabupaten Kepulauan Aru, Provinsi Maluku. Bahasa itu mempunyai tiga dialek, yaitu:
- dialek Kola Kolaha yang dituturkan di Desa Kolaha, Kecamatan Sir-Sir,
- dialek Manombai yang dituturkan di Desa Manombai[2], Kecamatan Aru Tengah, dan
- dialek Ujir yang dituturkan di Desa Ujir, Kecamatan Pulau-Pulau Aru.
Persentase perbedaan ketiga dialek tersebut berkisar 71%-74%.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Kola merupakan sebuah bahasa karena persentase perbedaannya dengan bahasa lain di Maluku berkisar 81%-100%, misalnya bahasa Dobel dan Karey.
Bahasa Dinana
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Dinana (Marenggi) dituturkan oleh masyarakat Kampung Tarawasi Marenggi, Distrik Bonggo Timur, Kabupaten Sarmi, Provinsi Papua.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Dinana (Marenggi) merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 95,50%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Vedan Nus, Etik (Barto,Maria), dan Juvutek.
Bahasa Dintere
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Dintere dituturkan oleh etnik Murop di Kampung Iwur, Distrik Iwur, Kabupaten Pegunungan Bintang, Provinsi Papua. Menurut pengakuan penduduk, bahasa Dintere dituturkan juga di Kampung Kurumkim di bagian sebelah barat Kampung Iwur, yaitu Kampung Kurumkim; di sebelah barat, yaitu Kampung Dewok; di sebelah utara, yaitu Kampung Dipol; dan di sebelah selatan, yaitu Kampung Arin dituturkan bahasa Dintere.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Dintere merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 97,75%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Nagi, Telepe, dan Krowai Rawa (Krowai Umum).
Bahasa Diuwe
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Diuwe dituturkan oleh mayoritas etnik Obokain di Kampung Obokain, Distrik Somu, Kabupaten Yahukimo, Provinsi Papua. Bahasa Diuwe juga dituturkan di Kampung Bor, Kampung Muara Nibun, Kampung Demi, Kampung Sumabe, dan Kampung Najo. Menurut pengakuan penduduk, di sebelah Kampung Obokain, yaitu di Kampung Sumabe, di sebelah barat, yaitu Kampung Demi; di sebelah utara, yaitu Kampung Nibun; dan di sebelah Selatan, yaitu Kampung Najo dituturkan bahasa Diuwe.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Diuwe merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 97%--100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Arubos (Arubkor) dan Soba.
Bahasa Kur
[sunting]Provinsi Maluku(Maluku)
Bahasa Kur dituturkan oleh masyarakat Desa Lokwirin, Kecamatan Pulau-Pulau Kur, Kabupaten Kota Tual, Provinsi Maluku. Menurut pengakuan penduduk, bahasa Kur dituturkan juga oleh masyarakat di sebelah timur, barat, utara, dan selatan Desa Lokwirin.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Kur merupakan sebuah bahasa karena persentase perbedaannya dengan bahasa lain di Maluku berkisar 85%-100%, misalnya bahasa Kei dan Yamdena.
Bahasa Kei
[sunting]Provinsi Maluku(Maluku)
Bahasa Kei dituturkan oleh masyarakat di Desa Rahareng, Kecamatan Kei Besar, Kabupaten Maluku Tenggara; Desa Yamtel, Kecamatan Kei Besar dan di Desa Debut, Kecamatan Manyeuw, Kabupaten Maluku Tenggara; Desa Tam Ngurhir, Kecamatan Tayando Tam, Kabupaten Kota Tual; dan Desa Tanimbar Kei, Kecamatan Kei Kecil Barat, Kabupaten Maluku Tenggara, Provinsi Maluku. Bahasa ini diidentifikasi memiliki empat dialek, yaitu:
- dialek Kei Evav yang dituturkan di Desa Rahareng, Kecamatan Kei Besar;
- dialek Kei Yamtel yang dituturkan di Desa Yamtel, Kecamatan Kei Besar dan di Desa Debut, Kecamatan Manyeuw;
- dialek Taam yang dituturkan di Desa Tam Ngurhir, Kecamatan Tayando Tam;
- dialek Tanimbar Kei yang dituturkan di Desa Tanimbar Kei, Kecamatan Kei Kecil Barat.
Persentase perbedaan antardialek tersebut berkisar 53%--65%.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Kei dikategorikan sebagai sebuah bahasa karena persentase perbedaannya dengan bahasa lain di Maluku berkisar 81%-100%, misalnya bahasa Yamdena dan Banda.
Bahasa Leinam
[sunting]Provinsi Maluku(Maluku)
Bahasa Leinam dituturkan oleh etnik Alifuru di Desa Adabai, Kecamatan Siwalalat, Kabupaten Seram Bagian Timur, Pulau Seram, Provinsi Maluku. Menurut pengakuan penduduk, bahasa Leinam tidak hanya dituturkan di Adabai, tetapi dituturkan di Desa Elnusa, Sabuai, Naiwel Ahinulin, Nayet, Lapela, Liliama, dan Dihil. Selain itu, bahasa Leinam dituturkan oleh masyarakat di Dusun Kamu-Kamu yang terletak di sebelah utara Kampung Adabai. Wilayah tutur bahasa Leinam berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Kali-Kali di sebelah timur (Desa Bemo Perak) dan sebelah barat (Desa Atiahu); dan berbatasan dengan laut di sebelah selatan.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, bahasa Leinam merupakan sebuah bahasa karena persentase perbedaannya dengan bahasa lain di Maluku sebesar 81%-100%, seperti bahasa Balkewan, Kaham, dan Elnama.
Bahasa Dubu
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Dubu (Tepi) dituturkan oleh masyarakat yang tinggal di Kampung Dubu, Distrik Web, Kabupaten Keerom, Provinsi Papua. Penutur Bahasa. Menurut pengakuan penduduk, di sebelah timur Kampung Dubu, yaitu Kampung Semografi dituturkan bahasa Jamrat (Enem); si sebelah barat, yaitu Kampung Namla dituturkan bahasa Namla; di sebelah selatan, yaitu Kampung Towe dituturkan bahasa Towe; dan di sebelah utara, yaitu Kampung Waris dituturkanh bahasa Waris.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Dubu (Tepi)merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 96,75%--100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Manua (Eritai) dan Bagusa.
Bahasa Letti
[sunting]Provinsi Maluku(Maluku)
Bahasa Letti dituturkan oleh masyarakat di:
- Desa Tutukey, Kecamatan Pulau Leti, Kabupaten Maluku Barat Daya;
- Desa Wonreli, Kecamatan Pulau-pulau Terselatan, Kabupaten Maluku Barat Daya;
- Desa Jerusu, Kecamatan Kepulauan Romang, Kabupaten Maluku Barat Daya; dan
- Desa Arwala, Kecamatan Wetar Timur, Kabupaten Maluku Barat Daya, Provinsi Maluku.
Bahasa itu terdiri atas empat dialek, yaitu:
- dialek Letti Tutukey yang dituturkan oleh masyarakat Desa Tutukey, Kecamatan Pulau Leti;
- dialek Meher yang dituturkan di Desa Wonreli, Kecamatan Pulau-Pulau Terselatan;
- dialek Roman Ryomna/Roma yang dituturkan di Desa Jerusu, Kecamatan Kepulauan Romang; dan
- dialek Tugun yang dituturkan di Desa Arwala, Kecamatan Wetar Timur.
Persentase perbedaan keempat dialek itu berkisar 73%-79%.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Letti tergolong sebagai sebuah bahasa karena persentase perbedaannya dengan bahasa lain di Maluku berkisar 81%-100%, misalnya bahasa Damar dan Oirata.
Bahasa Lola
[sunting]Provinsi Maluku(Maluku)
Bahasa Lola dituturkan oleh masyarakat Desa Lola, Kecamatan Aru Tengah Timur, Kabupaten Kepulauan Aru, Pulau Aru, Provinsi Maluku. Menurut pengakuan penduduk, wilayah tutur bahasa Lola berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Dobel di sebelah barat, wilayah tutur bahasa Barakai (bahasa Barakai dialek Mariri) di sebelah utara, dan wilayah tutur bahasa Warabal di sebelah selatan.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Lola merupakan sebuah bahasa karena persentase perbedaannya dengan bahasa lain di Maluku berkisar 81%--100%, misalnya bahasa Barakai dan Dobel.
Bahasa Loon
[sunting]Provinsi Maluku(Maluku)
Bahasa Loon dituturkan oleh masyarakat Desa Latea, Kecamatan Seram Utara Barat, Kabupaten Maluku Tengah, Pulau Seram, Provinsi Maluku. Wilayah tutur bahasa Loon berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Buton di sebelah timur, yaitu Desa Gale-Gale; dengan Desa Lisabata Timur di sebelah barat; Laut Seram di sebelah utara; dan daerah pegunungan di sebelah selatan.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Loon merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar antara 85%-99%, yaitu 85% jika dibandingkan dengan bahasa Kayeli, 88% jika dibandingkan dengan bahasa Samasuru, 90% jika dibandingkan dengan bahasa Piru, 91% jika dibandingkan dengan bahasa Kaham, 94% jika dibandingkan dengan bahasa Leinam, 96% jika dibandingkan dengan bahasa Dawelor dan Pepra, 97% jika dibandingkan dengan bahasa Emplawa, Bahasa Tagalisa, bahasa Balkewan, dan bahasa Marsela Barat, 98% jika dibandingkan dengan bahasa Elnama dan bahasa Yatoke, 99% jika dibandingkan dengan bahasa Serili dan bahasa Marsela Timur.
Bahasa Luhu
[sunting]Provinsi Maluku(Maluku)
Bahasa Luhu dituturkan oleh masyarakat di Desa Luhutuban, Boano Utara, Waesala, Kaibobu dan Kamarian, Kabupaten Seram Bagian Barat, Provinsi Maluku. Bahasa itu terdiri atas lima dialek, yaitu:
- dialek Manipa yang dituturkan Desa Luhutuban, Kecamatan Kepulauan Manipa, Kabupaten Seram Bagian Barat;
- dialek Boano yang dituturkan di Desa Boano Utara, Kecamatan Huamual Belakang, Kabupaten Seram Bagian Barat;
- dialek Luhu Waesala yang dituturkan di Desa Waesala, Kecamatan Huamual Belakang, Kabupaten Seram Bagian Barat;
- dialek Kaibobu yang dituturkan di Desa Kaibobu, Kecamatan Seram Barat, Kabupaten Seram Bagian Barat;
- dialek Kamarian yang dituturkan di Desa Kamarian, Kecamatan Kairatu, Kabupaten Seram Bagian Barat.
Persentase perbedaan kelima dialek tersebut berkisar 67%--75%.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Luhu merupakan sebuah bahasa karena persentase perbedaannya dengan bahasa lain di Maluku berkisar 90%-100%, misalnya dengan bahasa Loon, Naulu, Piru, dan Samasuru.
Bahasa Duvle
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Duvle dituturkan oleh masyarakat Kampung Dagai, Mbomban, Soi, dan Gueri, Distrik Dagai, Kabupaten Puncak Jaya, Provinsi Papua. Di Kampung Dagai dituturkan pula bahasa Iau, Wano, dan Dani. Menurut pengakuan penduduk, di sebelah timur, barat, dan selatan Kampung Dagai, yaitu Kampung Nanggai, Velide, dan Dibite dituturkan bahasa Duvle dan sebelah utara, yaitu Kampung Jei dituturkan bahasa Wano.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Duvle merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 98%-99,75% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Dani (Hubula), Wano, dan Iau.
Bahasa Marlasi
[sunting]Provinsi Maluku(Maluku)
Bahasa Marlasi dituturkan oleh masyarakat Desa Marlasi, Kecamatan Aru Utara, Kabupaten Kepulauan Aru, Pulau Marlasi, Provinsi Maluku. Menurut pengakuan penduduk, wilayah tutur bahasa Marlasi berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Kolomar di sebelah timur; wilayah tutur bahasa Kabufin di sebelah barat wilayah tutur bahasa Tasin Waha di sebelah utara dan wilayah tutur bahasa Masidang di sebelah selatan.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Marlasi merupakan sebuah bahasa karena persentase perbedaannya dengan bahasa lain di Maluku sebesar 81%-100%, misalnya dengan bahasa Lola, Dobel, dan Kola.
Bahasa Marsela Barat (Masela Barat)
[sunting]Provinsi Maluku(Maluku)
Bahasa Marsela Barat (Masela Barat) dituturkan oleh masyarakat di Desa Latalola Besar (LTB), Kecamatan Pulau Masela, Kabupaten Maluku Barat Daya, Pulau Marsela, Provinsi Maluku. Menurut pengakuan penduduk, di sebelah timur Desa Latalola Besar adalah Desa Latalola Kecil yang masyarakatnya menuturkan bahasa Marsela Timur (Masela Timur). Sementara itu, di sebelah utara Desa Latalola Besar adalah Desa Serili yang masyarakatnya menuturkan bahasa Serili, dan di sebelah selatan adalah Desa Telalora, Iblatmuntah, dan Babiotang yang masyarakatnya menuturkan bahasa Telalora. Jika dibandingkan dengan bahasa lain di Maluku, bahasa Marsela Barat (Masela Barat) mempunyai perbedaan 93% dengan bahasa Serili, 98% dengan bahasa Dawelor, 90% dengan Marsela Timur (Masela Timur), 90% dengan Marsela Tengah (Masela Tengah), dan 99% dengan bahasa Yatoke
Bahasa Marsela Tengah (Masela Tengah)
[sunting]Provinsi Maluku(Maluku)
Bahasa Marsela Tengah (Masela Tengah) dituturkan oleh masyarakat di Desa Bululora, Kecamatan Pulau Masela, Kabupaten Maluku Barat Daya, Pulau Marsela (Masela), Provinsi Maluku. Bahasa Marsela Tengah (Masela Tengah) dituturkan juga di sebelah timur, barat, utara, dan selatan Desa Bululora.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Marsela Tengah (Masela Tengah) merupakan sebuah bahasa karena persentase perbedaannya dengan bahasa lain di Maluku berkisar 85%-100%, misalnya dengan bahasa Marsela Timur (Masela Timur), Marsela Barat (Masela Barat), dan Serili.
Bahasa Marsela Timur (Masela Timur)
[sunting]Provinsi Maluku(Maluku)
Bahasa Marsela Timur (Masela Timur) dituturkan oleh masyarakat di Desa Marsela, Kecamatan Pulau Masela, Kabupaten Maluku Barat Daya, Pulau Marsela (Masela), Provinsi Maluku. Masyarakat di desa lain yang menuturkan bahasa Marsela adalah Desa Bululora, Latalola Kecil, dan Babiotang. Menurut pengakuan penduduk, di sebelah barat Desa Marsela adalah Desa Nura (Lawawang) yang masyarakatnya bertutur dalam bahasa Uiwily (Latalola Besar) dan sebelah selatan adalah Desa Ilbutung yang masyarakatnya bertutur dalam bahasa Ilbutung.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, bahasa Marsela Timur (Masela Timur) mempunyai perbedaan sebesar 92% dengan bahasa Marsela Barat (Masela Barat); bahasa Serili 96%; bahasa Yatoke 98%; dan bahasa Dawelor 99%.
Bahasa Melayu
[sunting]Provinsi Maluku(Maluku)
Bahasa Melayu dituturkan oleh masyarakat di Desa Layeni, Kecamatan Teon Nila Serua, Kabupaten Maluku Tengah; Desa Kaiely, Kecamatan Teluk Kaiely, Kabupaten Buru; Desa Bula, Kecamatan Bula, Kabupaten Seram Bagian Timur; Desa Luang Timur, Kecamatan Mndona Hiera, Kabupaten Maluku Barat Daya; dan Desa Salarem, Kecamatan Aru Selatan Timur, KabupatenKepulauan Aru, Provinsi Maluku. Bahasa itu mempunyai empat dialek, yaitu:
- dialek Teon di Desa Layeni, Kecamatan Teon Nila Serua;
- dialek Melayu Ambon di Desa Kaiely, Kecamatan Teluk Kaiely dan Desa Bula, Kecamatan Bula;
- dialek Luang di Desa Luang Timur, Kecamatan Mndona Hiera;
- dialek Tarangan Timur di Desa Salarem, Kecamatan Aru Selatan Timur.
Persentase perbedaan keempat dialek tersebut berkisar 72-77%.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Melayu yang terdapat di Provinsi Maluku dan isolek Melayu yang terdapat di Provinsi Maluku Utara termasuk satu bahasa dengan persentase perbedaan di bawah 80%. Begitu pula jika dibandingkan dengan bahasa Melayu di Provinsi Kepulauan Riau. Semuanya termasuk satu bahasa dengan persentase di bawah 80%.
Bahasa Eik (Foau)
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Eik (Foau) dituturkan oleh masyarakat Kampung Foau, Distrik Mamberamo Hulu, Kabupaten Sarmi, Provinsi Papua.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Eik (Foau) merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Dabra, Dasigo (Sidoghu), Soytai, Wari, Aabinomin, dan Airo.
Bahasa Eipumek
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Eipumek dituturkan oleh mayoritas etnik Eipumek di Kampung Eipumek, Distrik Eipumek, Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua. Selain itu, bahasa Eipomek juga dituturkan di Kampung Marigla, Imde, Lumdagna, dan Barice. Menurut pengakuan penduduk, di sebelah timur Kampung Eipumek, yaitu Kampung Mungona; di sebelah utara, yaitu Kampung Yawasonom; dan di sebelah selatan, yaitu Kampung Langda dituturkan bahasa Telepe, sedangkan di sebelah barat, yaitu Kampung Diruwemna dituturkan bahasa Perub.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Eipumek) merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 98,25%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Afilaup, Tangko, dan Jelako.
Bahasa Ekari
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Ekari (Mee) dituturkan oleh suku Mee di Kampung Enarotali, Distrik Paniai Timur, Kabupaten Paniai, Provinsi Papua. Menurut pengakuan penduduk, di sebelah timur Kampung Enarotali dituturkan bahasa Moni, sedangkan di sebelah barat, utara, dan selatannya dituturkan bahasa Ekari (Mee).
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Ekari (Mee) merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 86%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya, bahasa Mee Ugia dan Mee Wosokuno.
Bahasa Naulu
[sunting]Provinsi Maluku(Maluku)
Bahasa Naulu dituturkan oleh masyarakat di Desa Sepa (Rohua), Kecamatan Amahai, Kabupaten Maluku Tengah, Pulau Seram, Provinsi Maluku. Menurut pengakuan penduduk, wilayah tutur bahasa itu berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Melayu Ambon di sebelah timur, barat, utara, dan selatan Desa Sepa (Rohua).
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Naulu merupakan sebuah bahasa karena persentase perbedaannya dengan bahasa lain di Maluku berkisar 81%-100%, misalnya dengan bahasa Luhu, Nila, dan Loon.
Bahasa Nila
[sunting]Provinsi Maluku(Maluku)
Bahasa Nila dituturkan oleh masyarakat di Desa Kokroman, Usliapan, Kuralele, Ameth, Bumey, Sifluru, dan Wotay, Kecamatan Teon Nila Serua, Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku. Menurut pengakuan penduduk, wilayah tutur bahasa itu berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Teon di sebelah timur, wilayah tutur bahasa Kura Lele Nila di sebelah barat, dan wilayah tutur bahasa Bumai di sebelah utara.
Bahasa Nila mempunyai dua dialek, yaitu:
- dialek Kokroman di Desa Kokroman, Usliapan, Kuralele, dan Ameth; dan
- dialek Bumey di Desa Bumey, Sifluru, dan Wotay.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Nila merupakan sebuah bahasa karena persentase perbedaannya dengan bahasa lain di Maluku berkisar 81%-100%, misalnya dengan bahasa Sawai, Saleman, dan Samasuru.
Bahasa Elseng
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Elseng dituturkan oleh suku Koya dan Koso di Kampung Koya Koso, Distrik Abepura, Kota Jayapura, Provinsi Papua. Bahasa Elseng juga dituturkan oleh masyarakat Kampung Skamto, Benquin, dan Ambes Kori (Kemtuk Gresi).
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Elseng merupakan sebuah bahasa dengan persentase di atas 90% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Elseng Koarjab (Elseng Kwarja), Nyaw, Daikot (Taikat), Manem, Beyaboa, dan Aframa,
Bahasa Oirata
[sunting]Provinsi Maluku(Maluku)
Bahasa Oirata dituturkan oleh masyarakat di Desa Oirata Timur, Kecamatan Pulau-Pulau Terselatan, Kabupaten Maluku Barat Daya, Pulau Kisar, Provinsi Maluku. Menurut pengakuan penduduk, bahasa Oirata dituturkan juga di sebelah barat Desa Oirata Timur. Sementara itu, di sebelah selatan Desa Oirata Timur masyarakatnya merupakan penutur bahasa Kisar (dialek Meher).
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Oirata merupakan sebuah bahasa karena persentase perbedaannya dengan bahasa lain di Maluku berkisar 81-100%, misalnya dengan bahasa Letti, Oroyliye, dan Illiun.
Bahasa Elseng Koarjap
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Elseng Koarjap (Elseng Kwarja) dituturkan oleh masyarakat Kampung Kwarja (Koarjap), Distrik Yapsi, Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua. Selain di Kampung Kwarja (Koarjap), bahasa Elseng dituturkan juga di Kampung Omon dan Sobun di Gresi Selatan. Menurut pengakuan penduduk, Kampung Kwarja berbatasan dengan Kampung Sobum di sebelah timur, dengan Kampung Omon di sebelah utara, dan dengan Kampung Usku Molof dan Sia-Sia di sebelah selatan.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Elseng Koarjap (Elseng Kwarja) merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan sebesar 90%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya dengan bahasa Elseng, Kapauri (Kapori), dan Blue Klesi.
Bahasa Emem (Emumu)
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Emem (Emumu) dituturkan oleh masyarakat Kampung Yuruf, Distrik Yaffi dan Kampung Semografi dan Yamraf Dua, Distrik Web, Kabupaten Keerom, Provinsi Papua. Bahasa lain yang dituturkan di kampung ini adalah bahasa Pijin.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Emem (Emumu) merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan sebesar 97,75% jika dibandingkan dengan bahasa bahasa Pijin.
Bahasa Oroyliye
[sunting]Provinsi Maluku(Maluku)
Bahasa Oroyliye dituturkan oleh masyarakat di Desa Kroing, Kecamatan Pulau-pulau Babar Timur, Kabupaten Maluku Barat Daya, Pulau Babar, Provinsi Maluku. Menurut pengakuan penduduk, wilayah tutur bahasa Oroyliye berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Dauro di sebelah timur Desa Kroing, wilayah tutur bahasa Yatoke di sebelah barat, wilayah tutur bahasa Emplawas di sebelah utara, dan wilayah tutur bahasa Telaah (dialek Imroing) di sebelah selatan.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Oroyliye merupakan sebuah bahasa karena persentase perbedaannya dengan bahasa lain di Maluku sebesar 81%-100%, misalnya dengan bahasa Oirata, Illiun, dan Letti.
Bahasa Dra
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Dra dituturkan oleh masyarakat Kampung Amgotro, Distrik Yaffi, Kabupaten Keerom, Provinsi Papua. Bahasa lain yang dituturkan di kampung itu adalah bahasa Pijin dan Emem. Sementara itu, wilayah pemakaian bahasa Dra tergolong luas karena dituturkan di wilayah dua negara yang berbeda. Di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, bahasa Dra dituturkan di Kampung Yuruf dan Vavembu, sedangkan di wilayah Papua Nugini dituturkan di Kampung Mengguafi, Nembi, Kembi, Mamora, Kindebai, Yamos, Kuwarmun, Menggawu, dan Wahayi. Menurut pengakuan penduduk, di sebelah timur Kampung Amgotro, yaitu Kampung Kembi, dan di sebelah utara, yaitu Kampung Mengguafi dituturkan bahasa Pijin dan Dra; di sebelah barat, yaitu Kampung Yuruf dituturkan bahasa Emem; dan di sebelah selatan, yaitu Kampung Vavembu dituturkan bahasa Emem dan Pijin.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Dra merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 98,75% jika dibandingkan dengan bahasa Emem.
Bahasa Engkalembu
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Engkalembu dituturkan oleh masyarakat Kampung Sota, Distrik Sota, Kabupaten Merauke, Provinsi Papua..
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Engkalembu merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, seperti bahasa Smarki Kanum sebesar 92%. Sementara itu, antara Ngkalembu di Kampung Tomer dan bahasa Ngkalembu adalah dua bahasa yang berbeda dengan persentase perbedaan sebesar 96,50%.
Bahasa Etik (Barto,Maria)
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Etik (Barto, Maria) dituturkan oleh masyarakat Kampung Komra (Biridua), Distrik Pantai Timur, Kabupaten Sarmi, Provinsi Papua. Menurut pengakuan penduduk, di sebelah timur Kampung Komra (Biridua), yaitu Kampung Maweswares dituturkan bahasa Etik; di sebelah barat, yaitu Kampung Ansudu dituturkan bahasa Ansudu; dan di sebelah utara, yaitu Kampung Anus-Podena dituturkan bahasa Anus-Podena.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Etik (Barto,Maria) merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 88,50%-99,50% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya Juvutek dan Narau.
Bahasa Piru
[sunting]Provinsi Maluku(Maluku)
Bahasa Piru dituturkan oleh masyarakat di Desa Piru, Kecamatan Seram Barat, Kabupaten Seram Bagian Barat, Pulau Seram, Provinsi Maluku. Batas Bahasa Piru di sebelah timur adalah bahasa Alune yang dituturkan oleh masyarakat Desa Eti; di sebelah barat adalah bahasa Luhu yang dituturkan oleh masyarakat Desa Luhu; di sebelah selatan dengan bahasa Alune yang dituturkan oleh masyarakat Desa Murkaw, dan sebelah utara merupakan wilayah yang berupa lautan.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Piru merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 90% jika dibandingkan dengan bahasa Loon dan bahasa Samasuru; 91% jika dibandingkan dengan bahasa Kayeli; 92% jika dibandingkan dengan bahasa Kaham.
Bahasa Fayu
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa FayudituturkanolehmasyarakatsukuFayudi KampungOtodemo, Distrik Inggerus, KabupatenWaropen, Pulau Waropen, Provinsi Papua. Menurutpengakuanpenduduk, bahasaFayu juga dituturkan di KampungDirou, Kawari, Dairi, danSubohiri (Spoiri). Di KampungOtodemodituturkan juga bahasa Kiri-Kiri, Sehudate,dan Edopi. Di sebelah timur dan barat Kampung Otodemo, yaitu Kampung Demisa dituturkan bahasa Demisa; di sebelah utara, yaitu Kampung Dofo dituturkan bahasa Edopi; dan di sebelah selatan Kampung Otodemo, yautu Distrik Kirihi ditutukan bahasa Fayu.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Fayumerupakan merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 96,75%--99,75% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya Kiri-kiri, Sehudate, dan Demisa.
Bahasa Fermanggem
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Fermanggem dituturkan oleh mayoritas penduduk Kampung Ampas, Distrik Waris, Kabupaten Keerom, Provinsi Papua. Menurut pengakuan penduduk, di sebelah timur, barat, dan selatan Kampung Ampas dituturkan bahasa Walsa, sedangkan di sebelah utara dituturkan bahasa Taikat.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Fermanggem merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan sebesar 99,50%-100% jika dibandingkan dengan bahasa lain yang ada di sekitarnya, misalnya bahasa Senggi (Find), Jorop, dan Walsa.
Bahasa Gufinti
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Gufinti dituturkan oleh etnik Taronta di Kampung Tarontha Srum, Distrik Bonggo, Kabupaten Sarmi, Provinsi Papua. Menurut pengakuan penduduk, di sebelah timur, utara, dan selatan Kampung Taronta dituturkan bahasa Gufinti, sedangkan di sebelah baratnya dituturkan bahasa Srum.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Gufinti merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan sebesar 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Anus, Bku (Bgu), Dinana (Marenggi), Kaptau, Mander, Mawes Dey (Mawesdey), Mawes Wares (Maweswares), Srum, dan Vedan Nus (Ponden).
Bahasa Salas
[sunting]Provinsi Maluku(Maluku)
Bahasa Salas dituturkan oleh masyarakat di Desa Salas, Kecamatan Bula, Kabupaten Seram Bagian Timur, Provinsi Maluku. Menurut pengakuan penduduk, wilayah tutur bahasa Salas berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Dawang di sebelah timur, wilayah tutur bahasa Hoti di sebelah barat, dan wilayah tutur bahasa Elnama di sebelah selatan Desa Salas.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Salas merupakan sebuah bahasa karena persentase perbedaannya dengan bahasa lain di Maluku berkisar 81%-100%, misalnya dengan bahasa Seram, Balkewan, dan Elnama.
Bahasa Hubla
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Hubla dituturkan oleh etnik Siep Aso di Kampung Obolma, Distrik Kurima, Kabupaten Yahukimo, Provinsi Papua. Selain itu, bahasa Hubla juga dituturkan di Seima, Distrik Mugi, Kabupaten Yahukimo, Provinsi Papua. Bahasa Hubla terdiri atas dua dialek, yaitu dialek Obolma dan ialek Seima. Persentase perbedaan kedua dialek tersebut adalah 52,18%.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Hubla merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan sebesar 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Kwerba, Damal, dan Intamaja.
Bahasa Saleman
[sunting]Provinsi Maluku(Maluku)
Bahasa Saleman dituturkan oleh masyarakat di Desa Sawai, Kecamatan Seram Utara dan Desa Saleman, Kecamatan Seram Utara Barat, Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Saleman merupakan sebuah bahasa karena persentase perbedaannya dengan bahasa-bahasa lain di Maluku sebesar 81%-100%, misalnya dengan bahasa Piru, Loon, dan Seram. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa antara bahasa Saleman yang terdapat di Desa Sawai, Provinsi Maluku dan bahasa Sawai yang terdapat di Provinsi Maluku Utara merupakan dua bahasa yang berbeda karena persentase perbedaan kedua isolek itu mencapai 99%.
Bahasa Iau
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Iau sebagian besar dituturkan oleh suku Iau di Kampung Fawi, Distrik Fawi Kabupaten Puncak Jaya, Provinsi Papua. Suku yang menuturkan bahasa itu di Distrik Fawi adalah suku Bareri, Tayai, Dorei, Vi, dan Bagusi. Bahasa lain yang dituturkan di Kampung Fawi adalah bahasa Turu, Wano, Duvle, dan Dani. Menurut pengakuan penduduk, di sebelah timur Kampung Fawi, yaitu Kampung Dagai dituturkan bahasa Duvle; di sebelah barat, yaitu Kampung Turuno dituturkan bahasa Turu; di sebelah utara, yaitu Kampung Bareri dituturkan bahasa Duvle, dan di sebelah selatan, yaitu Kampung Birisari dituturkan bahasa Wano.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Hubla merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan sebesar 98,50%--98,75% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Duvle Wano.
Bahasa Samasuru
[sunting]Provinsi Maluku(Maluku)
Bahasa Samasuru dituturkan oleh masyarakat di Negeri Samasuru[3], Kecamatan Teluk Elpaputih, Kabupaten Maluku Tengah, Pulau Seram, Provinsi Maluku.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, bahasa Samasuru merupakan bahasa yang berbeda dengan bahasa lain yang terdapat di Pulau Seram. Bahasa Samasuru berbeda sebesar 88% dengan bahasa Loon, 90% dengan bahasa Piru, dan 96% dengan bahasa Balkewam.
Bahasa Imbuti (Marind)
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Imbuti (Marind) dituturkan oleh etnik Marind Kampung Samkai, Distrik Merauke, Kabupaten Merauke, Provinsi Papua.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Imbuti (Marind) merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 95%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Marori (Morori), Engkalembu, dan Bian Marind Deg.
Bahasa Intamaja
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Intamaja dituturkan oleh masyarakat etnik Intamaja di Kampung Obio, Distrik Obio, Kabupaten Yahukimo, Provinsi Papua. Menurut pengakuan penduduk, bahasa Intamaja juga dituturkan di Kampung Munu, Ujin, Batim, dan Katarina di Distrik Obio. Selain di kampung tersebut, di Kampung Suru-Suru, Dumate, See, dan Jifak, Distrik Suru-Suru dituturkan juga bahasa Intamaja. Menurut pengakuan penduduk, di sebelah timur Kampung Obio, yaitu Kampung Sumo dituturkan bahasa Momuna; di sebelah utara, yaitu Kampung Bukum dituturkan Ngalik; dan di sebelah selatan, yaitu Kampung Tomor dituturkan Asmat.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Intamaja merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Momuna, Diuwe, dan Hubla.
Bahasa Tehit
[sunting]Provinsi Papua Barat(Papua)
Bahasa Tehit dituturkan di Kampung Kelurahan Kohoin, Distrik Teminabuan, Kabupaten Sorong Selatan, Provinsi Papua Barat. Menurut pengakuan penduduk, bahasa Tehit dituturkan juga di sebelah utara, timur, dan barat Kampung Kohoin, sedangkan bahasa Ogit dituturkan di sebelah selatan desa itu.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Tehit merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan 95%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya. Misalnya, dengan bahasa Tehit Dit 98%, bahasa Maibrat sebesar 99,25%, bahasa Kalabra sebesar 97,75%, dan bahasa Moraid sebesar 97,25%.
Bahasa Selaru
[sunting]Provinsi Maluku(Maluku)
Bahasa Selaru dituturkan oleh masyarakat di Desa Namtabung, Kecamatan Selaru, Kabupaten Maluku Tenggara Barat, Pulau Selaru, Provinsi Maluku. Menurut pengakuan penduduk, bahasa Selaru dituturkan juga di sebelah timur, barat, dan selatan Desa Namtabung. Akan tetapi, di sebelah utara Desa Namtabung wilayah tutur bahasa Selaru berbatasan dengan bahasa Yamdena.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Selaru merupakan sebuah bahasa karena persentase perbedaannya dengan bahasa lain di Maluku berkisar 81%-100%, misalnya dengan bahasa Oirata, Seluwarsa, dan Letti.
Bahasa Tehit Dit (Tehit Tua)
[sunting]Provinsi Papua Barat(Papua)
Bahasa Tehit Dit (Tehit Tua) dituturkan di Kampung Wersar, Distrik Teminabuan, Kabupaten Sorong Selatan, Provinsi Papua Barat. Selain di Kampung Wersar, bahasa ini juga dituturkan di kampung-kampung lain antara lain di Sirbau, Keyen, dan Wermit. Bahasa Tehit Dit ini oleh masyarakat penuturnya juga disebut Tehit Tua. Selain bahasa Tehit Dit (Tehit Tua) , di Kampung Wersar juga dituturkan bahasa Ayamaru dan bahasa Ogit. Letak Kampung Wersar berada pada koordinat lintang 1°27'59.99” Lintang Selatan dan koordinat bujur 132°00'29.6” Bujur Timur.
Di sekeliling Kampung Wersar dituturkan bahasa-bahasa lain. Sebelah timur Kampung Wersar adalah Kampung Wayer yang masyarakatnya menuturkan bahasa Maibrat, sebelah barat adalah Kampung Sayal dan Seremuk yang masyarakatnya menuturkan bahasa Tehit Imyan dan Tehit Saifi, sebelah utara adalah Kampung Berau yang masyarakatnya menuturkan bahasa Moi, dan sebelah selatan adalah Kampung Konda yang masyarakatnya menuturkan bahasa Ogit (Yaben).
Bahasa Tehit Dit dituturkan oleh ±508 orang penutur dari etnik atau suku Mlakya (Fam Konjol) dan suku Mlafle (Fam Thesia, Kondologit, dan Kemesok). Anak-anak sudah tidak menguasai lagi bahasa Tehit Dit (Tehit Tua). Ketika orang tua menggunakan bahasa Tehit Dit (Tehit Tua), anak-anak atau generasi muda hanya bisa mendengar; menjawab dengan menggunakan bahasa Indonesia dan Melayu Papua.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, bahasa Tehit Dit (Tehit Tua) merupakan bahasa sendiri dengan perbedan leksikon dan fonologis sebesar 98% dengan bahasa Tehit dan bahasa Maibrat.
Bahasa Isirawa
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Isirawa dituturkan oleh etnik Isirawa di Kampung Kasukwe, Distrik Sarmi Kota, Kabupaten Sarmi, Provinsi Papua.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Isirawa merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Airoran, Gufinti, Liki, dan Aabinonim.
Bahasa Tepin
[sunting]Provinsi Papua Barat(Papua)
Bahasa Tepin dituturkan di Kampung Solol, Distrik Salawati Barat, Kabupaten Raja Ampat, Pulau Salawati Utara, Provinsi Papua Barat. Kampung itu terletak di pesisir pantai yang mayoritas penghuninya (99.9%) merupakan etnik Tepin. Selain di Kampung Solol, bahasa Tepin dituturkan juga di Kampung Kalyam di sebelah barat, Kapatlap di sebelah timur, Kalobo, dan Waijan di sebelah selatan. Bahasa lain yang terdapat di Kampung Solol adalah bahasa Misol dan Beser. Menurut pengakuan penduduk, wilayah tutur bahasa Tepin berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Batanta di sebelah utara (Kampung Yenanas).
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Tepin merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan lebih dari 82% jika dibandingkan dengan bahasa yang ada di sekitarnya, misalnya dengan bahasa Ambel 96,75%, Batanta 82,75%, Esaro (Kawit) 88,5%, Efpan 99,25%, dan Moi Sigin 98,25%.
Bahasa Seluwarsa
[sunting]Provinsi Maluku(Maluku)
Bahasa Seluwarsa dituturkan oleh masyarakat di Pulau Yamdena Barat, tepatnya Desa Marantutul (Otemmar), Kecamatan Wer Maktian, Kabupaten Maluku Tenggara Barat, Provinsi Maluku. Berdasarkan pengakuan penduduk, wilayah tutur bahasa Seluwarsa berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Yamdena di sebelah timur, wilayah tutur bahasa Fordata di sebelah barat, wilayah tutur bahasa Makatian di sebelah utara, dan wilayah tutur bahasa Selaru di sebelah selatan Desa Marantutul (Otemmar).
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Seluwarsa merupakan sebuah bahasa karena persentase perbedaannya dengan bahasa lain di Maluku berkisar 81%-100%, misalnya dengan bahasa Selaru, Oirata, dan Yamdena.
Bahasa Jair
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Jair dituturkan oleh masyarakat Kampung Jair, Distrik Kouh, Kabupaten Boven Digoel, Provinsi Papua. Bahasa Jair juga dituturkan di sebelah timur Kampung Jair, yaitu Kampung Boma; di sebelah barat, yaitu Kampung Uni; di sebelah utara, yaitu Kampung Yaniruma; dan di sebelah selatan, yaitu Kampung Wagemaro. Bahasa lain yang terdapat di Kampung Jair adalah bahasa Kombai dan Mandobo.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Jair merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 96,25%--98,50% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Kombai dan Nai.
Bahasa Uruangnirin
[sunting]Provinsi Papua Barat(Papua)
Bahasa Uruangnirin dituturkan di Kampung Tuberwasa atau Nusa, Distrik Karas, Kabupaten Fak-Fak, Provinsi Papua Barat. Menurut pengakuan penduduk, wilayah tutur bahasa Uruangnirin juga berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Uruangnirin di sebelah timur, utara, dan selatan, sedangkan di sebelah barat berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Korkoraf.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Uruangnirin merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan sebesar 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa di sekitarnya, misalnya, dengan bahasa Baham, bahasa Iha, dan bahasa Sekar-Onim.
Bahasa Waliam
[sunting]Provinsi Papua Barat(Papua)
Bahasa Waliam dituturkan di Kampung Waliam, Distrik Salawati Selatan, Kabupaten Sorong, Provinsi Papua Barat. Kampung lain yang menuturkan bahasa itu adalah Kampung Sakapul dan Warsensan. Situasi kebahasaan menunjukkan bahwa Kampung Warsensan yang terletak di sebelah timur Kampung Waliam masyarakatnya menuturkan bahasa Waliam, Kampung Sakapul di sebelah barat masyarakatnya menuturkan bahasa Waliam, Kampung Wailem (Kalobo) di sebelah utara masyarakatnya menuturkan bahasa Butlis, dan Kampung Seget di sebelah selatan masyarakatnya menuturkan bahasa Seget Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Waliam merupakan bahasa tersendiri karena persentase perbedaannya dengan bahasa di sekitarnya, misalnyadengan bahasa Seget 96%, bahasa Esaro (Kawit) 98,67%, dan bahasa Efpan 100%.
Bahasa Seram
[sunting]Provinsi Maluku(Maluku)
Bahasa Seram dituturkan oleh masyarakat di Desa Waru, Kecamatan Teluk Waru, Kabupaten Seram Bagian Timur; Desa Geser, Kecamatan Seram Timur, Kabupaten Seram Bagian Timur; dan Desa Kataloka, Kecamatan Pulau Gorom, Kabupaten Seram Bagian Timur, Provinsi Maluku. Bahasa itu terdiri atas tiga dialek, yaitu:
- dialek Waru yang dituturkan oleh masyarakat Desa Waru, Kecamatan Teluk Waru;
- dialek Geser yang dituturkan oleh masyarakat Desa Geser, Kecamatan Seram Timur;
- dialek Gorom yang dituturkan oleh masyarakat Desa Kataloka, Kecamatan Pulau Gorom.
Persentase perbedaan ketiga dialek tersebut berkisar 55-77%.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Seram merupakan sebuah bahasa karena persentase perbedaannya bahasa lain di Maluku berkisar 81%-100%, misalnya dengan bahasa Samasuru, Loon, dan Piru.
Bahasa Jelako
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Jelako dituturkan oleh masyarakat etnik Luban, Kampung Luban, Distrik Aboy, Kabupaten Pegunungan Bintang, Provinsi Papua. Berdasarkan pengakuan penduduk, bahasa Jelako juga dituturkan di Kampung Aboy dan Yuaban. Di sebelah timur Kampung Luban, yaitu Kampung Mot dituturkan bahasa Asbe; di sebelah barat, yaitu Kampung Borme dituturkan bahasa Telepe; di sebelah utara, yaitu Kampung Teraplu dituturkan bahasa Updukan; dan di sebelah selatan, yaitu Kampung Yupli dituturkan bahasa Asbe.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Jelako merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 87,5%--100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Lepki, Telepe, bahasa Awban (Bese).
Bahasa Wamesa
[sunting]Provinsi Papua Barat(Papua)
Bahasa Wamesa dituturkan oleh masyarakat di antaranya di Kampung Modan, Distrik Babo, Kabupaten Teluk Bintuni, Provinsi Papua Barat. Kampung-kampung lain di sekitar Kampung Modan adalah Amutu, Kasira, Nusei, dan Irarutu III. Penutur bahasa ini dikelilingi oleh panutur bahasa-bahasa lain, di antaranya Irarutu, Bugis, Timor, dan Jawa.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, bahasa Wamesa merupakan bahasa sendiri dengan perbedan leksikon dan fonologis sebesar 94,25% dengan bahasa Wandamen, 96% dengan bahasa Kuri (Obo, Nabi) di Teluk Bintuni dan 98% dengan bahasa Waruri di Distrik Kuri Mawesa.
Bahasa Serili
[sunting]Provinsi Maluku(Maluku)
Bahasa Serili dituturkan oleh masyarakat di Desa Serili, Kecamatan Pulau Masela, Kabupeten Maluku Barat Daya, Pulau Marsela, Provinsi Maluku. Desa Serili dikenal juga sebagai Desa Lohir Herilie atau Serili Herilie. Menurut pengakuan penduduk, di sebelah selatan Desa Serili adalah Desa Latalola Kecil dan Latalola Besar yang masyarakatnya menuturkan bahasa Latalola Besar. Sementara itu, sebelah timur, barat, dan utara Desa Serili adalah Pulau Babar, Pulau Dawera, dan Pulau Dawelor yang masyarakatnya menuturkan bahasa yang berbeda dengan bahasa Serili.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, bahasa Serili mempunyai perbedaan leksikon dan fonologi pada kisaran 93-99%. Bahasa Serili mempunyai perbedaan sebesar 96% dengan bahasa Serili; bahasa Marsela Timur sebesar 96%; serta bahasa Yatoke dan bahasa Dawelor sebesar 99%.
Bahasa Wandamen
[sunting]Provinsi Papua Barat(Papua)
Bahasa Wandamen dituturkan di Kampung Wasior I, Distrik Wasior, Kabupaten Teluk Wondama, Provinsi Papua Barat. Menurut pengakuan penduduk, semua kampung di sekitar Kampung Wasior juga menggunakan bahasa Wandamen.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Wandamen merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya, dengan bahasa Dusner dan Ron. Perbandingan dialektometri bahasa Waandamen dengan bahasa Wamesa persentase perbedaan sebesar 94,25%.
Bahasa Jinak
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Jinak dituturkan oleh etnik Jinak di Kampung Jinak, Distrik Suatorsuru, Kabupaten Asmat, Provinsi Papua. Kampung lain yang menuturkan bahasa itu adalah Kampung Wowi di sebelah barat Kampung Jinak, Waganu I di sebelah timur Kampung Jinak, dan Waganu II di sebelah selatan Kampung Jinak.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Jinak merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan 97%--100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, seperti bahasa Nalik Selatan, Atam (Temma), dan Arakam.
Bahasa Wardo
[sunting]Provinsi Papua Barat(Papua)
Bahasa Wardo dituturkan di Kampung Boni, Distrik Warwarbomi Kabupaten Raja Ampat, Provinsi Papua Barat. Menurut pengakuan penduduk, di sebelah timur kampung itu juga digunakan bahasa Wardo.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Wardo merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya dengan bahasa Samate, bahasa Selegof, dan bahasa Amber.
Bahasa Serua
[sunting]Provinsi Maluku(Maluku)
Bahasa Serua dituturkan oleh masyarakat di Desa Waru, Kecamatan Teon Nila Serua, Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku. Menurut pengakuan penduduk, bahasa itu dituturkan juga di sebelah timur, barat, dan selatan Desa Waru, tetapi berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Saparua di sebelah utara Desa Waru.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Serua merupakan sebuah bahasa karena persentase perbedaannya dengan bahasa lain di Maluku berkisar 81%-100%, misalnya dengan bahasa Loon, Luhu, dan Samasuru.
Bahasa Jorop
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Jorop dituturkan oleh etnik Jorop di Kampung Warlef, Distrik Senggi, Kabupaten Keerom, Provinsi Papua. Menurut pengakuan penduduk, wilayah tutur bahasa Jorop di Kampung Warlef berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Yabanda di sebelah timur, wilayah tutur bahasa Senggi (Find) di sebelah barat, wilayah tutur bahasa Walsa di sebelah utara, wilayah tutur bahasa Emem di sebelah selatan.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Jorop merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 98,75%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Yabanda, Walsa, dan Emem.
Bahasa Waruri (Ambumi)
[sunting]Provinsi Papua Barat(Papua)
Bahasa Waruri (Ambumi) dituturkan di Kampung Ambumi di Distrik Kuri Wamesa, Kabupaten Teluk Wondama, Provinsi Papua Barat. Oleh karena bahasa Waruri dituturkan masyarakaat di Kampung Ambumi, bahasa ini juga dikenal dengan nama bahasa Ambumi. Selain di Ambumi, bahasa Waruri (Ambumi) juga dituturkan di Kampung Yerenusi. Sebelah timur dan utara Ambumi adalah Kampung Isei dan Kampung Nanimori yang masyarakatnya menuturkan bahasa Wandamen, sebelah barat adalah Kampung Simei yang masyarakatnya menuturkan bahasa Kuri, dan sebelah selatan adalah Kampung Osimo yang masyarakatnya menuturkan bahasa Somu (Toro) dan bahasa Mairasi.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Waruri (Ambumi) merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya dengan bahasa Jamor, bahasa Somu (Toru), dan bahasa Ron.
Bahasa Wau Arak
[sunting]Provinsi Papua Barat(Papua)
Bahasa Wau Arak dituturkan oleh masyarakat Kampung Nariki, Distrik Teluk Etna, Kabupaten Kaimana, Provinsi Papua Barat. Menurut pengakuan penduduk, bahasa Wau Arak dituturkan juga oleh masyarakat yang berada di Kampung Nariki Omba, Etahina, Omba Pamuku, dan Urubika, sedangkan di sebelah timur, barat, utara, dan selatan Kampung Nariki Lakahiya berbatasan dengan lautan.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Wau Arak merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya dengan bahasaMiere, bahasa Yeresiam Kiruru, dan bahasa Yuafeta.
Bahasa Tagalisa
[sunting]Provinsi Maluku(Maluku)
Bahasa Tagalisa dituturkan oleh etnik Tasijawa di Desa Skikilale, Kecamatan Waplau¸ Kabupaten Buru, Provinsi Maluku. Selain di desa itu, bahasa Tagalisa dituturkan juga di Desa Tupanaliang, Wailese, Raheriat, Namsina, dan Miskoko. Berdasarkan pengakuan penduduk, masyarakat Desa Raheriat di bagian timur, Desa Waenibe di bagian barat, Desa Waidaha di bagian Utara, dan Desa Waipote bagian selatan Desa Skikilale menuturkan bahasa Buru.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Tagalisa merupakan sebuah bahasa karena persentase perbedaannya dengan bahasa lain di Maluku sebesar 81%-100%, misalnya dengan bahasa Buru, Kayeli, dan Ambalau.
Bahasa Juvutek
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Juvutek dituturkan oleh masyarakat yang tinggal di Kampung Komra, Distrik Pantai Timur, Kabupaten Sarmi, Provinsi Papua. Menurut pengakuan penduduk, wilayah tutur bahasa Juvutek berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Mawes di Kampung Maweswares di sebelah timurnya, wilayah tutur bahasa Ansudu di Kampung Ansudu di sebelah baratnya.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Juvutek merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 99,50%-99,75% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, seperti bahasa Juvutek, Yokari, dan Molof.
Bahasa Yaben
[sunting]Provinsi Papua Barat(Papua)
Bahasa Yaben dituturkan di kampung Wamargege, Distrik Konda, Kabupaten Sorong Selatan, Provinsi Papua Barat. Bahasa Yaben juga dituturkan oleh masyarakat Kampung Konda di sebelah timur Kampung Wamargege. Sementara itu, di sebelah utara berbatasan dengan Kampung Teminabuan yang masyarakatnya berbahasa Tehit, dan di sebelah selatan berbatasan dengan kampung Metemani yang masyarakatnya berbahasa Imeyko.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Yaben merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan sebesar 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya dengan bahasa Tehit, bahasa Tehit Dit (Tehit Tua), bahasa Maibrat, dan bahasa Kalabra.
Bahasa Yahadian-Mugim
[sunting]Provinsi Papua Barat(Papua)
Bahasa Yahadian-Mugim dituturkan di Kampung Yahadian, Distrik Kais, dan masyarakat Kampung Mugim, Distrik Matemani, Kabupaten Sorong Selatan, Provinsi Papua Barat. Distrik Matemani Kais merupakan pemekaran dari Distrik Inanwatan.
Menurut pengakuan penuturnya, bahasa itu dituturkan oleh penduduk suku Nerigo yang mendiami beberapa kampung di wilayah timur dan utara Kampung Yahadian, yaitu di Kampung Mugim dan Kais.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Yahadian-Mugim merupakan sebuah bahasa jika dibandingkan dengan bahasa Kais, bahasa Kokoda, bahasa Inanwatan, dan bahasa Puragi-Saga dengan persentase perbedaan sebesar 81%-100%.
Bahasa Tarangan Barat
[sunting]Provinsi Maluku(Maluku)
Bahasa Tarangan Barat dituturkan oleh masyarakat di Desa Utta, Kecamatan Wakate, Kabupaten Seram Bagian Timur; Desa Kilmoy, Kecamatan Tutuk Tolu, Kabupaten Seram Bagian Timur; dan Desa Fatural, Kecamatan Aru Selatan, Kabupaten Kepulauan Aru, Provinsi Maluku. Bahasa itu terdiri atas tiga dialek, yaitu:
- dialek Uta (Kesui) yang dituturkan di Desa Utta, Kecamatan Wakate;
- dialek Bati yang dituturkan di Desa Kilmoy, Kecamatan Tutuk Tolu;
- dialek Tarangan Barat Vatural yang dituturkan di Desa Fatural, Kecamatan Aru Selatan.
Persentase perbedaan ketiga dialek tersebut berkisar 75%-79%. Persentase perbedaan antara dialek Bati dan Tarangan sebesar 76%.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Tarangan Barat merupakan sebuah bahasa karena persentase perbedaannya dengan bahasa lain di Maluku berkisar 81%-100%, misalnya dengan bahasa Barakai, Karey, dan Dobel.
Bahasa Kadi (Muyu Utara)
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Kadi (Muyu Utara) dituturkan oleh masyarakat Kampung Woropko, Distrik Waropko, Kabupaten Bouven Digoel, Provinsi Papua. Menurut pengakuan penduduk, wilayah tutur bahasa Kadi (Muyu Utara) di Kampung Waropko berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Yonggom di sebelah timur, bahasa Wambon di sebelah barat, bahasa Kataut di sebelah utara, dan bahasa Kapom di sebelah selatan.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Kadi (Muyu Utara) merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 86%-88,75% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Muyu, Muyu Selatan, dan Yonggom.
Bahasa Yeresiam Kiruru
[sunting]Provinsi Papua Barat(Papua)
Bahasa Yeresiam Kiruru dituturkan di Kampung Kiruru, Distrik Teluk Etna, Kabupaten Kaimana, Provinsi Papua Barat. Pada umumnya, penduduk di kampung tersebut beretnik Miyere. Menurut pengakuan penduduk, bahasa Yeresiam dituturkan juga di Kampung Tahima, Erega, dan Yamor. Di sebelah timur dan selatan Kampung Kiruru berbatasan dengan hutan, sedangkan di sebelah barat dan utara Kampung tersebut berbatasan dengan Laut.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Yeresiam Kiruru merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan 94,5% dengan bahasa Yeresiam, sebesar 94, 25% dengan bahasa Yeresiam Pedalaman (Sirise), dan berkisar 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya dengan bahasa Yuafeta, bahasa Wan Arak, dan bahasa Miere.
Bahasa Telaah Babar
[sunting]Provinsi Maluku(Maluku)
Bahasa Telaah Babar Barat dituturkan oleh masyarakat di Desa Tela dan Imroing, Kecamatan Pulau-Pulau Babar, Kabupaten Maluku Barat Daya, Provinsi Maluku. Bahasa Babar Barat terdiri atas dua dialek, yaitu dialek Tela yang dituturkan di Desa Tela, Kecamatan Pulau-Pulau Babar dan dialek Imroing yang dituturkan di Desa Imroing, Kecamatan Pulau-Pulau Babar. Persentase perbedaan kedua dialek tersebut sebesar 69%.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Telaah Babar Barat merupakan sebuah bahasa karena persentase perbedaannya dengan bahasa lain di Maluku berkisar 81%-100%, misalnya dengan bahasa Emplawas, Damar Timur, dan Yatoke.
Bahasa Yalahatan
[sunting]Provinsi Maluku(Maluku)
Bahasa Yalahatan dituturkan oleh masyarakat di Desa Yalahatan[4], Kecamatan Amahai, Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku. Menurut pengakuan penduduk, wilayah tutur bahasa Yalahatan berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Haya di sebelah timur dan dengan wilayah tutur bahasa Tamilou di sebelah barat Desa Yalahatan.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Yalahatan merupakan sebuah bahasa karena persentase perbedaannya dengan bahasa lain di Maluku berkisar 81%-100%, misalnya dengan bahasa Samasuru, Loon, dan Piru.
Bahasa Yeresiam Pedalaman (Sirise)
[sunting]Provinsi Papua Barat(Papua)
Bahasa Yeresiam Pedalaman (Sirise) dituturkan di Kampung Wagoha, Distrik Yamor, Kabupaten Kaimana, Provinsi Papua Barat. Kampung Wagoha terletak di pedalaman yang penghuninya merupakan etnik Wagoha. Jumlah penutur bahasa Yeresiam Pedalaman (Siri) di kampung ini lebih kurang lima belas jiwa. Menurut pengakuan penduduk, Kampung Wagoha di sebelah timur berbatasan dengan Kampung Urubika yang masyarakatnya menuturkan bahasa Napiti (dalam hal ini bahasa Napiti Pedalaman), di sebelah barat berbatasan dengan Kampung Wosokuno yang masyarakatnya menuturkan bahasa Mee, di sebelah utara berbatasan dengan Kampung Ure yang masyarakatnya menuturkan bahasa Miere, dan di sebelah selatan berbatasan dengan Kampung Etahima yang masyarakatnya menuturkan bahasa Yeresiam Pedalaman.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Yeresiam Pedalaman (Sirise) merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan sebesar 95,5% dengan bahasa Yeresiam, sebesar 94,25% dengan bahasa Yeresiam Kiruru, dan 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya dengan bahasa Girimora, bahasa Air Matoa, dan bahasa Napiti Pantai.
Bahasa Yuafeta
[sunting]Provinsi Papua Barat(Papua)
Bahasa Yuafeta dituturkan di Kampung Bamana, Distrik Teluk Etna, Kabupaten Kaimana, Provinsi Papua Barat. Menurut pengakuan penduduk, di sebelah barat Kampung Bamana dituturkan bahasa Yuafeta dan di sebelah utara dituturkan bahasa Napiti.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Yuafeta merupakan sebuah bahasa karena persentase perbedaannya dengan bahasa di sekitarnya sebesar 81%-100%, misalnya dengan bahasa Air Matoa, bahasa Girimora, bahasa Wau Arak dan bahasa Miere.
Bahasa Kaigar
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Kaigar dituturkan oleh masyarakat Kampung Amagais, Distrik Der Koumur, Kabupaten Asmat, Provinsi Papua. Menurut pengakuan penduduk, di sebelah timur Kampung Amagais dituturkan bahasa Okor, di sebelah barat dituturkan bahasa Kamur, di sebelah utara dituturkan bahasa Amara, di sebelah selatan dituturkan bahasa Suagai.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Kaigar merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 97,25%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Tamario, Sawi, dan Karufo Auf.
Bahasa Yamdena
[sunting]Provinsi Maluku(Maluku)
Bahasa Yamdena dituturkan oleh masyarakat di:
- Desa Woraloin, Taniwel, Hulung, Uweh, dan Banggoi, Kabupaten Seram Bagian Barat dan
- Desa Olilit Raya, Kabupaten Maluku Tenggara Barat, Provinsi Maluku.
Bahasa ini terdiri atas enam dialek, yaitu:
- dialek Wemale yang dituturkan di Desa Woraloin, Kecamatan Taniwel Timur, Kabupaten Seram Bagian Barat;
- dialek Nakaela dituturkan di Desa Taniwel, Kecamatan Taniwel, Kabupaten Seram Bagian Barat;
- dialek Hulung dituturkan di Desa Hulung, Kecamatan Taniwel, Kabupaten Seram Bagian Barat;
- dialek Alune dituturkan di Desa Uweh, Kecamatan Taniwel, Kabupaten Seram Bagian Barat;
- dialek Banggoi dituturkan di Desa Banggoi, Kecamatan Bula Barat, Kabupaten Seram Bagian Timur;
- dialek Yamdena Olilit Lama yang dituturkan di Desa Olilit Raya, Kecamatan Tanimbar Selatan, Kabupaten Maluku Tenggara Barat.
Persentase antardialek tersebut berkisar 60-80%.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Yamdena merupakan sebuah bahasa karena persentase perbedaannya dengan bahasa lain di Maluku berkisar 81%-100%, misalnya dengan bahasa Kei, Fordata (Iyaru), dan Banda.
Bahasa Kaiya (Kaiy)
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Kaiya (Kaiy) dituturkan oleh Oitai dan Seritai di Kampung Kai, Distrik Rufaer, Kabupaten Mamberamo Raya, Provinsi Papua. Selain bahasa Kaiya (Kaiy), di Kampung Kai dituturkan juga bahasa Sikari, Tebako, Papasena, Taipe, Baso, dan Foao. Menurut pengakuan penduduk, di sebelah timur Kampung Kai, yaitu Kampung Papasena dituturkan bahasa Papasena; di sebelah barat, yaitu Kampung Obokui dituturkan bahasa Obokuitai; di sebelah utara, yaitu Kampung Sikari dan Haya dituturkan bahasa Sikari dan Haya; dan di sebelah selatan, yaitu Kampung Bareri dituturkan bahasa Tebako.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Kaiya (Kaiy) merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Kaiya (Kaiy), Sikari, dan Tebako.
Bahasa Yatoke
[sunting]Provinsi Maluku(Maluku)
Bahasa Yatoke dituturkan oleh masyarakat di Desa Yatoke, Kecamatan Pulau-pulau Babar Timur¸ Kabupaten Maluku Barat Daya, Provinsi Maluku. Selain di desa itu, bahasa Yatoke dituturkan juga di Desa Nakaramto (sebelah barat) dan Iliwari. Menurut pengakuan penduduk, wilayah tutur bahasa Yatoke hanya berbatasan dengan wilayah tutur satu bahasa, yaitu bahasa Kroing yang dituturkan di sebelah selatan Desa Yatoke. Di sebelah timur, barat, dan utara tidak berbatasan dengan laut.
Bahasa Yatoke mempunyai dua dialek, yaitu dialek Yatoke dan Pepra. Hal itu didasarkan hasil penghitungan dialektometri bahwa persentase dialektometri antara isolek Yatoke dan Pepra adalah 53%. Dialek Yatoke dituturkan oleh masyarakat Yatoke, Kecamatan Pulau-pulau Babar Timur, sedangkan dialek Pepra dituturkan oleh masyarakat Letsiara, Kecamatan Pulau-pulau Babar, Kabupaten Maluku Barat Daya. Dialek Pepra dituturkan juga di Desa Tepa dan Yaltubung, Wetang, dan Manuwai.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Yatoke merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 96-98% jika dibandingkan dengan bahasa lain di Maluku, seperti bahasa Yatoke dengan bahasa Emplawas 98% dan bahasa Serili 96%.
Bahasa Kamoro
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Kamoro dituturkan oleh masyarakat Kampung Atuka, Distrik Mimika Tengaht, Kabupaten Mimika, Provinsi Papua. Menurut pengakuan penduduk, bahasa Kamoro dituturkan pula oleh masyarakat di sebelah timur, barat, dan utara Kampung Atuka.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Kamoro merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 92% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Wabo dan Sempan.
Bahasa Bacan
[sunting]Provinsi Maluku Utara(Maluku)
Bahasa Bacan dituturkan oleh masyarakat di Desa Amasing Kota, Kecamatan Bacan, Kabupaten Halmahera Selatan, Pulau Bacan, Provinsi Maluku Utara. Menurut pengakuan penduduk, selain di Desa Amasing Kota, bahasa Bacan dituturkan juga di sebelah timur, barat, dan utara Desa Amasing Kota.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Bacanmerupakan sebuah bahasa karena persentase perbedaannya dengan bahasa lain di Maluku Utara berkisar 81%-100%, misalnya bahasa Gane.
Bahasa Buli
[sunting]Provinsi Maluku Utara(Maluku)
Bahasa Buli dituturkan oleh masyarakat di Desa Buli Asal, Kecamatan Maba, Kabupaten Halmahera Timur, Pulau Halmahera, Provinsi Maluku Utara. Menurut pengakuan penduduk, wilayah tutur bahasa Buli berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Patani dialek Maba di sebelah utara dan selatan.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Buli merupakan sebuah bahasa karena persentase perbedaannya dengan bahasa lain di Maluku Utara berkisar 81%-100%, misalnya bahasa Modole dan Makian Dalam.
Bahasa Kanum Barkari
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Kanum Barkari dituturkan oleh masyarakat Kampung Kondo, Distrik Naukenjerai, Kabupaten Merauke, Provinsi Papua. Menurut pengakuan penduduk, bahasa Kanum Barkari dituturkan juga oleh penduduk Kampung Kurkari dan Rawa Biru. Bahasa Kanum Barkari berbatasan dengan bahasa Kanum Smerki di Kampung Temerau di sebelah barat Kampung Kondo.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Kanum Barkari merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 99,3%-99,8% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Dani Bokondini, Yei Bawah, dan Kopkaka (Kopgaka Seredala).
Bahasa Galela
[sunting]Provinsi Maluku Utara(Maluku)
Bahasa Galela dituturkan oleh masyarakat di Desa Wangeotek, Kecamatan Malifut, Kabupaten Halmahera Utara; Desa Kao, Kecamatan Kao, Kabupaten Halmahera Utara; Desa Kira, Kecamatan Galela Barat, Kabupaten Halmahera Utara; Desa Kedi, Kecamatan Loloda, Kabupaten Halmahera Barat; Desa Laba Besar, Kecamatan Loloda, Kabupaten Halmahera Barat; dan Desa Goal, Kecamatan Sahu Timur, Kabupaten Halmahera Barat, Pulau Halmahera, Provinsi Maluku Utara. Bahasa ini terdiri atas enam dialek, yaitu:
- dialekPagu,
- dialek Kao,
- dialek Galela Kira,
- dialek Loloda,
- dialek Laba, dan
- dialek Tobaru.
Persentase perbedaan keenam dialek tersebut berkisar 63%-79,75%.
Dialek Pagu dituturkan oleh masyarakat Desa Wangeotek, Kecamatan Malifut, Kabupaten Halmahera Utara, Provinsi Maluku Utara. Menurut pengakuan penduduk, wilayah tutur bahasa Galela dialek Pagu berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Makian di sebelah timur, barat, utara, dan selatan.
Dialek Kao dituturkan oleh masyarakat Desa Kao, Kecamatan Kao, Kabupaten Halmahera Utara, Provinsi Maluku Utara. Menurut pengakuan penduduk, wilayah tutur bahasa Galela dialek Kao berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Tobelo di sebelah timur dan utara, wilayah tutur bahasa Galela dialek Pagu dan bahasa Malpan di sebelah barat, serta wilayah tutur bahasa Galela dialek Pagu dan bahasa Makian di sebelah selatan.
Dialek Galela Kira dituturkan oleh masyarakat Desa Kira, Kecamatan Galela Barat, Kabupaten Halmahera Utara, Provinsi Maluku Utara. Menurut pengakuan penduduk, bahasa Galela dialek Galela Kira dituturkan juga di sebelah timur, barat, utara, dan selatan Desa Kira.
Dialek Loloda dituturkan oleh masyarakat Desa Kedi, Kecamatan Loloda, Kabupaten Halmahera Barat, Provinsi Maluku Utara. Menurut pengakuan penduduk, bahasa Galela dialek Loloda dituturkan juga oleh masyarakat di sebelah timur, utara, dan selatan Desa Kedi. Wilayah tutur bahasa Galela dialek Loloda berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Galela dialek Tobaru di sebelah timur dan wilayah tutur bahasa Ternate di sebelah barat.
Dialek Laba dituturkan oleh masyarakat di Desa Laba Besar, Kecamatan Loloda, Kabupaten Halmahera Barat, Provinsi Maluku Utara. Menurut pengakuan penduduk, wilayah tutur bahasa Galela dialek Laba berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Galela dialek Tobaru di sebelah timur, wilayah tutur bahasa Galela dialek Loloda di sebelah barat dan selatan, dan wilayah tutur bahasa Melayu dialek Gorap di sebelah utara.
Dialek Tobaru dituturkan oleh masyarakat Desa Goal, Kecamatan Sahu Timur, Kabupaten Halmahera Barat, Provinsi Maluku Utara. Menurut pengakuan penduduk, wilayah tutur bahasa Galela dialek Tobaru berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Tobelo dan Galela di sebelah timur, wilayah tutur bahasa Sahu dialek Sahu Taraudu di sebelah barat, wilayah tutur bahasa Sahu dialek Wayoli dan bahasa Galela dialek Tobaru di sebelah utara, serta wilayah tutur bahasa Galela dialek Tobaru dan bahasa Ternate di sebelah selatan.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Galela merupakan sebuah bahasa karena persentase perbedaannya dengan bahasa lain di Maluku Utara berkisar 81%-100%, misalnya bahasa Sahu dan Ternate.
Bahasa Kapori (Kapauri)
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Kapori (Kapauri) dituturkan oleh masyarakat Kampung Pagai, Distrik Airu, Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua. Bahasa ini juga dituturkan di Kampung Pagay dan Kamikaru. Menurut pengakuan penduduk, Kampung Pagay berbatasan dengan Kampung Benawa di sebelah timur, dengan Kampung Kamikaro di sebelah barat, dengan Kampung Lereh di sebelah utara, dan dengan Kampung Mamberamo di sebelah selatan.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Kapori (Kapauri) merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan sebesar 90%-100% jika dibandingkan dengan bahasa lain di sekitarnya, misalnya bahasa Blue Klesi, Elsesng, dan Elseng Koarjab.
Bahasa Gane
[sunting]Provinsi Maluku Utara(Maluku)
Bahasa Gane dituturkan oleh masyarakat di Desa Gane Luar, Kecamatan Gane Timur Selatan, Kabupaten Halmahera Selatan, Pulau Halmahera, Provinsi Maluku Utara. Menurut pengakuan penduduk, bahasa Gane dituturkan juga di sebelah barat Desa Gane Luar. Wilayah tutur bahasa Gane berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Tobelo di sebelah utara dan wilayah tutur bahasa Makian di sebelah selatan.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Gane merupakan sebuah bahasa karena persentase perbedaannya dengan bahasa lain di Maluku Utara berkisar 81%-100%, misalnya bahasa Makian dan Tobelo.
Bahasa Kaptiau (Kapitiau)
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Kaptiau (Kapitiau) dituturkan oleh etnik Kapitiau di Kampung Kapitiau, Distrik Bonggo, Kabupaten Sarmi, Provinsi Papua. Menurut pengakuan penduduk, wulayah tutur bahasa Kaptiau (Kapitiau) berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Demta di sebelah timur, isolek Mawes Dey di sebelah barat, dan bahasa Nimboran di sebelah selatan Kampung Kapitiau.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Kaptiau (Kapitiau) merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan sebesar 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa lain di sekitarnya, misalnya bahasa Mawes Dey (Mawesdey), Mawes Wares (Maweswares), dan Isirawa.
Bahasa Karufo Auf
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Karufo Auf dituturkan oleh masyarakat di Kampung Mabul (Maitali), Distrik Kolof Brasa, Kabupaten Asmat, Provinsi Papua. Bahasa Karufo Auf juga dituturkan oleh masyarakat Kampung Baigon, Miyop, Tanah Baru, Ujung Batu, Woman, dan Afiu Mabul. Di sebelah barat Kapung Mabul (Maitali), yaitu Kampung Baseman dituturkan bahasa Citak; di sebelah utara, yaitu Kampung Galeman dituturkan bahasa Kapayap; dan di sebelah selatan, yaitu Kampung Yaniromo dituturkan bahasa Korowai Kombai.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Karufo Auf merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan sebesar 99,25-100% jika dibandingkan dengan bahasa lain di sekitarnya, misalnya bahasa Klufo (Korowai Umum), Diuwe, dan Soba.
Bahasa Ibu (Ibo)
[sunting]Provinsi Maluku Utara(Maluku)
Bahasa Ibu (Ibo) dituturkan oleh masyarakat di Desa Gamlamo, Kecamatan Ibu, Kabupaten Halmahera Barat, Pulau Halmahera, Provinsi Maluku Utara. Menurut pengakuan penduduk, wilayah tutur bahasa Ibu (Ibo) berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Ternate di sebelah timur dan selatan dan wilayah tutur bahasa Galela dialek Tobaru di sebelah barat dan utara.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Ibu (Ibo) merupakan sebuah bahasa karena persentase perbedaannya dengan bahasa lain di Maluku Utara berkisar 81%-100%, misalnya bahasa Galela dan Sahu.
Bahasa Kaureh
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Kaureh dituturkan oleh masyarakat di Kampung Lereh, Distrik Kaureh, Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua. Menurut pengakuan penduduk, bahasa Kaureh berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Pagay di sebelah timur, wilayah tutur bahasa Sause di sebelah barat, wilayah tutur bahasa Tabu di sebelah utara, dan wilayah tutur bahasa Tabean di sebelah selatan.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Kaureh merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 95,86% jika dibandingkan dengan bahasa Sause.
Bahasa Kadai
[sunting]Provinsi Maluku Utara(Maluku)
Bahasa Kadai dituturkan oleh masyarakat di Desa Kawadang, Kecamatan Taliabu Timur Selatan, Kabupaten Pulau Taliabu, Provinsi Maluku Utara. Menurut pengakuan penduduk, wilayah tutur bahasa Kadai berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Sula Buton di sebelah timur, wilayah tutur bahasa Taliabu Buton di sebelah barat, dan wilayah tutur bahasa Taliabu Bajo di sebelah utara.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Kadai merupakan sebuah bahasa karena dengan persentase perbedaannya dengan bahasa lain di Maluku Utara berkisar 81%-100%, misalnya bahasa Buru, Bacan, dan Sula.
Bahasa Kawera
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Kawera dituturkan oleh mayarakat etnik Soromaja di Kampung Kasonaweja, Distrik Mamberamo Tengah, Kabupaten Memberamo Raya, Provinsi Papua. Di bagian timur, selatan, utara, dan barat Kampung Kasonaweja dituturkan bahasa Kawera.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Kawera merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan sebesar 88,5%-99,5% jika dibandingkan dengan bahasa lain di sekitarnya, misalnya bahasa Nobuk (Kuwreha Mamberamo), Bagusa, Warembori, Manua (Eritai), Anasi, dan Soytai.
Bahasa Makean Dalam
[sunting]Provinsi Maluku Utara(Maluku)
Bahasa Makean Dalam dituturkan oleh masyarakat di Desa Matentengin, Kecamatan Pulau Makean, Kabupaten Halmahera Selatan, Pulau Makean, Provinsi Maluku Utara. Menurut pengakuan penduduk, bahasa Makean Dalam disebut juga sebagai bahasa Makean Timur atau Taba.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Makean Dalam merupakan sebuah bahasa karena persentase perbedaannya dengan bahasa lain di Maluku Utara berkisar 90%-100%, seperti dengan bahasa Buli 90,75%; bahasa Maba 91,25%; dan bahasa Bacan 95%.
Bahasa Kayo Pulau
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Kayo Pulau terletak di Kampung Tahima Soroma, Distrik Jayapura Selatan, Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Kayo Pulau merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan yang berkisar 99,25-100% jika dibandingkan dengan bahasa lain di sekitarnya, misalnya bahasa Tobati, Kemtuk, Klesi, dan Kaureh
Bahasa Makean Luar
[sunting]Provinsi Maluku Utara(Maluku)
Bahasa Makean Luar dituturkan oleh masyarakat di Desa Sebelei, Kecamatan Makean Barat, Kabupaten Halmahera Selatan, Pulau Makean, Provinsi Maluku Utara. Menurut pengakuan penduduk, wilayah tutur bahasa Makean Luar berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Makean Dalam di sebelah timur dan dengan wilayah tutur bahasa Makean di sebelah barat Desa Sebelei.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Makean Luar merupakan sebuah bahasa karena persentase perbedaannya dengan bahasa lain di Maluku Utara berkisar 94%-98%, seperti dengan bahasa Makean Dalam 94%; bahasa Buli 97,5%; dan bahasa Bacan 95%.
Bahasa Kejer Manirem
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Kejer Manirem dituturkan oleh masyarakat yang berada di Kampung Keder (Timron), Distrik Pantai Timur Barat, Kabupaten Sarmi, Provinsi Papua. Menurut pengakuan penduduk, di sebelah timur Kampung Keder dituturkan bahasa bahasa Dabe, di sebelah barat dituturkan bahasa Sobey, dan di sebelah selatan dituturkan bahasa Maniram. Di sebelah utara kampung itu tidak ada bahasa karena daerah itu masuk Lautan Pasifik.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Kejer Manirem merupakan sebuah bahasa dengan persentase berkisar 94%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa, Dabe, Armati, dan Isirawa.
Bahasa Kemtuk
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Kemtuk dituturkan oleh masyarakat Kampung Sabeab Kecil, Distrik Kemtuk, Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua. Bahasa Kemtuk juga dituturkan di Kampung Gresi, Distrik Gresi dan Kampung Kwansu, Distrik Kemtuk, Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua. Menurut pengakuan penduduk, di sebelah timur dan sebelah barat Kampung Sabeyap Kecil dituturkan bahasa Kemtuk Nembut, di sebelah utara dituturkan bahasa Sentani, dan di sebelah selatan dituturkan bahasa Tabu. Sementara itu, di sebelah timur dan sebelah selatan Kampung Gresi dituturkan juga bahasa Gresi, di sebelah barat dituturkan bahasa Kemtuk Gresi, di sebelah utara dituturkan bahasa Kemtuk. Di sebelah timur Kampung Kwansu dituturkan bahasa Kemtuk, di sebelah barat dituturkan bahasa Namblong, di sebelah utara dituturkan bahasa Warry, di sebelah selatan dituturkan bahasa Gresi. Bahasa Kemtuk terdiri atas tiga dialek, yaitu dialek:
- Kemtuk,
- Bring, dan
- Mlap.
Persentase perbedaan ketiga dialek tersebut adalah 76%-79%.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Kemtuk merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Elseng, Sentani, dan Namblong.
Bahasa Melayu
[sunting]Provinsi Maluku Utara(Maluku)
Bahasa Melayu dituturkan di Kelurahan Togafo, Kecamatan Pulau Ternate, Kabupaten Kota Ternate dan Desa Bobaneigo, Kecamatan Kao Teluk, Kabupaten Halmahera Utara, Provinsi Maluku Utara. Bahasa Melayu di Provinsi Maluku Utara terdiri atas dua dialek, yaitu dialek Melayu Ternate dan dialek Gorap dengan persentase perbedaan antardialek sebesar 70%. Sementara itu, dialek Melayu Ternate dan Gorap termasuk dialek bahasa Melayu Riau yang diduga sebagai tanah asal bahasa Melayu dengan persentase perbedaan berkisar 63,52-70%.
Dialek Melayu Ternate dituturkan di Kelurahan Togafo, Kecamatan Pulau Ternate, Kabupaten Kota Ternate. Adapun dialek Gorap dituturkan di Desa Bobaneigo, Kecamatan Kao Teluk, Kabupaten Halmahera Utara. Dialek Gorap berasal dari bahasa kreol atau pijin yang merupakan campuran antara bahasa Melayu setempat dengan bahasa pendatang dari Sulawesi Tenggara. Wilayah tutur dialek Gorap sebelah timur dan utara berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Tobelo, sebelah barat dengan wilayah tutur bahasa Ternate, dan sebelah selatan dengan wilayah tutur bahasa Makian.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Melayu yang terdapat di Provinsi Maluku dan isolek Melayu yang terdapat di Provinsi Maluku Utara termasuk satu bahasa dengan persentase perbedaan di bawah 80%. Begitu pula jika dibandingkan dengan bahasa Melayu di Provinsi Kepulauan Riau. Semuanya termasuk satu bahasa dengan persentase di bawah 80%.
Bahasa Keuw
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Keuw dituturkan oleh etnik Kewete di Kampung Keuw, Distrik Wapoga, Kabupaten Nabire, Provinsi Papua. Menurut pengakuan penduduk, di sebelah timur Kampung Keuw, yaitu Kampung Boakerdi dituturkan bahasa Keuw; di sebelah barat, yaitu Kampung Wapoga dituturkan bahasa Burate, Awera, dan Demisa; di sebelah utara, yaitu Kampung Maniwo dituturkan bahasa Moi Maniwo; dan di sebelah selatan, yaitu Kampung Totoberi dituturkanh bahasa Burate atau Tototberi.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Keuw merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81%--100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Moi Maniwo, Moor, dan Ekari.
Bahasa Modole
[sunting]Provinsi Maluku Utara(Maluku)
Bahasa Modole dituturkan oleh masyarakat di Desa Pitago, Kecamatan Kao Barat, Kabupaten Halmahera Utara, Pulau Halmahera, Provinsi Maluku Utara. Menurut pengakuan penduduk, wilayah tutur bahasa Modole berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Tobelo di sebelah timur dan selatan Desa Pitago serta wilayah tutur bahasa Galela dialek Kao dan bahasa Tobelo di sebelah utara Desa Pitago.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Modole merupakan sebuah bahasa karena persentase perbedaannya dengan lain di Maluku Utara sebesar 98%, seperti dengan bahasa Maba 98%; bahasa Patani 98,25%; bahasa Bacan 98,75%; dan bahasa Gane 98,5%.
Bahasa Patani
[sunting]Provinsi Maluku Utara(Maluku)
Bahasa Patani dituturkan oleh masyarakat di Desa Tepeleo, Kecamatan Patani Utara, Kabupaten Halmahera Tengah dan Desa Soa Sangaji, Kecamatan Kota Maba, Kabupaten Halmahera Timur,Provinsi Maluku Utara. Bahasa itu terdiri atas dua dialek, yaitudialek Patani Tepeleo dan dialek Maba. Persentase perbedaan antardua dialek tersebut sebesar 75,25%.
Dialek Patani Tepeleo itu dituturkan oleh masyarakat Desa Tepeleo, Kecamatan Patani Utara, Kabupaten Halmahera Tengah, Pulau Halmahera, Provinsi Maluku Utara. Menurut pengakuan penduduk, wilayah tutur dialek Patani Tepelo berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Patani di sebelah timur, barat, dan selatan Desa Tepeleo.
Sementara itu, dialek Maba dituturkan di Desa Soa Sangaji, Kecamatan Kota Maba, Kabupaten Halmahera Timur, Pulau Halmahera, Provinsi Maluku Utara. Menurut pengakuan penduduk, wilayah tutur dialek Maba berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Buli di sebelah utara dan selatan Desa Soa Sangaji.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Patani merupakan sebuah bahasa karena persentase perbedaannya dengan bahasa di sekitarnya berkisar 81%-100%, misalnya dengan bahasa Buli, Sawai, dan Gane.
Bahasa Ketengban
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Ketengban dituturkan oleh masyarakat Kampung Borme, Distrik Borme, Kabupaten Pegunungan Bintang, Provinsi Papua. Menurut pengakuan penduduk, Kampung Borme berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Ngalum di sebelah timur Kampung Borme, bahasa Ketengban di sebelah barat, bahasa Lepki di sebelah utara, dan bahasa Ketengban di sebelah selatan.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Ketengban merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 98,25%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Jelako, Kimki, Ngalum, dan Lepki.
Bahasa Sahu
[sunting]Provinsi Maluku Utara(Maluku)
Bahasa Sahu dituturkan oleh masyarakat di Desa Tosoa, Kecamatan Ibu Selatan, Kabupaten Halmahera Barat dan Desa Taraudu, Kecamatan Sahu, Kabupaten Halmahera Barat, Provinsi Maluku Utara. Bahasa itu terdiri atas dua dialek, yaitu:
- dialek Wayoli dan
- dialek Sahu Taraudu.
Persentase perbedaan antardua dialek tersebut sebesar 69,5%.
Dialek Wayoli dituturkan di Desa Tosoa, Kecamatan Ibu Selatan, Kabupaten Halmahera Barat, Pulau Halmahera, Provinsi Maluku Utara. Menurut pengakuan penduduk, wilayah tutur dialek Wayoli berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Galela dialek Kao di sebelah timur, wilayah tutur bahasa Sahu dialek Wayoli di sebelah barat, wilayah tutur bahasa Sahu dialek Wayoli, bahasa Ternate dialek Gamkonora, dan bahasa Galela dialek Tobaru di sebelah utara Desa Tosoa, dan wilayah tutur dialek bahasa Galele dialek Tobaru dan bahasa Sahu di sebelah selatan Desa Tosoa.
Sementara itu, dialek Sahu Taraudu dituturkan di Desa Taraudu, Kecamatan Sahu, Kabupaten Halmahera Barat, Pulau Halmahera, Provinsi Maluku Utara. Menurut pengakuan penduduk, wilayah tutur dialek Sahu Taraudu berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Sahu di sebelah timur, barat, utara, dan selatan Desa Taraudu.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Sahu merupakan sebuah bahasa karena persentase perbedaannya dengan bahasa lain di Maluku Utara sebesar 81%-100%, misalnya dengan bahasa Ibu (Ibo), Galela, dan Ternate.
Bahasa Kimaam
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Kimaam dituturkan oleh masyarakt Kampung Padua, Distrik Kimaam, Kabupaten Merauke, Provinsi Papua. Menurut pengakuan penduduk, di sebelah timur dan utara Kampung Padua dituturkan bahasa Yelmek; di sebelah barat dituturkan bahasa Riantana; dan di sebelah selatan dituturkan bahasa Kimaam.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Kimaam merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 96,50% jika dibandingkan dengan bahasa Riantana.
Bahasa Sawai
[sunting]Provinsi Maluku Utara(Maluku)
Bahasa Sawai dituturkan oleh masyarakat di Desa Lililef Sawai, Kecamatan Weda Tengah, Kabupaten Halmahera Tengah, Pulau Halmahera, Provinsi Maluku Utara. Menurut pengakuan penduduk, wilayah tutur bahasa Sawai berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Sawai di sebelah barat dan selatan Desa Lililef Sawai.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Sawai merupakan sebuah bahasa karena persentase perbedaannya dengan bahasa lain di Maluku Utara berkisar 84%-98%, seperti dengan bahasa Maba 84,75%; bahasa Patani 86,75%; bahasa Bacan 98%; dan bahasa Gane 90,25%.
Bahasa Kimagima
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Kimagima dituturkan oleh suku Kimagima di Kampung Turiram, Distrik Kimaam, Kabupaten Merauke, Provinsi Papua. Bahasa Kimagima juga dituturkan di Kampung Kiworo, Eoner, Mambun, dan Auri. Menurut pengakuan penduduk, si sebelah timur Kampung Turiram, yaitu Kampung Deka dituturkan bahasa Muyu; di sebelah barat, yaitu Kampung Teri dituturkan bahasa Kimagima; di sebelah utara, yaitu Kampung Kiworo dituturkan bahasa Kimagima; dan di sebelah selatan, yaitu Kampung Mambun dituturkan bahasa Kimagima.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Kimagima merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan di atas 98%--99,75% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Citak, Yabega, dan Ngguntar.
Bahasa Kimki
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Kimki dituturkan oleh etnik Kimki di Kampung Batom, Distrik Batom, Kabupaten Pegunungan Bintang, Provinsi Papua. Menurut pengakuan penduduk, di sebelah timur Kampung Batom dituturkan bahasa Biski (PNG), di sebelah barat dituturkan bahasa Yetfa; di sebelah utara dituturkan bahasa Murkim, dan di sebelah selatan dituturkan bahasa Ngalum.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Kimki merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 98,50%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Mukim, Namalu, dan Warion.
Bahasa Ternate
[sunting]Provinsi Maluku Utara(Maluku)
Bahasa Ternate dituturkan oleh masyarakat di Kelurahan Togafo, Kecamatan Pulau Ternate, Kabupaten Kota Ternate; Kelurahan Ome, Kecamatan Tidore Utara, Kabupaten Kota Tidore Kepulauan; dan Desa Gamkonora, Kecamatan Ibu Selatan, Kabupaten Halmahera Barat,Provinsi Maluku Utara. Bahasa Ternate terdiri atas tiga dialek, yaitudialek Ternate Togafo,Tidore, dan Gamkonora. Persentase perbedaan ketiga dialek tersebut berkisar 59,5%-76,25%.
Dialek Ternate Togafo dituturkan di Kelurahan Togafo, Kecamatan Pulau Ternate, Kabupaten Kota Ternate, Pulau Ternate, Provinsi Maluku Utara. Wilayah tutur dialek Ternate Togafo berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Ternate dan bahasa Melayu dialek Melayu Ternate di sebelah timur, barat, utara, dan selatan Desa Togafo.
Dialek Tidore dituturkan di Kelurahan Ome, Kecamatan Tidore Utara, Kabupaten Kota Tidore Kepulauan, Pulau Tidore, Provinsi Maluku Utara. Wilayah tutur dialek Tidore berbatasan juga dengan wilayah tutur bahasa Ternate dialek Tidore di sebelah timur, barat, utara, dan selatan Kelurahan Ome.
Dialek Gamkonora dituturkan di Desa Gamkonora, Kecamatan Ibu Selatan, Kabupaten Halmahera Barat, Pulau Halmahera, Provinsi Maluku Utara. Wilayah tutur dialek Gamkonora berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Galela dialek Tobaru dan bahasa Sahu dialek Wayoli di sebelah timur dan utara Desa Gamkonora dan dengan wilayah tutur bahasa Tobelo di sebelah selatan desa Gamkonora.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Ternate merupakan sebuah bahasa karena persentase perbedaannya dengan bahasa lain di Maluku Utara berkisar 81%-100%, misalnya dengan bahasa Sahu, Buli, dan Sawai.
Bahasa Taliabu
[sunting]Provinsi Maluku Utara(Maluku)
Bahasa Taliabu dituturkan oleh masyarakat di Desa Kawadang, Kecamatan Taliabu Timur Selatan, Kabupaten Pulau Taliabu, Provinsi Maluku Utara. Menurut pengakuan penduduk, wilayah tutur bahasa Taliabu berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Sula dan Buton di sebelah timur; wilayah tutur bahasa Taliabu dan Buton sebelah barat; wilayah tutur bahasa Taliabu dan Bajo di sebelah utara Desa Kawadang.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Taliabu merupakan sebuah bahasa karena persentase perbedaannya dengan bahasa lain di Maluku Utara berkisar 86,75%-97,75%, seperti dengan bahasa Sula 97%; bahasa Gane 97,75%; dan bahasa Mangole 86,75%.
Bahasa Sula
[sunting]Provinsi Maluku Utara(Maluku)
Bahasa Sula dituturkan oleh masyarakat di Desa Fatcei, Kecamatan Sanana dan Desa Malbufa, Kecamatan Sanana Utara, Kabupaten Kepulauan Sula, Provinsi Maluku Utara. Bahasa ini terdiri atas dua dialek, yaitu dialek Sula Fatce dan dialek Mangole. Dialek Sula Fatcei dituturkan di Desa Fatcei, Kecamatan Sanana, Kabupaten Kepulauan Sula, Pulau Sulabesi, Provinsi Maluku Utara. Menurut pengakuan penduduk, dialek Sula Fatcei dituturkan juga di sebelah timur, barat, utara, dan selatan Desa Fatcei.
Sementara itu, dialek Mangole dituturkan di Desa Malbufa, Kecamatan Sanana Utara, Kabupaten Kepulauan Sula, Pulau Sulabesi, Provinsi Maluku Utara. Menurut pengakuan penduduk, wilayah tutur dialek Mangole di sebelah timur Desa Malbufa berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Fagudu; di sebelah barat, utara, dan selatan Desa Malbufa berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Fagudu dan bahasa Sula. Persentase perbedaan antara dialek Sula Fatcei dan dialek Mangole sebesar 70,5%.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Sula merupakan sebuah bahasa karena persentase perbedaannya dengan bahasa lain di Maluku Utara sebesar 81%-100%, misalnya dengan bahasa Tobelo, Galela, dan Buru.
Bahasa Tobelo
[sunting]Provinsi Maluku Utara(Maluku)
Bahasa Tobelo dituturkan oleh masyarakat di Desa Pale, Kecamatan Tobelo Selatan, Kabupaten Halmahera Utara dan Desa Tayawi, Kecamatan Oba Utara, Kabupaten Kota Tidore Kepulauan,Provinsi Maluku Utara. Bahasa itu terdiri atas dua dialek, yaitudialek Tobelo Pale dan Tugutil. Persentase perbedaan antarkedua dialek tersebut sebesar 63,5%.
Dialek Tobelo Pale dituturkan di Desa Pale, Kecamatan Tobelo Selatan, Kabupaten Halmahera Utara, Pulau Halmahera, Provinsi Maluku Utara. Wilayah tutur dialek Tobelo Pale berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Tobelo di sebelah timur, barat, dan selatan Desa Pale dan dengan wilayah tutur bahasa Tobelo dan Melayu di sebelah utara Desa Pale. Dialek Tugutil dituturkan di Desa Tayawi, Kecamatan Oba Utara, Kabupaten Kota Tidore Kepulauan, Pulau Halmahera, Provinsi Maluku Utara.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Tobelo merupakan sebuah bahasa karena persentase perbedaannya dengan bahasa lain di Maluku Utara berkisar 81%-100%, misalnya dengan bahasa Galela, Ibu (Ibo), dan Buli.
Bahasa Kiri-Kiri
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Kiri-Kiri dituturkan oleh etnik Kiri-Kiri di Kampung Wafuka, Distrik Kirihi, Kabupaten Waropen, Provinsi Papua. Menurut pengakuan penduduk, bahasa Kiri-Kiri dituturkan juga oleh penduduk di Kampung Doufo dan Poira. di sebelah timur Kampung Wafuka, yaitu Kampung Doufo dituturkan bahasa Edopi dan Kiri-Kiri; di sebelah barat, yaitu Kampung Poira dituturkan bahasa Kiri-Kiri dan Fayu; di sebelah utara, yaitu Kampung Derpor (Derapose) dituturkan bahasa Derapose; dan di sebelah selatan, yaitu Kampung Iratoli dituturkan bahasa Edopi.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Kiri-kiri merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 99,5%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Fayu, Kofey, dan Nosaudare.
Bahasa Kimyal
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Kimyal dituturkan oleh masyarakat Kampung Korupun, Dagi, Duram, Kwan Dua, dan Debula, Distrik Korupun, Kabupaten Yahukimo, Provinsi Papua. Menurut pengakuan penuturnya, bahasa Kimyal berbeda dengan bahasa suku lain di sekitar kelima kampung tersebut, yaitu dengan bahasa Mek Nalca, Mek Nipsan, Kopkaka, dan Una.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Kimyal merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 90%-98% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Mek Nipsan, Kopkaka, Una, dan Mek Nalca.
Bahasa Kitum
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Kitum dituturkan oleh masyarakat etnik Kitum di Kampung Bayanggop, Distrik Manggelum, Kabupaten Boven Digoel, Provinsi Papua. Menurut pengakuan penduduk, bahasa Kitum dituturkan juga di sebelah timur, utara, dan selatan Kampung Bayanggop, yaitu Kampung Arin, Awaten, dan Ater. Sementara itu, di sebelah timur, Kampung Buronggap dituturkan bahasa Naray.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Kitum merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 98,5%-99,75% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Kwer (Kofet, Kwet), Namas, Ningrum, Korowi Selatan, Kombali Kali (Tajan), Korowai, Keuw, Moor, Burumakot, Korowai, Jinak, dan Moi Maniiwo.
Bahasa Klesi
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Klesi dituturkan oleh masyarakat Kampung Iwon, Distrik Gresi Selatan, Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua. Menurut pengakuan penduduk, wilayah tutur bahasa Klesi berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Gresi di Kampung Bangai di sebelah timur dan wilayah tutur bahasa Jawa dan Bugis di Kampung Nawa Mulia di sebelah barat, Kampung Bumi Sahaja di sebelah utara, dan Kampung Takwa Bangun di sebelah selatan Kampung Iwon.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Klesi merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 99,25%-99,50% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Yafi, Molof, dan Tefanma.
Bahasa Klufo (Krowai Rawa, Krowai Umum)
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Klufo (Krowai Rawa, Krowai Umum) dituturkan oleh etnik Korowai di Kampung Rekortu, Distrik Korowai Timur, Kabupaten Pegunungan Bintang, Provinsi Papua. Selain bahasa itu, bahasa Afilaup dan Heiwanop dituturkan juga di Kampung Rekortu. Berdasarkan pengakuan penduduk, di bagian sebelah timur Kampung Rekortu, yaitu Kampung Kawe dituturkan bahasa Singgagup; di sebelah barat, yaitu Kampung Baasman dituturkan bahasa Citak Mitak; di sebelah utara, yaitu Kampung Alemso dituturkan bahasa Kunaukam; dan di sebelah selatan, yaitu Kampung Manggemare dituturkan bahasa Kombai.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Klufo (Krowai Rawa, Krowai Umum) merupakan sebuah bahasa dengan persentase 98,75%-99,50% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Kimki, Eipomek, dan Afilaup.
Bahasa Kombai
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Kombai dituturkan oleh masyarakat Kampung Kombai, Distrik Kouh, Kabupaten Boven Digoel, Provinsi Papua. Kombai juga dituturkan di Kampung Firiwage, Karuwage, Yaniruma, Aifo, dan Kawagit. Bahasa lain yang dituturkan di kampung itu adalah bahasa Jair. Menurut pengakuan penduduk, di sebelah timur Kampung Kombai, yaitu Kampung Mandobo dituturkan bahasa Mandobo dan di sebelah selatan, yaitu Kampung Jair dituturkan bahasa Jair.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Kombai merupakan sebuah bahasa dengan persentase 98,75% jika dibandingkan dengan bahasa Nai.
Bahasa Kombai Kali (Tajan)
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Kombai Kali (Tajan) dituturkan oleh etnik Kombai Tajan (Kali) di Dusun Viru RT 3, Distrik Yaniruma, Kabupaten Boven Digoul, Provinsi Papua. Kampung lain yang menuturkan bahasa itu adalah Kampung Basman, Yafufla, Tarua, Wakuma, dan Merokima. Bahasa lain yang dituturkan di Dusun Viru RT 3 adalah bahasa Korowai Lumpur. Menurut pengakuan penduduk, Kampung Wanggemalo dan Amburuma di sebelah timur Dusun Viru RT 3 dituturkan bahasa Kombai Darat, Kampung Basman di sebelah barat dituturkan bahasa Citak Mitak dan Korowai Kali, Kampung Bygun di sebelah utara dituturkan bahasa Korowai Batu, dan Kampung Boma di sebelah selatan dituturkan bahasa Awyu, Jair, dan Kombai Darat.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Kombai Kali (Tajan) merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan 97--100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, seperti bahasa Kombai, Nalik Selatan, Atam (Temma), dan Arakam.
Bahasa Komolom (Mombun)
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Komolom (Mombun) dituturkan oleh masyarakat Kampung Komolom, Distrik Kimaam, Kabupaten Merauke, Provinsi Papua. Menurut pengakuan penduduk, di sebelah timur Kampung Komolom dituturkan bahasa Marind, di sebelah barat dituturkan bahasa Riantana, di sebelah utara dituturkan bahasa Makleu.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Komolom (Mombun) merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 94%--100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Kimaam dan Ndom.
Bahasa Komyandaret
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Komyandaret dituturkan oleh masyarakat Kampung RT 4 Danau Kit, Distrik Firiwage, Kabupaten Boven Digul, Provinsi Papua. Bahasa Komyandaret dituturkan juga di Kampung Kaway dan bahasa lain yang terdapat di kampung itu adalah bahasa Saukambo. Menurut pengakuan penduduk, dari segi situasi kebahasaan di sebelah timur Kampung RT 4 Danau Kit, yaitu Kampung Gawgop dituturkan bahasa Wambon; di sebelah barat, yaitu Karuwage dituturkan bahasa Kombai; di sebelah utara, yaitu Kampung Kabuage dituturkan bahasa Korowai; dan di sebelah selatan dituturkan bahasa Saukambo.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Komyandaret merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 97,75%--99,50% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Korowai, Jair, Kombai, dan Nai.
Bahasa Konerau
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Konerau dituturkan oleh masyarakat Kampung Konoraw, Distrik Kimaam, Kabupaten Merauke, Provinsi Papua. Menurut pengakuan penduduk, di sebelah timur Kampung Konoraw juga dituturkan bahasa Konerau; di sebelah barat dituturkan bahasa, dan di sebelah utara dituturkan bahasa Kimaam.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Konerau merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 94%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Komolom (Mombun), Kimaam, dan Ndom.
Bahasa Kofey
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Kofey dituturkan oleh masyarakat Kampung Sauri Sirami, Distrik Waropen Atas, Provinsi Papua. Menurut pengakuan penduduk, wilayah tutur bahasa Kofey berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Wonti di sebelah timur Kampung Sauri Sirami.
Sementara itu, bahasa Kofey merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 92-93% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Sauri Sirami, Demba, Barapasi, dan Sorabi.
Bahasa Kopkaka
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Kopkaka dituturkan oleh masyarakat Kampung Seredela, Distrik Seredela, Kabupaten Yahukimo, Provinsi Papua. Bahasa Kopkaka juga digunakan oleh penduduk di sebelah timur Kampung Seredela, yaitu Kampung Yebor, di sebelah barat, yaitu Kampung Mosomduba, di sebelah utara, yaitu Kampung Murwedala, dan di sebelah selatan, yaitu Kampung Muruf.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Kopkaka merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 85%-99,50% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnyua bahasa Kimyal, Kopkaka, Seredela (Kopkaga Seredaea), Nyaw, dan Busami.
Bahasa Kopkaka Seredela (Kopkaga Seredela)
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Kopkaka Seredela (Kopkaga Seredela) dituturkan di Kampung Seredela, Distrik Seredela, Kabupaten Yahukimo, Provinsi Papua. Bahasa itu juga dituturkan di sebelah timur Kampung Seredela, yaitu di Kampung Samtung dan Morodara; di sebelah barat, yaitu Kampung Bingki dan Worof; dan di sebelah selatan, yaitu Kampung Murup II. Sementara itu, di sebelah utara, yaitu Kampung Kefayap (Kepayap)dituturkan bahasa Bese.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Kopkaka Seredela (Kopkaga Seredela) merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 85,00%-99,5% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnyua bahasa Kopkaka, Korowai Baigun, Kwer (Kofet, Kwet), dan Burukmakot.
Bahasa Korowai Baigun (Atigun)
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Korowai Baigun (Atigun) dituturkan oleh masyarakat Kampung Baigun (Atigun), Distrik Kolf Braza, Kabupaten Asmat, Propinsi Papua. Bahasa Korowai tersebut juga dituturkan oleh masyarakat dari Kampung Mabul, Apium, dan Selo. Menurut pengakuan penduduk, di sebelah timur Kampung Baigun (Atigun), yaitu Kampung Apium dituturkan bahasa Korowai; di sebelah barat, yaitu Kampung Kaliman dituturkan bahasa Kapayap; di sebelah utara, yaitu Kampung Muara Jon dituturkan bahasa Korowai Kopkaka; dan di sebelah selatan, yaitu Kampung Mabul dituturkan bahasa Korowai.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Korowai Baigun (Atigun) merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 94%-99,75% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Korowai Korowage dan Korowai Selatan (Korowai Lumpur/Klufwo Auf Umbale).
Bahasa Korowai Karuwage (Korowage)
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Korowai Karuwage (Korowage) dituturkan oleh masyarakat Kampung Karuwage, Distrik Firiwage, Kabupaten Boven Digoel, Provinsi Papua. Bahasa lain yang dituturkan di kampung itu adalah bahasa Kombai. Dari segi situasi kebahasaan, di sebelah timur Kampung Karuwage, yaitu Kampung Firiwage dan sebelah utara, yaitu Kampung Kabuwage dituturkan bahasa Kombai.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Korowai Karuwage (Korowage) merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 94%-99,75% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Jair, Kombai, dan Nai.
Bahasa Kurudu (Myobo)
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Kurudu (Myobo) dituturkan oleh etnik Mauri di Kampung Kororompui, Distrik Raimbawi, Kabupaten Yapen, Provinsi Papua. Bahasa itu dituturkan juga oleh masyarakat Kampung Dorei Amini, Kurudu, Andesaria, Krindi, dan Poiwai.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Kurudu (Myobo) merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 97,75%-99,75% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Tause, Wairate, dan Totoberi.
Bahasa Kwari
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Kwari dituturkan oleh masyarakat Kampung Aipawah (Aepawa), Distrik Oudate, Kabupaten Waropen, Provinsi Papua. Bahasa Kwari jugadituturkan di Kampung Sowiwa. Selain bahasa itu, bahasa Demisa dituturkan pula di Kampung Aipawah (Aepawa). Di sebelah timur Kampung Rasawa, yaitu Kampung Rasawa dituturkan bahasa Kwari dan di sebelah barat, yaitu Kampung Smiangga dituturkan bahasa Yapen.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Kwari merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 97%--99,75% jika dibandingkan dengan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Mek Nalca, Mnanggi, Kapauri, Bku, Kwerba, Kapauri, Bora-Bora, Kwinsu, Tangko, Namalu, Blue Klesi, dan Kaptiau.
Bahasa Masimasi
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Masimasi dituturkan oleh masyarakat Kampung Masimasi (Artibe Pulau), Distrik Pantai Timur, Kabupaten Sarmi, Provinsi Papua.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Masimasi merupakan sebuah bahasa dengan persentase sebesar 81%-100% jika dibandingkan sekitarnya, misalnya bahasa Beneraf, Betaf-Takar (Fitoow Or), Dabe, Etik(Barto, Maria), Juvutek, Kejer Manirem, Kwesten Arare, Kwinsu, Masimasi, Sobey Wakde, dan Sunu.
Bahasa Mawes Dey (Mawesdey)
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Mawes Dey (Mawesdey) dituturkan oleh masyarakat Kampung Mawesdey, Distrik Bonggo Timur, Kabupaten Sarmi, Provinsi Papua. Menurut pengakuan penduduk, bahasa itu juga dituturkan di Mawes Mukti dan Maweswares. Di sebelah barat Kampung Mawesdey, yaitu Kampung Sumasawe dituturkan bahasa Orya; di sebelah utara, yaitu Kampung Kapitaw dituturkan bahasa Kapitaw; dan di sebelah selatan, yaitu Kampung Tarawasi Maremgi dituturkan bahasa Maremgi. Sementara itu, nama bahasa di sebelah timur Kampung Mawesdey tidak diidentifikasi.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolekMawes Dey (Mawesdey) merupakan sebuah bahasa dengan persentase sebesar 91%-99,75% jika dibandingkan sekitarnya, misalnya bahasa Mawes Wares (Maweswares), Dinana (Marenggi), Mander, dan Podena.
Bahasa Kwer (Kofet/Kwet)
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Kwer (Kofet/Kwet) dituturkan oleh etnik Agumatum di Kampung Koper atau Omakot (Omakol/Kwer/Kuil), Distrik Seredela, KabupatenYahokimo, Provinsi Papua. Menurut pengakuan penduduk, bahasa Kwer (Kofet/Kwet) dituturkan juga di Kampung Yasif, Bumu, Kolua, Kelapa Satu, Tokuni, Bondua,Masomdua, Bingi, Yawol, Teret, Samtau, dan Marudat. Wilayah tutur bahasa Kwer (Kofet/Kwet) berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Kaumtedep, Landa, Yup di sebelah timur, bahasa Bayono di sebelah barat, bahasa Korowai di sebelah utara, dan bahasa Kopkaka di sebelah selatan Kampung Koper atau Omakot (Omakol/Kwer/Kuil).
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Kwer (Kofet/Kwet) merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 89,25-99,75% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasaKopkaka, Dani Bokondini, Kombai, Yaur, Arui, Yei Bawah, dan Momuna.
Bahasa Korowai Selatan (Korowai Lumpur/Klufwo Auf Umbale)
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Korowai Selatan (Korowai Lumpur/Klufwo Auf Umbale)dituturkan oleh masyarakat Kampung Yaniruma, Kecamatan Yaniruma, Kebupaten Boven Digoel, Provinsi Papua. Menurut pengakuan penduduk, bahasa itu dituturkan oleh masyarakat di sebelah timur, barat, dan selatan Kampung Yaniruma, yaitu Kampung Mangge, Basman, dan Sela. Sementara itu, di sebelah selatan, Kampung Hibionda dituturkan bahasa Kombai Darat.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolekKorowai Selatan (Korowai Lumpur, Klufwo Auf Umbale) merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 94%-99,75% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Burukmakot, Korowai Baigun, Korowai Korowage, Momuna, Kombali Kali (Tajan), Mani, Kopkaka (Kopkaga), dan Jinak.
Bahasa Kwerba
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Kwerba dituturkan oleh etnik Armati di Kampung Wamariri, Distrik Apawer Hulu, Kabupaten Sarmi, Provinsi Papua. Menurut pengakuan penduduk, bahasa Kwerba juga dituturkan di sebelah timur Kampung Wamariri. Di sebelah barat dan sebelah utara Kampung Wamariri dituturkan bahasa Armati dan di sebelah selatan dituturkan bahasa Isirawa.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Kwerba merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa sekitarnya, misalnya bahasa Armati, Tapea, Amathamit (Athokhin), dan dan Isirawa.
Bahasa Mawes Wares (Maweswares)
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Mawes Wares (Maweswares) dituturkan oleh masyarakat Kampung Maweswares, Distrik Bonggo, Kabupaten Sarmi, Provinsi Papua. Menurut pengakuan penduduk, di sebelah timur Kampung Maweswares dituturkan bahasa Podena dan di sebelah barat dituturkan bahasa Biriduwa.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Mawes Wares (Maweswares) merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, yaitu bahasa Mawes Dey (Mawesdey), Mander, dan Podena.
Bahasa Mee Ugia
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Mee Ugia dituturkan oleh masyarakat Kampung Ugida, Distrik Siriwo, Kabupaten Nabire, Provinsi Papua. Wilayah tutur bahasa Mee Ugia berbatasan dengan daerah sebaran penutur bahasa Mee.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Mee Ugia merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 86%-99% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Ekari, Wolani, Damal, Auye, Sempan, Mee Wosokuno, dan Mee Wosokuno.
Bahasa Kwesten Arare
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Kwesten Arare dituturkan oleh masyarakat Kampung Arare, Distrik Pantai Timur Bagian Barat, Kabupaten Sarmi, Provinsi Papua. Menurut pengakuan penduduk, di sebelah timur Kampung Arare dituturkan bahasa Wakde; di sebelah dituturkan bahasa Kwesten, di sebelah utara dituturkan bahasa Wakde, dan di sebelah selatan dituturkan bahasa Kwesten dan Omte.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Kwesten Arare merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Wakde dan Kwerba.
Bahasa Mek Kosarek
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Mek Kosarek dituturkan oleh masyarakat Kampung Yaholikma, Distrik Anggruk, Kabupaten Yahukimo, Provinsi Papua.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Meek Kosarek merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, yaitu bahasa Mek Nalca dan Mek Nipsan.
Bahasa Kwinsu
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Kwinsu dituturkan oleh masyarakat Kampung Ansudu, Distrik Pantai Timur, Kabupaten Sarmi, Provinsi Papua. Menurut pengakuan penduduk, di sebelah timur Kampung Ansudu, yaitu Kampung Komra dituturkan bahasa Biri; di sebelah barat, yaitu Kampung Betaf dituturkan bahasa Bataf; di sebelah utara, yaitu Kampung Beneraf dituturkan bahasa Beneraf dan Kampung Yamna dituturkan bahasa Yamna; dan di sebelah utara, yaitu Kampung Mawes Mares dituturkan bahasa Mawes.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Kwinsu merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan sebesar 90%-100% jika dibandingkan dengan bahasa lain di sekitarnya, misalnya dengan bahasa Bora-Bora, Segar, dan Bku (Bgu).
Bahasa Mek Naica
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Mek Nalca dituturkan oleh suku Mek Kampung Kosarek, Kampung Benawa, Kampung Bari, dan Kampung Lelambo, sebelah utara Kabupaten Yahukimo, Provinsi Papua. Menurut pengakuan penutur, bahasa Mek Nalca sama dengan bahasa Nipsan.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Mek Nalca merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 87%-99% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Mek Nipsan, Kimyal, Una, bahasa Mek Kosarek, Kopkaka.
Bahasa Lani
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Lani dituturkan oleh etnik Lani di Kampung Ninabua, Distrik Tiom, Kabupaten Lanny Jaya, Provinsi Papua. Bahasa itu juga dituturkan di sebelah barat dan utara Kampung Ninabua, yaitu Kampung Wesaput dan di sebelah utara dan barat, yaitu Kampung Abenaho. Menurut pengakuan penduduk, Kampung Ninabua juga berbatasan dengan daerah sebaran bahasa Lani.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Lani merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Dani (Hubula), Dani Atas, dan Nggem.
Bahasa Mek Nipsan
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Mek Nipsan dituturkan oleh masyarakat Kampung Nipsan, Distrik Nipsan, Kabupaten Yahukimo, Provinsi Papua. Bahasa itu juga dituturkan di sebelah timur Kampung Nipsan, yaitu Kampung Nalca, di sebelah barat, yaitu Kampung Kosarek, di sebelah utara, yaitu Kampung Pini, dan di sebelah selatan, yaitu Kampung Lelambo.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Mek Nipsan merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 87,25%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Mek Kosarek, Mek Nalca, Hubla, Dajub (Tokuni), dan Awban (Bese).
Bahasa Melayu
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Melayu dituturkan oleh masyarakat Kampung Waena, Distrik Abepura, Kota Jayapura, Provinsi Papua. Bahasa itu dituturkan pula di Kampung Abepura dan Sentani. Menurut pengakuan penduduk, bahasa Melayu Papua dituturkan pula di sebelah timur, barat, utara, dan selatan Kampung Waena.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Melayu Papua merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 99,75%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya dengan bahasa Mooi, Elseng, dan Kaureh.
Bahasa Lepki
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Lepki dituturkan oleh mayoritas etnik Lepki di Kampung Luban, Distrik Aboy, Kabupaten Pegunungan Bintang, Menurut pengakuan penduduk, di sebelah timur Kampung Luban dituturkan bahasa Kimki; di sebelah barat dituturkan bahasa Ketengban, di sebelah utara dituturkan bahasa Yetfa, dan di sebelah selatan dituturkan bahasa Ngalum.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Lepki merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 98,25%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Kimki, Jelako, dan Yetfa.
Bahasa Mnanggi
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Mnanggi dituturkan oleh masyarakat Kampung Skofro, Distrik Arso Timur, Kabupaten Keerom, Provinsi Papua. Menurut pengakuan penduduk, di sebelah timur wilayah tutur bahasa Mnanggi, yaitu Kampung Tapos (PNG) dituturkan bahasa Mnanggi; di sebelah barat, yaitu Kampung Jangke dituturkan bahasa Nyau, dan di sebelah utara, yaitu Kampung Kriku dituturkan bahasa Webbi.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Mnanggi merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan sebesar 90%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya dengan bahasa Pupis, Namalu, dan Warion.
Bahasa Liki
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Liki dituturkan oleh masyarakat Kampung Liki, Distrik Sarmi Kota, Kabupaten Sarmi, Provinsi Papua. Sebelah timur, barat, dan utara Kampung Liki berbatasan dengan Lautan Pasifik, sedangkan sebelah Selatan berbatasan dengan Kampung Sarmoi yang penduduknya menggunakan bahasa Sobei.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Liki merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 94%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Yamna, Wakde, dan Dabe 100%.
Bahasa Moi Maniwo
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Moi Maniwo dituturkan oleh mayoritas etnik Ayapa di Kampung Maniwo, Kecamatan Wapoga, Kabupaten Nabire, Provinsi Papua. Daerah lain yang menuturkan bahasa itu adalah Kampung Dabowto, Bami, Menipe, dan Kwi. Di sebelah timur Kampung Maniwo, yaitu Distrik Kirihi dituturkan bahasa Mamberamo dan Wolani; di sebelah Barat, yaitu Kampung Aibone dan Siriwadana dituturkan bahasa Ekari dan Siriwo; dan di sebelah selatan, yaitu Kampung Kopekui dituturkan bahasa Wolani, Woni, dan Anye. Sementara itu, di sebelah UtaraKampung Maniwo, yaitu Kampung Totoberi, Samanui, dan Pirare tidak teridentifikasi bahasa yang dituturkan.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Moi Maniwo merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81%--100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Moi Sigin, Keuw, Moor, dan Ekari.
Bahasa Molof
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Molof dituturkan di Kampung Warley dan Molof, Distrik Senggi, Kabupaten Keerom, Provinsi Papua. Selain di Kampung Warley dan Molof, bahasa Molof juga dituturkan di Kampung Purwasi, Tawasi, dan Tiarsi.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, bahasa Molof merupakan bahasa tersendiri jika dibandingkan dengan bahasa lain di sekitarnya dengan persentase perbedaan sebesar 98%-100%, misalnya bahasa Tefanma, Yafi, dan Dubu.
Bahasa Makleu
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Makleu dituturkan oleh masyarakat Kampung Welbuti, Distrik Tubang, Kabupaten Merauke, Provinsi Papua. Bahasa Makleu juga dituturkan di Kampung Ilwayap, Bibikem, Woboyu, dan Dudalim. Menurut pengakuan penduduk, di sebelah timur Kampung Welbuti, yaitu Kampung Nakias dituturkan bahasa Marind Deg; di sebelah barat, yaitu Kampung Bibikem dituturkan bahasa Makleu (dialek Yabega); di sebelah selatan, yaitu Kampung Yawimu dituturkan bahasa Bian Marind Deg.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Makleu merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan sebesar 90%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Bian Marind Deg, Engkalembu, Imbuti (Marind), Kanum Barkari, Kimaam, Kimagima, dan Komolom (Mombun).
Bahasa Momuna
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Momuna dituturkan oleh masyarakat Kampung Ureas, Distrik Dekai, Kabupaten Yahukimo, Provinsi Papua. Menurut pengakuan penduduk, Kampung Ureas berbatasan dengan daerah sebaran bahasa Momuna yang lain.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Momuna merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81%--100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Momuna Samboga (Momuna Samboka), Una, dan Kopkaka.
Bahasa Moni Bibida
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Moni Bibida dituturkan oleh etnik Zonggonau, Kobogau, dan Yatipai di Kampung Bibida, Distrik Bibida, Kabupaten Paniai, Provinsi Papua. Menurut pengakuan penduduk, bahasa Moni dituturkan juga oleh penduduk Kampung Ugidimi, Dama Dama, Yasiga, Zombandoga, dan Degesiga. Wilayah tutur bahasa Moni berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Ekari di sebelah barat, utara, dan selatan Kampung Bibida.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Moni-Bibida merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 93,25%--99,75% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Moni-Kegouda, Kanum Barkari, Momuna, Burukmakot, dan Kopkaka (Kopkaga).
Bahasa Monuna Samboga
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Momuna Samboga (Momuna Samboka) dituturkan di Kampung Samboga (Samboka), Distrik Seredela, Kabupaten Yahukimo, Provinsi Papua. Di sebelah barat Samboga, yaitu Kampung Sokamu dan sebelah selatan, yaitu Kampung Kapita dituturkan bahasa Momuna. Di sebelah timur, yaitu Kampung Yalmebi dituturkan bahasa Una dan di sebelah utara, yaitu Kampung Awban dituturkan bahasa Awban.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Momuna Samboga (Momuna Samboka) merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 93,5%--98,75% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Momuna dan Kopkaka (Kopkaga).
Bahasa Moni-Kegouda
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Moni-Kegouda merupakan bahasa yang dituturkan oleh masyarakat Kampung Kegouda, Distrik Paniai Barat, Kabupaten Paniai, Provinsi Papua. Wilayah tutur bahasa Moni-Kegouda berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Ekari di sebelah timur, barat, dan selatan Kampung Kegouda, sedangkan di sebelah utara dituturkan bahasa Moni.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Moni-Kegouda merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 92%-94% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya, bahasa Moni-Bibida, Wolani, Ekari, Kamoro, dan Sempan.
Bahasa Munggui
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Munggui dituturkan oleh etnik Wondey di Kampung Munggui, Distrik Windesi, Kabupaten Yapen, Provinsi Papua. Bahasa Munggui dituturkan pula oleh masyarakat Kampung Natabui, Asai, Windesi, dan Waisani. Menurut pengakuan penduduk, di sebelah timur Kampung Munggui, yaitu Kampung Kaonda dituturkan bahasa Busami; di sebelah barat, yaitu Kampung Natabui dituturkan bahasa Munggui; di sebelah utara, yaitu Kampung Makiroan dituturkan bahasa Maraw; dan di sebelah selatan, yaitu Kampung Papuma dituturkan bahasa Ansus.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Munggui merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 89,50% jika dibandingkan dengan bahasa bahasa Busami.
Bahasa Mandobo Bawah
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Mandobo Bawah dituturkan oleh masyarakat Kampung Selil, Distrik Ulilin, Kabupaten Merauke, Provinsi Papua. Menurut pengakuan penduduk, bahasa Mandobo Bawah juga dituturkan di Kampung Kesa, Subur, Aiwat, dan Geten Tiri , Kabupaten Boven Digul, Provinsi Papua.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Mandobo Bawah merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan sebesar 97,75%--100% jika dibandingkan dengan bahasa Mandobo, Mek Nalca, Marita, Bora-Bora, Kwinsu, Bku, Bian Marind Deg, Kamoro Kemtuk, Afilaup, dan Armati Sarma
Bahasa Mander
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Mander dituturkan oleh etnik Buknes di Kampung Rotea, Distrik Bonggo, Kabupaten Sarmi, Provinsi Papua. Bahasa Mander juga dituturkan di Kampung Bu, Srum, dan Biri II. Menurut pengakuan penduduk, bahasa Ures juga dituturkan di Kampung Rotea. Menurut pengakuan penduduk, di sebelah utara Kampung Rotea, yaitu Kampung Anus dituturkan bahasa Anus dan di sebelah barat, yaitu Kampung Rumser Sare dituturkan bahasa Ures.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Mander merupakan bahasa tersendiri jika dibandingkan dengan bahasa lain di sekitarnya, misalnya bahasa Mawes, Marenggi, dan Vedan Nus (Podena).
Bahasa Mandobo
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Mandobo dituturkan oleh masyarakat Kampung Persatuan, Distrik Mandobo, Kabupaten Bouven Digoel, Provinsi Papua. Menurut pengakuan penduduk, di sebelah timur Kampung Persatuan dituturkan bahasa Muyu, sebelah barat dituturkan bahasa Awyu, di sebelah utara berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Mandobo, dan di sebelah selatan berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Muyu.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Mandobo merupakan sebuah bahasa dengan hasil persentase berkisar 99,25% jika dibandingkan dengan bahasa Mandobo Bawah.
Bahasa Manem
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Manem dituturkan oleh mayoritas etnik Manem di Kampung Wembi, Distrik Manem, Kabupaten Keerom, Provinsi Papua. Selain di Kampung Wembi, bahasa itu dituturkan juga di Kampung Kibay dan Yeti. Menurut informasi dari penduduk, di sebelah timur Kampung Wembi, yaitu Papua Nugini dituturkan bahasa Mnanggi dan Manem; di sebelah barat, yaitu Kampung Sawanawa dituturkan bahasa Beyaboa; di sebelah utaram yaitu Kampung Wor dituturkan bahasa Abrap; dan di sebelah selatan, yaitu Kampung Ampas dituturkan bahasa Fermanggem.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Manem merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 98,25%-100% jika dibandingkan dengan bahasa lain di sekitarnya, misalnya bahasa Daikat (Taikat) dan Abrap.
Bahasa Mooi
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Mooi dituturkan oleh masyarakat Kampung Maribu, Distrik Sentani Barat, Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Mooi merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 94,50%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Sentani, Nafri, dan Ormu.
Bahasa Manua (Eritai)
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Manua (Eritai) dituturkan oleh masyarakat etnik Manua di Kampung Eri, Distrik Mamberamo Tengah Timur, Kabupaten Mamberamo Raya, Provinsi Papua. Bahasa Manua dituturkan juga oleh masyarakat Kampung Kustra dan Haya. Di sebelah Timur Kampung Eri, yaitu Kampung Kustra dituturkan bahasa Baudi dan Manua; di sebelah barat, yaitu Kampung Haya dituturkan bahasa Siwaya, Torweja, dan Manua; di sebelah utara, yaitu Kampung Danau Bira dituturkan bahasa Baudi; da di sebelah selatan, yaitu Kampung dituturkan bahasa Biritai.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek bahasa Manua (Eritai)merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 98,75%--100% jika dibandingkan dengan bahasa lain di sekitarnya, misalnya bahasa Airo, Towe, Armati Sarma.
Bahasa Murkim
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Murkim dituturkan oleh etnik Murkim di Kampung Kopuni (Mot), Distrik Batom, Kabupaten Pegunungan Bintang, Provinsi Papua. Menurut pengakuan penduduk, wilayah tutur bahasa Murkim berbatasan dengan wilayah tutur bahasa PNG di sebelah timur dan barat, bahasa Yetfa di sebelah utara, dan bahasa Kimki di sebelah selatan Kampung Kopuni (Mot).
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Murkim merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 96,50%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Kimki dan Yetfa.
Bahasa Muyu
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Muyu dituturkan oleh masyarakat Kampung Kamka, Distrik Mindiptana, Kabupaten Boven Digoel, Provinsi Papua. Menurut pengakuan penduduk, wilayah tutur bahasa Muyu berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Okpade di sebelah barat, bahasa Mandobo di sebelah utara, dan bahasa Kamindip di sebelah selatan Kampung Kamka.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Muyu merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 88,25%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Mandobo, Muyu Selatan, dan Kadi (Muyu Utara).
Bahasa Marap
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Marap dituturkan oleh masyarakat Kampung Kwimi, Distrik Arso, Kabupaten Keerom, Provinsi Papua. Menurut pengakuan penduduk, Kampung Kwimi berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Abrar di sebelah timur, bahasa Biyekwok di sebelah barat, bahasa Marap di sebelah utara, dan bahasa Marap di sebelah selatan Kampung Kwimi.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Marap merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 94,50%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Daikat (Taikat), Mnanggi, dan Abrap.
Bahasa Maraw
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Maraw dituturkan oleh etnik Wondeu di Kampung Webi, Distrik Yapen Barat, Kabupaten Yapen, Provinsi Papua. Bahasa itu dituturkan pula oleh masyarakat Kampung Marabori, Makiroan, dan Worioi. Di sebelah timur Kampung Waraborijuga dituturkan bahasa Maraw, di sebelah barat, yaitu Kampung Aibondenidituturkanb bahasa Ansus, dan di sebelah utara, yaitu Kampung Poom 2dituturkan bahasa Poom.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Maraw merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 85%-90,25% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Munggui dan Poom.
Bahasa Marita
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Marita dituturkan oleh masyarakat Kampung Wapoga (Wobari), Distrik Wapoga, Kabupaten Waropen, Provinsi Papua. Menurut pengakuan penduduk, bahasa Marita dituturkan juga di Kampung Marare.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Marita merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 98%--99,75% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, yaitu bahasa Mek Nalca, Klesi, Warion, Sunum, Kaptiau, Mander, Namalu, Segar, Kwerba, Bora-Bora, dan Afilaup
Bahasa Marori (Morori)
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Marori (Morori) dituturkan oleh entik Marori (Morori) Kampung Wasur, Distrik Merauke, Kabupaten Merauke, Provinsi Papua.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Marori (Morori) merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 99%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Bian Marind Deg dan Engkalembu.
Bahasa Muyu Selatan
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Muyu Selatan dituturkan oleh masyarakat Kampung Anggumbit, Distrik Mindiptana, Kabupaten Boven Digoel, Provinsi Papua.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Muyu Selatan merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 88,50%-92% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Yonggom, Muyu, dan Kadi (Muyu Utara).
Bahasa Nagi
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Nagi dituturkan oleh etnik Nagi di Kampung Nanum, Distrik Kawor, Kabupaten Pegunungan Bintang, Provinsi Papua. Bahasa Nagi juga dituturkan oleh masyarakat Kampung Umding di bagian timur Kampung Nanum. Selain itu, masyarakat Kampung Jamar di sebelah barat dan Kampung Kawor di sebelah selatan sama-sama menuturkan bahasa Nagi. Sementara itu, masyarakat Kampung Arim di bagian utara Kampung Nanum dituturkan bahasa Dintere.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Nagi merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan 99,25%-99,75% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Klufo (Krowai Rawa, Krowai Umum), Eipomek, dan Telepe.
Bahasa Nafri
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Nafri dituturkan oleh masyarakat Kampung Nafri, Distrik Abepura, Kodya Jayapura, Propinsi Papua.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Nafri merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 99,25%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Skou dan Tobati.
Bahasa Masep
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Masep dituturkan oleh masyarakat Kampung Masep, Distrik Pantai Barat, Kabupaten Sarmi, Provinsi Papua. Menurut pengakuan penduduk, di sebelah timur Kampung Masep dituturkan bahasa Karvasea, di sebelah barat dituturkan bahasa Kapeso (Apawer), di sebelah utara dituturkan bahasa Borgea, dan di sebelah selatan dituturkan bahasa Sibhikiya (Subu).
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Masep merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, yaitu bahasa Masimasi dan Mawes.
Bahasa Namas
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Namas dituturkan oleh masyarakat Kampung Moukbiran, Distrik Kombut, Kabupaten Boven Digoel, Provinsi Papua. Menurut pengakuan penduduk, wilayah tutur bahasa Namasberbatasan dengan wilayah tutur bahasa Kakaip di sebelah timur, bahasa Okbarin di sebelah barat, bahasa Jonggom di sebelah utara, dan bahasa Kamindip di sebelah selatanKampung Moukbiran.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Namas merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 97,5%-99,75% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Ningrum, Kwer (Kofet/Kwet), Korowai Selatan (Korowai Lumpur/Klufwo Auf Umbale), Burukmakot, dan Jinak.
Bahasa Nai
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Nai dituturkan oleh masyarakat Kampung Burunggop, Tarkop, Kawor, dan Muturkip, Distrik Manggelum, Kabupaten Boven Digoel, Provinsi Papua. Bahasa lain yang dituturkan di kampung itu adalah bahasa Wambon dan Nagi. Dari segi situasi kebahasaan, di sebelah timur Kampung Burunggop, yaitu Kampung Kaworyang dituturkan bahasa Nagi; di sebelah barat, yaitu Kampung Gaguop dituturkan bahasa Wambon; di sebelah utara, yaitu Kampung Kaweyang dituturkan Senggaop; dan di sebelah selatan, yaitu Kampung Bayanggop dituturkan bahasa Kitumdup.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Nai merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan 99,25% jika dibandingkan dengan bahasa Pijin.
Bahasa Namak
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Namak dituturkan oleh masyarakat Kampung Kuken RT 2, Distrik Ambatkwi, Kabupaten Boven Digoul, Provinsi Papua. Selain di kampung itu, bahasa Namak dituturkan juga di Kampung Welapkubun dan Dewok, Distrik Ambatkwi, Kabupaten Boven Digoul, Provinsi Papua. Di Kampung Kuken RT 2dituturkan juga bahasa Ketum (Kitum).
Berdasarkan pengakuan penutur, di sebelah timur Kampung Kuken RT 2, yaitu Kampung Kaurok, Distrik Iwur, Kabupaten Pegunungan Bintang dituturkan bahasa Nemayo dan sebelah barat Kampung Kuken RT 2, yaitu Kampung Manggelum, Distrik Manggelum, Kabupaten Boven Digoul dituturkan bahasa Wambon Kenondik (Wombon,Womsi).
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Namak merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 98%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Wambon Kenondik, Ketum (Kitum), dan Nai.
Bahasa Namla
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Namla dituturkan oleh masyarakat Kampung Namla, Distrik Senggi, Kabupaten Keerom, Provinsi Papua. Selain di kampung itu, bahasa Namla juga digunakan oleh masyarakat Kampung Tafanema dan Dubu. Sebagian kecil masyarakat Kampung Namla juga menggunakan bahasa Touwe. Menurut pengakuan penduduk, di sebelah timur dari Kampung Namla, yaitu Kampung Dubu dituturkan bahasa Dubu; di sebelah barat, yaitu Kampung Tefano dituturkan bahasa Tefano; di sebelah utara, yaitu Kampung Usku dituturkan bahasa Usku; dan di sebelah selatan, yaitu Kampung Touwe dituturkanb bahasa Touwe.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Namla merupakan sebuah bahasa karena memiliki persentase perbedaan berkisar 98,75%-99,75% jika dibandingkan dengan bahasa sekitarnya, misalnya bahasa Sikari, Marau, dan Busami.
Bahasa Namblong
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Namblong dituturkan oleh masyarakat Kampung Sanggai, Distrik Nambluong, Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua. Menurut pengakuan penduduk, bahasa Namblong dituturkan juga di sebelah timur, selatan, barat, dan utara Kampung Sanggai.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Namblong merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Nafri, Ormu, Narau, dan Orya.
Bahasa Namalu
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Namalu dituturkan oleh masyarakat Kampung Muara, Distrik Batom, Kabupaten Pegunungan Bintang, Provinsi Papua. Kampung Muara terletak di pedalaman dengan topografi tanah yang berbukit. Selain di Kampung Muara, bahasa Namalu dituturkan juga di Kampung Oksip. Menurut pengakuan penduduk, Kampung Muara berbatasan dengan PNG di sebelah timur, barat, utara, dan selatan yang menggunakan bahasa Pijin.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Namalu merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan sebesar 90%-100% jika dibandingkan dengan bahasa lain di sekitarnya, misalnya dengan bahasa Warion, bahasa Tangko, dan bahasa Afilaup.
Bahasa Ndarame
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Ndarame dituturkan oleh etnik Agumatum di Kampung Wowi, Distrik Seredela, KabupatenYahukimo, Provinsi Papua. Menurut pengakuan penduduk, bahasa Ndarame dituturkan juga oleh penduduk di Kampung Yasif, Bumu, Kolua, Kelapa Satu, Tokuni, Bondua, Masomdua, Bingi, Yawol, Teret, Samtau, dan Marudat. Wilayah tutur bahasa Ndarame berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Kaumtedep, Landa, Yup di sebelah timur; bahasa Bayono di sebelah barat; bahasa Korowai di sebelah utara; dan bahasa Kopkaka di sebelah selatan Kampung Wowi.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Ndarame merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 97,50%-99,75% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Kombai, Dani Bokondini, Kombai, Yei Bawah, Momuna, dan Korowai Baigun.
Bahasa Ndauwa
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Ndauwa dituturkan oleh masyarakat Kampung Pogoma, Distrik Pogoma, Kabupaten Puncak Jaya, Provinsi Papua. Bahasa Ndauwa juga dituturkan oleh masyarakat di sebelah timur, barat, dan utara Kampung Pogoma, yaitu Kampung Baksini, Kembru, Gagama. Akan tetapi, di sebelah selatan Kampung Pogoma, yaitu Kampung Wiha dituturkan bahasa Dani.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Ndauwa merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 98,75%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Dem, Iau, Duvle, dan Wano.
Bahasa Nalik Selatan
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Nalik Selatan dituturkan oleh etnik Nalik Selatan di Kampung Homhom, Distrik Suru-suru, Kabupaten Asmat, Provinsi Papua. Kampung lain yang menuturkan bahasa itu adalah Kampung Katerina, Krobu, Muaik, Amoma, Momnoak, Pasir Putih, dan Obio. Bahasa Nalik Selatan juga dituturkan di Kampung Baikma di sebelah barat dan Kampung Liduk di sebelah utara Kampung Homhom. Di sebelah timur Kampung Homhom, yaitu Kampung Obio dan selatan, yaitu Kampung Ajin dituturkan bahasa Momona;
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Nalik Selatan merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan 99,25%--100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Asmat Safan, Arakam, dan Momona.
Bahasa Ndom
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Ndom dituturkan oleh masyarakat Kampung Kalilam, Distrik Kimaam, Kabupaten Merauke, Provinsi Papua. Menurut pengakuan penduduk, wilayah tutur bahasa Ndom berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Marind di sebelah timur; bahasa Kimaam di sebelah barat dan utara; dan bahasa Konerau di sebelah selatan Kampung Kalilam.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Ndom merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 97%--100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalya bahasa Kimaam dan Bian Marind Deg.
Bahasa Ngalum
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Ngalum dituturkan oleh etnik Ngalum di Kampung Kabiding, Distrik Oksibil, dan Kampung Iriding, Distrik Okbibab, Kabupaten Pegunungan Bintang, Provinsi Papua. Bahasa Ngalum terdiri atas dua dialek, yaitu dialek Kabiding yang dituturkan di Kampung Kabiding dan dialek Iriding yang dituturkan di Kampung Iriding. Persentase kedua dialek tersebut adalah 78,25%. Menurut pengakuan penduduk, wilayah tutur bahasa Ngalum di Kampung Kabiding juga berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Ngalum di sebelah timur, bahasa Una di sebelah barat, bahasa Ketengban di sebelah utara, dan bahasa Murop di sebelah selatan Kampung Kabiding.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Ngalum merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 97,75%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Una dan Katengban.
Bahasa Nggem
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Nggem dituturkan oleh etnik Winya (Yali) yang tinggal di Kampung Kobakma, Distrik Kobakma, Kabupaten Jayawijaya, Provinsi Papua. Menurut pengakuan penduduk, wilayah tutur bahasa Nggem berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Yali di sebelah timur, wilayah tutur bahasa Lani di sebelah barat, wilayah tutur bahasa Walak di sebelah utara, dan wilayah tutur bahasa Bor di sebelah selatan.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Nggem merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Dabra, Wari, Warry, dan Burumeso.
Bahasa Ngguntar
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Ngguntar dituturkan oleh etnik Ngguntar di Kampung Yanggandur, Distrik Sota, Kabupaten Merauke, Provinsi Papua. Menurut pengakuan penduduk, kampung sebelah timur Kampung Yanggandur, yaitu Kampung Tamer Kol menuturkan bahasa Tamer Tunai; di sebelah barat, yaitu Kampung Wasur menuturkan bahasa Morari; dan di sebelah selatan, yaitu Kampung Yerew menuturkan bahasa Smerki.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Ngguntar merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan di atas 95%--100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Tamer Tunai, Kimagama, dan Citak.
Bahasa Ngkalembu
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Ngkalembu dituturkan oleh masyarakat Kampung Tomer, Distrik Naukenjerai, Kabupaten Merauke, Provinsi Papua. Bahasa Ngkalembumirip dengan bahasa Ngkalembu. Namun, kedua bahasa tersebut memiliki daerah tutur yang berbeda karena bahasa Engkalembu dituturkan di Kampung Sota dan persentase perbedaan kedua bahasa itu adalah sebesar 96,50%.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Ngkalembu merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan di atas 88%--100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya.
Bahasa Ningrum
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Ningrum dituturkan oleh masyarakat etnik Ningrum di Kampung Jetetkun, Distrik Waropko, Kabupaten Boven Digoel, Provinsi Papua. Menurut pengakuan penduduk, bahasa itu dituturkan juga di sebelah timur dan utara Kampung Jetetkun, yaitu Kampung Binkauk dan Detaw. Di sebelah barat Kampung Jetetkun, yaitu Kampung Wametkapa dituturkan bahasa Are dan di sebelah selatan, yaitu Kampung Inggembit dituturkan bahasa Jonggom.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Ningrum merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 98,25%-99,75% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnyabahasa Kopkaka (Kopkaga), Momuna, Arubos/Arubkor, Kombali Kali/Tajan, Korowai Selatan, dan Jinak.
Bahasa Narau
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Narau dituturkan oleh masyarakat Kampung Narau, Harna, Aurina, dan Soskotek, Distrik Kaureh, Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua. Bahasa Saushe dan Kaureh dituturkan juga oleh masyarakat Kampung Narau.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Narau merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 99,25%-99,50% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa bahasa Klesi, Yafi, Tefanma, dan Molof.
Bahasa Nobuk (Kwerba)
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Nobuk (Kwerba) dituturkan oleh mayoritas etnik Kwerba di Kampung Kwerba, Distrik Mamberamo Tengah, Kabupaten Mamberamo Raya, Provinsi Papua. Menurut pengakuan penduduk, di sebelah timur Kampung Kwerba, yaitu Kampung Babija dituturkan bahasa Men; di sebelah barat, yaitu Kampung Eriyang dituturkan bahasa Manua; di sebelah utara, yaitu Kampung Sikari dituturkan bahasa Siwaya; dan di sebelah selatan, yaitu Kampung Marina Valon dituturkan bahasa Men.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Nobuk (Kwerba) merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 91%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnyabahasa Armati Sarma, Dubu (Tepi), Anasi, Baedate (Nisa), Airo, dan Towe.
Bahasa Nosaudare
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Nosaudare dituturkan oleh suku Pandori dan Kurukuwe di Kampung Aniboi, Distrik Demba, Kabupaten Waropen, Pulau Waropen, Provinsi Papua. Menurut pengakuan penduduk, bahasa Nosaudare juga dituturkan di Kampung Aiwa, Biyati, danDemba. Wilayah tutur yang berdekatan dengan wilayah tutur bahasaNosaudarea adalah bahasa Tefaro yang dituturkan di Kampung Urato.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Nosaudare merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan sebesar 94,25% jika dibandingkan dengan bahasa Tefaro.
Bahasa Abun
[sunting]Provinsi Papua Barat(Papua)
Bahasa Abun dituturkan di Kampung Wau, Distrik Abun, Kabupaten Tambrauw, Provinsi Papua Barat. Menurut pengakuan penduduk, bahasa Abun juga digunakan oleh penduduk yang berada di sebelah timur, barat, dan utara Kampung Wau, sedangkan di sebelah selatan kampung Wau, penduduknya menggunakan bahasa Meyah.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, yang merupakan hasil perbandingan dengan bahasa di sekitarnya, yaitu bahasa Abun Gii (Abun Jii), bahasa Abun Ji (Karon Pantai), bahasa Meyah, bahasa Maibrat, dan bahasa Hatam memiliki persentase perbedaan 81%-100%.
Bahasa Abun Gii (Abun Jii)
[sunting]Provinsi Papua Barat(Papua)
Bahasa Abun Gii (Abun Jii) dituturkan di Kampung Werur, Distrik Bikar, Kabupaten Tambraw, Provinsi Papua Barat. Kampung Lain yang menuturkan bahasa Abun Gii (Abun Jii) adalah kampung Baun, Bamusbama, dan Okwari. Situasi kebahasaan menunjukkan bahwa di sebelah timur Kampung Werur berbatasan dengan Kampung Wertam dan Sausapor yang masyarakatnya merupakan penutur bahasa Abun dan di bagian sebelah barat terdapat Kampung Durbatan yang masyarakatnya merupakan penutur bahasa Kalawal.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, yang merupakan hasil perbandingan isolek Abun Gii (Jii) dengan Bahasa di sekitarnya merupakan bahasa tersendiri karena memiliki persentase perbedaannya 90% dengan bahasa Abun, 99,67% dengan bahasa Soon, 99% dengan bahasa Mare, dan 99,33% dengan bahasa Maybrat.
Bahasa Abun Ji (Karon Pantai)
[sunting]Provinsi Papua Barat(Papua)
Bahasa Abun Ji (Karon Pantai) dituturkan di Kampung Jokte, Distrik Sausapor, Kabupaten Tambrauw, Provinsi Papua Barat. Bahasa ini juga dituturkan di Kampung Baun, Subun, Bamusbama, serta di sepanjang pantai sampai Moraid. Masyarakat penutur bahasa Abun Ji (Karon Pantai) antara lain mempunyai fam Yekuan, Yeblo, Yenggren, Yesiam, Yerin, Yeror, dan Yewin. Yekuan dan Yeblo adalah fam besar.
Pada mulanya, penutur bahasa ini tinggal di Baun kemudian pindah ke Sausapor. Baru pada tahun 2008 mereka pindah ke Jokte. Letak Kampung Jokte berada pada koordinat lintang 0°31'08.86” Lintang Selatan dan koordinat bujur 132°05'06.83” Bujur Timur.
Menurut pengakuan penduduk, sebelah timur Kampung Jokte terdapat Kampung Sujak yang masyarakatnya menuturkan bahasa Karon Gunung, di sebelah barat terdapat Kampung Kabare yang masyarakatnya menuturkan bahasa Biak, di sebelah utara terdapat Kampung Sakorem yang masyarakatnya menuturkan bahasa Amberbaken, dan di sebelah selatan terdapat Kampung Ayamaru yang masyarakatnya menuturkan bahasa Ayamaru.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, yang merupakan hasil perbandingan isolek Abun Ji (Karon Pantai) dengan bahasa di sekitar menunjukkan angka perbedaan 81%--100%. Angka perbedaan isolek Abun Ji dengan bahasa Abun menunjukkan perbedaan leksikal dan fonologi sebesar 90%, 91% dengan bahasa Abun Gii (Abun Jii), 98% dengan bahasa Maybrat, dan sebesar 91% dengan bahasa As.
Bahasa Air Matoa
[sunting]Provinsi Papua Barat(Papua)
Bahasa Air Matoa dituturkan di Kampung Rurumo, Distrik Teluk Etna, Kabupaten Kaimana, Provinsi Papua Barat. Di Kampung Rurumo dituturkan juga bahasa Yeresiam dan Yuafeta. Kampung ini terletak di pantai yang penghuninya merupakan etnik Miere. Yang menguasai bahasa Air Matoa di kampung ini hanya 1 orang dan terdapat 4 orang yang memahami bahasa secara pasif. Penduduk Kampung ini saat ini berbahasa Yeresiam. Penutur asli bahasa Air Matoa berasal dari Kampung Air Matoa (sebuah hutan) yang terletak di sebelah utara Rurumo hingga akhirnya pada tahun 1976 mereka berpindah dan tinggal di Kampung Rurumo. Menurut pengakuan penduduk, terdapat bahasa Napiti Pantai yang dituturkan di sebelah timur (Kampung Bamana), sebelah barat (Kampung Ombapamuku), dan sebelah utara (Kampung Hairapara). Sementara itu, di sebelah selatan dituturkan bahasa Busama (Kampung Boiya).
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, yang merupakan perbandingan isolek Air Matoa dengan bahasa Girimora, bahasa Irarutu-Bofuer, bahasa Kamberau (Bauana), dan bahasa Yeresiam Pedalaman menunjukkan hasil perhitungan dengan persentase perbedaan 81%-100%.
Bahasa Ambel
[sunting]Provinsi Papua Barat(Papua)
Bahasa Ambel dituturkan di Kampung Warsamdin, Distrik Teluk Mayalibit, Kabupaten Raja Ampat, Pulau Waigeo, Provinsi Papua Barat. Di kampung ini, dituturkan juga bahasa Langganyam dan Biak (Beteu). Kampung itu terletak di pesisir pantai yang penghuninya (70%) merupakan etnik Ambel. Bahasa Ambel dituturkan juga di Kampung Kalitoko, Warimak, Wayfoy, Go, Kabilol, dan Kabare. Menurut pengakuan penduduk, di sebelah timur terdapat kampung Yensiner yang merupakan tempat dituturkannya bahasa Biak, di sebelah utara terdapat Kampung Pulau Aiayu dan di sebelah barat terdapat Kampung Waysai tempat penutur bahasa Melayu Papua, dan di sebelah selatan terdapat Kampung Yenanas yang merupakan tempat dituturkannya bahasa bahasa Batanta. Bahasa lain yang terdapat di Kampung.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, yang merupakan hasil perbandingan isolek Ambel dengan bahasa di sekitarnya menunjukkan perbedaan bahasa. Bahasa Ambel dengan bahasa Tepin sebesar 96,75%, dengan bahasa Batanta 95,75%, dengan bahasa Esaro (Kawit) 96%, dengan bahasa Efpan 99,75%, dan bahasa Moi Sigin 99%.
Bahasa Amber
[sunting]Provinsi Papua Barat(Papua)
Bahasa Amber dituturkan di Kampung Kawe, Distrik Waigeo Barat, Kabupaten Raja Ampat, Provinsi Papua Barat. Menurut pengakuan penduduk, Bahasa Amber dituturkan juga di sebelah barat dan timur Kampung Kawe. Sebagian masyarakat di sebelah timur kampung ini dituturkan juga bahasa Beser. Di sebelah utara Kampung ini di tuturkan bahasa Ayau, dan di sebelah selatan dituturkan bahasa Gebe.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, yang merupakan hasil perbandingan isolek Amber dengan bahasa lain di sekitarnya merupakan bahasa berbeda dengan persentase perbedaan 81%-100%. Jika dibandingkan dengan bahasa Samate memiliki perbedaan 92%, dengan bahasa bahasa Wardo 97%, dengan bahasa Selegof 93%, dengan bahasa Maya 87%, dengan bahasa Maya Legenyam-Kawei 84%, dan bahasa Beser 98%.
Bahasa Arandai
[sunting]Provinsi Papua Barat(Papua)
Bahasa Arandai dituturkan di Kampung Botonik (Arandai), Distrik Arandai, Kabupaten Teluk Bintuni, Provinsi Papua Barat. Penutur bahasa Arandai diperkirakan sebanyak 176 orang. Selain penduduk asli kampung ini, etnik lain dengan jumlah yang kecil (etnik Ternate, Jawa, dan Bugis) juga tinggal di kampong ini. Bahasa ini dituturkan juga di Kampung Kandarin, Kecap, Irira, Baru, dan Kampung Manunggal Karya.
Menurut pengakuan penduduk, di sebelah barat Kampung Botonik terdapat Kampung Wariagar yang masyarakatnya menuturkan bahasa Kamberano, sebelah utara di tuturkan bahasa Arandai di Kampung Baru, dan bahasa Arandai ini dituturkan juga di sebelah selatan di Kampung Manunggal Karya.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, yang merupakan hasil perbandingan isolek Arandai dengan bahasa lain disekitarnya bahwa isolek ini terbukti sebagai bahasa. Hasil perhitungan leksikon dan fonologi isolek Arandai dengan bahasa Wamesa, bahasa Kuri, bahasa Sumuri menunjukkan angka perbedaan sebesar 95,5--100%.
Bahasa As
[sunting]Provinsi Papua Barat(Papua)
Bahasa As dituturkan oleh masyarakat di Kampung Asbaken, Distrik Makbon, Kabupaten Sorong, Provinsi Papua Barat. Kampung Asbaken merupakan daerah pantai dengan jumlah penduduk ± 360 jiwa.
Bahasa As termasuk salah satu bahasa terancam punah. Bahasa ini merupakan bahasa minoritas di Asbaken. Mayoritas penduduk Asbaken menuturkan bahasa Moi. Bahasa As juga dituturkan di Pulau Mega. Menurut pengakuan penduduk, sebelah timur Kampung Asbaken, yaitu Kampung Dela dan sebelah barat, yaitu Kampung Malaumkarta dituturkan bahasa Moi. Di sebelah selatan, yaitu Distrik Sayosa dituturkan bahasa Moi dan Moraid.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, yang merupakan hasil perbandinganisolek Asdengan bahasa lain di sekitar merupakan bahasa dengan persentase perbedaan sebesar 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Moi, bahasa Moraid, bahasa Kais, dan bahasa Palamul.
Bahasa Baham
[sunting]Provinsi Papua Barat(Papua)
Bahasa Baham dituturkan di Kampung Kotam, Distrik Fak-Fak Timur, Kabupaten Fak-Fak, Provinsi Papua Barat. Menurut pengakuan penduduk, bahasa Baham juga dituturkan di sebelah timur Kampung Kotam, sedangkan di sebelah barat, Utara, dan Selatan dituturkan bahasa Iha.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, yang merupakan hasil perbandinganisolek Baham dengan bahasa lain di sekitar, merupakan sebuah bahasa, dengan persentase perbedaan 96%-100%. Perbedaan leksikon dan fonologi isolek Baham dengan bahasa Sabakor sebesar 99,25%, dengan bahasa Uruangnirin sebesar 96,75%, dan bahasa Kamberau sebesar 99,5%.
Bahasa Awe (Maweyo, Kaburi)
[sunting]Provinsi Papua Barat(Papua)
Bahasa Awe (Maweyo, Kaburi) dituturkan oleh masyarakat di Kampung Benawa II, Distrik Kokoda Utara, Kabupaten Sorong Selatan, Provinsi Papua Barat. Penutur bahasa Awe ± 395 orang. Bahasa ini masih digunakan oleh semua kelompok umur. Selain di Kampung Benawa II, bahasa ini juga dituturkan di Kampung Benawa I, Kabareme, dan Sumano.
Menurut pengakuan penduduk, di sekeliling Kampung Benawa II dituturkan bahasa-bahasa lain. Sebelah timur Kampung Benawa II terdapat Kampung Udagaga yang masyarakatnya menuturkan bahasa Eme, di sebelah barat terdapat Kampung Puragi yang masyarakatnya merupakan etnik Iwaro, Iwar, Nerage, dan Augama menuturkan bahasa Iwaro, sebelah utara terdapat Kampung Benawa I yang masyarakatnya menuturkan bahasa Awe (Maweyo, Kaburi), dan sebelah selatan adalah Kampung Negeri Besar yang masyarakatnya menuturkan bahasa Eme.
Masyarakat penutur bahasa Awe (Maweyo, Kaburi) yang tinggal di Kampung Benawa II adalah etnik atau suku Mareno (Marane, Kosiriago). Nama Kosiriago dipakai ketika perang Hongi. Nama ini kemudian berubah menjadi Marane dalam pemerintahan. Masyarakat di Benawa II adalah suku yang mempunyai fam Aume, Kabie, Ohame, Yare, Oraite, More, Modupe, dan Bodie.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, yang merupakan hasil perbandinganisolek Awe dengan bahas Maibrat yang berada di sekitar menunjukkan bahasa yang berbeda dengan perbedan leksikal dan fonologi sebesar 98%.
Bahasa Beser
[sunting]Provinsi Papua Barat(Papua)
Bahasa Beser dituturkan di Kampung Saporkren, Distrik Waigeo Selatan, Kabupaten Raja Ampat, Provinsi Papua Barat dengan jumlah penutur sekitar 120 jiwa. Menurut pengakuan penduduk, bahasa Beser juga dituturkan oleh penduduk yang berada di sebelah barat Kampung Saporkren, di sebelah timur dituturkan bahasa Amber, di sebelah utara dituturkan bahasa Wardo, dan di sebelah selatan dituturkan bahasa Matbat.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Beser merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan 94%-99% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya dengan bahasa Beser-Swaimbon,bahasa Matbat, bahasa Matlow, bahasa Maya, dan bahasa Maya Legenyan-Kawei .
Bahasa Bedoanas (Baruan-Erokwanas)
[sunting]Provinsi Papua Barat(Papua)
Bahasa Bedoanas (Baruan-Erokwanas) dituturkan di Distrik Arguni, Kabupaten Fak-Fak, Provinsi Papua Barat. Bahasa tersebut terdiri atas dua dialek, yaitu:
- dialek Bedonas dan
- dialek Erokwanas.
Dialek Bedonas dituturkan oleh penduduk Kampung Andamata, Distrik Arguni, Kabupaten Fak-Fak, Provinsi Papua Barat. Dialek Erokwanas dituturkan oleh penduduk Kampung Darembang, Distrik Mbahamdandara, Kabupaten Fak-Fak, Provinsi Papua Barat. Persentase perbedaan kedua dialek tersebut sebesar 77,5%.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Bedoanas (Baruan-Erokwanas) merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 91%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya dengan bahasa IrarutuBofuer, bahasa Iha, dan bahasa Baham.
Bahasa Batanta
[sunting]Provinsi Papua Barat(Papua)
Bahasa Batanta dituturkan oleh masyarakat Kampung Pepasena, Distrik Batanta Selatan, Kabupaten Raja Ampat, Pulau Batanta, Provinsi Papua Barat. Kampung itu terletak di pesisir pantai yang mayoritas penghuninya (80%) merupakan etnik Batanta. Selain di Kampung Yenanas, bahasa Batanta dituturkan juga di Kampung Waylebet di sebelah barat. Bahasa lain yang terdapat di Kampung Yenanas adalah bahasa Biak. Menurut pengakuan penduduk, wilayah tutur bahasa Batanta berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Biak di sebelah timur (Kampung Amdoi) dan utara (Kampung Waylebet), dan wilayah tutur bahasa Tepin di sebelah selatan (Kampung Solol).
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, yang merupakan hasil perbandinganisolek Batanta dengan bahasa di sekitar merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan 82,75%-100%. Jika dibandingkan dengan bahasa Ambel menunjukkan perbedaan leksikon dan fonoligi sebesar 95,75%, dengan bahasa Tepin sebesar 82,75%, bahasa Esaro (Kawit) sebesar 89,25%, bahasa Efpan sebesar 99,75%, dan bahasa Moi Sigin sebesar 99%.
Bahasa Beser Swaimbon
[sunting]Provinsi Papua Barat(Papua)
Bahasa BeserSwaimbon dituturkan di Kampung Swaimbon, Distrik Kota Waisai, Kabupaten Raja Ampat, Provinsi Papua Barat. Selain di kampung itu, bahasa Beser dituturkan juga di Kampung Saporkren dan Yanbeser dan bahasa lain yang terdapat di kampung itu adalah bahasa Biak. Menurut pengakuan penduduk, situasi kebahasaan menunjukkan bahwa Kampung Sampodance yang terletak di sebelah timur Kampung Swaimbon menuturkan bahasa Maya, Biak, Jawa, dan Bugis dan Kota Waisai utara menuturkan bahasa Biak, Ternate, Jawa, dan Bugis.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek BeserSwaimbon merupakan bahasa tersendiri karena persentase perbedaannya dengan bahasa-bahasa di sekitarnya, misalnya dengan bahasa Maya Legenyam 98,67%, bahasa Maya 99,33%, dan bahasa Palamol 92,33%.
Bahasa Damban (Ndamban)
[sunting]Provinsi Papua Barat(Papua)
Bahasa Damban (Ndamban) dituturkan di Kampung Aranday dan Kampung Yakora, Distrik Arandai, Kabupaten Teluk Bintuni, Provinsi Papua Barat dengan jumlah penutur ± 300 jiwa. Di Kampung Aranday juga dituturkan bahasa Arandai. Bahasa Dajub (Tokuni) yang terdiri atas dua dialek, yaitu:
- dialek Damban yang dituturkan di Kampung Arandai dan dialek
- Ndamban yang dituturkan di Kampung Yakora dengan persentase perbedaan sebesar 76%.
Menurut pengakuan penduduk, bahasa itu dituturkan juga oleh masyarakat yang berada di sebelah timur, barat, utara, dan selatan Kampung Arandai.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Damban (Ndamban) merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan 90%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya dengan bahasa Arandai, bahasa Kemberano, dan bahasa Wandamen.
Bahasa Dusner (Usner)
[sunting]Provinsi Papua Barat(Papua)
Bahasa Dusner (Usner) dituturkan di Kampung Siwosawo (Dusner), Distrik Kuri Wamesa, Kabupaten Teluk Wondama, Provinsi Papua Barat. Jumlah penduduk kampung ini ±380 jiwa. Menurut pengakuan penduduk, di sebelah timur dan utara Kampung Siwosawo dituturkan bahasa Wandamen, di sebelah barat dituturkan bahasa Kuri, dan di sebelah selatan dituturkan bahasa Ambumi.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Dusner (Usner) merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan 90%-100% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa di sekitarnya. Misalnya, dengan bahasa Dusner (Usner), bahasa Wandamen sebesar 98,97%, dan bahasa Ron sebesar 99%.
Bahasa Efpan
[sunting]Provinsi Papua Barat(Papua)
Bahasa Efpan dituturkan di Kampung Durian Kari, Distrik Salawati Tengah, Kabupaten Sorong, Pulau Salawati, Provinsi Papua Barat. Kampung itu terletak di pesisir pantai yang mayoritas penghuninya (70%) merupakan etnik Kawit. Penutur bahasa Efpan sampai saat ini hanya berjumlah lima orang wanita yang telah berusia di atas 60 tahun. Di kampung itu terdapat juga bahasa Esaro (Kawit) dan Inanwatan. Menurut pengakuan penduduk, bahasa Efpan berbatasan dengan bahasa Walian di sebelah timur (Kampung Waliam), Moi Seget di sebelah selatan (Kampung Seget), dan bahasa Esaro (Kawit) di sebelah barat (Kampung Maralsol) dan utara (Kampung Kalobo).
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Efpan merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan 99% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa di sekitarnya. Misalnya, persentase perbedaan bahasa Efpan dengan bahasa bahasa Ambel sebesar 99,75%, bahasa Tepin sebesar 99,25%, bahasa Batanta sebesar 99,75%, bahasa Esaro (Kawit) sebesar 99,75%, dan bahasa Moi Sigin sebesar 99,75%.
Bahasa Esaro (Kawit)
[sunting]Provinsi Papua Barat(Papua)
Bahasa Esaro (Kawit) dituturkan di Kampung Durian Kari, Distrik Salawati Tengah, Kabupaten Sorong, Pulau Salawati, Provinsi Papua Barat. Kampung itu terletak di pesisir pantai yang mayoritas penghuninya (70%) merupakan etnik Kawit (Saorof). Selain di Kampung Durian Kari, bahasa Esaro (Kawit) dituturkan juga di Kampung Maralsol di sebelah barat dan Kalobo di sebelah utara. Di kampung itu terdapat juga bahasa Inanwatan. Menurut pengakuan penduduk, bahasa Esaro (Kawit) berbatasan dengan bahasa Walian di sebelah timur (Kampung Walian) dan Moi Seget di sebelah selatan (Kampung Seget).
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Esaro (Kawit) merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan 88,5%-100% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa di sekitarnya. Misalnya, persentase perbedaan bahasa Esaro (Kawit) dengan bahasa Ambel sebesar 96%, bahasa Tepin sebesar 88,5%, bahasa Batanta sebesar 89,25%, bahasa Efpan sebesar 99,75%, dan bahasa Moi Sigin sebesar 99%.
Bahasa Gebe
[sunting]Provinsi Papua Barat(Papua)
Bahasa Gebe dituturkan di Kampung Gag, Distrik Waigeo Barat, Kabupaten Raja Ampat, Provinsi Papua Barat. Menurut pengakuan penduduk, di sebelah timur Kampung Gag dituturkan bahasa Kawe, di sebelah barat dituturkan juga bahasa Gebe, di sebelah utara dituturkan bahasa Beteuw.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Gebe merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya dengan bahasa Amber, dengan bahasa Maya Legenyan-Kawei, dengan bahasa Samate, dan dengan bahasa Selegof.
Bahasa Fkour
[sunting]Provinsi Papua Barat(Papua)
Bahasa Fkour dituturkan di Kampung Pasir Putih, Distrik Fokour, Kabupaten Sorong Selatan, Provinsi Papua Barat. Nama bahasa lain yang terdapat di kampung itu adalah bahasa Salkma, Maybrat, dan Sefa. Menurut pengakuan penduduk, Sebelah timur Kampung Pasir Putihadalah Kampung Klamityang menuturkan bahasa Salkma, sebelah barat adalah kampung Bemus menuturkan bahasa Fkour, sebelah utara adalah Kampung Dasri Krebing menuturkan bahasa Klaknit, dan sebelah selatan adalah kampung Sawiat menuturkan bahasa Sefa.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Fkour merupakan bahasa tersendiri karena persentase perbedaannya dengan bahasa-bahasa di sekitarnya, seperti dengan bahasa Klamolo 97%, bahasaTehit 99%, dan bahasa Maybrat 99,33%.
Bahasa Hatam
[sunting]Provinsi Papua Barat(Papua)
Bahasa Hatam dituturkan di Kampung Warmare, Distrik Warmare, Kabupaten Manokwari, Provinsi Papua Barat. Bahasa Hatam di Kampung Warmare tersebut merupakan bahasa yang berbeda dengan bahasa Hatam Mole di Kampung Warmawai.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Hatam merupakan bahasa yang berbeda dengan bahasa Hatam Mole dengan persentase perbedaan sebesar 86,75%. Jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya dengan bahasa Damban (Ndamban), bahasa Hatam Mole, bahasa Mansim Borai, bahasa Meyah, dan bahasa Numfor (Mansinam) bahasa Hatam merupakan bahasa yang berbeda dengan persentase perbedaan 81%-100.
Bahasa Iha
[sunting]Provinsi Papua Barat(Papua)
Bahasa Iha dituturkan oleh masyarakat Kampung Baru, Distrik Kokas, Kabupaten Fak-Fak, Provinsi Papua Barat. Menurut pengakuan penduduk, di sebelah barat dan selatan Kampung Baru dituturkan bahasa Iha, di sebelah timur dituturkan bahasa Baham.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Iha merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa di sekitarnya, misalnya dengan bahasa Mor, bahasa Sekar-Enim, dengan bahasa Baham, dan bahasa Uruangnirin.
Bahasa Girimora
[sunting]Provinsi Papua Barat(Papua)
Bahasa Girimora dituturkan di di Kampung Siawatan (RT Avona), Distrik Teluk Etna, Kabupaten Kaimana, Provinsi Papua Barat. Bahasa Girimora dituturkan pula oleh masyarakat Kampung Erega, Kiruru, Etahima, dan Warifi. Masyarakat di Kampung Siawatan ada juga yang bertutur dalam bahasa Yuafeta. Kampung ini terletak di pantai yang penghuninya merupakan etnik Girimora. Menurut pengakuan penduduk, di sebelah timur Kampung Siawatan, dituturkan bahasa Napiti Pantai dituturkan di Kampung Warifi. Di sebelah barat dan selatandituturkan bahasa Koiwai di Kampung Namatota dan Kayu Merah. Di sebelah utara, dituturkan bahasa Irarutu di Kampung Kasira.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Girimora merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan 92,25%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya. Misalnya, dengan bahasa Air Matoa sebesar 92,25%.
Bahasa Nubuai-Waren
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Nubuai-Waren dituturkan oleh masyarakat Kampung Nubuai, Distrik Urei Faisei dan Kampung Uri, Distrik Waropen Bawah, Kabupaten Waropen, Provinsi Papua. Bahasa itu terdiri atas dua dialek, yaitu dialek Nabuai yang dituturkan oleh etnik Waropen Kay dan Waren. Persentase perbedaan kedua dialek tersebut adalah 71%. Dialek Nubuai dituturkan di Kampung Nubuai, Distrik Urei Faisei, Kabupaten Waropen, Provinsi Papua, sedangkan dialek Waren dituturkan di Kampung Uri, Distrik Distrik Waropen Bawah, Kabupaten Waropen, Provinsi Papua. Dialek Nubuai dituturkan pula di Kampung Apenabo dan Urfas II. Menurut pengakuan penduduk, dialek Nubuai dituturkan pula di sebelah timur, barat, dan utara Kampung Nubuai, yaitu Kampung Urfas I, Paradoi, dan Mambui, sedangkan di sebelah selatan berbatasan dengan lautan. Sementara itu, dialek Waren dituturkan di Kampung Waren I, Waren II, Sarapambai, dan Nonomi.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Nubuai-Waren merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 99%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnyabahasa Sudate dan Burate.
Bahasa Inanwatan
[sunting]Provinsi Papua Barat(Papua)
Bahasa Inanwatan dituturkan di Kampung Mate, Distrik Inanwatan, Kabupten Sorong Selatan, Provinsi Papua Barat. Menurut pengakuan penduduk, bahasa itu dituturkan juga oleh penduduk suku Birau yang mendiami beberapa kampung di wilayah sebelah utara Kampung Mate, antara lain, di Kampung Sibae, Wadoi, Mogibi, Solta Baru, dan Serkos. Menurut pengakuan penduduk, wilayah tutur bahasa Inanwatan berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Isogo di sebelah timur, dengan wilayah tutur bahasa Mugim di sebelah barat.
Sementara itu, bahasa Inanwatan berbeda dengan bahasa suku lain yang berada di sekitarnya, yaitu bahasa Mugim, bahasa Saga, dan bahasa Kokoda.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Inanwatan dan ketiga bahasa itu merupakan bahasa yang berbeda dengan persentase 99,25%-99,75%.
Bahasa Inora
[sunting]Provinsi Papua Barat(Papua)
Bahasa Inora dituturkan di Kampung Saengga, Distrik Sumuri, Kabupaten Teluk Bintuni, Provinsi Papua Barat. Bahasa ini dituturkan juga oleh masyarakat yang berdomisili di Kampung Kelapa Dua, Tanah Merah, Onar, dan Agoda.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, bahasa Inora dengan bahasa di sekitarnya, misalnya dengan bahasa Irires, bahasa mansim, dan bahasa Pokoro dikategorikan berbeda bahasa karena persentase perbedaan antara bahasa Inora dan Irires mencapai 100%, dan bahasa Sumuri sebesar 90%.
Bahasa Nyaw
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Nyaw dituturkan oleh masyarakat Kampung Moso, Distrik Muara Tami, Kota Jayapura, Provinsi Papua. Bahasa Nyaw juga dituturkan di Kampung Sangkil, Skopro, dan di Papua New Guinea.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, bahasa Nyaw merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 90%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnyabahasa Elseng, Daikot (Taikat), Manem, Beyaboa, dan Aframa.
Bahasa Irarutu
[sunting]Provinsi Papua Barat(Papua)
Bahasa Irarutu dituturkan di Kampung Tomage, Distrik Bomberai, Kabupaten Fak-Fak, Pulau Papua, Provinsi Papua Barat. Kampung lain yang juga menuturkan bahasa Irarutu adalah Kampung Aroba, Yaru, Babo, dan Kampung Foruwar. Menurut pengakuan penduduk, bahasa Irarutu dituturkan juga di Kampung Aroba. Di sebelah barat dituturkan bahasa Kamberano di Kampung Otoweri, di sebelah utara dituturkan bahasa Sumuri di Kampung Saengga, dan di sebelah selatan di tuturkan bahasa Jawa di Kampung SPS.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Irarutu merupakan bahasa yang berbeda karena persentase perbedaan dengan bahasa di sekitarnya, seperti dengan bahasa Mare 100%, bahasa Soon 100%, dan bahasa Irarutu-Bofuer sebesar 92%.
Bahasa Obokuitai
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Obokuitai dituturkan oleh masyarakat Kampung Obogai, Distrik Mamberamo Tengah Timur, Kabupaten Sarmi, Provinsi Papua. Menurut pengakuan penduduk, wilayah tutur bahasa Obokuitai berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Hayatai di sebelah timur, bahasa Biritai di sebelah barat, bahasa Kustra di sebelah utara, dan bahasa Kaitai di sebelah selatan Kampung Obogai.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Obokuitai merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnyabahasa Biritai, Manua (Eritai), dan Liki.
Bahasa Irarutu Bofuer
[sunting]Provinsi Papua Barat(Papua)
Bahasa IrarutuBofuer dituturkan di Kampung Bofuwer, Distrik Teluk Arguni Atas, Kabupaten Kaimana, Provinsi Papua Barat.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Irarutu-Bofuer merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan 81-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya dengan bahasa Irarutu, bahasa Mairasi, danbahasa Koiwai.
Bahasa Ormu
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Ormu dituturkan oleh masyarakat Kampung Kendate, Distrik Depapre, Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua. Menurut pengakuan penduduk, wilayah tutur bahasa itu berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Yokari di sebelah timur dan selatan serta wilayah tutur bahasa Tanah Merah di sebelah barat dan utara Kampung Kendate.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Ormu merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Orya dan Sause-Ures (Barazre).
Bahasa Orya
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Orya dituturkan oleh masyarakat Kampung Beneik, Distrik Unurum Guay, Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua. Bahasa Orya ini juga tersebar di beberapa kampung di sekitar Kampung Beneik.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Orya merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan sebesar 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Orya, bahasa Sause-Ures (Barazre), bahasa Ormu,dan bahasa Tarfia.
Bahasa Irires
[sunting]Provinsi Papua Barat(Papua)
Bahasa Irires dituturkan di Kampung Wausin dan kampung Asiti, Distrik Mawabuan, Kabupaten Tambrauw Provinsi Papua Barat. Bahasa itu dituturkan juga di Kampung Moun, Kampung Meis, dan Kampung Meid. Bahasa lain yang dituturkan oleh masyarakat di Kampung Wausir (Asiti) adalah bahasa Impur dan Miyakh.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, bahasa Irires dengan bahasa di sekitarnya, seperti dengan bahasa Mansim Borai dan Mansinam dikategorikan berbeda bahasa karena persentase perbedaan antara bahasa Iriresdengan bahasa Mansim Borai mencapai 99% dan bahasa Mansinam 99%.
Bahasa Pijin
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Pijin dituturkan oleh masyarakat Kampung Akarenda, Distrik Web, Kabupaten Keerom, Provinsi Papua. Selain di kampung itu, bahasa Pijin dituturkan juga di Kampung Emem, Amgotro, Yuruf, Semografi, dan Dubu. Di sebelah timur Kampung Akarenda, yaitu Kampung Mamamura, Amgotro, dan Wahai dituturkan bahasa Dra dan di sebelah selatan, yaitu Kampung Semografi dituturkan bahasa Emem.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Pijin merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan sebesar 99%-99,25% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Dra dan Emem.
Bahasa Hatam Mole
[sunting]Provinsi Papua Barat(Papua)
Bahasa Hatam Mole dituturkan di Kampung Warmawai, Distrik Tanah Rubuh, Kabupaten Monokwari, Provinsi Papua Barat. Menurut pengakuan penduduk, di sebelah timur Kampung Warmawai dituturkan bahasa Hatam, sedangkan di sebelah barat, utara, dan selatannya tidak ada bahasa sebab berbatasan dengan kawasan pantai.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Hatam Mole merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya dengan bahasa Hatam, bahasa Damban (Ndamban), bahasa Menyah, dan bahasa Nurfom.
Bahasa Pupis
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Pupis dituturkan oleh masyarakat Kampung Pupis, Distrik Sawa Erma, Kabupaten Asmat, Provinsi Papua. Bahasa itu juga dituturkan di Kampung Bugani, Jawaer, Momogo, Fi, Jakapu, dan Abamu. Menurut pengakuan penduduk, di sebelah timur Kampung Pupis, yaitu Kampung Momogo dituturkan bahasa Momogo; di sebelah barat, yaitu Kampung Eroko (Yakapis) dituturkan bahasa Eroko; di sebelah utara, yaitu Kampung Kenyam dituturkan bahasa Kenyam; di sebelah selatan, yaitu Kampung Bogani dituturkan bahasa Bogani.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Pupis merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan sebesar 90%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Tabahair (Bipim), Tomor, dan Yamas.
Bahasa Jamor
[sunting]Provinsi Papua Barat(Papua)
Bahasa Jamor dituturkan di Kampung Senderawoy, Distrik Rasie, Kabupaten Teluk Wondama, Provinsi Papua Barat. Fam yang menggunakan bahasa Jamor di antaranya adalah fam Kawieta, Tambawa, dan Abujani. Selain di Sendra Woy, bahasa Jamor juga dituturkan di kampung Etahema, Paparo, Erega, dan Omba.
Menurut pengakuan penduduk, kampung yang berdekatan dengan Sendra Woy, di antaranya adalah Kampung Wombu yang masyarakatnya berbahasa Somu dan berada di sebelah timur, Kampung Jeretuar di sebelah barat yang masyarakatnya berbahasa Umar (Jeretuar), di sebelah utara adalah Kampung Jamor yang merupakan kampung utama atau kampung asal masyarakat berbahasa Jamor, dan di sebelah selatan adalah Kampung Kuri yang masyarakatnya berbahasa Kuri.
Dibandingkan dengan bahasa lain di Teluk Wondama, misalnya dengan bahasa Somu, bahasa Miere, bahasa Kuri, dan bahasa Waruri, isolek Jamor merupakan bahasa tersendiri.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, besarnya perbedaan antara bahasa Jamor dengan bahasa tersebut 99,25%-100%. Persentase perbedaan antara bahasa Jamor dengan bahasa Waruri sebesar 99,25%, bahasa Somu (Toru) sebesar 100%, bahasa Miere (Mer, Muri) sebesar 99,25 %, dan bahasa Kuri sebesar 99,75%.
Bahasa Ro (Ru)
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Ro (Ru) dituturkan oleh masyarakat Kampung Keta, Distrik Passue Bawah, Kabupaten Mappi, Provinsi Papua. Bahasa itu dituturkan juga di sebelah barat Kampung Keta. Di sebelah timur dan selatan Kampung Keta dituturkan bahasa U dan di sebelah utara dituturkan bahasa Citak.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Ro (Ru) merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 90,25%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Citak.
Bahasa Poom
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Poom dituturkan oleh etnik Arui di Kampung Poom 2, Distrik Poom, Kabupaten Yapen, Provinsi Papua. Bahasa itu dituturkan pula di Kampung Poom 1, Sarewen, Rarisi, Windesi, Worioi Makiroan, Munggui, Asai, dan Saruman. Menurut pengakuan pendudukan, di sebelah timur Kampung Poom 2, yaitu Kampung Serewen dan di sebelah barat, yaitu Kampung Awsem dituturkan bahasa Poom. Sementara itu, di sebelah utara Kampung Poom 2, yaitu Kampung Saumara, Distrik Ansus dituturkan bahasa Poom dan Wooi.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Poom merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan sebesar 90,50% jika dibandingkan dengan bahasa Munggui.
Bahasa Saman
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Saman dituturkan oleh masyarakat Kampung Saman, Distrik Safan, Kabupaten Asmat, Provinsi Papua. Menurut pengakuan penduduk, wilayah tutur bahasa Saman berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Mappi di sebelah timur, bahasa Asmat di sebelah barat, dan bahasa Sawi di sebelah utara Kampung Saman. Di sebelah selatan Kampung tidak ada bahasa karena kawasan laut.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Saman merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 92%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, yaitu bahasa Sawi dan Kaigar.
Bahasa Riantana
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Riantana dituturkan oleh masyarakat Kampung Suam, Distrik Tabonji, Kabupaten Merauke, Provinsi Papua. Dari segi situasi kebahasaan, wilayah tutur bahasa Riantana berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Kimaam di sebelah timur dan barat, bahasa Yelmek di sebelah utara, dan wilayah tutur bahasa Kimaam di sebelah selatan Kampung Suam.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Riantana merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 96,50%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Bian Marind Deg dan Ngkalembu.
Bahasa Kalabra
[sunting]Provinsi Papua Barat(Papua)
Bahasa Kalabra dituturkan di Kampung Klamono, Distrik Klamono, Kabupaten Sorong, Provinsi Papua Barat. Menurut pengakuan penduduk, wilayah tutur bahasa Kalabra di Kampung Klamono berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Kalabra di sebelah timur dan Selatan, serta wilayah tutur bahasa Moi di sebelah barat dan Utara.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Kalabra merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 90%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya dengan bahasa Kalabra dan bahasa Tehit persentase perbedaan sebesar 96%.
Bahasa Kalamang
[sunting]Provinsi Papua Barat(Papua)
Bahasa Kalamang dituturkan di Kampun Antalisa, Distrik Karas, Kabupaten Fak-Fak, Provinsi Papua Barat. Kampung lain yang menggunakan bahasa itu adalah Kampung Maas. Bahasa lain yang terdapat di kampung tersebut, antara lain bahasa Soram, bahasa Kokas, bahasa Key, dan bahasa Ternate. Menurut pengakuan penduduk, Kampung Maas di sebelah timur masyarakatnya juga berbahasa Kalamang, Kampung Tarak di sebelah utara masyarakatnyaberbahasa Four, di sebelah barat Laut Seram, dan di sebelah selatan hutan dan laut.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Kalamang merupakan bahasa tersendiri karena persentase perbedaannya dengan bahasa-bahasa di sekitarnya, seperti dengan bahasa Soon 99%, bahasa Beser 99,67%, dan bahasa Esaro (Kawit) 99,33%.
Bahasa Saurisirami
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Saurisirami dituturkan oleh masyarakat Kampung Saurisirami, Distrik Masirei, Kabupaten Waropen, Provinsi Papua. Menurut pengakuan penduduk, wilayah tutur bahasa Saurisirami berbatasan dengan semua kampung yang menuturkan bahasa Wonti.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Saurisirami merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 87%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Woria, Demba, Barapasi, dan Sorabi.
Bahasa Saponi
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Saponi dituturkan oleh etnik Woria di Kampung Botawa, Distrik Oudate, Kabupaten Waropen, Provinsi Papua. Bahasa Woria atau Demisa dituturkan juga di Kampung Botawa. Menurut pengakuan penduduk, di sebelah timur dan selatan Kampung Botawa, yaitu Kampung Baino Jaya dan Erawa dituturkan bahasa Woria; di sebelah barat, yaitu Kampung Ruambak SP (Satuan Pemukiman) dituturkan bahasa Saponi, Woria, dan Demisa; dan di sebelah utara, yaitu Kampung Sowiwa dituturkan bahasa Demisa.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Saponi merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 98,75%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Nubuai.
Bahasa Sause-Ures (Barazre)
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Sause-Ures (Barazre) dituturkan oleh masyarakat Kampung Lapua dan Umbron, Distrik Kaureh, Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua. Bahasa Sause-Ures (Barazre) terdiri atas dua dialek, yaitu dialek Sause yang dituturkan di Kampung Lapua dan dialek Ures yang dituturkan di Kampung Umbron dengan persentase perbedaan sebesar 62,85%.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Sause-Ures (Barazre) merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, yaitu bahasa Orya, Narau, dan Kaureh.
Bahasa Kambran
[sunting]Provinsi Papua Barat(Papua)
Bahasa Kambran dituturkan di Kampung Foug, Distrik Aifat Selatan, Kabupaten Maybrat, Provinsi Papua Barat. Kampung lain yang menuturkan bahasa itu adalah Kampung Wamba, Atori, Wimni, Fuog Selatan, dan Sanem. Menurut pengakuan penduduk, Kampung Aisa yang terletak di sebelah timur Kampung Foug masyarakatnya berbahasa Moskona, Kampung Kisar di sebelah barat masyarakatnya menuturkan bahasa Maybrat, Kampung Taksimara di sebelah utara masyarakatnya berbahasa Mokora (Maybrat), dan Kampung Mukamat di sebelah selatan masyarakatnya berbahasa Kais (Maysefa).
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Kambran merupakan bahasa tersendiri karena persentase perbedaannya dengan bahasa-bahasa di sekitarnya, seperti dengan bahasa Maisomara 96%, bahasa Maybrat 100%, dan bahasa Kembarano 98,67%.
Bahasa Kais
[sunting]Provinsi Papua Barat(Papua)
Bahasa Kais dituturkan di Kampung Kais, Distrik Kais, Kabupaten Sorong Selatan, Provinsi Papua Barat. Menurut pengakuan penduduk, di sebelah timur Kampung Kais dituturkan bahasa Kokoda, di sebelah barat dituturkan bahasa Inanwatan, di sebelah utara dituturkan bahasa Maibrat, di sebelah selatan dituturkan bahasa Tehit.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Kais merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan 97,25%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, dengan bahasa Yahadian-Mugim, dengan bahasa Kambran, bahasa Mairat, dan bahasa Puragi-Saga.
Bahasa Kamberau (Bauana)
[sunting]Provinsi Papua Barat(Papua)
Bahasa Kamberau (Bauana) dituturkan di Kampung Bahumia, Distrik Kambrau, Kabupaten Kaimana, Provinsi Papua Barat. Menurut pengakuan penduduk, wilayah tutur bahasa Kamberau (Bauana) di Kampung Bahumia berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Kamberau (Bauana) di sebelah timur, wilayah tutur bahasa Irarutu di sebelah barat, wilayah tutur bahasa Gesira atau Ubia di sebelah utara, di sebelah selatan berbatasan dengan hutan.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Kamberau (Bauana) merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan 90%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya dengan bahasa Irarutu, dengan bahasa Irarutu Botuer, bahasa Kaimana, dan bahasa Sabakor (Buruwai).
Bahasa Sawi
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Sawi dituturkan oleh masyarakat Kampung Saramit, Distrik Pantai Kasuari, Kabupaten Asmat, Provinsi Papua. Bahasa Sawi dituturkan juga di sebelah timur Kampung Saramit, bahasa Asmat dituturkan di sebelah barat dan selatan, dan bahasa Kaygar dituturkan di sebelah utara Kampung Saramit.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Sawi merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 97%--100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, yaitu bahasa Kaigar dan Asmat Sawa.
Bahasa Segar
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Segar dituturkan oleh masyarakat Kampung Segar Tor, Distrik Ismari, Kabupaten Sarmi, Provinsi Papua. Bahasa Segar dituturkan juga di Kampung Segar Mebor, Sasua Pece, Baguija, Matweja, dan Sormaja Gunung.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Segar merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan sebesar 90%-100% jika dibandingkan dengan bahasa lain di sekitarnya, misalnya bahasa Bora-Bora, Kwinsu, Bku (Bgu), dan Kwerba.
Bahasa Karas
[sunting]Provinsi Papua Barat(Papua)
Bahasa Karas dituturkandi Kampung Faur, Distri Karas, Kabupaten Fak-Fak, Provinsi Papua Barat. Beberapa kampung lain yang juga menggunakan bahasa Karas yaitu Kampung Kiaba, Tuberwasa, Tarak, dan Malakuli. Bahasa lain yang terdapat di kampung tersebut adalah bahasa Mas Antalisa. Menurut pengakuan penduduk, sebelah timur Kampung Faur adalah Kampung Kiaba, sebelah barat adalah Kampung Antalisa, sebelah utara adalah Kampung Tarak, dan sebelah selatan adalah Kampung Mas.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, persentase perbedaan isolek Karas dengan bahasa lain di sekitarnya 96% dan 98%. Isolek Karas dengan bahasa di sekitarnya, seperti dengan bahasa Kamran persentase perbedaan 96,33%, bahasa Beser 96,67%, dan bahasa Soon 98,33%.
Bahasa Sempan
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Sempan dituturkan oleh masyarakat Kampung Inauga, Distrik Wania, Kabupaten Mimika, Pulau Papua, Provinsi Papua. Menurut pengakuan penduduk, wilayah tutur bahasa Sempan juga berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Sempan di sebelah timur, bahasa Kamoro di sebelah barat, bahasa Mume di sebelah utara, dan bahasa Koprapoka di sebelah selatan Kampung Inauga.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Sempan merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 92%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Kamoro, Ekari, Wolani, dan Moni.
Bahasa Saweru
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Saweru dituturkan oleh masyarakat Kampung Saweru, Distrik Kepulauan Ambai, Kabupaten Kepulauan Yapen, Provinsi Papua. Menurut pengakuan penduduk, wilayah tutur bahasa Saweru berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Ambai di sebelah timur, bahasa Turu di sebelah barat, dan bahasa Kabuewa di sebelah utara Kampung Saweru.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Saweru merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 89%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Ambai dan Yawa Onate.
Bahasa Senggi
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Senggi (Find) dituturkan oleh mayoritas penduduk Kampung Senggi, Distrik Senggi, Kabupaten Keerom, Provinsi Papua. Wilayah tutur bahasa Senggi (Find) berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Jorop di sebelah timur dan barat dan bahasa Yabanda di sebelah utara dan selatan .
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Senggi (Find) merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 97,75%-99,75% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, yaitu bahasa Jorop dan Yabanda.
Bahasa Karon
[sunting]Provinsi Papua Barat(Papua)
Bahasa Karon dituturkan di Kampung Siakwa, Distrik Miyah, Kabupaten Tambrauw, Provinsi Papua Barat. Menurut pengakuan penduduk, bahasa Karon di Kampung Siakwa berbatasan dengan isolek Miun di sebelah timur, dengan bahasa Abun di sebelah barat dan Utara, dengan isolek Mare di sebelah selatan.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Karon merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya. Misalnya, dengan bahasa Abun sebesar 99,25% dan bahasa Moraid sebesar 97,5%.
Bahasa Sentani
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Sentani dituturkan oleh masyarakat Kampung Nendali, Distrik Sentani Timur, Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Sentani merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 99,25%-100 % jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, yaitu bahasa Tabla dan Ormu.
Bahasa Kemberano
[sunting]Provinsi Papua Barat(Papua)
Bahasa Kemberano dituturkan di Kampung Weriagar, Distrik Weriagar, Kabupaten Teluk Bintuni, Provinsi Papua Barat. Menurut pengakuan penduduk, bahasa Kemberano juga dituturkan oleh masyarakat yang berada di sebelah utara, timur, barat, dan selatan Kampung Weriagar.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Kemberano merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan 90%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya. Misalnya, dengan bahasa Ndamban memiliki persentase perbedaan sebesar 99,75% dan bahasa Wandamen sebesar 99,5%.
Bahasa Serui Laut
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Serui Laut dituturkan oleh penduduk Kampung Serui Laut, Distrik Yapen Selatan, Kabupaten Yapen, Provinsi Papua. Menurut pengakuan penduduk, wilayah tutur bahasa Serui Laut berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Onate di sebelah timur dan utara, bahasa Onate dan Ansus di sebelah barat, dan bahasa Waropen di sebelah selatan Kampung Serui Laut.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Serui Laut merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 82%-94% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Ansus, Saweru, Warari Onate, dan Arui.
Bahasa Koiwai
[sunting]Provinsi Papua Barat(Papua)
Bahasa Koiwai dituturkan di Kampung Anda Air, Distrik Kaimana, Kabupaten Kaimana, Provinsi Papua Barat. Pada zaman dulu, bahasa Koiwai disebut sebagai bahasa Yauru. Sementara itu, orang gunung menyebut bahasa Koiwai dengan nama bahasa Yaufeta karena digunakan oleh orang pantai, sedangkan orang pantai menyebut bahasanya dengan nama bahasa Mias. Menurut pengakuan penduduk, bahasa Koiwai di Kampung Anda Air berbatasan dengan bahasa Kokonaow di sebelah timur, dengan penutur bahasa Irarutu dan Kamberau di sebelah barat, dengan bahasa Mairasi di sebelah utara, dan dengan bahasa Koiwai di sebelah selatan.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Koiwai merupakan sebuah bahasa dengan persentase 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya. Misalnya, dengan bahasa Irarutu sebesar 97,5%, bahasa Kamberau sebesar 99,5%, dan bahasa Mairasi sebesar 99%.
Bahasa Sikari
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Sikari dituturkan oleh etnik Totow di Kampung Sikari, Distrik Roufaer, Kabupaten Mamberamo Raya, Provinsi Papua. Bahasa Sikari juga dituturkan di Kampung Iri dan Kampung Haya. Menurut pengakuan penduduk, di sebelah utara Kampung Sikari, yaitu Kampung Obokui dan Biri dituturkan bahasa Obokuitai dan Biritai; di sebelah selatan, yaitu Kampung Danau Bira dituturkan bahasa Baudi; di sebelah barat, yaitu Kampung Kustra dituturkan bahasa Kustra, termasuk Kampung Eri yang berbahasa Eri; dan di sebelah timur, yaitu Kampung Doyadi dituturkan bahasa Baudi. Sumber mata pencaharian penduduk Kampung Sikari adalah nelayan dan petani.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Sikari merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Tebako, Towirja, Obokuitai, Soytai, dan Biritai.
Bahasa Kokoda
[sunting]Provinsi Papua Barat(Papua)
Bahasa Kokoda dituturkan di Kampung Tarof, Distrik Kokoda, Kabupaten Sorong Selatan, Provinsi Papua Barat. Menurut pengakuan penduduk, bahasa Kokoda juga dituturkan oleh masyarakat yang tinggal di sebelah timur Kampung Tarof, yaitu Kampung Tambuni, sebelah barat yaitu Kampung Siwatori, dan sebelah utara yaitu Kampung Daubak.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Kokoda merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan 98,5%-99,25% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya. Misalnya, dengan bahasa Kokoda dengan bahasa Puragi memiliki persentase perbedaan sebesar 98,5%, bahasa Inanwatan sebesar 99,25%, dan bahasa Yahadian sebesar 99,5%.
Bahasa Silimo
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Silimo dituturkan oleh masyarakat Kampung Silimo, Distrik Silimo, Kabupaten Yahukimo.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Silimo merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81%--100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Soba, Awban, Diuwe, dan Obio.
Bahasa Kuri (Nabi)
[sunting]Provinsi Papua Barat(Papua)
Bahasa Kuri (Nabi) dituturkan di Kampung Obo (Nabi), Distrik Kuri, Kabupaten Teluk Bintuni, Provinsi Papua Barat. Penutur bahasa ini sekitar 800 orang. Selain di Kampung Obo (Nabi), bahasa Kuri juga dituturkan di Kampung Simiei, Refideso, Wagurai, Sarbe, Naramasa, Tigo, Tantur, dan Saiware.
Kampung Obo (Nabi) yang masyarakatnya merupakan penutur bahasa Kuri berdekatan dengan Kampung Dusner yang merupakan wilayah penutur bahasa Dusner (Usner). Sementara, di sebelah barat, utara, dan selatan Kampung Obo adalah kampung-kampung yang masyarakatnya juga menuturkan bahasa Kuri.
Dibandingkan dengan bahasa-bahasa lain di Teluk Wondama, misalnya dengan bahasa Somu (Toro), Jamor, Muri (Mer) dan bahasa Waruri, isolek Kuri (Nabi) merupakan bahasa tersendiri karena perbedaan hasil penghitungan dialektometri 99%-100%. Besarnya perbedaan antara bahasa Kuri (Nabi) dengan bahasa Somu (Toro) sebesar 99,5 %, bahasa Jamor sebesar 99,75 %, bahasa Miere (Mer, Muri) sebesar 100 %, dan bahasa Waruri sebesar 99%.
Bahasa Skou
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Skou dituturkan oleh masyarakat Kampung Skouw Yambe, Distrik Muara Tami, Kodya Jayapura, Provinsi Papua.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Skou merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Nafri, Nyaw, dan Daikat (Taikat).
Bahasa Maibrat
[sunting]Provinsi Papua Barat(Papua)
Bahasa Maibrat dituturkan di Kampung Ayamaru, Distrik Ayamaru, Kabupaten Sorong Selatan, Provinsi Papua Barat. Menurut pengakuan penduduk, bahasa Maibrat dituturkan juga oleh masyarakat di sebelah timur, barat, utara, dan selatan Kampung Ayamaru. Sementara itu, di sebelah utara Kampung Ayamaru, selain digunakan bahasa Maibrat juga digunakan bahasa Sawiat.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Maibrat merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan 90%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya. Misalnya, dengan bahasa Maibrat dan bahasa Tehit sebesar 99,25% dan bahasa Kais sebesar 100%.
Bahasa Smarki Kanum
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Smarki Kanum dituturkan oleh masyarakat Kampung Yerew atau Rawa Biru, Distrik Sota, Kabupaten Merauke, Provinsi Papua.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Smarki Kanum merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, yaitu bahasa Bian Marind Deg dan Engkalembu.
Bahasa Soba
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Soba dituturkan etnik Hupla di Kampung Soba, Distrik Soba, Kabupaten Yahukimo, Provinsi Papua. Situasi kebahasaan di Kabupaten Yahukimo ini di bagian Di sebelah timur Kampung Soba terletak Kampung Nilen, di sebelah barat terletak t Kampung Hepinis, di sebelah utara terletak Kampung Tanda, dan sebelah selatan terletak Kampung Sinai. Di keempat kampung itu dituturkan bahasa Soba. Kampung lain yang meggunakan bahasa Soba adalah Kampung Kayo, Kuik, Ibagema, dan Nilen.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Soba merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 96%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Silimo, Awban, Obio, dan Diuwe.
Bahasa Sobey
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Sobey dituturkan oleh masyarakat Kampung Bagaiserwar, Distrik Sarmi, Kabupaten Sarmi, Provinsi Papua. Menurut pengakuan penduduk, bahasa Sobey berbatasan dengan bahasa Sewar di sebelah timur dan barat; bahasa Isirawa di sebelah selatan; dan Lautan Pasifik di sebelah selatan Kampung Bagaiserwar.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Sobey merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Isirawa, Armati Sarma, dan Liki.
Bahasa Mairasi
[sunting]Provinsi Papua Barat(Papua)
Bahasa Mairasi dituturkan di Kampung Marsi (Sisi), Distrik Kaimana, Kabupaten Kaimana, Provinsi Papua Barat. Menurut pengakuan penduduk, bahasa Mairasi dituturkan juga oleh masyarakat yang tinggal di sebelah timur, barat, utara, dan utara Kampung Marsi.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Mairasi merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan 90%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya. Misalnya, perbedaannya dengan bahasa Kamberau memiliki persentase sebesar 98,25%, bahasa Koiwai sebesar 99%, dan bahasa Irarutu sebesar 99,25%.
Bahasa Maisomara
[sunting]Provinsi Papua Barat(Papua)
Bahasa Maisomara dituturkan di Kampung Ayata, Distrik Ayfat Timur Tengah, Kabupaten Maybrat, Provinsi Papua Barat. Nama bahasa lain yang terdapat di kampung itu adalah Moskona dan Maybrat. Menurut pengakuan penduduk, situasi kebahasaan menunjukkan bahwa sebelah timur Kampung Ayataadalah Kampung Aisa, sebelah barat adalah kampung Kamat, sebelah utara adalah Kampung Aikus yang sama-sama menuturkan bahasa Maysomara, dan sebelah selatan adalah kampung Kokoda yang menuturkan bahasa Kokoda.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Maisomara merupakan bahasa tersendiri karena persentase perbedaannya dengan bahasa-bahasa di sekitarnya, dengan bahasa Kambran96%, bahasa Kokoda99,67%, dan bahasa Maybrat88,33%.
Bahasa Sobey Wakde
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Sobey Wakde dituturkan oleh masyarakat Kampung Wakde, Distrik Pantai Timur Bagian Barat, Kabupaten Sarmi, Provinsi Papua. Menurut pengakuan penduduk, wilayah tutur bahasa Sobey Wakde berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Manirem di sebelah timur, barat, dan selatan Kampung Wakde.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Sobey Wakde merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan sebesar 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa lain di sekitarnya, misalnya bahasa Sobey, Srum, dan Sunum.
Bahasa Mare
[sunting]Provinsi Papua Barat(Papua)
Bahasa Mare merupakan bagian kecil dari ratusan varian bahasa di Papua dan Papua Barat. Bahasa ini dituturkan di Kampung Kombif (Suswa), Distrik Mare, Kabupaten Maybrat, Pulau Papua, Provinsi Papua Barat. Kampung lain yang juga menuturkan bahasa Mare adalah Kampung Sire, Seni, Suswa, dan Kampung Wabam. Menurut pengakuan penduduk, bahasa Mare di Kampung Kombif/Suswa sebelah timur berbatasan dengan bahasa Mere di Kampung Waban, sebelah barat dengan Kampung Suswa, sementara itu, di sebelah utara dengan Kampung Tambrauw yang masyarakatnya berbahasa Karon, dan sebelah selatan dengan Kampung Seni wilayah tutur Mare-Fayoh.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Mare merupakan bahasa tersendiri karena persentase perbedaannya dengan bahasa di sekitarnya, seperti dengan bahasa Irarutu 100%, bahasa Maybrat 93%, dan bahasa Soon 90,33%.
Bahasa Sowiwa (Morowa)
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Sowiwa (Morowa) dituturkan oleh masyarakat Kampung Sowiwa, Distrik Oudate, Kabupaten Waropen, Provinsi Papua. Menurut pengakuan penduduk, wilayah tutur bahasa Sowiwa (Morowa) berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Kampung Sowiwa di sebelah timur; bahasa Rasawa di sebelah barat; bahasa Wapoga di sebelah utara; dan bahasa Burate di sebelah selatan Kampung Sowiwa.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Sowiwa (Morowa) merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 91%-94% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Woria dan Yaur.
Bahasa Matbat
[sunting]Provinsi Papua Barat(Papua)
Bahasa Matbat dituturkan di kampung Biga, Distrik Misool Selatan, Kabupaten Raja Ampat, Provinsi Papua Barat dengan jumlah penutur di kampung tersebut sekitar 350 jiwa. Menurut pengakuan penduduk bahasa Matbat juga dituturkan oleh masyarakat yang berada di sebelah timur dan barat kampung Biga, berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Matlouw di sebelah utara, dan di sebelah selatan berbatasan dengan laut.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Matbat merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan 90%-100% jika dibandingkan dengan dengan bahasa di sekitarnya. Misalnya, dengan bahasa Maya memiliki persentase perbedaan sekitar 92%, bahasa Kawei sebesar 92%, bahasa Gebe 94%, dan bahasa Amber 95%.
Bahasa Soytai
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Soytai dituturkan oleh masyarakat Kampung Taiyeve, Distrik Mamberamo Hulu, Kabupaten Mamberamo Raya, Provinsi Papua. Menurut pengakuan penduduk, bahasa Soytai dituturkan pula di sebelah barat Kampung Taiyeve, yaitu Kampung Dou. Sementara itu, masyarakat yang tinggal di sebelah utara Kampung Taiyeve dituturkan bahasa Papaseva dan di sebelah selatan Kampung Taiyeve dituturkan bahasa Dabra, Airo, dan Dasigo.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Soytai merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 95,25%-99,75% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Towerja, Anasi, dan Towe.
Bahasa Sorabi
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Sorabi dituturkan oleh masyarakat Kampung Sorabi, Distrik Sawai, Kabupaten Waropen, Provinsi Papua. Menurut pengakuan penduduk, wilayah tutur bahasa Sorabi berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Barapasi di sebelah timur dan barat; bahasa Bonay di sebelah utara; dan bahasa Waropen di sebelah selatan Kampung Sorabi.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Sorabi merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 89%-93% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Sauri Sirami dan Damal.
Bahasa Mansim Borai
[sunting]Provinsi Papua Barat(Papua)
Bahasa Mansim Borai dituturkan oleh beberapa orang di Kampung Anday dan Mupi, Distrik Manokwari Selatan, Kabupaten Manokwari, Provinsi Papua Barat. Semula, penutur bahasa ini tinggal di Kampung Maruti, di daerah Gunung Kapur. Oleh karena pada tahun 1976 Kampung Maruti tersebut dilanda banjir, mereka berpindah/mengungsi dan memencar ke Andai, Arfai, dan Muni. Setelah ditelusuri ke daerah pengungsian, diketahui bahwa bahasa ini termasuk salah satu bahasa di Papua yang terancam punah karena penuturnya hanya tinggal empat orang. Dua orang tinggal di Kampung Andai dan dua orang tinggal di Muni.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri membuktikan bahwa bahasa Mansim Borai merupakan bahasa tersendiri yang berbeda dengan enam bahasa lain yang ada di Papua Barat, yaitu bahasa As, Seget, Kapora, Inora, Irires, dan Numfor (Mansinam). Persentase perbedaan bahasa Mansim Borai dengan bahasa As, Seget, Kapora, dan Inora sebesar 100%; dengan bahasa Irires 99%; dan bahasa Numfor (Mansinam) 98%.
Bahasa Srum
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Srum dituturkan oleh masyarakat Kampung Tarontha Srum, Distrik Bonggo, Kabupaten Sarmi, Provinsi Papua. Menurut pengakuan penduduk, wilayah tutur bahasa Srum berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Taronta di sebelah timur; bahasa Podena di sebelah barat; lautan Pasifik di sebelah utara; dan gunung di sebelah selatan Tarontha Srum.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Srum merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 97,75-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Sunum dan Wakde.
Bahasa Matlow
[sunting]Provinsi Papua Barat(Papua)
Bahasa Matlow dituturkan di Kampung Waigama, Distrik Misool Utara, Kabupaten Raja Ampat, Provinsi Papua Barat. Kampung Waigama terletak di pantai dengan topografi tanah berupa dataran. Menurut pengakuan penduduk, wilayah tutur bahasa Matlow berbatasan dengan bahasa Matbat di sebelah timur yang dituturkan oleh masyarakat Kampung Salafen, bahasa Matbat di sebelah barat yang dituturkan oleh masyarakat Kampung Aduwey, bahasa Beser di sebelah utara, yang dituturkan oleh masyarakat Kampung Kopiaw, dan bahasa Maya di sebelah selatan yang dituturkan oleh masyarakat Kampung Dabatan.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Matlow merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 99% jika dibandingkan dengan bahasa Yaben, 98% jika dibandingkan dengan bahasa Salafen Matbat, dan 94% jika dibandingkan dengan bahasa Matbat.
Bahasa Maya
[sunting]Provinsi Papua Barat(Papua)
Bahasa Maya dituturkan di Kampung Sapordanco, Distrik Waisai, Kabupaten Raja Ampat, Provinsi Papua Barat. Kampung lain yang menuturkan bahasa itu adalah Kampung Wowiay, Bianci, Sepele, Salio, Arawai, Beo, dan Lapintor. Situasi kebahasaan menunjukkan bahwa Kampung Warmasem yang terletak di sebelah timur Kampung Sapordance menuturkan bahasa Biak, Jawa, Bugis, dan Ternate dan Kota Waisai utara menuturkan bahasa Biak, Ternate, Jawa, dan Bugis.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Maya merupakan bahasa tersendiri karena persentase perbedaannya dengan bahasa-bahasa di sekitarnya, misalnya dengan bahasa Maya Legenyam-Kawei 92,67%, bahasa Palamol 92,33%, dan bahasa Seget 99%.
Bahasa Maya Legenyan-Kawei
[sunting]Provinsi Papua Barat(Papua)
Bahasa Maya Legenyan-Kawei dituturkan di Kabupaten Raja Ampat, Provinsi Papua Barat. Bahasa itu terdiri atas dua dialek, yaitu dialek Maya Legenyan dan dialek Kawei. Dialek Maya Legenyan dituturkan oleh masyarakat di Kampung Beo, Distrik Tiplol Mayalibit, Kabupaten Raja Ampat, Provinsi Papua Barat. Sementara itu, dialek Kawei dituturkan oleh masyarakat di Kampung Selpele, Distrik Waigeo Barat, Kabupaten Raja Ampat, Provinsi Papua Barat. Hasil persentase antara kedua dialek tersebut adalah sebesar 79,05%.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Maya Legenyan-Kawei merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan 90%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya. Misalnya, dengan bahasa dialek Maya Legenyan dengan bahasa Maya sebesar 92,67%, bahasa Samate sebesar 92%, bahasa Wardo sebesar 95%, dengan bahasa Selegof sebesar 95%, bahasa Beser sebesar 98%, dan bahasa Amber sebesar 85%.
Kemudian, antara dialek Kawei dengan bahasa Samate adalah sebesar 93,25%, bahasa Wardo sebesar 97,5%, bahasa Selegof sebesar 95%, bahasa Beser sebesar 98,75%, dan bahasa Amber sebesar 95%.
Bahasa Miere
[sunting]Provinsi Papua Barat(Papua)
Bahasa Miere dituturkan oleh masyarakat Kampung Miere, Distrik Teluk Etna, Kabupaten Kaimana, Provinsi Papua Barat. Menurut pengakuan penduduk, sebelah timur Kampung Miere berbatasan dengan Kampung Urubika yang penduduknya berbahasa Napiti, sebelah barat kampung tersebut berbatasan dengan laut, sedangkan sebelah utara dan selatan berbatasan dengan hutan.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Miere merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan 99,25%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya. Misalnya, persentase perbedaan bahasa Miere dengan bahasa Muri sebesar 100%, bahasa Wau Arak sebesar 99,75%, dan dengan bahasa Yeresiam sebesar 100%.
Bahasa Mee Wosokuno
[sunting]Provinsi Papua Barat(Papua)
Bahasa Mee Wosokuno dituturkan di Kampung Wosokuno, Distrik Yamor, Kabupaten Kaimana, Provinsi Papua Barat. Kampung Wosokuno terletak di pantai. Menurut pengakuan penduduk, Kampung Wosokuno berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Mee Wosokuno di sebelah timur, utara, dan selatan, serta wilayah tutur bahasa Kamoro di sebelah barat.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Mee Wosokuno merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan 99,75%-100% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa lain di sekitarnya. Misalnya, bahasa Ekari sebesar 98,50% dan dengan bahasa Mee Ugia sebesar 99%.
Bahasa Moi Sigin
[sunting]Provinsi Papua Barat(Papua)
Bahasa Moi Sigin dituturkan di Kampung Katinim, Distrik Salawati, Kabupaten Sorong, Pulau Papua, Provinsi Papua Barat. Kampung itu terletak di pesisir pantai yang mayoritas penghuninya (90%) merupakan etnik Moi. Di kampung itu terdapat juga bahasa Misol dan Seram. Selain di Kampung Katinim, bahasa Moi Sigin dituturkan juga di Kampung Yeflio di sebelah utara, Sakamirin di sebelah selatan, Ninjomor, dan Klasari. Menurut pengakuan penduduk, wilayah tutur bahasa Moi Sigin berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Jawa di sebelah timur (Kampung Majener) dan wilayah tutur bahasa Moi Maya di sebelah barat (Kampung Kalobo).
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Moi Sigin merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan di atas 97% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa di sekitarnya. Misalnya, persentase perbedaan bahasa Moi Sigin dengan bahasa Moi Maniwo sebesar 97%, bahasa Ambel sebesar 99%, bahasa Tepin sebesar 98,25%, bahasa Batanta sebesar 99%, bahasa Esaro (Kawit) sebesar 97,75%, dan bahasa Efpan sebesar 99,75%.
Bahasa Mor
[sunting]Provinsi Papua Barat(Papua)
Bahasa Mor merupakan bagian kecil dari ratusan varian bahasa daerah di Papua dan Papua Barat. Bahasa ini didominasi oleh penutur beretnik Wagaf, Taruma, dan Sinakum di Kampung Mitimber, Distrik Mbahamdandara, Kabupoten Fak-Fak, Pulau Papua, Provinsi Papua Barat. Bahasa ini dituturkan juga di Kampung Tesa, Distrik Kokas, Kabupaten Fak-Fak, Pulau Papua, Provinsi Papua Barat. Di Kampung Mitimber juga ada masyarakat tutur yang menguasai bahasa Baham. Menurut pengakuan penduduk, di sebelah timur, yaitu Kampung Tesa berpenutur bahasa Mor, sebelah barat dengan Kampung Waremo berbahasa Baham, sebelah utara dengan Kampung Goras berbahasa Goras, dan sebelah selatan dengan Kampung Otoweri berbahasa Mbraw.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Mor merupakan bahasa tersendiri karena persentase perbedaannya dengan bahasa-bahasa di sekitarnya, seperti dengan bahasa Kuri 99,67%, bahasa Maybrat 100%, dan bahasa Ron 100%.
Bahasa Sudate (Sehudate)
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Sudate (Sehudate) dituturkan oleh masyarakat Kampung Otodemo, Distrik Inggerus, Kabupaten Waropen, Provinsi Papua. Menurut pengakuan penduduk, bahasa Sudate hanya dituturkan oleh penduduk di Otodemo saja. Di sebelah timur dan barat Kampung Otodemo, yaitu Kampung Soimiangga dan Syewa dituturkan bahasa Serui Laut, sedangkan di sebelah selatan dan utara, yaitu Kampung Aru dan Kirihi dituturkan bahasa Fayu.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Sudate (Sehudate) merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan 98%--100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Awera, Burate, dan Saponi.
Bahasa Moraid
[sunting]Provinsi Papua Barat(Papua)
Bahasa Moraid dituturkan di Kampung Sailala, Distrik Sayosa, Kabupaten Sorong, Provinsi Papua Barat. Menurut pengakuan penduduk, wilayah tutur bahasa Moraid di Kampung Sailala berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Madik (Abun) di sebelah timur, wilayah tutur bahasa Moi di sebelah barat dan utara, dan wilayah tutur bahasa Tehit di sebelah selatan.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Moraid merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan 90%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya. Misalnya, dengan bahasa Abun sebesar 99,5%, bahasa Kalabra sebesar 96,75%, bahasa Maibrat sebesar 99,5%, dan bahasa Tehit sebesar 97,25%.
Bahasa Moskona
[sunting]Provinsi Papua Barat(Papua)
Bahasa Moskona dituturkan oleh masyarakat Kampung Moskona, Distrik Merdey, Kabupaten Teluk Bintuni, Provinsi Papua Barat.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Moskona merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan 90%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya. Misalnya, dengan bahasa Menyah 96,50%, bahasa Wandamen sebesar 99,5%, bahasa Arandai sebesar 100%, dan bahasa Maibrat sebesar 100%.
Bahasa Sumuri (Sumuri)
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Sumuri dituturkan oleh masyarakat Kampung Padang Agoda, Distrik Sumuri, Kabupaten Teluk Bintuni, Provinsi Papua. Kampung lain yang menuturkan bahasa itu adalah Kampung Tofoi, Tanah Merah, Onar, Seingga, dan Tomage. Bahasa lain di kampung uitu adalah bahasa Timor dan Jawa. Menurut pengakuan penduduk, di sebelah timur Kampung Padang Agoda, yaitu Kampung Babo dituturkan bahasa Irarutu, Kuri, dan Wamesa; di sebelah barat, yaitu Kampung Tomage dan Totoweri dituturkan bahasa Irarutu dan Sumuri; di sebelah utara, yaitu Kampung Sebyar dituturkan bahasa Damban; dan di sebelah selatan, yaitu Kampung Aroba dituturkan bahasa Irarutu.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Sumuri merupakan bahasa tersendiri karena persentase perbedaannya dengan bahasa-bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Tehit dan Waruri.
Bahasa Mpur
[sunting]Provinsi Papua Barat(Papua)
Bahasa Mpur dituturkan di Kampung Kebar, Distrik Kebar, Kabupaten Tambrauw, Provinsi Papua Barat. Menurut pengakuan penduduk, wilayah tutur bahasa Mpur berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Meyah di sebelah timur, wilayah tutur bahasa Abun di sebelah barat, dan wilayah tutur bahasa Maibrat di sebelah selatan.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Mpur merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan 90%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya. Misalnya, dengan bahasa dengan bahasa Meyah sebesar 99,5% serta bahasa Abun dan bahasa Maibrat sebesar 100%.
Bahasa Sunum
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Sunum dituturkan oleh etnik Sunum di Kampung Sunum (Yamna), Distrik Pantai Timur, Kabupaten Sarmi, Provinsi Papua. Di sebelah utara Kampung Sunum adalah Kampung Yamna Pulau dan di sebelah selatan adalah hutan. Di sebelah timur Kampung Sunum (Yamna), yaitu Kampung Betaf dituturkan bahasa Betaf dan di sebelah barat, yaitu Kampung Beneraf dituturkan Beneraf.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Sunum merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 96,75%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Wakde, Liki, dan Srum.
Bahasa Muri (Mer)
[sunting]Provinsi Papua Barat(Papua)
Bahasa Muri (Mer) dituturkan di Kampung Wosimi, Distrik Naikere, Kabupaten Teluk Wondama, Provinsi Papua Barat. Selain di Sendra Woy, bahasa Muri (Mer) dituturkan juga di Kampung Ure dan Jawore.
Penutur bahasa ini sekitar 295 orang. Selain bahasa Muri (Mer), masyarakat di Kampung Sendra Woy juga menguasai bahasa Wandamen yang merupakan bahasa sehari-hari masyarakat di Wondama.
Dibandingkan dengan bahasa-bahasa lain di Teluk Wondama, misalnya dengan bahasa Somu, Kuri, Jamor, dan bahasa Waruri, isolek Muri (Mer) merupakan bahasa tersendiri karena berdasarkan hasil penghitungan dialektometri perbedaannya 98,75%-100%. Besarnya perbedaan antara bahasa Muri (Mer) dan bahasa Miere sebesar 100%, bahasa Somu (Toro) sebesar 98,75%, bahasa Waruri sebesar 99,75 %, bahasa Jamor sebesar 99,25%, dan bahasa Kuri sebesar 100 %.
Bahasa Napiti
[sunting]Provinsi Papua Barat(Papua)
Bahasa Napiti dituturkan oleh masyarakat Kampung Urubika, Distrik Yamor, Kabupaten Kaimana, Provinsi Papua Barat. Kampung Urubika terletak di tepi Danau Yamor. Menurut pengakuan penduduk, bahasa Napiti berbatasan dengan bahasa Miere di sebelah timur Kampung Urubika dan bahasa Yeresiam di sebelah barat.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Napiti merupakan sebuah bahasa jika dibandingkan dengan bahasa Napiti Pantai-Busama (Napiti Pantai), bahasa Miere, dan bahasa Yeresiam di Provinsi Papua Barat dengan persentase perbedaan sebesar 81%-100%.
Bahasa Tabahair (Bipim, Bipin)
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Tabahair (Bipim, Bipin) dituturkan oleh masyarakat Kampung Bipim, Distrik Atsy, Kabupaten Asmat, Provinsi Papua. Selain di Kampung Bipin, bahasa Tabahair dituturkan juga di Kampung Warkai. Di sebelah timur Kampung Bipim, yaitu Kampung Soboni dituturkan bahasa Awiyu; di sebelah barat, yaitu Kampung Amanam Kai dituturkan bahasa Asmat; dan di sebelah utara, yaitu Kampung Pos dan selatan, yaitu Kampung Comoro dituturkan bahasa Sawi.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Tabahair (Bipim, Bipin) merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan sebesar 90%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Pupis, Tomor, dan Yamas.
Bahasa Napiti Pantai-Busama (Napiti Pantai)
[sunting]Provinsi Papua Barat(Papua)
Bahasa Napiti Pantai-Busama (Napiti Pantai) dituturkan oleh masyarakat yang tinggal di Kampung Bamana (Warifi) dan Boiya (Lakahia), Distrik Teluk Etna, Kabupaten Kaimana, Provinsi Papua Barat. Bahasa itu terdiri atas dua dialek, yaitu dialek Napiti Pantai Warifi dan dialek Busama Boiya dengan persentase perbedaan sebesar 74%. Dialek Napiti Pantai Warifi dituturkan oleh masyarakat yang tinggal di Kampung Warifi, Distrik Teluk Etna, Kabupaten Kaimana, Provinsi Papua Barat, sedangkan dialek Busama Boiya dituturkan oleh masyarakat yang tinggal di Kampung Boiya, Distrik Teluk Etna, Kabupaten Kaimana, Provinsi Papua Barat. Selain itu, masyarakat di Kampung Warifi ada yang bertutur dalam bahasa Yuafeta atau Girimora, sedangkan di Kampung Boiya ada yang bertutur dalam bahasa Yeresiam. Menurut pengakuan penduduk, bahasa Napiti Pantai berbeda dengan bahasa Napiti Pedalaman yang dituturkan oleh masyarakat yang tinggal di sebelah timur Kampung Warifi, yaitu Kampung Hairapara, sedangkan di sebelah barat, yaitu Kampung Siawatan adalah wilayah tutur bahasa Koiwai. Sementara itu, di sebelah utara Kampung Warifi, yaitu Kampung Ure ialah wilayah tutur bahasa Miere, sedangkan di sebelah selatan, yaitu Kampung Boiya ialah wilayah tutur dialek Busama Boiya. Sementara itu, dialek Busama Boiya dituturkan pula oleh masyarakat di sebelah timur dan utara, di sebelah barat berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Koiwai, di sebelah selatan berbatasan dengan lautan.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Napiti Pantai-Busama (Napiti Pantai) merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan 96,50%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya. Misalnya, dengan bahasa Napiti sebesar 96,50%, bahasa Yeresiam Pedalaman sebesar 99,50%, dan bahasa Air Matoa sebesar 98,50%.
Bahasa Tabla
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Tabla dituturkan oleh masyarakat Kampung Waiya, Distrik Depapre, Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua. Menurut pengakuan penduduk, wilayah tutur bahasa Tabla berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Onusu di sebelah timur, bahasa Tabla Supa di sebelah barat, bahasa Yakari di sebelah utara, dan bahasa Naukura di sebelah selatan Kampung Waiya.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Tabla merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan sebesar 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Sentani dan Ormu.
Bahasa Numfor (Mansinam)
[sunting]Provinsi Papua Barat(Papua)
Bahasa Numfor (Mansinam) dituturkan di Kampung Mansinam, Distrik Manokwari Timur, Kabupaten Manokwari, Provinsi Papua Barat. Kampung Mansinam merupakan kawasan pantai dengan penduduk sekitar 675 jiwa (175 keluarga). Mayoritas penduduk Kampung Mansinam adalah etnik Numfor dan entik-etnik minoritasnya bertutur bahasa-bahasa Ambon, Serui, dan Biak. Di kampung ini juga dituturkan bahasa Biak dan bahasa Serui. Selain di Kampung Mansinam, bahasa Numfor (Mansinam) juga dituturkan di kampung-kampung Kwawi, Kenari Tinggi, dan Arkuki. Ada sebagian masyarakat yang menganggap bahwa bahasa Numfor merupakan dialek dari bahasa Biak.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Numfor (Mansinam) merupakan bahasa tersendiri yang berbeda dengan enam bahasa lain yang ada di Papua Barat, yaitu bahasa As, Seget, Kapora, Inora, Irires, dan Mansim Borai. Persentase perbedaan bahasa Numfor (Mansinam) dengan bahasa-bahasa As, Kapora, dan Irires sebesar 99%; bahasa Seget dan bahasa Inora 100%; dan bahasa Marsim Borai 98%.
Bahasa Tamer Tunai
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Tamer Tunai dituturkan oleh etnik Tamer Tunai di Kampung Tamer Kol, Distrik Sota, Kabupaten Merauke, Provinsi Papua. Bahasa itu juga dituturkan di Kampung Yanggandur, Sota, dan Yerew. Menurut pengakuan penduduk, di sebelah timur Kampung Tamer Tunai, yaitu sebuah kampung wilayah PNG dituturkan Nelma Unauna; di sebelah barat, yaitu Kampung Yanggandur dituturkan bahasa Ngguntar; di sebelah utara, yaitu Kampung Sota dituturkan bahasa Sota; dan di sebelah selatan, yaitu Kampung Kurkari dituturkan bahasa Smerki.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Tamer Tunai merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 95%--100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Kimagima, Tamer Tunai, Citak, dan Ngguntar.
Bahasa Palamul
[sunting]Provinsi Papua Barat(Papua)
Bahasa Palamul dituturkan di Kampung Sailolof, Distrik Salawati Selatan, Kabupaten Sorong, Provinsi Papua Barat. Bahasa lain yang terdapat di kampung itu adalah bahasa Maya Missol, Samate, Raja Ampat, Kolobo, dan Seget (Moi). Situasi kebahasaan menunjukkan bahwa Kampung Kotlot yang terletak di sebelah timur Kampung Sailolof masyarakatnya menuturkan bahasa Moi dan Kampung Durbatan di sebelah barat masyarakatnya menuturkan bahasa Kalawal.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Palamul merupakan bahasa tersendiri karena persentase perbedaannya dengan bahasa di sekitarnya, seperti bahasa Seget 95,33%, bahasa Esaro (Kawit) 100% ,dan bahasa Maya 93,33%.
Bahasa Tamario
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Tamario dituturkan oleh masyarakat Kampung Pagai, Distrik Haju dan Kampung Magabag, Distrik Nambai, Kabupaten Mappi, Provinsi Papua. Menurut pengakuan penduduk, bahasa Tamario juga dituturkan di Kampung Tereamu dan Arare di sebelah barat; Kampung Kerke di sebelah utara, dan Kampung Magabak di sebelah selatan Kampung Pagai. Di sebelah timur Kampung Pagai, yaitu Kampung Wairu dituturkan bahasa Yagay.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Tamario merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 99,50%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, yaitu bahasa Awyu Darat dialek Kiki, Awyu Laut, dan Wiyagar.
Bahasa Pokoro
[sunting]Provinsi Papua Barat(Papua)
Bahasa Pokoro dituturkan di Kampung Temen Sosian, Distrik Ayamaru, Kabupaten Maybrat, Provinsi Papua Barat. Bahasa itu dituturkan juga oleh masyarakat yang berdomisili di Kampung Soan dan Danem. Dari segi situasi kebahasaan, di sebelah timur Kampung Temen Sosian, yaitu Kampung Siswa dituturkan bahasa Mare, di sebelah barat, yaitu Kampung Welek dituturkan bahasa Pokoro, di sebelah utara, yaitu Kampung Luwelala dituturkan bahasa Abon, di sebelah selatan, yaitu Kampung Segiyor dituturkan bahasa Maibrat.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, bahasa Pokoro dengan bahasa di sekitarnya, seperti bahasa As dan Inora dikategorikan berbeda bahasa karena persentase perbedaan antara bahasa Pokoro dan As mencapai 98% dan bahasa Inora 100%.
Bahasa Tapea
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Tapea dituturkan oleh etnik Yapo di Kampung Samorkena, Distrik Apawer Hulu, Kabupaten Sarmi, Provinsi Papua. Wilayah tutur bahasa Tapea berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Kwerba di sebelah timur, bahasa Masep di sebelah barat, bahasa Airoran di sebelah utara, dan bahasa Isirawa di sebelah selatan Kampung Samorkena.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Tapea merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya Kwerba, Amathamit (Athokhin), dan Vedan Nus (Podena).
Bahasa Puragi-Saga
[sunting]Provinsi Papua Barat(Papua)
Bahasa Puragi-Saga dituturkan di Kampung Puragi dan Saga, Distrik Matemani, Kabupten Sorong Selatan, Provinsi Papua Barat. Bahasa Puragi-Saga terdiri atas dua dialek, yaitu dialek Puragi dan dialek Saga dengan persentase perbedaan sebesar 76%.
Dialek Puragi dituturkan oleh masyarakat suku Iwaro yang bermukim di Kampung Puragi, Distrik Matemani, Kabupten Sorong Selatan, Provinsi Papua Barat. Menurut pengakuan penuturnya, bahasa itu dituturkan oleh penduduk suku Iwaro yang mendiami beberapa kampung di wilayah utara, selatan, barat, dan timur Kampung Puragi, antara lain, di Kampung Tawanggire, Isogo, Bedare, dan Saga.
Dialek Saga dituturkan oleh masyarakat yang bermukim di Kampung Saga, Distrik Matemani, Kabupaten Sorong Selatan, Pulau Papua, Provinsi Papua Barat. Selain di Kampung Saga, dialek Saga juga digunakan oleh masyarakat yang tinggal di Kampung Puragi, Bedare, dan Isogo. Sebelah timur dan barat Kampung Saga berbatasan dengan Kampung Atori yang masyarakatnya menggunakan bahasa Kokoda. Sebelah utara Kampung Saga berbatasan dengan Kampung Kais yang masyarakatnya menggunakan bahasa Kais, sedangkan sebelah selatan Kampung Saga berbatasan dengan Kampung Mate yang penduduknya berbahasa Inanwatan.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Puragi-Saga merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan 98,5%-100% jika dibandingkan dengan bahasa Kokoda, bahasa Mugim, bahasaYahadian, dan bahasa Inanwatan.
Bahasa Tarfia
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Tarfia dituturkan oleh masyarakat Kampung Kamdera, Distrik Demta, Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua. Menurut pengakuan penduduk, wilayah tutur bahasa Tarfia berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Ambora di sebelah timur, bahasa Muaif di sebelah barat, dan bahasa Genyem di sebelah utara Kampung Kamdera.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Tarfia merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Warry, Tobati, dan Tevera Pew.
Bahasa Tause
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Tause hanya dituturkan oleh masyarakat Kampung Derapose, Distrik Wapoga, Kabupaten Waropen, Provinsi Papua. Bahasa lain yang dituturkan di daerah ini adalah bahasa Wairate. Selain itu, situasi kebahasaan menunjukkan bahwa di sebelah timur Kampung Derapose, yaitu Kampung Fuli, dituturkan bahasa Hokli dan di sebelah utara, yaitu Kampung Biri, dituturkan bahasa Biri.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, bahasa Tause dengan bahasa di sekitarnya, khususnya bahasa Wairate, dikategorikan berbeda bahasa karena persentase perbedaannya sebesar 94,25% dan perbedaan dengan bahasa Totoberi sebesar 98,75%.
Bahasa Tebako
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Tebako dituturkan oleh masyarakat Kampung Bareri, Distrik Rufaer, Kabupaten Mamberamo Raya, Provinsi Papua. Bahasa itu juga dituturkan di Kampung Tayai, Fauwi, Kordesi, Dofo, dan Foitau. Di sebelah barat Kampung Bareri, yaitu Kampung Taroure dan sebelah utara, yaitu Kampung Pona dituturkan bahasa Biri. Di sebelah selatan Kampung Bareri, yaitu Kampung Obokui, dituturkan bahasa Obokuitai.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Tebako merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Torweja, Kaiya (Kaiy), Biri, dan Obokuitai.
Bahasa Ron
[sunting]Provinsi Papua Barat(Papua)
Bahasa Ron dituturkan oleh masyarakat Kampung Kayob (Pulau Ron), Distrik Wasior Utara, Kabupaten Teluk Wondama, Provinsi Papua Barat dengan jumlah penutur sekitar 100 jiwa. Menurut pengakuan penduduk, semua kampung yang ada di sekitar Kampung Kayob juga menuturkan bahasa Ron.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Ron merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan 92,67%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, yaitu bahasa Wandamen, Roswar (Saref), dan Dusner.
Bahasa Tangko
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Tangko dituturkan oleh masyarakat etnik Okdamor di Dusun Okdamor, Distrik Awinbon, Kabupaten Pegunungan Bintang, Provinsi Papua. Selain itu, bahasa Tangko juga dituturkan di Kampung Abiowage, Danokit, Burungop, dan Gaguop. Situasi kebahasaan wilayah pemakaian bahasa ini, di sebelah timur Dusun Okdamor, yaitu Kampung Awinbon dituturkan bahasa Nagi; di sebelah barat, yaitu Kampung Danuwage dituturkan bahasa Korowai; di sebelah utara, yaitu Kampung Yelobib dituturkan bahasa Nagi; dan di sebelah selatan, yaitu Kampung Burungop dituturkan bahasa Wanbon.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Tangko merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 95%--100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Jelako, Lepki, Nagi, dan Klufo Korowai.
Bahasa Tefanma
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Tefanma dituturkan oleh masyarakat Kampung Tefanma, Distrik Senggi, Kabupaten Keerom, Provinsi Papua. Di sebelah timur Kampung Tefanma, yaitu Kampung Ksenar, di sebelah barat, yaitu Kampung Kemblongke, dan di sebelah selatan, yaitu Kampung Liket dituturkan bahasa Yetfa. Di sebelah utara Kampung Tefanma, yaitu Kampung Kembradituturkan bahasa Kembra.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Tefanma merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 98,50%--98,75% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Molof dan Yafi.
Bahasa Tefaro (Demba)
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Tefaro (Demba) dituturkan oleh masyarakat Kampung Urato (Tefaro), Distrik Masirei, Kabupaten Waropen, Provinsi Papua. Menurut pengakuan penduduk, wilayah tutur bahasa Tefaro (Demba) berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Waropen di sebelah timur dan barat Kampung Urato (Tefaro).
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Tefaro (Demba) merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 89%-100% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Barapasi dan Sorabi.
Bahasa Telepe
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Telepe dituturkan oleh etnik Telepe, Ketengban, dan Yefmum di Kampung Atembabol, Distrik Okbab, Kabupaten Pegunungan Bintang, Provinsi Papua. Di bagian sebelah barat Kampung Atembabol, yaitu Kampung Sabin juga dituturkan bahasa Telepe; di sebelah utara, yaitu Kampung Yapil; dan di sebelah selatan, yaitu Kampung Atolbol. Di samping itu, bahasa Telepe juga dituturkan di Kampung Borban, Tupopyom, dan Peneli.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Telepe merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan 98,25%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Eipomek dan Klufo (Krowai Rawa, Krowai).
Bahasa Tevera Pew
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Tevera Pew dituturkan oleh masyarakat Kampung Tabla Supa, Distrik Depare, Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua. Menurut pengakuan penduduk, wilayah tutur bahasa Tevera Pew berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Yona Pen di sebelah timur; bahasa Yan Su di sebelah barat; bahasa Yakari di sebelah utara; dan bahasa Mingkey Pew di sebelah selatan Kampung Tabla Supa.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Tevera Pew merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 93%-97% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Tobati, Tarfia, dan Warry.
Bahasa Tobati
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Tobati dituturkan oleh masyarakat Kampung Tobati, Distrik Jayapura Selatan, Kota Jayapura, Provinsi Papua.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Tobati merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 98,25%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Elseng, Melayu Papua, dan Nyaw.
Bahasa Tomor
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Tomor dituturkan oleh masyarakat Kampung Tomor, Distrik Suru-Suru, Kabupaten Asmat, Provinsi. Selain di kampung itu, bahasa Tomor dituturkan juga di Kampung Munu. Menurut pengakuan penduduk, di sebelah timur Kampung Tomor, yaitu Kampung Jifak dituturkan bahasa Jifak; di sebelah barat, yaitu Kampung Sagapu dituturkan bahasa Sagapu;dan di sebelah selatan, yaitu Kampung Munu dituturkan bahasa Ami.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Tomor merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 90%-100% jika dibandingkan dengan bahasa lain di sekitarnya, misalnya dengan bahasa Pupis, Tabahair (Bipim), dan Yamas.
Bahasa Roswar (Saref)
[sunting]Provinsi Papua Barat(Papua)
Bahasa Roswar (Saref) dituturkan di Kampung Waprak, Distrik Roswar, Kabupaten Teluk Wandama, Provinsi Papua Barat. Kampung lain yang menggunakan bahasa Roswar, yaitu Kampung Nordiwar, Yomber, dan Syeiwar. Bahasa lain yang terdapat di Kampung Waprak, yaitu bahasa Wandamen dan Wamesa. Menurut pengakuan penduduk, sebelah timur Kampung Waprak adalah Kampung Nordiwar, sebelah utara adalah Kampung Yomber, dan sebelah selatan adalah Syeiwar.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Roswar merupakan bahasa tersendiri karena persentase perbedaannya dengan bahasa-bahasa di sekitarnya, misalnya dengan bahasa Ron 92,67%, bahasa Beser 96%, dan bahasa Sumuri 98,67%.
Bahasa Torweja
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Torweja dituturkan oleh etnik Kwersa, Torowu, dan Kasitai di Kampung Kai, Distrik Rufaer, Kabupaten Mamberamo Raya, Provinsi Papua. Menurut pengakuan penduduk, di sebelah timur Kampung Kay, yaitu di Kampung Taire dituturkan bahasa Soytai; di sebelah barat, yaitu di Kampung Biri dituturkan bahasa Biritai; di sebelah utara, yaitu di Kampung Sikari dituturkan bahasa Siwaya; di sebelah selatan, yaitu di Kampung Dekey dituturkan bahasa Fawi.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Torweja merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 95,25%-100% jika dibandingkan dengan bahasa lain di sekitarnya, misalnya dengan bahasa Manua (Eritai), Airo, Anasi, Armati Sarma, Towe, dan Baedate (Nisa),
Bahasa Totoberi
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Totoberi dituturkan oleh masyarakat Kampung Totoberi, Distrik Wapoga, Barat, Kabuputen Waropen, Provinsi Papua. Di sebelah timur Kampung Totoberi, yaitu Kampung Wainame dituturkan bahasa Wainame; di sebelah barat, yaitu Kampung Dokis dituturkan bahasa Moor; di sebelah utara, yaitu Kampung Merare dituturkan bahasa Wairate; dan di sebelah selatan, yaitu Kampung Otedemo dituturkan bahasa Seudate.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Totoberi merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 98,25%-98,75% jika dibandingkan dengan bahasa lain di sekitarnya, misalnya bahasa Kurudu, Tause, dan Warate.
Bahasa Towe
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Towe dituturkan oleh masyarakat Kampung Towe Hitam, Distrik Towe, Kabupaten Keerom, Provinsi Papua. Di sebelah timur Kampung Towe Hitam dituturkan bahasa Towe Hitam dan Bias; di sebelah barat dituturkan bahasa Tefalma dan Terfones; di sebelah utara dituturkan bahasa Towe Atas; dan di sebelah selatan dituturkan bahasa Lules dan Melki.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Towe merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 96,75%-100% jika dibandingkan dengan bahasa lain di sekitarnya, misalnya bahasa Armati Sarma dan bahasa Dubu (Tepi).
Bahasa Tsaukwambo
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Tsaukwambo dituturkan oleh masyarakat Kampung Biwage, Distrik Kawagit, Kabupaten Bouven Digoel, Provinsi Papua. Menurut pengakuan penduduk, wilayah tutur bahasa Tsaukwambo berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Wambon di sebelah timur dan utara; bahasa Tsaukwambo di sebelah barat; dan wilayah tutur bahasa Kombai di sebelah selatan Kampung Biwage.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Tsaukwambo merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 90%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Wanggom, Mandobo, Kadi (Muyu Utara), dan Wombon (Womsi).
Bahasa Ulakin (Ulakuno)
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Ulakin (Ulakuno) dituturkan oleh masyarakat Kampung Ulakin, Distrik Kolf Braza, Kabupaten Asmat, Provinsi Papua. Bahasa itu juga dituturkan di Kampung Markatun, Kepayap, dan Tanah Merah.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Ulakin (Ulakuno) merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan sebesar 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa bahasa Karufo, Kaigar, dan Saman.
Bahasa Trimuris-Bagusa
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Trimuris-Bagusa dituturkan oleh masyarakat Kampung Trimuris dan Bagusa, Distrik Mamberamo Hilir, Kabupaten Mamberamo Raya, Provinsi Papua. Bahasa itu terdiri atas dua dialek, yaitu dialek Trimuris dan Bagusa dengan persentase perbedaan sebesar 78,75%. Dialek Bagusa dituturkan di sebelah utara dan dialek Trimuris dituturkan di sebelah selatan Kampung Bagusa. Sementara itu, di sebelah timur Kampung Trimuris dituturkan bahasa Kawera; di sebelah barat dituturkan bahasa Baudi; di sebelah utara dituturkan bahasa Dabra; dan di sebelah selatan dituturkan bahasa Warembori.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Trimuris-Bagusa merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 92%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya. Misalnya bahasa Warembori, Towerja, dan Anasi.
Bahasa Una
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Una dituturkan oleh masyarakat Kampung Langda, Distrik Langda, Kabupaten Yahukimo, Provinsi Papua. Bahasa itu juga dituturkan oleh suku Una di beberapa distrik dan kampung di wilayah selatan Kabupaten Yahukimo, yaitu Distrik Langda, Distrik Bomela, Distrik Sumtamon, Kampung Alirji, dan Kampung Tapasik. Menurut pengakuan penuturnya, bahasa Una berbeda dengan bahasa suku lain yang berada di sekitarnya, yaitu bahasa Kimyal, Nalca, Nipsan, dan Korupun.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Una merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan sebesar 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Kopkaka, Momuna, dan Kimyal.
Bahasa Vamin
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Vamin dituturkan oleh masyarakat Kampung Bumu (Patipi), Distrik Kolof Brasa, Kabupaten Asmat, Provinsi Papua. Bahasa Vamin juga dituturkan di Kampung Wanjes, Boutu Brasa, dan Pira Pinak. Di sebelah timur Kampung Bumu, yaitu Kampung Banum, Kapayap, dan Ujung Batu dituturkan bahasa Korowai juga di sebelah barat, yaitu Kampung Bor dan sebelah selatan, yaitu Kampung Wapak. Sementara itu, di sebelah utara Kampung Bumu dituturkan bahasa Momuna.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Vamin merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan sebesar 96%-99,75% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Korowai Selatan (Klufwo Auf Umbale), Jinak, dan Asmat Safan.
Bahasa Vedan Nus (Podena)
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Vedan Nus (Podena) dituturkan oleh masyarakat Kampung Podena (Vedan Saw), Distrik Bonggo, Kabupaten Sarmi, Pulau Podena, Provinsi Papua. Menurut pengakuan penduduk, di sebelah timur Kampung Podena (Vedan Saw), yaitu Kampung Anus dituturkan bahasa Korur dan di sebelah barat, yaitu Kampung Maweswares dituturkan bahasa Mawes.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Vedan Nus (Podena) merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Anus, Gufinti, dan Kaptiau.
Bahasa Wabo
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Wabo dituturkan oleh masyarakat Kampung Wabo, Distrik Yapen Timur, Kabupaten Kepulauan Yapen, Pulau Yapen, Provinsi Papua. Dari segi situasi kebahasaan, wilayah tutur bahasa Wabo juga berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Wabo di sebelah timur; bahasa Ambai di sebelah barat; dan bahasa Onate di sebelah utara Kampung Wabo.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Wabo merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Warari Onate, Ambai, dan Wooi.
Bahasa Wairate (Debra)
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Wairate (Debra) dituturkan oleh masyarakat Kampung Syewa Merare, Distrik Wapoga, Kabupaten Waropen, Provinsi Papua. Di sebelah timur Kampung Sewa Merare, yaitu Kampung Dokis dituturkan bahasa Waropen; di sebelah barat, yaitu Kampung Totoberi dituturkan bahasa Karinako; dan di sebelah utara, yaitu Kampung Keuw dituturkan bahasa Keuw.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Wairate (Debra) merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan sebesar 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Aware, Burate, dan Sudate.
Bahasa Walak
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Walak dituturkan oleh etnik Walak di Kampung Wolo, Distrik Wolo, Kabupaten Jayawijaya, Provinsi Papua. Menurut pengakuan penduduk, bahasa Walak berbatasan dengan bahasa Lani di sebelah barat Kampung Wolo.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Walak merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Yali Pass Valley, Nggem, dan Dani Atas.
Bahasa Walsa
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Walsa dituturkan oleh masyarakat Kampung Pund, Distrik Waris, Kabupaten Keerom, Provinsi Papua. Selain di kampung itu, bahasa Walsa dituturkan juga di Kampung Banda, Paw, Mo, dan Kalifam. Menurut pengakuan penduduk, di sebelah timur Kampung Pund, yaitu Papua Nugini dituturkan bahasa Walsa; di sebelah barat, yaitu Kampung Ampas dituturkan bahasa Fermanggen; dan di sebelah selatan, yaitu Kampung Yabanda dituturkan bahasa Yabanda.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Walsa merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Fermanggem, Yabanda, dan Jorop.
Bahasa Wambon Kenondik (Wombon, Womsi)
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Wambon Kenondik (Wombon, Womsi) dituturkan oleh masyarakat Kampung Manggelum, Distrik Manggelum, Kabupaten Boven Digoul, Provinsi Papua. Bahasa itu juga dituturkan di Kampung Mangga 3, Kewam, Gaguop, dan Bayanggop RT 1. Bahasa Wambon Kenondik juga dituturkan di sebelah timur Kampung Manggelum, yaitu Kampung Awakin; di sebelah barat, yaitu Kampung Gaguop; di sebelah utara, yaitu Kampung Burunggop; dan di sebelah selatan, yaitu Kampung Niop.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Wambon Kenondik merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 98%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Namak, Ketum (Kitum), dan Nai.
Bahasa Sabakor (Buruwai)
[sunting]Provinsi Papua Barat(Papua)
Bahasa Sabakor (Buruwai) dituturkan di Kampung Yarona, Distrik Kaimana, Kabupaten Buruway, Provinsi Papua Barat dengan jumlah penutur sekitar 275 jiwa. Menurut pengakuan penduduk, semua kampung yang berada di sekitar Kampung Yarona juga menuturkan bahasa Sabakor (Buruwai).
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Sabakor (Buruwai) merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan 90%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya, dengan bahasa Kamberau sebesar 96,5%, bahasa Baham sebesar 99,25%, dan bahasa Kowia 99,5%.
Bahasa Wano
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Wano dituturkan oleh masyarakat Kampung Lumo, Distrik Lumo, Kabupaten Puncak Jaya, Provinsi Papua. Bahasa itu juga dituturkan di sebelah timur Kampung Lumo, yaitu Kampung Gilibe; di sebelah barat, yaitu Kampung Kilulumo; dan di sebelah utara, yaitu Kampung Iratoi. Akan tetapi, di sebelah selatan Kampung Lumo, yaitu Kampung Mebut dituturkan bahasa Dani.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Wano merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Dem (Lem), Mdeauwa, dan Iau.
Bahasa Wanggom
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Wanggom dituturkan oleh masyarakat Kampung Kawagit, Distrik Kawagit, Kabupaten Bouven Digoel, Provinsi Papua. Menurut pengakuan penduduk, wilayah tutur bahasa Wanggom berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Muyu di sebelah timur; bahasa Tsaukwambo di sebelah utara; dan wilayah tutur bahasa Kombai di sebelah selatan Kampung Kawagit.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Wanggom merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Jair, Tsaukwambo, dan Kombai.
Bahasa Salafen Matbat
[sunting]Provinsi Papua Barat(Papua)
Bahasa Salafen Matbat dituturkan di Kampung Salafen, Distrik Misool Utara, Kabupaten Raja Ampat, Provinsi Papua Barat. Menurut pengakuan penduduk, wilayah tutur bahasa Salafen Matbat berbatasan dengan bahasa Beser di sebelah timur yang dituturkan oleh masyarakat Kampung Solal, bahasa Matlow di sebelah barat yang dituturkan oleh masyarakat Kampung Waigama, bahasa Matbat di sebelah utara dan selatan yang dituturkan oleh masyarakat Kampung Aduwei dan Kapacol.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Salafen Matbat merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa lain di sekitarnya, misalnya dengan bahasa Matlow, Matbat, dan Selegof.
Bahasa Wari
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Wari dituturkan oleh etnik Dasigo di Kampung Taiyeve, Distrik Mamberamo Hulu, Kabupaten Sarmi, Provinsi Papua.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Wari merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Aabinomin, Batero, dan Dabra.
Bahasa Warembori
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Warembori dituturkan oleh mayoritas etnik Tandarengga di Kampung Warembori, Distrik Memberamo Hilir, Kabupaten Mamberamo Raya, Provinsi Papua. Menurut pengakuan penduduk, Kampung Warembori berbatasan dengan Kampung Yoke di sebelah timur, Kampung Tamakuri di sebelah barat, dan Kampung Bagusa di sebelah selatan.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Warembori merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan sebesar 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Trimuris-Bagusa dan Yoke.
Bahasa Warlon
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Warion dituturkan oleh masyarakat Kampung Abukerom, Distrik Batom, Kabupaten Pegunungan Bintang, Provinsi Papua. Bahasa itu dituturkan juga di Kampung Pupi, Distrik Batom. Di Kampung Abukerom dituturkan juga bahasa Pijin. Menurut pengakuan penduduk di sebelah timur dan selatan Kampung Abukerom dituturkan bahasa Pijin (PNG); di sebelah barat dituturkanbahasa Kimki (Kampung Batom); dan di sebelah utara dituturkan bahasa Murkim (Kampung Mot).
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Warion merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan sebesar 90%-100% jika dibandingkan dengan bahasa lain di sekitarnya, misalnya bahasa Namalu, Tangko, dan Afilaup.
Bahasa Warari Onate
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Warari Onate dituturkan oleh masyarakat Kampung Warari, Distrik Yapen Selatan, Kabupaten Kepulauan Yapen, Pulau Yapen, Provinsi Papua. Menurut pengakuan penduduk, wilayah tutur bahasa Wanari Onate berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Onate di sebelah timur dan utara; bahasa Ansus di sebelah barat; dan bahasa Arui di sebelah selatan Kampung Warari.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Warari Onate merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Serui Laut, Yawa Onate, dan Ansus.
Bahasa Seget
[sunting]Provinsi Papua Barat(Papua)
Bahasa Seget dituturkan di Kampung Seget, Distrik Seget, Kabupaten Sorong, Provinsi Papua Barat dengan jumlah penutur sekitar 256 jiwa. Bahasa itu dituturkan juga oleh masyarakat yang berdomisili di Kampung Malaban, Kasimle, Klayas, Wasinsan, Wayen Kede, dan Wawenagu.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, bahasa Seget dengan bahasa di sekitarnya, seperti bahasa As dan Pokoro dikategorikan berbeda bahasa karena persentase perbedaan antara bahasa Seget dengan bahasa As mencapai 98% dan bahasa Pokoro 98%.
Bahasa Samate
[sunting]Provinsi Papua Barat(Papua)
Bahasa Samate dituturkan di Kampung Samate, Distrik Salawati Utara, Kabupaten Raja Ampat, Provinsi Papua Barat. Menurut pengakuan penduduk, bahasa Samate juga dituturkan oleh penduduk di sekitar Kampung Yefman.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Samate merupakan sebuah bahasa dengan persentae perbedaan 90%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya, dengan bahasa Amber sebesar 95%, bahasa Beser sebesar 92%, dan bahasa Maya sebesar 91,75%.
Bahasa Salkma
[sunting]Provinsi Papua Barat(Papua)
Bahasa Salkma dituturkan di Kampung Klamit, Distrik Salkma, Kabupaten Sorong Selatan, Provinsi Papua Barat. Bahasa lain yang terdapat di kampung itu adalah bahasa Fkour, Maybrat, dan Tehit. Situasi kebahasaan menunjukkan bahwa sebelah timur Kampung Salkmaadalah Kampung Wanduyang masyarakatnya menuturkan bahasa Fkour, sebelah barat adalah kampung Klawak yang masyarakatnya menuturkan bahasa Salkma, sebelah utara adalah Kampung Maulu S yang masyarakatnya menuturkan bahasa Madik, dan sebelah selatan adalah kampung Sasnek yang masyarakatnya menuturkan bahasa Tehit.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Salkma merupakan bahasa tersendiri karena persentase perbedaannya dengan bahasa di sekitarnya, misalnya dengan bahasa Fkour 94,33%, Tehit 98,67% dan Maybrat 99,67%.
Bahasa Meyah
[sunting]Provinsi Papua Barat(Papua)
Bahasa Meyah dituturkan di Kampung Meyes, Distrik Manokwari Utara, Kabupaten Manokwari, Provinsi Papua Barat. Menurut pengakuan penduduk, bahasa Meyah dituturkan juga oleh masyarakat yang tinggal di sebelah timur dan barat Kampung Meyes sedangkan di sebelah utara berbatasan dengan laut, dan di sebelah selatan adalah penduduk yang mengaku berbahasa Hatam.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Meyah merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya. Misalnya, dengan bahasa Hatam sebesar 99,5%, bahasa Mpur sebesar 99,5%, dan bahasa Moskona sebesar 96,5%.
Bahasa Selegof
[sunting]Provinsi Papua Barat(Papua)
Bahasa Selegof dituturkan di Kampung Kalitoko, Distrik Teluk Manyalibit, Kabupaten Raja Ampat, Provinsi Papua Barat. Menurut pengakuan penduduk bahasa Selagof juga dituturkan oleh masyarakat yang berada di sekitar Kampung Keletoko.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Selagof merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan 90%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya. Misalnya, dengan bahasa Samate sebesar 96%, bahasa Wardo sebesar 96%, bahasa Maya sebesar 95%, bahasa Kawei sebesar 95%, bahasa Beser sebesar 98%, dan bahasa Amber sebesar 93%.
Bahasa Sekar-Onim
[sunting]Provinsi Papua Barat(Papua)
Bahasa Sekar-Onim dituturkan di Kampung Sekar, Distrik Kokas dan Kampung Patipi Pasir, Distrik Teluk Patipi, Kabupaten Fak-Fak, Provinsi Papua Barat. Bahasa itu terdiri atas dua dialek, yaitu dialek Sekar dan dialek Onim dengan persentase perbedaan sebesar 78,75%. Dialek Sekar dituturkan oleh masyarakat Kampung Sekar, Distrik Kokas, Kabupaten Fak-Fak, Provinsi Papua Barat sedangkan dialek Onim dituturkan oleh masyarakat Kampung Patipi Pasir, Distrik Teluk Patipi, Kabupaten Fak-Fak, Papua Barat. Menurut pengakuan penduduk, dialek Sekar juga dituturkan oleh masyarakat yang tinggal di sebelah timur dan barat Kampung Sekar, sedangkan di sebelah selatan adalah penutur bahasa Iha. Sementara itu, wilayah tutur dialek Onim berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Iha di sebelah timur dan selatan, di sebelah barat berbatasan dengan lautan, di sebelah utara berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Iha dan wilayah tutur dialek Onim.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Sekar-Onim merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan 94,5%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, yaitu bahasa Iha dan bahasa Baham.
Bahasa Somu (Toro)
[sunting]Provinsi Papua Barat(Papua)
Bahasa Somu (Toro) dituturkan di Kampung Torowar, Distrik Wombu, Kabupaten Teluk Wondama, Provinsi Papua Barat. Selain di Torowar, bahasa Somu (Toro) juga dituturkan oleh masyarakat di Kampung Orere, Semba, Oya, dan Unduraro. Sementara itu, di sebelah selatan Torowar adalah Kampung Jawore yang masyarakatnya menuturkan bahasa Miere.
Bahasa Somu (Toro) masih memiliki penutur yang banyak, kurang lebih 300 orang. Anak-anak dan generasi mudanya juga masih menggunakan bahasa ini. Wilayah yang terpencil, sulit dijangkau, serta tidak adanya transportasi ke kota (kabupaten) membuat masyarakat Torowar jarang melakukan kontak dengan penutur bahasa lain, misalnya bahasa Wandamen yang menjadi bahasa sehari-hari masyarakat Wasior, Teluk Wondama. Dibandingkan dengan bahasa-bahasa lain di Teluk Wondama, misalnya dengan bahasa Jamor, Muri (Mer), Kuri, dan bahasa Waruri, isolek Somu (Toro) merupakan bahasa tersendiri.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, persentase perbedaan antara bahasa Somu (Toro) dengan bahasa-bahasa tersebut 98,75%-100%. Persentase perbedaan antara bahasa Somu (Toro) dengan bahasa Jamor sebesar 100%, bahasa Muri (Mer) sebesar 98,75%, bahasa Kuri sebesar 99,5%, dan bahasa Waruri sebesar 99,5%.
Bahasa Soon
[sunting]Provinsi Papua Barat(Papua)
Bahasa Soon merupakan bagian kecil dari ratusan varian bahasa di Papua dan Papua Barat. Bahasa ini dituturkan oleh komunitas etnik Yesnath, Yewen, dan Titit yang mendiami di Kampung Soon, Distrik Tinggouw, Kabupaten Tambrauw, Pulau Papua, Provinsi Papua Barat. Kampung lain yang juga menuturkan bahasa Soon adalah Kampung Snopi, Aibogiar, Rupaiwes, dan Kampung Miri. Batasan wilayah tutur bahasa Soon di Kampung Soon sebelah timur dengan Kampung Snopi berpenutur bahasa Soon, sebelah barat dengan Kampung Feep berpenutur Abun, sebelah utara dengan Kampung Kwor berpenutur Abun, dan sebelah selatan dengan Kampung Suswa berpenutur Mare.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Soon merupakan bahasa tersendiri karena persentase perbedaannya dengan bahasa-bahasa di sekitarnya, dengan bahasa Mor 99%, bahasa Maybrat 93%, dan bahasa Waruri 99,33%.
Bahasa Sough (Manikion)
[sunting]Provinsi Papua Barat(Papua)
Bahasa Sough (Manikion) dituturkan di Kampung Bamaha, Distrik Ransiki, Kabupaten Manokwari, Provinsi Papua Barat. Menurut pengakuan penduduk, bahasa Sough (Manikion) juga dituturkan oleh masyarakat yang berada di sekitar Kampung Bahama.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Sough (Manikion) merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan 90%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya. Misalnya, dengan bahasa Hatam sebesar 99,25%, bahasa Moskona sebesar 99,25%, bahasa Wandamen 99,75%, dan bahasa Meyah 99,25%.
Bahasa Sou
[sunting]Provinsi Papua Barat(Papua)
Bahasa Sou dituturkan di Kampung Tembuni, Distrik Tembuni, Kabupaten Teluk Bintuni, Provinsi Papua Barat. Menurut pengakuan penduduk, wilayah tutur bahasa Sou berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Moskona di sebelah timur, wilayah tutur bahasa Miak di sebelah barat, wilayah tutur bahasa Arandai di sebelah utara, dan wilayah tutur bahasa Warriagar di sebelah selatan.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Sou merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan 90%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, yaitu bahasa Moskona dan Wandamen.
Bahasa Tandia
[sunting]Provinsi Papua Barat(Papua)
Bahasa Tandia merupakan satu dari beberapa bahasa yang telah punah di Papua. Bahasa Tandia adalah bahasa yang dulu dituturkan di Kampung Tandia, Distrik Rasie, Kabupaten Teluk Wondama, Provinsi Papua Barat. Dua penutur pria terakhir berbahasa Tandia telah meninggal dunia tahun 2001 dan 2002. Anak-anak penutur ini tidak lagi mengerti bahasa Tandia. Menurut mereka, ketidaktahuan mereka terhadap bahasa Tandia disebabkan oleh tidak adanya transmisi bahasa dari orang tua mereka. Hanya sedikit kosakata yang diketahui oleh anak-anak dari penutur ini. Dari sekitar 1.089 daftar kosakata yang ditanyakan kepada mereka, hanya 34 kosakata yang mereka ketahui, terdiri atas 23 kosakata dasar Swadesh, 11 kosakata budaya dasar, serta 7 buah kata bilangan. Bahasa yang digunakan oleh masyarakat Tandia adalah bahasa Wandamen yang digunakan oleh hampir seluruh masyarakat di Kabupaten Wondama (Teluk Wondama). Kampung Tandia berdekatan dengan kampung-kampung yang masyarakatnya juga menggunakan bahasa Wandamen, yaitu Kampung Wondi Boy, Sasirei, dan Webi. Sementara itu, sebelah barat Tandia adalah Kampung Ambumi yang masyarakatnya menuturkan bahasa Waruri.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Tandia merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa lain yang ada di sekitarnya, yaitu dengan bahasa Wandamen, bahasa Jamor, dan bahasa waruri.
Bahasa Wate
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Wate dituturkan oleh masyarakat Kampung Kimi, Distrik Teluk Kimi, Kabupaten Nabire, Provinsi Papua. Menurut pengakuan penduduk, di sebelah timur Kampung Kimi, yaitu Kampung Sabarusa dituturkan bahasa Wate dan Biak; di sebelah barat, yaitu Kampung Lane dituturkan bahasa Wate dan Dani; dan di sebelah selatan, yaitu Kampung Distrik Makimi dan Wafa dituturkan bahasa Mee. Di sebelah utara Kampung Kimi tidak ada karena berupa laut.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Wate merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Damal, Mee Ugia, dan Yeresiam.
Bahasa Wiyagar
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Wiyagar dituturkan oleh masyarakat Kampung Sigare, Distrik Assue, Kabupaten Mappi, Provinsi Papua. Bahasa Wiyagar juga dituturkan oleh masyarakat Kaitok dan Yame di sebelah timur Kampung Sigare. Di sebelah barat dan utara Kampung Sigare, yaitu Kampung Yagatsu dan Homang dituturkan bahasa Awyu dan di sebelah selatan, yaitu Kampung Arare dituturkan bahasa Tamario.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Wiyagar merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya Tamario, Yaghai Mur, dan Yaghai Wairu.
Bahasa Wolani
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Wolani dituturkan oleh etnik Wolani di Kampung Ipakiye, Distrik Pantai Timur, Kabupaten Paniai, Provinsi Papua. Menurut pengakuan penduduk, di sebelah timur, barat, dan utara Kampung Ipakiye dituturkan bahasa Ekari, sedangkan di sebelah selatan dituturkan bahasa Moni.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Wolani merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Beneraf, Betaf-Takar (Fitoow Or), Dabe, Etik (Barto, Maria), dan Juvutek.
Bahasa Wombon (Womsi)
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Wombon (Womsi) dituturkan oleh masyarakat Kampung Winiktit, Distrik Waropko, Kabupaten Bouven Digoel, Provinsi Papua. Menurut pengakuan penduduk, di sebelah timur Kampung Winiktit dituturkan Muyu Utara, di sebelah barat dituturkan bahasa Mandobo, di sebelah utara dituturkan bahasa Iwur, dan di sebelah selatan dituturkan bahasa Kataut.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Wombon (Womsi) merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Yonggom, Kadi (Muyu Utara), dan Mandobo
Bahasa Wonti (Waropen)
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Wonti (Waropen) dituturkan oleh etnik Wonti di Kampung Koweda, Distrik Masirei, Kabupaten Waropen, Provinsi Papua. Menurut pengakuan penduduk, di sebelah timur Kampung Koweda dituturkan bahasa Saur Sirami, di sebelah barat dituturkan bahasa Wonti (Waropen), dan di sebelah selatan dituturkan bahasa Benai atau Kofei.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Wonti (Waropen) merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Saur Sirami, Tefaro (Demba), dan Sorabi.
Bahasa Woria
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Woria dituturkan oleh masyarakat Kampung Botawa, Distrik Oudate, Kabupaten Waropen, Provinsi Papua. Menurut pengakuan penduduk, di sebelah timur Kampung Botawa dituturkan bahasa Wonti, di sebelah barat dituturkan bahasa Demisa, dan di sebelah utara dituturkan bahasa Waren.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Woria merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Demisa (Hoo'), Sowiwa (Morowa), dan Sorabi.
Bahasa Wooi
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Wooi dituturkan oleh etnik Wihiyayawari di Kampung Woiwani, Distrik Yapen Barat, Kabupaten Kepulauan Yapen, Provinsi Papua. Menurut pengakuan penduduk, bahasa Wooi dituturkan juga di sebelah selatan Kampung Woiwani, di di sebelah timur dituturkan bahasa Ansus, di sebelah barat dituturkan bahasa Biak, dan di sebelah utara dituturkan bahasa Doom.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Wooi merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Ansus-Papuma, Maraw, dan Wabo.
Bahasa Yabanda (Away)
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Yabanda (Away) dituturkan oleh masyarakat Kampung Yabanda, Distrik Yaffi, Kabupaten Keerom, Provinsi Papua. Menurut pengakuan penduduk, wilayah bahasa itu berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Negara PNG di sebelah timur, bahasa Jorop di sebelah barat, bahasa Walsa di sebelah utara, dan bahasa Dera di sebelah selatan Kampung Yabanda.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Yabanda (Away) merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Dra, Emem (Emumu), Jorop, Namla, dan Molof.
Bahasa Warry
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Warry dituturkan oleh masyarakat Kampung Ambora, Distrik Demta, Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua. Menurut pengakuan penduduk, bahasa Warry berbatasan dengan daerah sebaran bahasa Yokari dan Tapia.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Warry merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Tarfia, Kemtuk, dan Gresi.
Bahasa Yafi
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Yafi dituturkan oleh masyarakat Kampung Warlef sebagai gabungan Dusun Tokondo, Abiu, Sungguar, dan Tainda; Distrik Senggi; Kabupaten Keerom; Provinsi Papua. Menurut pengakuan penduduk, di sebelah timur Kampung Yafi, yaitu Kampung Yabanda dituturkan bahasa Yabanda; di sebelah barat, yaitu Kampung Senggi dituturkan bahasa bahasa Senggi; di sebelah utara, yaitu Kampung Kalipao dituturkan bahasa bahasa Walsa, dan di sebelah selatan, yaitu Kampung Dubu dituturkan bahasa bahasa Dubu. Bahasa Yafi dituturkan oleh etnik Jorof.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Yafi merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan sebesar 98,75 jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Tefanma dan Molof (Waley).
Bahasa Yaghai Mur
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Yaghai Mur dituturkan oleh masyarakat Kampung Mur, Distrik Mambioman Bapai, Kabupaten Mappi, Provinsi Papua. Bahasa itu dituturkan juga di Kampung Wairu.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Yaghai Mur merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan sebesar %-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasaYaghai Wairu, Tamario, dan Wiyagar.
Bahasa Yaghai Wairu
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Yaghai Wairu dituturkan oleh masyarakat Kampung Wairu, Distrik Obaa, Kabupaten Mappi, Provinsi Papua.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Yaghai Wairu merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Awyu Tokompatu, Yaghai Mur, Yelmek, dan Saman.
Bahasa Yabega
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Yabega dituturkan oleh masyarakat Kampung Bibikem, Distrik Ilwayab, Kabupaten Merauke, Provinsi Papua. Bahasa itu juga dituturkan di sebelah timur Kampung Bibikem, yaitu Kampung Woboyo. Menurut pengakuan penduduk, di sebelah barat Kampung Bibikem, yaitu Kampung Kalwa (Padua) dituturkan Kimagima; di sebelah utara, yaitu Kampung Nakiah dituturkan bahasa Auyu; dan di sebelah selatan, yaitu Kampung Kubis dituturkan bahasa Ndom.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Yabega merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Engkalembu, Imbuti (Marind), Kanum Barkari, Kimaam, Kimagima, dan Komolom (Mombun).
Bahasa Yali Anggruk
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Yali Anggruk dituturkan oleh masyarakat Kampung Herelaki, Distrik Anggruk, Kabupaten Yahukimo, Provinsi Papua. Bahasa itu juga dituturkan di Kampung Kurima, Distrik Yahokimo, Abenaho, dan sebelah timur Kobakma. Menurut pengakuan penduduk, Kampung Herelaki berbatasan dengan daerah-daerah sebaran bahasa Yali Anggruk yang lain.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Yali Anggruk merupakan sebuah bahasa dengan persentase berkisar 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Yali Kosarek, Yali Ninia, Yali Pass Valey, Mek Kosarek, dan Mek Nipsan.
Bahasa Yali Kosarek
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Yali Kosarek dituturkan oleh masyarakat Kampung Wahaldak (Wesaltek), Distrik Kosarek, Kabupaten Yahukimo, Provinsi Papua. Bahasa itu juga dituturkan di sebelah timur Kampung Wahaldak (Wesaltek), yaitu Kampung Wahai dan Malo dan di sebelah barat, yaitu Kampung Serkasi dan Temohon; di sebelah utara, yaitu Kampung Uldam; dan di sebelah selatan, yaitu Kampung Werengman dan Tible. Bahasa Yali Kosarek juga dituturkan di Kampung Nuhumas, Wahe, Uldam, Yemalo, Homboka, Mone, Merengman, Tible, Serkasi, Temohon, Walani, Telambela, Konowas, Punum, dan Kwambina di Distrik Kosarek, Kabupaten Yahukimo. Selain di Kabupaten Yahukimo, bahasa Yali Kosarek dituturkan oleh orang-orang Yali Kosarek yang tinggal di Kabupaten Jayawijaya. Salah satu daerah yang menjadi tempat tinggal mereka diantaranya adalah Kampung Wesaput, Distrik Wamena, Kabupaten Jayawijaya.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, bahasa Yali Kosarek merupakan sebuah bahasa dengan persentase berkisar 86,25%-99,25% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Yali Pass Valley, Mek Nipsan, dan Yali Ninia.
Bahasa Yali Ninia
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Yali Ninia dituturkan oleh masyarakat Kampung Somaaba, Distrik Ninia, Kabupaten Yahukimo, Provinsi Papua. Bahasa itu juga dituturkan di sebelah timur Kampung Somaaba, yaitu Kampung Kahol (Babet); di sebelah barat Somaaba, yaitu Kampung Waeret dan Veloma; di sebelah utara Somaaba, yaitu Kampung Wahaet, dan di sebelah selatan, yaitu Kampung Ninia Han. Bahasa itu juga dituturkan di Kampung Lelegan, Sohwal, Lelegan II, dan Hwe Aloma, Distrik Ninia. Distrik lain yang menuturkannya adalah distrik di bagian utara, yaitu Distrik Sobhan, Kuikma, Hilippu, dan Holluwan. Sebagian Ninia yang tinggal di Dekai, Distrik Dekai menuturkan bahasa Yali Ninia.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, bahasa Yali Ninia merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 89,75%-99,25% jika dibandingkan dengan bahasa Yali Pass Valley di Abenaho, Yali Kosarek, Mek Nipsan, dan Yali Anggruk.
Bahasa Yamas
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Yamas dituturkan oleh masyarakat Kampung Yamas, Distrik Joerat, Kabupaten Asmat, Provinsi Papua. Bahasa itu juga dituturkan di Kampung Yufri, Taun, Yeni, Kappi, As, Atap, Au, Pamen, Dacianok, Bumpok, dan Dakai. Menurut pengakuan penduduk, di sebelah timur Kampung Yamas adalah Kampung Yufri, Jaun, dan Komor; di sebelah barat adalah Kampung Emari dan Ducur; di sebelah utara adalah Kampung Waitok; dan di sebelah selatan adalah Kampung Eroko. Semua kampung tersebut menuturkan bahasa Yamas.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Yamas merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan sebesar 90%-100% jika dibandingkan dengan bahasa lain di sekitarnya, misalnya bahasa Pupis, Tabahair (Bipim), dan Tomor.
Bahasa Yali Pass Valley
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Yali Pass Valley dituturkan oleh etnik Yali di Kampung Abenaho, Kabupaten Yalimo, Provinsi Papua. Menurut pengakuan penduduk, di sebelah timur Kampung Abenaho dituturkan bahasa Mek (Yali), di sebelah barat dituturkan bahasa Lani (Hubula), di sebelah utara dituturkan bahasa Lani (Walak), dan di sebelah selatan dituturkan bahasa Yali.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Yali Pass Valley merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Yali Anggruk, Yali Kosarek, Yali Ninia, Lani, dan Mek.
Bahasa Yaur
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Yaur dituturkan oleh masyarakat Kampung Akudiomi (Kwatisore), Distrik Yaur, Kabupaten Nabire, Provinsi Papua. Bahasa itu juga dituturkan diKampung Yaur, Napan Yaur, dan Bawei. Di sebelah timur Kampung Akudiomi (Kwatisore), yaitu Kampung Sima dituturkan bahasa Yerisiam; dan di sebelah barat, yaitu Kampung Yaur dituturkan bahasa Yaur. Di sebelah utara, yaitu Kampung Kamara dituturkan bahasa Yerisiam. Di sebelah selatan tidak ada bahasa karena berupa laut.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Yaur merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 92,5%--99,3% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa YaurRihegure, Nalik Selatan, dan Asmat Safan.
Bahasa Yaur Rihegure
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Yaur Rihegure dituturkan oleh Napan Yaur di Kampung Napan Yaur, Distrik Teluk Umar, Kabupaten Nabire, Provinsi Papua. Menurut pengakuan penduduk, Di sebelah timur Kampung Napan Yaur dituturkan bahasa Yaur, di sebelah barat dituturkan bahasa Umar dan Wandamen, dan di sebelah selatan dituturkan bahasa Yamor.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek YaurRihegure merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Yaur, Yeretuar (Umare), dan Wate.
Bahasa Yawa Onate
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Yawa Onate dituturkan oleh etnik Onate di Kampung Tatui, Distrik Kosiwo, Kabupaten Kepulauan Yapen, Provinsi Papua. Menurut pengakuan penduduk, di sebelah timur, barat, dan utara Kampung Tatui dituturkan bahasa Onate.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Yawa Onate merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya dengan bahasa Busami, bahasa Serui Laut, dan bahasa Ambai.
Bahasa Yei Bawah
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Yei Bawah dituturkan oleh masyarakat Kampung Poo, Kecamatan Jagebob, Kabupaten Merauke, Provinsi Papua. Bahasa itu juga dituturkan di Kampung Torai dan Erambu. Sebelah timur Kampung Poo adalah Kampung Erambu dan Torai, sebelah barat adalah Kampung Angger Permedi; sebelah utara adalah Kampung Gemunan, dan sebelah selatan adalah Taman Nasional Wasur. Ketiga wilayah kampung tersebut sama-sama menuturkan bahasa Yei Bawah.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Yei Bawah merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 97,3%--99,75% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya dengan bahasaYei, Kitum, Namas,dan Ningrum.
Bahasa Yei
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Yei dituturkan oleh masyarakat Kampung Bupul, Distrik Elikobel, Kabupaten Merauke, Provinsi Papua. Bahasa itu juga dituturkan di sebelah barat dan selatan Kampung Bupul. Di sebelah utara Kampung Bupul dituturkan bahasa Bian Marind.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Yei merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya dengan bahasa Yei Bawah, Engkalembu, Imbuti (Marind), Kanum Barkari, Kimaam, Kimagima, dan Komolom (Mombun).
Bahasa Yelmek
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Yelmek dituturkan oleh masyarakat Kampung Wanam, Distrik Abenaho, Kabupaten Yalimo, Provinsi Papua. Menurut pengakuan penduduk, di sebelah timur Kampung Wanam dituturkan bahasa Okaha, di sebelah barat dituturkan bahasa Kimaam, di sebelah utara dituturkan bahasa Mappi, dan di sebelah selatan dituturkan bahasa Makleu.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Yelmek merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Yali Anggruk, Yali Pass Valey, Kimaam, Kimagama, dan Komolom (Mombun).
Bahasa Yeresiam
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Yeresiam dituturkan oleh masyarakat Kampung Sima, Distrik Yaur, Kabupaten Nabire, Provinsi Papua. Menurut pengakuan penduduk, di sebelah timur Kampung Sima, yaitu Kampung Wanggar dituturkan bahasa Wate; di sebelah barat, yaitu Kampung Watisore dituturkan bahasa Yaur; dan di sebelah utara Kampung Sima dituturkan bahasa Yeresiam. Di sebelah selatan Kampung Sima tidak ada penutur bahasa karena kawasan itu berupa laut.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Yeresiam merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 94,5%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Yeresiam Kiruru, Yeresiam Pedalaman, Yaur-Rihegure, dan Wate.
Bahasa Yeretuar (Umare)
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Yeretuar (Umare) dituturkan masyarakat Kampung Yeretuar, Distrik Teluk Umar, Kabupaten Nabire, Provinsi Papua.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Yeretuar (Umare) merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya dengan bahasa Yaur, bahasa Yaur-Rihegure, dan bahasa Wate.
Bahasa Yetfa
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Yetfa dituturkan oleh masyarakat Kampung Dules, Distrik Aboy, Kabupaten Pegunungan Bintang, Provinsi Papua. Menurut pengakuan penduduk, di sebelah timur Kampung Dules, yaitu Kampung Murkim dituturkan bahasa Kimki; di sebelah barat dituturkan bahasa Lepki, di sebelah utara dituturkan bahasa Tofalma, dan di sebelah selatan dituturkan bahasa Lepki.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Yetfa merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnynna, misalnya bahasa Jelako, Kimki, Ketengban, dan Lepki.
Bahasa Yokari
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Yokari dituturkan oleh masyarakat Kampung Meukisi, Distrik Yokari, Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua. Menurut pengakuan penduduk, bahasa itu dituturkan juga di sebelah barat Kampung Meukisi, yaitu Kampung Sroyena (Buseriyo), Demoy, Kantumilena, Senokisi, dan Bukisi yang terletak. Di sebelah timur Kampung Meukisi, yaitu Kampung Kendate dituturkan bahasa Namblong.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Yokari merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Narau, Kaureh, dan Sause-Ures (Barazre).
Bahasa Yonggom
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Yonggom dituturkan oleh masyarakat Kampung Ninati, Distrik Waropko, Kabupaten Boven Digoel, Provinsi Papua. Menurut pengakuan penduduk, di sebelah timur Kampung Ninati dituturkan bahasa Ninggikum, di sebelah barat dituturkan bahasa Kadi, di sebelah utara dituturkan bahasa Kasaut, dan di sebelah selatan dituturkan bahasa Mandobo.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Yonggom merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Mandobo, Wombon (Womsi), Kombai, Muyu Selatan, dan bahasa Kadi (Muyu Utara).
Bahasa Yoke
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Yoke dituturkan oleh masyarakat Kampung Yoke, Distrik Mamberamo Hilir, Kabupaten Mamberamo Raya, Provinsi Papua.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Yoke merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Anasi, Masep, dan Trimuris-Bagusa.
Bahasa Atam (Temma)
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Atam (Temma) dituturkan oleh etnik Ti di Kampung Ti, Distrik Suru-suru, Kabupaten Asmat, Provinsi Papua. Kampung lain yang menuturkan bahasa itu adalah Kampung Koba dan Yensuku. Menurut pengakuan penduduk, bahasa Asmat Kontre dituturkan oleh masyarakat Kampung Se di bagian sebelah timur, bahasa Tomor dituturkan oleh masyarakat Kampung Tomor di bagian barat, bahasa Nale dituturkan oleh masyarakat Kampung Nale di bagian utara, dan bahasa Sambogo dituturkan oleh masyarakat Kampung Fim dibagian selatan Kampung Ti.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Atam (Temma) merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan 97%--100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Nalik Selatan, Tomor, Intamaja, Asmat Safan (Asmat Pantai), Arakam, dan Momuna.
Bahasa Woda-Woda
[sunting]Provinsi Maluku(Maluku)
Bahasa Woda-Woda dituturkan oleh masyarakat di Desa Goda-Goda, Kecamatan Sir-Sir, Kabupaten Kepulauan Aru, Provinsi Maluku. Menurut pengakuan penduduk, wilayah tutur bahasa Woda-Woda berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Kola di sebelah barat, timur, dan utara, yakni Desa Ujir, Desa Wakua, dan Desa Jerwatu, sedangkan di sebelah selatan berbatasan dengan Desa Londe. Hasil penghitungan dialektometri menunjukkan bahwa isolek Woda-Woda merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar antara 81%100% jika dibandingkan dengan bahasa lain di Kabupaten Aru, misalnya dengan bahasa Kola 86,75% dan bahasa Kompane 83,25%.
Bahasa Makatian
[sunting]Provinsi Maluku(Maluku)
Bahasa Makatian, disebut juga bahasa Matine, dituturkan oleh masyarakat Desa Makatian, Kecamatan Wermaktian, Pulau Yamdena, Kabupaten Maluku Tenggara Barat, Provinsi Maluku. Desa ini berbatasan dengan hutan di sebelah timur, Pulau Kesbui di sebelah barat, Desa Abat di sebelah utara yang masyarakatnya menuturkan bahasa Fordata, dan dengan desa Warmatan di sebelah selatan yang masyarakatnya menuturkan bahasa Seluwarsa. Hasil penghitungan dialektometri menunjukkan bahwa isolek Makatian merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar antara 95,75%-99% jika dibandingkan dengan bahasa lain di Kabupaten Aru, misalnya dengan bahasa Seluwarsa 95,75% dan bahasa Yamdena 97,25%.
Bahasa Batuley
[sunting]Provinsi Maluku(Maluku)
Bahasa Batuley dituturkan oleh masyarakat di Desa Batuley, Kecamatan Aru Utara Timur Batuley, Kabupaten Kepulauan Aru, Provinsi Maluku. Bahasa Batuley juga dituturkan di Desa Kabalsiang, Benjuring, Kumul, Waria, Jursiang, dan Sewer, Kecamatan Aru Utara Timur Batuley, Kabupaten Kepulauan Aru. Menurut pengakuan penduduk, Desa Batuley berbatasan dengan Desa Kumul di sebelah barat; Desa Jursiang di sebelah timur; Desa Benjuring dan Kabalsiang di sebelah utara; dan dengan Desa Waria dan Sewer di sebelah selatan. Hasil penghitungan dialektometri menunjukkan bahwa isolek Batuley merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar antara 99%-100% jika dibandingkan dengan bahasa lain di Kabupaten Aru, misalnya dengan bahasa Barakai 99,25% dan bahasa Kompane 99%.
Bahasa Sumuri
[sunting]Provinsi Papua Barat(Papua)
Bahasa Sumuri dituturkan oleh masyarakat Kampung Padang Agoda, Distrik Sumuri, Kabupaten Teluk Bintuni, Provinsi Papua Barat. Kampung lain yang menuturkan bahasa itu adalah Kampung Tofoi, Tanah Merah, Onar, Seingga, dan Tomage. Bahasa lain di kampung uitu adalah bahasa Timor dan Jawa. Menurut pengakuan penduduk, di sebelah timur Kampung Padang Agoda, yaitu Kampung Babo dituturkan bahasa Irarutu, Kuri, dan Wamesa; di sebelah barat, yaitu Kampung Tomage dan Totoweri dituturkan bahasa Irarutu dan Sumuri; di sebelah utara, yaitu Kampung Sebyar dituturkan bahasa Damban; dan di sebelah selatan, yaitu Kampung Aroba dituturkan bahasa Irarutu.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Sumuri merupakan bahasa tersendiri karena persentase perbedaannya dengan bahasa-bahasa di sekitarnya, misalnya bahasa Tehit dan Waruri.
Bahasa Kompane
[sunting]Provinsi Maluku(Maluku)
Bahasa Kompane dituturkan oleh masyarakat Desa Kompane, Kecamatan Aru Utara Timur Batuley, Kabupaten Kepulauan Aru, Provinsi Maluku. Bahasa ini juga dituturkan di Desa Kabalsiang yang terletak di sebelah timur Desa Kompane. Menurut pengakuan penduduk, wilayah tutur bahasa Kompane di sebelah barat, selatan, dan utara berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Kola, yakni Desa Berdafan, Desa Masina, dan Desa Kobamar. Hasil penghitungan dialektometri menunjukkan bahwa isolek Kompane merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar antara 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa lain di Kabupaten Aru, misalnya dengan bahasa Batuley 99,75% dan bahasa Kola 91,75%.
Bahasa Sough Bohon
[sunting]Provinsi Papua Barat(Papua)
Bahasa Sough Bohon dituturkan oleh masyarakat Kampung Siwi, Distrik Momiwaren, Kabupaten Monokwari Selatan, Provinsi Papua Barat. Bahasa Sough Bohon dituturkan juga di kampung-kampung Distrik Nenei, Tahota, dan Dataran Isim. Di sebelah utara Kampung Siwi, yaitu Kampung Ransiki dituturkan bahasa Hatam, di sebelah timur, yaitu Kampung Demini dituturkan bahasa Sough Bohon, di sebelah selatan, yaitu Kampung Nij dituturkan bahasa Sough Bohon, di sebelah Barat, yaitu Kampung Nenei dituturkan bahasa Sough Bohon. Hasil penghitungan dialektometri menunjukkan bahwa isolek Sough Bohon merupakan bahasa sendiri karena persentase perbedaannya dengan bahasa Sough sebesar 91,25% dan bahasa Meyahsebesar 99%.
Bahasa Weinami
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Weinami dituturkan oleh masyarakat Kampung Weinami, Distrik Napan, Kabupaten Nabire, Provinsi Papua. Menurut pengakuan penduduk, di sebelah barat Kampung Weinami ialah Kampung Napan dituturkan bahasa Weinami; di sebelah utara, yaitu Kampung Mosan dan Maspawa dituturkan bahasa Mor; dan di sebelah selatan, yaitu Kampung Kamarsano dituturkan bahasa Waropen.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Weinami merupakan bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 97,5-100%, seperti dengan bahasa Rarankwa 97,5%; bahasa Irawa 97,75%; bahasa Diae 98%; bahasa Deranto 98,25%; bahasa Asmat Beets Mbup 98,75%; bahasa Citak 99,25; bahasa Dajub/Tokuni 99,5%; bahasa Kanum Barkari 99,75%; dan bahasa Korowai 100%.
Bahasa Kiwai
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Kiwai dituturkan oleh masyarakat RT 3, Kampung Tomer, Distrik Naukenjerai, Kabupaten Merauke, Provinsi Papua. Bahasa Kiwai dituturkan juga di Kampung Kuler, Nasim, Buti, Tomer, dan Ginggimop. Bahasa lain yang dituturkan oleh masyarakat RT 3, Kampung Tomer ialah bahasa Moto dan Pijin. Menurut pengakuan penduduk, wilayah tutur bahasa Kiwai berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Kanum di sebelah timur RT 3, Kampung Tomer, yaitu Kampung Tomerau; sebelah Barat, yaitu Kampung Onggawa; dan sebelah utara, yaitu Kampung Yangandur. Hasil penghitungan dialektometri menunjukkan bahwa isolek Kiwai merupakan bahasa sendiri karena persentase perbedaan bahasa itu dengan bahasa Kanum Barkari sebesar 99,75% dan dengan bahasa Ngkalembu sebesar 98,25%.
Bahasa Rarankwa
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Rarankwa dituturkan oleh masyarakat Kampung Necheibe, Distrik Raveni Rara, Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua. Menurut pengakuan penduduk, bahasa Rarankwa dituturkan juga di Kampung Yawei, Yowari, dan Trong.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Rarankwa merupakan bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 97,75--100%, seperti dengan bahasa Mandobo 97,75%; bahasa Deranto 98,25%; bahasa Lani 98,5%; bahasa Mandobo Bawah 98,75%; bahasa Asmat Darat Waijens 99%; bahasa Citak 99,25%; bahasa Elseng 99,5%; bahasa Kapayap (SokoBenanu) 99,75%; dan bahasa Mander 100%.
Bahasa Kenyam Niknene
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Kenyam Niknene dituturkan oleh masyarakat Kampung Talma, Distrik Kenyam, Kabupaten Nduga, Provinsi Papua. Bahasa Kenyam Niknene dituturkan juga di Kampung Kenyam dan Mamugu 2. Menurut pengakuan penduduk, wilayah tutur bahasa Kenyam Niknene berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Kenyam yang dituturkan oleh masyarakat di sebelah timur Kampung Talma, yaitu Urugi; sebelah Barat, yaitu Kampung Kenyam; sebelah utara, yaitu Kampung Paris; dan sebelah selatan, yaitu Kampung Wendama. Hasil penghitungan dialektometri menunjukkan bahwa isolek Kenyam Niknene merupakan bahasa sendiri karena persentase perbedaan bahasa itu dengan bahasa Dani Bawah sebesar 99,25% dan dengan bahasa Lani sebesar 98,25%.
Bahasa Mandobo Tengah (Kop Kambo)
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Mandobo Tengah (Kop Kambo) dituturkan oleh masyarakat Kampung Wakeriop (Maju), Distrik Arimop, Kabupaten Beven Digoul, Provinsi Papua. Bahasa Mandobo Tengah (Kop Kambo) dituturkan juga di Kampung Patriot, Komanik, Kuat Kubun, Aroa, dan Ginggimop yang berdekatan dengan Kampung Wakeriop (Maju). Bahasa lain yang dituturkan oleh masyarakat Kampung Wakeriop (Maju) ialah bahasa Wambon dan Ketagut. Menurut pengakuan penduduk, wilayah tutur bahasa Mandobo Tengah (Kop Kambo) berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Wambon yang diturukan oleh masyarakat di sebelah barat Kampung Wakeriop (Maju), yaitu Kampung Ujung dan bahasa Ketagut di sebelah utara Kampung Wakeriop (Maju), yaitu Kampung Bukit. Hasil penghitungan dialektometri menunjukkan bahwa isolek Mandobo Tengah (Kop Kambo) merupakan bahasa sendiri karena persentase perbedaan bahasa itu dengan bahasa Mandobo sebesar 95% dan dengan bahasa Mandobo Bawah sebesar 96%.
Bahasa Irawa
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Irawa dituturkan oleh masyarakat suku Taru Irawa di Kampung Pirare-Awera, Distrik Wapoga, Kabupaten Waropen, Provinsi Papua. Menurut pengakuan penduduk, di sebelah timur Kampung Pirare ialah Kampung Somiangga dituturkan bahasa Serui Laut; di sebelah barat, yaitu Kampung Ansus dituturkan bahasa Serui; dan di sebelah utara, yaitu Kampung Merare dituturkan bahasa Wairate.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Irawa merupakan bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 97,75--100%, seperti dengan bahasa Diae 97,75%; bahasa Sough Bohon 98%; bahasa Lani 98,25%; bahasa Kenyam Mikena 99,25%; bahasa Kiwai 99,5; bahasa Mandobo Bawah 99,75%; dan bahasa Ngkalembu 100%.
Bahasa Kapayap (Soko Benanu)
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Kapayap (Soko Benanu) dituturkan oleh masyarakat di Kampung Kapayap II, Distrik Kolf Braza, Kabupaten Asmat, Provinsi Papua. Berdasarkan informasi penutur, Bahasa Kapayap juga dituturkan oleh masyarakat di Kampung Kapayap I dan Kampung Wutuketnau. Di sebelah timur Kampung Kapayap II yaitu Kampung Mabul yang masyarakatnya menuturkan Bahasa Korowai, di sebelah barat yaitu Kampung Seradala yang masyarakatnya menuturkan bahasa Kopkaga, di sebelah utara yaitu Dekai, Keke, dan Maruku yang masyarakatnya menuturkan bahasa Momuna, dan di sebelah selatan yaitu Kampung Cipenap yang masyarakatnya menuturkan bahasa Citak.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, bahasa Kapayap merupakan Bahasa tersendiri dengan persentase sebesar 99% jika dibandingkan dengan bahasa Citak dan sebesar 98% dengan bahasa Dajub(Tokuni).
Bahasa Diae
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Diae dituturkan oleh masyarakat di Kampung Bor, Distrik Sumo, Kabupaten Yahukimo, Provinsi Papua. Berdasarkan informasi penutur, bahasa Diae juga diututurkan di Kampung Obokain, Distrik Sumo. Di sebelah timur Kampung Bor yaitu Kampung Wagabus yang masyarakatnya menuturkan bahasa Citak, di sebelah barat yaitu Kampung Ujin Ajin yang masyarakatnya menuturkan bahasa Antamaya, di sebelah utara yaitu Kampung Mako yang masyarakatnya menuturkan bahasa Momuna, dan di sebelah selatan yaitu Kampung Bubis Serai.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, bahasa Diae merupakan sebuah bahasa tersendiri dengan persentase perbedaan sebesar 97,25% jika dibandingkan dengan bahasa Citak.
Bahasa Daranto (Deranto)
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Daranto (Deranto) dituturkan oleh masyarakat di Kampung Deranto, Distrik Ismari, Kabupaten Sarmi, Provinsi Papua. Selain di Kampung Deranto, bahasa ini dituturkan di Kampung Waf. Berdasarkan informasi penutur, di sebalah timur Kampung Deranto adalah Kampung Mander yang masyarakatnya menuturkan bahasa Rotea, di sebelah barat adalah Kampung Waf, di sebelah utara adalah Kampung Togonfo, dan di sebelah selatan adalah wilayah Mamberamo.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, bahasa Deranto mempunyai perbedaan sebesar 96% dibandingkan dengan Bahasa Mander (Rotea).
Bahasa Asmat Waijens
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Asmat Waijens dituturkan oleh masyarakat di Kampung Waijens, Distrik Kolf Braza, Kabupaten Asmat, Provinsi Papua. Berdasarkan informasi penutur, di sebelah timur Kampung Waijens adalah Kampung Butuketnau yang masyaratnya menuturkan Bahasa Korowai, di sebelah barat adalah Kampung Bor yang masyarakatnya menuturkan bahasa Momuna, di sebelah utara adalah Kampung Woutu Braza yang dan di sebelah selatan adalah Kampung Patipi yang masyarakatnya menuturkan bahasa Asmat.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, bahasa Asmat Waijens merupakan bahasa tersendiri jika dibandingkan dengan bahasa Bets Mbup yaitu dengan perbedaan sebesar 96% dan dengan bahasa Citak sebesar 92,75%.
Bahasa Sar
[sunting]Provinsi Nusa Tenggara Timur(Nusa Tenggara Timur)
Bahasa Sar dituturkan oleh masyarakat di Desa Nule, Kecamatan Pantar Timur, Kabupaten Alor, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Menurut Pengakuan penduduk, di sebelah timur Desa Nule, yaitu desa Kaleb dituturkan bahasa Teiwa/Tewa; di sebelah barat yaitu Desa Tamakh dituturkan bahasa Deing; di sebelah utara berupa gunung, dan di sebelah selatan berupa Laut Nule. Desa Nule adalah desa pantai yang terletak di koordinat lintang 8o 18' 20,77”, dan koordinat bujur 1240 23' 32,74”. Secara keseluruhan, penduduk Desa Nule berjumlah 1125 jiwa dengan mata pencaharian utama sebagai petani lahan kering. Desa Nule terdiri atas dua dusun atau kampung, yakni Kampung Nuhawala dan Kampung Adiabang.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, Sar merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar antara 81%--100%. Jika dibandingkan dengan bahasa sekitarnya, seperti dengan bahasa Teiwa/Tewa 87,5%, bahasa Nedebang 98,75%, dan bahasa Blagar 98,5%.
Bahasa Melayu
[sunting]Provinsi Kepulauan Riau(Sumatra)
Bahasa Melayu dituturkan di Provinsi Kepulauan Riau. Bahasa Melayu di Provinsi Kepulauan Riau terdiri atas 24 dialek, yaitu:
- dialek Pesisir,
- dialek Kundur,
- dialek Bintan-Karimun,
- dialek Pecong,
- dialek Karas-Pulau Abang,
- dialek Malang Rapat-Kelong,
- dialek Mantang Lama,
- dialek Rejai,
- dialek Posek,
- dialek Merawang,
- dialek Berindat-Sebelat,
- dialek Arung Ayam,
- dialek Kampung Hilir,
- dialek Pulau laut, dan
- dialek Ceruk,
- dialek Pangkil,
- dialek Sanglar,
- dialek Binjai,
- dialek Bandarsyah,
- dialek Tanjungpala,
- dialek Pemping,
- dialek Kampung Bugis,
- dialek Kelumu, dan
- dialek Mengkait.
Dialek Kundur dituturkan di Kecamatan Kundur, Kabupaten Karimun, Provinsi Kepulauan Riau. Dialek Bintan-Karimun dituturkan di Kabupaten Bintan dan Kabupaten Karimun, Provinsi Kepulauan Riau. Dialek Pecong dituturkan di Kelurahan Pecong, Kecamatan Belakang Padang, Kota Batam, Provinsi Kepulauan Riau. Dialek Karas-Pulau Abang dituturkan di Kelurahan Karas dan Kelurahan Pulau Abang, Kecamatan Galang, Kota Batam, Provinsi Kepulauan Riau. Dialek Malang Rapat-Kelong dituturkan di Desa Malang Rapat, Kecamatan Gunung Kijang, dan Desa Kelong, Kecamatan Bintan Pesisir, Kabupaten Bintan, Provinsi Kepulauan Riau. Dialek Mantang Lama dituturkan di Desa Mantang Lama, Kecamatan Mantang, Kabupaten Bintan, Provinsi Kepulauan Riau. Dialek Rejai dituturkan di Desa Rejai, Kecamatan Senayang, Kabupaten Lingga, Provinsi Kepualau Riau. Dialek Posek dituturkan di Desa Posek, Kecamatan Kepulauan Posek, Kabupaten Lingga, Provinsi Kepulauan Riau. Dialek Merawang dituturkan di Desa Merawang, Kecamatan Lingga, Kabupaten Lingga, Provinsi Kepulauan Riau. Dialek Berindat-Sebelat dituturkan di Desa Berindat, Kecamatan Singkep Pesisir, Kabupaten Lingga, Provinsi Kepulauan Riau. Dialek Arung Ayam dituturkan di Desa Arung Ayam, Kecamatan Serasan Timur, Kabupaten Natuna, Provinsi Kepulauan Riau. Dialek Kampung Hilir dituturkan di Kampung Hilir, Kecamatan Serasan, Kabupaten Natuna, Provinsi Kepulauan Riau. Dialek Pulau laut dituturkan di Kecamatan Pulau Laut, Kabupaten Natuna, Provinsi Kepulauan Riau. Dialek Ceruk dituturkan di Desa Ceruk, Kecamatan Bunguran Timur Laut, Kabupaten Natuna, Provinsi Kepulauan Riau. Dialek Pangkil dituturkan oleh masyarakat Desa Pangkil, Kecamatan Teluk Bintan, Kabupaten Bintan, Provinsi Kepulauan Riau. Dialek Sanglar dituturkan masyarakat Desa Sanglar, Kecamatan Durai, Kabupaten Karimun, Provinsi Kepulauan Riau. Menurut pengakuan penduduk, dialek Sanglar juga dituturkan di Desa Semenang, Desa Tanjungkilang, dan Desa Ngal. Dialek Binjai dituturkan oleh masyarakat di Desa Binjai, Kecamatan Bunguran Barat, Kabupaten Natuna, Provinsi Kepulauan Riau. Menurut pengakuan penduduk, dialek Binjai juga dituturkan di Desa Sedanau Timur, Desa Cemaga, Desa Sedanau Timur, dan Kecamatan Bunguran Timur. Dialek Bandarsyah dituturkan oleh masyarakat Desa Bandarsyah, Kecamatan Bunguran Timur, Kabupaten Natuna, Provinsi Kepulauan Riau. Menurut pengakuan penduduk, wilayah tutur dialek Bandarsyah meliputi desa-desa yang berbatasan langsung dengan Desa Bandarsyah, yaitu di sebelah utara dengan Kelurahan Ranai dan Ranai Darat, di sebelah selatan dengan Desa Sungai Ulu, di sebelah barat dengan Sungai Ulu. Dialek Tanjungpala dituturkan di Desa Tanjungpala, Kecamatan Pulau Laut, Kabupaten Natuna, Provinsi Kepulauan Riau. Menurut pengakuan penduduk, wilayah tutur dialek Tanjungpala meliputi desa-desa yang berbatasan langsung dengan Desa Tanjungpala yaitu di sebelah selatan dengan Desa Airpayang dan di sebelah barat dengan Desa Kadur. Dialek Pemping dituturkan oleh masyarakat di Desa Pemping, Kecamatan Belakang Padang, Kota Batam, Provinsi Kepulauan Riau. Dialek Melayu Kampung Bugis dituturkan oleh masyarakat di Desa Senggarang, Pulau Penyengat, Kota Tanjungpinang, Kecamatan Tanjungpinang Kota, dan beberapa desa di Kabupaten Bintan, Provinsi Kepulauan Riau. Dialek Suku Laut Kelumu dituturkan oleh masyarakat di Desa Kelumu, Kecamatan Lingga, Kabupaten Lingga, Provinsi Kepulauan Riau. Dialek Suku Laut Mengkait dituturkan oleh masyarakat di Pulau Mengkait,Desa Kiabu, Kecamatan Siantan Timur, Kabupaten Anambas, Provinsi Kepulauan Riau.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, persentase perbedaan antardialek menunjukkan beda dialek yang berkisar 51%-80%. Sementara itu, isolek Melayu merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa Banjar.
Bahasa Melayu di Indonesia memiliki 87 dialek. Adapun bahasa Melayu dituturkan di wilayah Provinsi Sumatra Utara terdiri atas 11 dialek, yaitu:
- dialek Stabat Lama,
- dialek Secangang (Langkat),
- dialek Sungai Sakat (Labuhan Batu),
- dialek Cinta Air,
- dialek Hamparan Perak,
- dialek Dolok Manampang (Deli Serdang),
- dialek Tanjung Balai Asahan,
- dialek Muara Sipongi (Tapanuli Selatan),
- dialek Sorkam (Tapanuli Tengah),
- dialek Binjai, dan
- dialek Medan.
Bahasa Melayu yang dituturkan di wilayah Provinsi Riau terdiri atas satu dialek, yaitu dialek Pesisir.
Bahasa Melayu yang dituturkan di wilayah Provinsi Jambi terdiri atas delapan dialek, yaitu:
- dialek Tanjung Jabung Timur,
- dialek Kota Jambi,
- dialek Muarajambi,
- dialek Batanghari,
- dialek Tebo,
- dialek Bungo,
- dialek Sarolangun, dan
- dialek Marangin.
Bahasa Melayu dituturkan di wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung terdiri atas lima dialek, yaitu:
- dialek Ranggi Asam,
- dialek Tua Tunu,
- dialek Jeriji,
- dialek Tempilang, dan
- dialek Mayang.
Bahasa Melayu dituturkan di wilayah Provinsi Sumatra Selatan terdiri atas sembilan dialek, yaitu:
- dialek Palembang Sukabangun,
- dialek Kisam,
- dialek Muara Saling,
- dialek Selangit,
- dialek Rupit,
- dialek Bentayan,
- dialek Palembang 16 Ulu,
- dialek Padang Bintu, dan
- dialek Talang Ubi.
Bahasa Melayu yang terdapat di Provinsi DKI Jakarta terdiri atas dua dialek, yaitu:
- dialek Betawi Pusat dan
- dialek Betawi Pinggiran (Ora).
Bahasa Melayu di Provinsi Jawa Barat mempunyai satu dialek, yaitu dialek Betawi.
Bahasa Melayu di Provinsi Bali juga hanya mempunyai satu dialek, yaitu dialek Loloan.
Bahasa Melayu di Provinsi NTB juga mempunyai satu dialek, yaitu dialek Kampung Melayu.
Bahasa Melayu di Provinsi Kalimantan Timur terdiri atas tujuh dialek, yaitu:
- dialek Banua,
- dialek Banjar Samarida,
- dialek Kutai Kota Bangun,
- dialek Badeng,
- dialek Kutai Muara Lesan,
- dialek Kutai Muyup Ulu, dan
- dialek Kahala.
Bahasa Melayu Kalimantan Tengah terdiri atas tiga dialek, yaitu:
- dialek Mendawai,
- dialek Kumai (Sei Konyer), dan
- dialek Kotawaringin Hulu.
Bahasa Melayu di Provinsi Sulawesi Utara terdiri atas satu dialek, yaitu dialek Malalayang Satu. Bahasa Melayu di Provinsi Maluku Utara terdiri atas dua dialek, yaitu:
- dialek Ternate dan
- dialek Gorap.
Bahasa Melayu di Provinsi Maluku terdiri atas empat dialek, yaitu:
- dialek Ambon (Kayeli, Bula),
- dialek Ambon Teon,
- dialek Luang Timur, dan
- dialek Teranggan Timur.
Bahasa Melayu juga dituturkan di wilayah Provinsi NTT dan Provinsi Papua.
Bahasa Saban
[sunting]Provinsi Kalimantan Utara(Kalimantan)
Bahasa Saban dituturkan di Desa Tang Paye, Kecamatan Krayan Selatan, Kabupaten Malinau, Provinsi Kalimantan Utara. Letak geografis Desa Tang Paye, Kecamatan Krayan Tengah berada di perbukitan. Menurut pengakuan penduduk, sebelah timur berbatasan dengan Desa Binuang yang menggunakan bahasa Lundayeh, di sebelah barat berbatasan dengan Desa Pa'Urud yang menggunakan bahasa Lundayeh. Di sebelah utara berbatasan dengan Desa Pa' Upan yang merupakan daerah berbahasa Lundayeh, dan di sebelah selatan berbatasan dengan Desa Tangloan yang menggunakan bahasa Punan dan Lundayeh.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Saban merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 93%-100% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa di sekitarnya, misalnya dengan bahasa Abai, Bulungan, Kenyah, Lundayeh, Tenggalan, Tidung, Punan Paking.
Bahasa Budong-Budong (Tangkou)
[sunting]Provinsi Sulawesi Barat(Sulawesi)
Bahasa Budong-Budong juga biasa disebut bahasa Tangkou. Bahasa Budong-Budong dituturkan oleh masyarakat yang berada di Desa Tabolang, Kecamatan Topoyo, Kabupaten Mamuju Tengah, Provinsi Sulawesi Barat. Penutur bahasa Budong-Budong merupakan multibahasawan. Biasanya, mereka juga menuturkan bahasa Mamuju, Topoiyo, maupun bahasa Indonesia. Kabupaten Mamuju Tengah merupakan lokasi tujuan penempatan transmigrasi dari Jawa, Bali, NTT, dan NTB. Akibatnya, di Desa Tabolang dan di Desa-Desa di sekitarnya juga dituturkan bahasa-bahasa yang dibawa oleh para transmigran.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Budong-Budong merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan di atas 80% jika dibandingkan dengan isolek-isolek lain di Sulawesi Barat. Sebagai contoh, persentase perbedaan isolek Budong-Budong dengan isolek Sinyonyoi (di Desa Sinyonyoi) ialah 82%; dengan isolek Pannei (di Desa Tapango) 88%; dengan isolek Topoiyo (di Desa Tabolang) 90%, dan dengan isolek Baras (di Desa Baras) 94%.
Bahasa Kone-Konee
[sunting]Provinsi Sulawesi Barat(Sulawesi)
Bahasa Kone-Konee dituturkan oleh masyarakat yang berada di Desa Bonde, Kecamatan Campalagian, Kabupaten Polewali Mandar, Provinsi Sulawesi Barat. Bahasa Kone-Konee juga dituturkan di Desa Pareppe, Desa Lagi-Agi, dan Lampoko, Kecamatan Campalagian, Kabupaten Polewali Mandar, Provinsi Sulawesi Barat. Menurut pengakuan penduduk, di sebelah timur Desa Bonde ialah Desa Pappang masyarakatnya berbahasa Mandar; di sebelah barat Desa Bonde ialah Desa Padang Timur masyarakatnya berbahasa Mandar; di sebelah utara ialah Desa Parappe masyarakatnya berbahasa Mandar dan Kone-Konee; serta di sebelah selatan ialah Desa Pappang masyarakatnya berbahasa Mandar.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Kone-Konee merupakan bahasa tersendiri. Sebagai contoh, persentase perbedaan isolek Kone-Konee dengan isolek Budong-budong (di Desa Tabolang) ialah 94%; dengan isolek Pannei (di Desa Tapango) 86%; dengan isolek Topoiyo (di Desa Tabolang) 95%; dengan isolek Ulumanda (di Desa Sulai) 93%; dengan isolek Baras (di Desa Baras) 93%; dan dengan isolek Mandar (di Desa Lero) yang berada di wilayah pemakaian isolek Kone-Konee ialah 87%. Sementara itu, antara isolek Kone-Konee dengan bahasa Bugis di Desa Welado serta di Desa Oting yang dicurigai merupakan bahasa yang sama karena kosakatanya banyak yang mirip ternyata persentase perbedaannya ialah sebesar 85%.
Bahasa Pannei
[sunting]Provinsi Sulawesi Barat(Sulawesi)
Bahasa Pannei merupakan bahasa minor di Provinsi Sulawesi Barat. Bahasa Pannei terletak di pedalaman Polewali Mandar dengan situasi geografis berbukit. Wilayah pemakaian bahasa Pannei ialah di Desa Pullulundung, Tondo Ratte, Sikka, Seppong Batu, dan Beroangin, Kecamatan Mapilli, Kabupaten Polewali Mandar, Provinsi Sulawesi Barat. Bahasa Pannei berbatasan dengan bahasa Tutulak di Sebelah Timur, dengan bahasa Mandar (Desa Rappang) di sebelah Barat, dengan bahasa Mandar (Desa Sabura) di sebelah Utara, dan dengan bahasa Mandar (Desa Pulliwa) di sebelah selatan.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Pannei merupakan bahasa tersendiri. Persentase perbedaan isolek Pannei dengan isolek Budong-Budong (di Desa Tabolang) sebesar 94%; dengan isolek Kone-Konee (di Desa Bonde) sebesar 86%; dengan isolek Topoiyo (di Desa Tabolang) 95%; dengan isolek Ulumanda (di Desa Sulai) 82%; dengan isolek Sinyonyoi (di Desa Sinyonyoi) 82%; dan dengan isolek Bugis (di Desa Welado) sebesar 90%.
Bahasa Topoiyo
[sunting]Provinsi Sulawesi Barat(Sulawesi)
Bahasa Topoiyo dituturkan oleh masyarakat di Desa Tabolang, Kecamatan Topoyo, Kabupaten Mamuju Tengah, Provinsi Sulawesi Barat. Biasanya, penutur bahasa Topoiyo juga menuturkan bahasa Mamuju dan bahasa Indonesia. Bahasa Topoiyo juga dituturkan di desa-desa lain di Kecamatan Topoyo, seperti di Desa Salulebo, Topoyo, dan Salupangkang.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Topoiyo merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan di atas 80% jika dibandingkan dengan isolek-isolek lain di Sulawesi Barat. Sebagai contoh, persentase perbedaan isolek Topoiyo dengan isolek Sinyonyoi (di Desa Sinyonyoi) ialah 95%; dengan isolek Kone-Konee (di Desa Bonde) 95%; dengan isolek Pannei (di Desa Tapango) 95%; dan dengan isolek Baras (di Desa Baras) 87%.
Bahasa Kodi
[sunting]Provinsi Nusa Tenggara Timur(Nusa Tenggara Timur)
Bahasa Kodi dituturkan di Kecamatan Kodi, Kodi Utara, Kodi Bangedo, dan Kodi Balaghar di Kabupaten Sumba Barat Daya, Provinsi NTT. Wilayah tutur bahasa Kodi berbatasan langsung dengan wilayah tutur bahasa Wewewa di sebelah baratdan wilayah tutur bahasa Lamboya di sebelah selatan.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Kodi merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan di atas 81% jika dibandingkan dengan bahasa Wewewa, Lamboya, dan Loli.
Bahasa Kafoa
[sunting]Provinsi Nusa Tenggara Timur(Nusa Tenggara Timur)
Bahasa Kafoa dituturkan di Desa Wolwal, Wolwal Barat, Wolwal Tengah, Wolwal Selatan, dan Probur di Kecamatan Alor Barat Daya, Kabupaten Alor, Provinsi NTT. Wilayah tutur bahasa Kafoa berbatasan langsung dengan wilayah tutur bahasa Klon di sebelah timur dan wilayah tutur bahasa Hamap di sebelah barat.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Kafoa merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan di atas 81% jika dibandingkan dengan bahasa Klon dan Hamap.
Bahasa Lona
[sunting]Provinsi Nusa Tenggara Timur(Nusa Tenggara Timur)
Bahasa Lona dituturkan di Desa Kolana Selatan di Kecamatan Alor Timur, Kabupaten Alor, Provinsi NTT. Wilayah tutur bahasa Lonabersinggunganlangsung dengan bahasa Kolana, Sawila, dan Wersing yang juga dituturkan di desa tersebut.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Lona merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan di atas 81% jika dibandingkan dengan bahasa Wersing dan Sawila.
Bahasa Alune
[sunting]Provinsi Maluku(Maluku)
Bahasa Alune dituturkan oleh masyarakat di Desa Rambatu, Desa Manusa, Desa Rumberu, Desa Hukuana Kota, dan Desa Huku Kecil, Kecamatan Inamosol, Kabupaten Seram Bagian Barat, Provinsi Maluku. Di sebelah timur berbatasan dengan Desa Hukuana Kota, sebelah barat berbatasan dengan Desa Rumberu, sebelah utara berbatasan dengan Desa Manusa, dan di sebelah selatan berbatasan dengan Desa Hunitetu yang merupakan wilayah tutur bahasa Wemale.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Alune merupakan sebuah bahasa karena persentase perbedaannya dengan bahasa lain di Maluku berkisar 81-85%, misalnya dengan bahasa Luhu dan Wemale.
Bahasa Masarete
[sunting]Provinsi Maluku(Maluku)
Bahasa Masarete dituturkan oleh masyarakat di Desa Masarete, Kecamatan Teluk Kaiely, Kabupaten Buru, Provinsi Maluku. Sebelah barat berbatasan dengan Desa Kaiely, sebelah timur berbatasan dengan Desa Seit yang merupakan wilayah tutur bahasa Buru, sebelah utara berbatasan dengan laut, dan sebelah selatan berbatasan dengan hutan. Bahasa Masarete mempunyai satu dialek, yaitu dialek Maksela yang dituturkan di Dusun Waifefa, Desa Masarete dengan persentase perbedaan 77%.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Masarete merupakan sebuah bahasa karena persentase perbedaannya dengan bahasa lain di Maluku berkisar 81%-85%, misalnya dengan bahasa Buru 81% dan Ambalau 85%.
Bahasa Boing
[sunting]Provinsi Maluku(Maluku)
Bahasa Boing dituturkan oleh masyarakat di Desa Dawang, Kecamatan Teluk Waru, Kabupaten Seram Bagian Timur, Provinsi Maluku. Menurut pengakuan penduduk,di sebelah barat wilayah tutur bahasa Boing berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Salas, sebelah timur dan selatan berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Seran, dan sebelah utara berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Elnama.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Boing merupakan sebuah bahasa karena persentase perbedaannya dengan bahasa lain di Maluku berkisar 86%-89%, misalnya dengan bahasa Elnama 87% dan Salas 86%.
Bahasa Piliana
[sunting]Provinsi Maluku(Maluku)
Bahasa Piliana dituturkan oleh masyarakat di Desa Piliana, Desa Mangga Dua, Desa Waelumatan, Desa Ekano, dan Desa Salamahu, Kecamatan Tehoru, Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku. Desa ini berbatasan dengan Desa Hulosa di sebelah timur yang masyarakatnya menuturkan bahasa Upa'a, hutan di sebelah barat, Desa Wahai di sebelah utara yang masyarakatnya menggunakan bahasa Upa'a, dan Desa Yaputi di sebelah selatan yang masyarakatnya menuturkan bahasa Sounama. Bahasa Piliana memiliki satu dialek, yaitu dialek Koa yang dituturkan oleh masyarakat di Desa Air Besar, Kecamatan Seram Utara, Kabupaten Maluku Tengah dengan persentase perbedaan dialektometri 67,75%. Hasil perhitungan dialektometri yang menunjukkan bahwa isolek Piliana merupakan sebuah bahasa sendiri berkisar antara 86-94% jika dibandingkan dengan bahasa lain di Kabupaten Maluku Tengah, misalnya dengan bahasa Saleman 93%, bahasa Yalahatan 93%, dan bahasa Naulu 94%.
Bahasa Tarangan Timur
[sunting]Provinsi Maluku(Maluku)
Bahasa Tarangan Timur dituturkan oleh masyarakat di Desa Beltubur, Batu Goyang, Jorang, Meme, Gomar Meti, Gomar Sungai, Juring, Meror, Erersin, Salarem, Jelia, Kecamatan Aru Selatan Timur, Kabupaten Kepulauan Aru, Provinsi Maluku. Desa Beltubur berbatasan dengan Desa Jelia di sebelah barat, sebelah timur Laut Arafura, sebelah selatan Desa Sia yang merupakan wilayah tutur bahasa Barakai, dan sebelah utara Desa Gomar Meti.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Tarangan Timur merupakan sebuah bahasa karena persentase perbedaannya dengan bahasa lain di Maluku berkisar 82%-88%, misalnya dengan bahasa Barakai 82%, Tarangan Barat 85%, Karey 85%, dan Marlasi 88%.
Bahasa Teon
[sunting]Provinsi Maluku(Maluku)
Sebelah barat berbatasan dengan Desa Isu yang merupakan penutur bahasa Wetang, sebelah timur berbatasan dengan Desa Trana yang merupakan wilayah tutur bahasa Serua, sebelah utara berbatasan dengan Desa Leslulu yang merupakan wilayah tutur bahasa Serua, dan sebelah selatan berbatasan dengan Desa Makariki.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Teon merupakan sebuah bahasa karena persentase perbedaannya dengan bahasa lain di Maluku berkisar 83%-89%, misalnya dengan bahasa Nila 83%, Serua 85%, dan Damar Timur 89%.
Bahasa Wemale
[sunting]Provinsi Maluku(Maluku)
Bahasa Wemale dituturkan oleh masyarakat di Desa Waraloin, Kecamatan Taniwel Timur, Desa Hunitetu, Kecamatan Kairatu, dan Desa Elpaputih, Kecamatan Elpaputih, Kabupaten Seram Bagian Barat, Provinsi Maluku. Di sebelah timur berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Wemale, sebelah barat berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Alune, sebelah utara berbatasan dengan laut, dan di sebelah selatan berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Alune.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Wemale merupakan sebuah bahasa karena persentase perbedaannya dengan bahasa lain di Maluku berkisar 82%-85%, misalnya dengan bahasa Alune dan Luhu.
Bahasa Gorap
[sunting]Provinsi Maluku Utara(Maluku)
Bahasa Gorap dituturkan oleh masyarakat di Desa Bobaneigo, Kecamatan Kao Teluk, Kabupaten Halmahera Utara dan Desa Bobaneigo, Kecamatan Jailolo Timur, Kabupaten Halmahera Barat. Menurut pengakuan penduduk, bahasa Gorap berasal dari bahasa kreol atau pijin yang merupakan campuran antara bahasa Melayu setempat dan bahasa pendatang dari Sulawesi Tenggara. Wilayah tutur dialek Gorap sebelah timur dan selatan berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Tobelo, sebelah barat dengan wilayah tutur bahasa Ternate, dan sebelah utara dengan wilayah tutur bahasa Makian.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Gorap merupakan sebuah bahasa karena persentase perbedaannya dengan bahasa lain di Maluku Utara berkisar 81%-100%, misalnya dengan dengan bahasa Buli, bahasa Ibu, bahasa Tobelo, dan Bahasa Melayu (Melayu Ternate).
Bahasa Bajo
[sunting]Provinsi Maluku Utara(Maluku)
Bahasa Bajo dituturkan oleh masyarakat di Desa Bajo, Kecamatan Sanana Utara, Kabupaten Kepulauan Sula,Provinsi Maluku Utara. Desa Bajo di sebelah timur berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Sula di Desa Mangega dan di sebelah selatan juga berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Sula di Desa Pohea.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Bajo dikatakan sebagai sebuah bahasa yang berbeda, karena memiliki persentase perbedaan yang tinggi dengan bahasa lainnya di Maluku Utara berkisar 81%-100%, misalnya dengan bahasa Galela, Sula, Buli, dan Tobelo.
Isolek Bajo yang terdapat di Provinsi Maluku Utara dibandingkan dengan isolek Bajo yang terdapat di Provinsi Sulawesi Selatan, termasuk satu bahasa dengan persentase perbedaan adalah 27,06% sehingga merupakan anggota dari satu bahasa yang sama atau subdialek dari suatu bahasa (perbedaan wicara).
Bahasa Ale
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Ale dituturkan oleh masyarakat di Kampung Tembutka, Distrik Ninati, Kabupaten Boven Digoel, Provinsi Papua. Kampung Tembutka berbatasan dengan Kampung Waropko di sebelah timur, Kampung Timka di sebelah barat, dan hutan di sebelah utara dan selatan. Menurut pengakuan penduduk, Kampung Waropko menggunakan bahasa Are dan Kampung Timka menggunakan bahasa Jonggom (Muyu).
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Ale merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan sebanyak 88% jika dibandingkan dengan bahasa Are. Bila dibandingkan dengan bahasa lain yang terdekat selain bahasa Are, isolek Ale juga memiliki persentase perbedaan bahasa jika dibandingkan dengan bahasa Komela sebanyak 93%, Kawiyet 92%, dan Mandobo Tengah 98%.
Bahasa Bouram
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Bouram dituturkan oleh masyarakat di Kampung Sasime, Distrik Kopay, Kabupaten Asmat. Provinsi Papua. Kampung Sasime berbatasan dengan Kampung Kawem di sebelah timur, Kampung Wagaso di sebelah barat, Kampung Amaru di sebelah utara, dan Kampung Hogar di sebelah selatan. Menurut pengakuan penduduk, masyarakat Kampung Kawem menggunakan bahasa Bouram, masyarakat Kampung Wagaso menggunakan bahasa Bouram, masyarakat Kampung Amaru menggunakan bahasa Bouram, dan masyarakat Kampung Hoger menggunakan bahasa Bouram.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Bouram merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan sebesar 84% dibandingkan dengan bahasa Kaigar. Selain itu, isolek Bouram juga memiliki perbedaan persentase sebesar 97% dibandingkan dengan bahasa Waicen dan 98% dibandingkan dengan bahasa Atokhoim.
Bahasa Are
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Are dituturkan oleh masyarakat di Kampung Upkim, Distrik Waropko, Kabupaten Boven Digoel, Provinsi Papua. Kampung Upkim berbatasan dengan Kampung Wametkopa di sebelah timur, Kampung Wombon di sebelah barat, Kampung Ikcan di sebelah utara, dan Kampung Waropko di sebelah selatan. Menurut pengakuan penduduk, Kampung Wametkopa menggunakan bahasa Are, Kampung Wombon menggunakan bahasa Mandobo, Kampung Ikcan menggunakan bahasa Komela, dan Kampung Waropko menggunakan bahasa Are.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Are merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan sebanyak 88% jika dibandingkan dengan bahasa Ale. Selain itu, isolek Are juga memiliki perbedaan persentase sebanyak 89% dibandingkan dengan bahasa Komela, 98% dibandingkan dengan bahasa Wambo Tawe Tiro, dan 99% dibandingkan dengan bahasa Mandobo Tengah.
Bahasa Buagani
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Buagani dituturkan oleh masyarakat di Kampung Bu dan Kampung Agani, Distrik Sawaerma, Kabupaten Asmat, Provinsi Papua. Kampung Bu berbatasan dengan Kampung Manep di sebelah timur, Kampung Pupis di sebelah barat, Kampung Momogo di sebelah utara, dan Kampung Sawaerma di sebelah selatan. Menurut pengakuan penduduk, masyarakat Kampung Manep menggunakan bahasa Manep, masyarakat Kampung Pupis menggunakan bahasa Pupis, masyarakat Kampung Momogo menggunakan bahasa Momogo, dan masyarakat Kampung Sawaerma menggunakan bahasa Sawa.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Buagani merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan sebesar 80% dibandingkan dengan bahasa Joerat. Selain itu, bahasa Buagani juga memiliki perbedaan persentase sebesar 95,56% dibandingkan dengan bahasa Yakapis.
Bahasa Fakafuku
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Fakafukudituturkanolehmasyarakatdi Kampung Fakafuku, Distrik Agimuga, Kabupaten Mimika, Provinsi Papua. Kampung Fakafuku berbatasan dengan Kampung Nakai di sebelah timur, Kampung Menarari di sebelah barat, Kampung Otakana di sebelah utara, dan hutan di sebelah selatan. Menurut pengakuan penduduk, Kampung Nakai menggunakan bahasa Fakafuku, Kampung Manarari menggunakan bahasa Fakafuku, dan Kampung Otakana menggunakan bahasa Fakafuku.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Fakafuku merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan sebanyak 98% dibandingkan dengan bahasa Amungkal. Selain itu, isolek Fakafuku juga memiliki perbedaan persentase sebanyak 97% dibandingkan dengan bahasa Kamoro, 93% dibandingkan dengan bahasa Sempan, dan 96% dibandingkan dengan bahasa Iwaka.
Bahasa Fokri (Hokli)
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Fokri (Hokli) dituturkan oleh masyarakat di Kampung Syewa Merare, Distrik Wapoga, Kabupaten Waropen, Provinsi Papua. Kampung Sewa Merare berbatasan dengan Kampung Yermeki di sebelah timur, Kampung Pirare di sebelah utara, serta hutan dan lautan di sebelah barat dan selatan. Menurut pengakuan penduduk, Kampung Yermeki menggunakan bahasa Demisa dan Kampung Pirare menggunakan bahasa Demisa.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Fokri merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan sebesar 100% dibandingkan dengan bahasa Bagusa. Selain itu, isolek Fokri juga memiliki perbedaan persentase sebesar 98,61% dibandingkan dengan bahasa Barapasi, 100% dibandingkan dengan bahasa Sehudate, 99,17% dibandingkan dengan bahasa Oedate, 99,72% dibandingkan dengan bahasa Sipisi, dan 100% dibandingkan dengan bahasa Demisa.
Bahasa Joerat
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Joerat dituturkan oleh masyarakat di Kampung As dan Kampung Atat, Distrik Pulau Tiga, Kabupaten Asmat, Provinsi Papua. Kampung As dan Kampung Atat bersebelahan dengan Kampung Nakai di sebelah barat, Kampung Kapi di sebelah selatan, Kampung Weo di sebelah timur, dan Kampung Esmapan di sebelah utara. Menurut pengakuan penduduk, masyarakat Kampung Nakai menggunakan bahasa Nakai, masyarakat Kampung Kapi menggunakan bahasa Kapi, masyarakat Kampung Weo menggunakan bahasa Yakapis, dan Kampung Esmapan menggunakan bahasa Yakapis.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Joerat merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan sebesar 95,56% dibandingkan dengan bahasa Yakapis. Selain itu, isolek Joerat juga memiliki perbedaan persentase sebesar 95,56% dibandingkan dengan bahasa Buagani.
Bahasa Kawiyet
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Kawiyet dituturkan oleh mayarakat di Kampung Wanggatkibi, Distrik Mindiptana, Kabupaten Boven Digoel, Provinsi Papua. Kampung Wanggatkibi berbatasan dengan Kampung Amuan di sebelah timur, Kampung Langgowan di sebelah barat, Kampung Kanggewot di sebelah utara, dan Kampung Kakuna di sebelah selatan. Menurut pengakuan penduduk, Kampung Wanggatkibi menggunakan bahasa Okpari, Kampung Langgowan menggunakan bahasa Wanbon, Kampung Kanggewot menggunakan bahasa Kawiyet, dan Kampung Kakuna menggunakan bahasa Okpari.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Kawiyet merupajan sebuah bahasa dengan perbedaan persentase sebanyak 91% dibandingkan dengan bahasa Ale. Selain itu, isolek Kawiyet juga memiliki perbedaan persentase sebanyak 97% dibandingkan dengan bahasa Okpari, 99% dibandingkan dengan bahasa Kamindip, 98% dibandingkan dengan bahasa Mandobo Tengah, dan 98% dibandingkan dengan bahasa Wambon.
Bahasa Kamindip
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Kamindip dituturkan oleh masyarakat di Kampung Sesnuk, Distrik Sesnuk, Kabupaten Boven Digoel, Provinsi Papua. Kampung Sesnukt berbatasan dengan Kampung Kanggup di sebelah timur, Kampung Amboran di sebelah barat, Kampung Jomkondo di sebelah utara, dan Kampung Butipiri di sebelah selatan. Menurut pengakuan masyarakat, Kampung Kanggup menggunakan bahasa Kamindip, Kampung Amboran menggunakan bahasa Kamindip, Kampung Jomkondo menggunakan bahasa Kamindip, dan Kampung Butipiri menggunakan bahasa Mandobo.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Kamindip merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan sebesar 99% dibandingkan dengan bahasa Wambon Kenondik. Selain itu, isolek Kamindip juga memiliki perbedaan persentase sebesar 99% dibandingkan dengan bahasa Ale, 99% dibandingkan dengan bahasa Kawiyet, 99% dibandingkan dengan bahasa Okpari, dan 99% dibandingkan dengan bahasa Mandobo Tengah.
Bahasa Kekawia
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Kekawia dituturkan oleh masyarakat di Kampung Kekawia, Distrik Iwaka, Kabupaten Mimika, Provinsi Papua. Kampung Kekawia berbatasan dengan Kampung Mioko di sebelah timur, Kampung Aikawapuka di sebelah barat, Kampung Atuka di sebelah utara, dan Kampung Kekwa di sebelah selatan. Menurut pengakuan penduduk, Kampung Mioko menggunakan bahasa Kekawia, Kampung Aikawapuka menggunakan bahasa Kekawia, Kampung Atuka menggunakan bahasa Kekawia, dan Kampung Kekwa menggunakan bahasa Kekawia.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Kekawia merupakan sebuah bahasa dengan perbedaan persentase sebanyak 96% dibandingkan dengan bahasa Fakafuku. Selain itu, isolek Kekawia juga memeiliki perbedaan persentase sebanyak 98% dibandingkan dengan bahasa Tauwu Ane, 100% dibandingkan dengan bahasa Amungkal, 88% dibandingkan dengan bahasa Kamoro, dan 98% dibandingkan dengan bahasa Sempan.
Bahasa Moa
[sunting]Provinsi Maluku(Maluku)
Bahasa Moa dituturkan oleh masyarakat di Desa Moain, Tounwawan, Klis, Patti, Kaiwatu, Kecamatan Moa, Kabupaten Maluku Barat Daya, Provinsi Maluku. Sebelah barat dan timur berbatasan dengan Desa Tounwawan, sebelah selatan berbatasan Desa Klis, dan sebelah utara berbatasan dengan laut.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Moa merupakan sebuah bahasa karena persentase perbedaannya dengan bahasa lain di Maluku berkisar 80%-95%, misalnya dengan bahasa Leti 81%, Werinama 87%, dan Salas 86%.
Bahasa Kokenop
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Kokenop dituturkan oleh masyarakat di Kampung Bukit, Distrik Arimop, Kabupaten Boven Digoel, Provinsi Papua. Kampung Bukit bersebelahan dengan Kampung Anyumka di sebelah timur, Kampung Ujung di sebelah barat, Kampung Kuken di sebelah utara, dan Kampung Iniyandit di sebelah selatan. Menurut pengakuan penduduk, masyarakat Kampung Anyumka menggunakan bahasa Kokenop, Kampung Ujung menggunakan bahasa Kenonden, Kampung Kuken menggunakan bahasa Kitum, dan Kampung Iniyandit menggunakan bahasa Kenemaf.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Kokenop merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan sebesar 94% dibandingkan dengan bahasa Mandobo Tengah. Selain itu, isolek Kokenop memiliki perbedaan persentase sebesar 92% dibandingkan dengan bahasa Wambon Kenondik.
Bahasa Motu
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Motudituturkan oleh masyarakat di Kampung Tomer, Distrik Naukenjerai, Kabupaten Merauke, Provinsi Papua. Kampung Tomer berbatasan dengan Kampung Kondo di sebelah timur, Kampung Kuler atau Onggawa di sebelah barat, Kampung Rawabiru di sebelah utara, dan laut di sebelah selatan. Menurut pengakuan masyarakat, Kampung Kondo menggunakan bahasa Kanum, Kampung Kuler atau Onggawa menggunakan bahasa Kanum, dan Kampung Rawabiru menggunakan bahasa Smarki Kanum.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Motu merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan sebesar 100% dibandingkan dengan bahasa Wambo Tawe Tirop. Selain itu, isolek Motu juga memiliki perbedaan persentase sebesar 100% dibandingkan dengan bahasa Kokenop, 100% dibandingkan dengan bahasa Engkalembu, dan 100% dibandingkan dengan bahasa Kiwai.
Bahasa Oedate (Kerema)
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Oedate (Kerema) dituturkan oleh masyarakat di Kampung Kerema, Distrik Benuki, Kabupaten Memberamo Raya, Provinsi Papua. Kampung Kerema berbatasan dengan Kampung Kamai di sebelah timur, Kampung Poiwai di sebelah barat, Kampung Dadat di sebelah utara, dan Kampung Naohi di sebelah selatan. Menurut pengakuan masyarakat, Kampung Kamai menggunakan bahasa Baudi, Kampung Poiwai menggunakan bahasa Kaipuri Kurudu, Kampung Dadat menggunakan bahasa Oedate, dan Kampung Naohi menggunakan bahasa Oedate.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Oedate (Kerema) merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan sebesar 99,17% dibandingkan dengan bahasa Fokri. Selain itu, isolek Oedate (Kerema) juga memiliki perbedaan persentase sebesar 99,44% dibandingkan dengan bahasa Sipisi, 100% dibandingkan dengan bahasa Bagusa, 94,17% dibandingkan dengan bahasa Barapasi, 97,22% dibandingkan dengan bahasa Demisa, dan 98,89% dibandingkan dengan bahasa Sehudate.
Bahasa Komela
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Komela dituturkan oleh masyarakat di Kampung Ikcan, Distrik Waropko, Kabupaten Boven Digoel, Provinsi Papua. Kampung Ikcan berbatasan dengan Kampung Upkim di sebelah barat, Kampung Okdongbon di sebelah selatan, Kampung Tutuman di sebelah timur, dan Kampung Ulkopit di sebelah utara. Menurut pengakuan penduduk, Kampung Upkim menggunakan bahasa Are, Kampung Okdongbon menggunakan bahasa Komela, Kampung Tutuman menggunakan bahasa Komela, dan Kampung Ulkopit menggunakan bahasa Are.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Komela merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan sebanyak 89% dibandingkan dengan bahasa Are. Selain itu, isolek Komela juga memiliki persentase perbedaan sebanyak 93% dibandingkan dengan bahasa Ale, 98% dibandingkan dengan bahasa Kokenop, dan 97% dibandingkan dengan bahasa Nama.
Bahasa Pigapu
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Pigapu dituturkan oleh masyarakat di Kampung Pigapu, Distrik Iwaka, Kabupaten Mimika, Provinsi Papua. Kampung Pigapu bersebelahan dengan Kampung Mimika Timur di sebelah timur, Kampung Miyoko Atuka di sebelah barat, Kampung Timika Kota di sebelah utara, dan laut di sebelah selatan. Menurut pengakuan penduduk, masyarakat Kampung Mimika Timur menggunakan bahasa Hiropo dan Tipoko, serta masyarakat Kampung Miyoko Atuka menggunakan bahasa Etame.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Pigapu merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan sebesar 90% dibandingkan dengan bahasa Fakafuku. Selain itu, isolek Pigapu juga memiliki perbedaan persentase sebesar 91% dibandingkan dengan bahasa Kaugapu.
Bahasa Nare
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Nare dituturkan oleh masyarakat di Kampung Yosua, Distrik Suru-Suru, Kabupaten Yahukimo, Provinsi Papua. Kampung Yosua bersebelahan dengan Kampung Tomor di sebelah timur, Kampung Solok di sebelah barat, Kampung Jinusugu di sebelah utara, dan Kampung Rentis di sebelah selatan. Menurut pengakuan penduduk, masyarakat Kampung Tomor menggunakan bahasa Nare, masyarakat Kampung Solok menggunakan bahasa Nare, masyarakat Kampung Jinusugu menggunakan bahasa Nare, dan masyarakat Kampung Rentis menggunakan bahasa Nare.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Nare merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan sebesar 99% dibandingkan dengan bahasa Sagapu. Selain itu, isolek Nare juga memiliki perbedaan persentase sebesar 100% dibandingkan dengan bahasa See.
Bahasa Okpari
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Okpari dituturkan oleh masyarakat di Kampung Amuan, Distrik Kombut, Kabupaten Boven Digoel, Provinsi Papua. Kampung Amuan berbatasan dengan Kampung Kawangtet di sebelah timur, Kampung Imko di sebelah barat, Kampung Kandon di sebelah selatan, dan Kampung Kanggewot di sebelah utara. Menurut pengakuan masyarakat, Kampung Kawangtet menggunakan bahasa Yonggom, Kampung Imko menggunakan bahasa Okpari, Kampung Kanggewot menggunakan bahasa Kasaut, dan Kampung Kandon menggunakan bahasa Okpari.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Okpari merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan sebanyak 97% dibandingkan dengan bahasa Ale. Selain itu, isolek Okpari juga memiliki perbedaan persentase sebanyak 99% dibandingkan dengan bahasa Kamindip, 97% dibandingkan dengan bahasa Kawiyet, 97% dibandingkan dengan bahasa Wambon Kenondik, dan 91% dibandingkan dengan bahasa Mandobo Tengah.
Bahasa Sagapu
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Sagapu dituturkan oleh masyarakatdi Kampung Sagapu, Distrik Suru-Suru, Kabupaten Asmat, Provinsi Papua. Kampung Sagapu bersebelahan dengan Kampung Abamu di sebelah timur, Kampung Menep di sebelah barat, Kampung Ujin di sebelah utara, dan Kampung Buek di sebelah selatan. Menurut pengakuan penduduk, masyarakat Kampung Abamu menggunakan bahasa Asmat Sirau, masyarakat Kampung Menep menggunakan bahasa Menep, masyarakat Kampung Ujin menggunakan bahasa Ujin, dan masyarakat Kampung Buek menggunakan bahasa Buek.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Sagapu merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan sebesar 99% dibandingkan dengan bahasa Nare. Selain itu, isolek Sagapu juga memiliki perbedaan persentase sebesar 92% dibandingkan dengan bahasa See.
Bahasa Sipisi
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Sipisi dituturkan oleh masyarakat di Kampung Sipisi, Distrik Waropen Atas, Kabupaten Mamberamo Raya, Provinsi Papua. Kampung Sipisi berbatasan dengan Kampung Bariwaro di sebelah timur, Kampung Nadofuai di sebelah barat, Kampung Marikai di sebelah utara, dan lautan di sebelah selatan. Menurut pengakuan penduduk, Kampung Bariwaro menggunakan bahasa Bariwaro, Kampung Nadofuai menggunakan bahasa Nadofuai, dan Kampung Marikai menggunakan bahasa Marikai.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Sipisi merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan sebesar 98,89% dibandingkan dengan bahasa Barapasi. Selain itu, isolek Sipisi juga memiliki perbedaan persentase sebanyak 88,33% dibandingkan dengan bahasa Bagusa, 99,72% dibandingkan dengan bahasa Fokri, 99,44% dibandingkan dengan bahasa Oedate, dan 99,44% dibandingkan dengan bahasa Sehudate.
Bahasa Tamakuri
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Tamakuri dituturkan oleh masyarakat di Kampung Tamakuri, Distrik Sawai, Kabupaten Mamberamo Raya, Provinsi Papua. Kampung Tamakuri berbatasan dengan Kampung Bagusa di sebelah timur, Kampung Anasi di sebelah barat, Kampung Gesa Baru di sebelah utara, dan laut di sebelah selatan. Menurut pengakuan penduduk, masyarakat Kampung Bagusa menggunakan bahasa Bagusa, masyarakat Kampung Anasi menggunakan bahasa Anasi, dan masyarakat Kampung Gesa Baru menggunakan bahasa Gesa.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Tamakuri merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan sebesar 95,5% dibandingkan dengan bahasa Bagusa. Selain itu, isolek Tamakuri juga memiliki perbedaan persentase sebesar 98% dibandingkan dengan bahasa Sipisi.
Bahasa See
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa See dituturkan oleh masyarakat di Kampung See, Distrik Suru-Suru, Kabupaten Asmat, Provinsi Papua. Kampung See berbatasan dengan Kampung Katalina di sebelah timur, Kampung Yosua di sebelah barat, Kampung Jifak di sebelah utara, dan Kampung Ajin di sebelah selatan. Menurut pengakuan penduduk, masyarakat Kampung Katalina menggunakan bahasa See, masyarakat Kampung Yosua menggunakan bahasa Nare, Kampung Jifak menggunakan bahasa See, dan masyarakat Kampung Ajin menggunakan bahasa See.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek See merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan sebesar 100% dibandingkan dengan bahasa Nare. Selain itu, isolek See juga memiliki perbedaan persentase sebesar 100% dibandingkan dengan bahasa Sagapu dan 99,5% dibandingkan dengan bahasa Sasawa.
Bahasa Tawu Ane
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Tawu Ane dituturkan oleh masyarakat di Kampung Kaugapa, Distrik Mimika Timur, Kabupaten Mimika, Provinsi Papua. Kampung Kaugapu berbatasan dengan Kampung Hiripau di sebelah barat dan hutan di sebelah timur, utara, dan selatan. Menurut pengakuan penduduk, Kampung Hiripau menggunakan bahasa Tawu Ane.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Tawu Ane merupakan sebuah bahasa yang memiliki perbedaan persentase sebanyak 98% dibandingkan dengan bahasa Kekawia. Selain itu, isolek Tawu Ane juga memiliki perbedaan persentase sebanyak 99% dibandingkan dengan bahasa Fakafuku, 100% dibandingkan dengan bahasa Amungkal, 98% dibandingkan dengan bahasa Kamoro, dan 98% dibandingkan dengan bahasa Sempan.
Bahasa Sasawa
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Sasawa dituturkan oleh masyarakat di Kampung Sosawakwesar, Distrik Mamberamo Tengah, Kabupaten Mamberamo Raya, Provinsi Papua. Kampung Sasawakwesar berbatasan dengan Kampung Murara di sebelah timur, Kampung Anggreso di sebelah barat, Kampung Swaseso di sebelah utara, dan Kampung Muramare di sebelah selatan. Menurut pengakuan penduduk, masyarakat Kampung Murara menggunakan bahasa Murara, masyarakat Kampung Anggreso menggunakan bahasa Kawera, masyarakat Kampung Muramare menggunakan bahasa Kawera, dan masyarakat Kampung Swaseso menggunakan bahasa Kawera.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Sasawa merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan sebesar 98% dibandingkan dengan bahasa Tamakuri. Selain itu, isolek Sasawa juga memiliki perbedaan persentase sebesar 99,5% dibandingkan dengan bahasa See.
Bahasa Waicen
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Waicen dituturkan oleh masyarakat di Kampung Sanem, Distrik Kopay, Kabupaten Asmat, Provinsi Papua. Kampung Sanem berbatasan dengan Kampung Sinepit di sebelah timur, Kampung Saman di sebelah barat, Kampung Emene di sebelah utara, dan Kampung Bawor di sebelah selatan. Menurut pengakuan penduduk, masyarakat Kampung Sinepit menggunakan bahasa Atokhoim, masyarakat Kampung Saman menggunakan bahasa Saman, masyarakat Kampung Eneme menggunakan bahasa Asmat, dan masyarakat kampong Bawor menggunakan bahasa Atokhoim.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Waicen merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan sebesar 99% dibandingkan dengan bahasa Saman. Selain itu, isolek Waicen juga memiliki perbedaan persentase sebesar 92% dibandingkan dengan bahasa Atokhoim.
Bahasa Yakapis
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Yakapis dituturkan oleh masyarakat di Kampung Yakapis, Eroko, Esmapan, dan Weo, Distrik Pulau Tiga, Kabupaten Asmat, Provinsi Papua. Kampung Yakapis berbatasan dengan Kampung Mumugu di sebelah timur, Kampung As di sebelah barat, dan Kampung Pupis di sebelah selatan. Menurut pengakuan penduduk, masyarakat Kampung Mumugu menggunakan bahasa Mumugu, masyarakat Kampung As menggunakan bahasa Joerat, dan masyarakat Pupis menggunakan bahasa Pupis.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Yakapis merupakan sebuah bahasa dengan perbedaan persentase sebesar 96% dibandingkan dengan bahasa Joerat. Selain itu, isolek yakapis juga memiliki perbedaan persentase sebesar 96% dibandingkan dengan bahasa Bu.
Bahasa Gua
[sunting]Provinsi Papua Barat(Papua)
Bahasa Gua dituturkan oleh masyarakat di Kampung Erega, Distrik Yamor, Kabupaten Kaimana, Provinsi Papua Barat. Menurut pengakuan penduduk bahasa Gua juga dituturkan di Kampung Etahim. Sebelah timur kampung Erega adalah Kampung Wosokuna yang berbahasa Mee dan sebelah barat adalah Kampung Paparo yang berbahasa Napiti.
Hasil penghitungan dialektometri menunjukkan bahwa isolek Gua merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar antara 99%--100% jika dibandingkan dengan bahasa lain seperti bahasa Windesi 99%, Mpur Pantai 99%, Ure 100 %, Mee 100%., dan Napiti 100%.
Bahasa Imiyan
[sunting]Provinsi Papua Barat(Papua)
Bahasa Imiyan dituturkan oleh masyarakat di Kampung Sawiat, Distrik Sawiat, Kabupaten Sorong Selatan, Provinsi Papua Barat. Menurut pengakuan penduduk bahasa Imiyan juga dituturkan di Kampung Wensok, Sodrofoil, Eles, Suafiyo, Sasenek, dan Wendi. Sebelah timur Kampung Sawiyat adalah pantai, sebelah barat adalah Kampung Klamit yang menuturkan bahasa Salkma, sebelah selatan adalah Kampung Wersar yang menuturkan bahasa Tehit Dit, dan sebelah utara adalah Kampung Pasir Putih yang menuturkan bahasa Fkour. Kampung Sawiyat berada pada koordinat lintang 1 ̊17 ̊ 45,4 ” dan koordinat bujur 132 ̊00 ̊ 33,2 ”.
Hasil penghitungan dialektometri menunjukkan bahwa isolek Imiyan merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar antara 86%--91% jika dibandingkan dengan bahasa lain seperti bahasa Salkma 91%, Tehit 91%, Tehit Dit 86%, dan Fkour 91%.
Bahasa Mpur Pantai
[sunting]Provinsi Papua Barat(Papua)
Bahasa Mpur Pantai dituturkan oleh masyarakat di Kampung Wasarak, Distrik Amberbaken, Kabupaten Tambraw, Provinsi Papua Barat. Menurut pengakuan penduduk bahasa Mpur Pantai juga dituturkan di Kampung Saukorem, Binasi, Bimak, dan Kabibuwan. Sebelah timur kampung Wasarak adalah Kampung Saukorem, sebelah barat adalah Kampung Kabibuwan, sebelah utara adalah kampung Binasi, dan sebelah selatan adalah Kampung Bimak.
Hasil penghitungan dialektometri menunjukkan bahwa isolek Mpur Pantai merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar antara 99%--100% jika dibandingkan dengan bahasa lain seperti bahasa Windesi 99%, Ure 99%, dan Gua 100%.
Bahasa Arguni (Taver)
[sunting]Provinsi Papua Barat(Papua)
Bahasa Arguni (Taver) dituturkan oleh masyarakat Kampung Arguni dan Kampung Taver, Distrik Arguni, Kabupaten Fak-Fak, Pulau Arguni, Provinsi Papua Barat. Menurut pengakuan penduduk sebelah timur Kampung Arguni adalah Kampung Fior yang menuturkan bahasa Bedoanas, sebelah barat adalah Kampung Ugar yang menuturkan bahasa Sekar Onim, sebelah utara kampung Otoweri yang menuturkan bahasa Kemberano, dan sebelah selatan adalah Kampung Andamata yang menuturkan bahasa Bedoanas. Kampung Arguni berada pada koordinat lintang 02 ̊39 ̊ 240 ” dan koordinat bujur 132 ̊32 ̊ 846 ”.
Hasil penghitungan dialektometri menunjukkan bahwa isolek Arguni/Taver merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar antara 93%--100% jika dibandingkan dengan bahasa lain seperti bahasa Bedoanas 93%, bahasa Sekar Onim 97%, bahasa Iha 99%, bahasa Kemberano 99%, dan bahasa Irarutu 100 %.
Bahasa Ure (Mere)
[sunting]Provinsi Papua Barat(Papua)
Bahasa Ure (Mere) dituturkan oleh masyarakat di Kampung Ure, Distrik Yamor, Kabupaten Kaimana, Provinsi Papua Barat. Menurut pengakuan penduduk bahasa Ure (Mere) juga dituturkan di Kampung Jabore. Sebelah timur Kampung Ure adalah Kampung Eserotnamba yang berbahasa Muri (Anairasi), sebelah barat adalah Kampung Yaur yang berbahasa Yaur, sebelah utara adalah kampung Jabore yang berbahasa Ure, dan sebelah selatan adalah kampung Urubika yang berbahasa Napiti. Kampung Ure berada pada koordinat lintang 03 ̊ 40 ̊ 63,2 ” dan koordinat bujur 134 ̊52 ̊ 19,3 ”.
Hasil penghitungan dialektometri menunjukkan bahwa isolek Ure (Mere) merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar antara 99 %--100 % jika dibandingkan dengan bahasa lain seperti bahasa Windesi 99%, Gua 100%, Napiti 100%, dan Mpur Pantai 99%.
Bahasa Wambo Tawe Tirop
[sunting]Provinsi Papua(Papua)
Bahasa Wambo Tawe Tirop dituturkan oleh masyarakat di Kampung Ujung, Distrik Arimop, Kabupaten Boven Digoel, Provinsi Papua. Kampung Ujung berbatasan dengan Kampung Bukit di sebelah timur, Kampung Niop di sebelah barat, Kampung Manggelum di sebelah utara, dan Kampung Maju di sebelah selatan. Menurut pengakuan penduduk, Kampung Bukit menggunakan bahasa Kokenop, Kampung Niop menggunakan bahasa Wambo Tawe Tirop, Kampung Manggelum menggunakan bahasa Wambo Kenondit, dan Kampung Maju menggunakan bahasa Kopwamup (Mandobo Tengah).
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Wambo Tawe Tirop merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan sebesar 94% dibandingkan dengan bahasa Wambon Kenondik. Selain itu, isolek Wambo Tawe Tirop juga memiliki perbedaan persentase sebesar 93% dibandingkan dengan bahasa Mandobo Tengah dan 90% dibandingkan dengan bahasa Kokenop.
Bahasa Windesi
[sunting]Provinsi Papua Barat(Papua)
Bahasa Windesi dituturkan oleh masyarakat di Kampung Windesi, Distrik Windesi, Kabupaten Teluk Wondama, Provinsi Papua Barat. Menurut pengakuan penduduk bahasa Windesi juga dituturkan di Kampung Anamesi, Sombokoro, Sondey, Warianggi, dan Yopmeos. Sebelah timur kampung Windesi adalah Kampung Anamesi, sebelah barat adalah Kampung Sombokoro, sebelah utara adalah kampung Warianggi, dan sebelah selatan adalah kampung Yopmeos. Kampung Windesi berada pada koordinat lintang 00 ̊34 ̊ 64,5 ” dan koordinat bujur 133 ̊09 ̊ 86,1 ”.
Hasil penghitungan dialektometri menunjukkan bahwa isolek Windesi merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar antara 82%--99% jika dibandingkan dengan bahasa lain seperti bahasa Wamesa 82%, Wandamen 87%, Ure 99%, Gua 99%, dan Mpur Pantai 99%.
Bahasa Yamueti
[sunting]Provinsi Papua Barat(Papua)
Bahasa Yamueti dituturkan oleh masyarakat di Kampung BTN, Kelurahan Klasabi, Distrik Manoi, Kabupaten Kota Sorong, Provinsi Papua Barat. Bahasa Yamueti merupakan bahasa relik dari bahasa yang ada di Distrik Kokoda, Inanwatan, dan Puragi Saga. Menurut pengakuan penduduk, penutur bahasa Yamueti adalah suku Kokoda yang berpindah dari Distrik Kokoda, Kabupaten Sorong Selatan ke Kota Sorong lebih dari 50 tahun.
Hasil penghitungan dialektometri menunjukkan bahwa isolek Yamueti merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar antara 91%--99% jika dibandingkan dengan bahasa suku asalnya seperti bahasa Kokoda 91%, Inanwatan 100%, Kais 93%, Puragi Saga dialek Saga 99%, dan Puragi Saga dialek Puragi 91%.