Datang untuk Pergi

Dari Wikibuku bahasa Indonesia, sumber buku teks bebas

Pagi itu, langit masih terbungkus dalam selimut malam yang gelap.

Tetapi keheningan itu segera digantikan oleh orkestra alam yang indah.

Burung-burung desa mulai bernyanyi dengan riang, memberi sambutan pada sang matahari yang akan segera muncul.

Beberapa penduduk desa yang pertama kali bangun melangkah ke teras rumah mereka, menikmati udara segar yang memenuhi pagi. Kemudian, matahari yang luar biasa mulai naik dari balik perbukitan. Sinar-sinar emasnya menyinari segala sesuatu di desa. Senyuman terpampang jelas di wajah-wajah orang yang akan segera memulai harinya dengan produktif.

Berbeda dengan kebanyakan orang pagi ini, gadis kurus yang mengenakan seragam sekolahnya tampak muram memasukkan buku-buku pelajaran kelas 1 SMA ke dalam tas sembari menghela nafas berkali-kali. Papan nama yang bertuliskan Aruni terpampang jelas di seragam gadis itu.

“Aruni.. sarapan dulu nak” teriak neneknya memanggil dari arah meja makan.

Tak perlu di teriaki lagi Gadis bernama Aruni itu beranjak ke luar kamarnya setelah memasukkan sebuah novel yang menjadi favoritnya yang berjudul ‘Senja dan Kebahagiaan’.

“Aku tidak lapar nek, aku harus berangkat awal untuk piket kebersihan.” ucap Aruni kepada neneknya

“Kalau begitu rotinya nenek bungkuskan, nanti makan di sekolahmu.” balas neneknya kemudian menyiapkan bekal untuk Aruni.

Sesampainya di sekolah, Aruni tidak langsung masuk ke dalam kelas dan menjalankan tugasnya untuk piket kebersihan, namun ia pergi ke belakang kelas yang sunyi, tempat yang sering kali ia datangi untuk menghindari keramaian. Bohong, gadis itu tidak sedang ada piket kebersihan pagi ini. Ia hanya berangkat awal untuk menghindari sang nenek. Kebiasaanya adalah menghindari semua orang.

Di bukanya tasnya kemudian mengambil Novel berjudul ‘Senja dan Kebahagiaan’ dan langsung melanjutkan bacaan yang sempat terhenti semalam sembari memakan roti bungkusan sang nenek. Aruni menyukai karakter Senja di Novel ‘Senja dan Kebahagiaan’, gadis seperantaranya yang riang dan ramah kesemua orang. Senja juga yatim piatu sama dengannya, namun bedanya Aruni tinggal bersama neneknya sedangkan senja tinggal di panti Asuhan bersama anak-anak panti. Terlepas dari kenyataan itu senja adalah anak yang kuat. Ia menutup kesedihannya dengan memancarkan kebahagiaan ke semua orang, lantaran itulah senja memiliki banyak teman dan di cintai oleh anak-anak panti. Sangat berbanding terbalik dengan dirinya, menurutnya dirinya adalah kebalikan dari karakter senja.

Aruni yatim piatu yang tinggal bersama neneknya, ia tidak memiliki teman apa lagi sahabat seperti orang kebanyakan. Sejak Ayahnya meninggal pada usianya menginjak 10 tahun kemudian disusul ibunya pada usianya yang ke 15 tahun membuatnya begitu merasa kehilangan sehingga Aruni kerap kali diam dan menutup diri. Karena itulah banyak dari mereka yang menghindar bahkan tidak tertarik berteman dengannya. Tidak ada yang menyenangkan dari dirinya, bahkan hidupnya juga membosankan. Bangun pagi-pagi kesekolah dan di sekolah belajar hingga waktu istirahat, di jam istirahat ia akan pergi ke belakang kelas untuk menyendiri sembari membaca buku. Tidak seperti teman sebayanya yang pergi ke kantin, bermain bersama teman-teman mereka hingga puas. Sepulang sekolah ia akan pergi ke perpustakaan desa lantas menunggu matahari terbenam lalu pulang ke rumah dan sendirian lagi di dalam kamar. Hanya itu yang terulang setiap harinya.

“Andai saja aku sepemberani dirimu Senja, mungkin aku tidak akan kesepian dan merasa hidupku membosankan” ucap Aruni yang menatapi Novel yang berjudul ‘Senja dan Kebahagiaan’.

Keesokan harinya sama seperti hari-hari sebelumnya, orang-orang menampakkan senyuman setelah matahari kembali datang. Tapi berbeda dengan Aruni yang selalu terlihat murung di awal pagi yang cerah hingga sore yang akan mulai gelap. Ia akan menjalankan hari-harinya yang membosankan untuk hari ini dan hari-hari kedepan.

Namun tidak seperti yang ia bayangkan, hari ini berbeda dari hari-hari yang pernah dilaluinya. Walau hanya sedikit, namun pagi inilah awal kehidupan baru Aruni akan di mulai. Mengubah setiap kekosongannya yang ada di dalam dirinya. Hari ini kelasnya kedatangan murid baru perempuan, bernama Senja. Gadis yang membawa kesan pertama yang menyenangkan, semua murid di kelasnya meleleh hanya dengan melihat senyuman Senja yang indah, layaknya Senja di sore hari.

“Hai, aku senja.” Sapa Senja ramah kepada Aruni kemudian duduk di sampingnya lantaran hanya kursi di samping Aruni lah yang kosong.

“Aruni” balas Aruni dengan wajah datar berbanding terbalik dengan wajah menyenangkan Senja.

Tidak butuh waktu yang lama, senja akrab dengan banyak teman. Mereka senang berteman dengan senja yang riang, selain riang senja juga ramah ke teman-teman sekelasnya. Namun yang paling disenangi oleh senja adalah teman sebangkunya, Aruni. Ia senang bersama Aruni, menurutnya Aruni adalah gadis yang tenang berhati hangat. Gadis itu tidak sungkan membantu Senja yang ketinggalan pelajaran sehingga beberapa hari ini keduanya cukup akrab. Bahkan baru kali ini Aruni terlihat nyaman dengan seseorang.

“Apakah kau sudah menemukan judul Cerpen yang akan kau Analisis senja?” tanya salah seorang teman di kelasnya.

Beberapa hari yang lalu guru bahasa indonesia memberikan tugas kepada murid-murid di kelas itu untuk mencari Judul Cerpen kemudian di analisis.

“Sudah, kemarin aku dan Aruni ke perpustakaan desa bersama. Disana ada banyak sekali cerpen-cerpen yang menarik.” jawab Senja

“Wah.. apakah kamu bisa membantu kami, menemani kami ke perpustakaan desa dan kalau boleh mengajarkan kami cara menganalisis Cerpen tersebut” ucap temannya lagi, sehingga di angguki oleh teman-teman yang lain lantaran mereka kesulitan dalam tugas kali ini.

“Tentu, aku dan Aruni akan membantu. Sebenarnya Aruni lah yang memilihkan ku cerpen itu, dia juga membantuku untuk menganalisisnya, dia sangat hebat dalam hal ini.” balas Senja kemudian menatap Aruni yang hanya terdiam menyimak pembicaraan mereka.

“Benarkah? eh tapi apakah Aruni ingin membantu kami?” tanya temannya lagi.

Aruni yang mendengar itu kemudian menatap teman-teman sekelasnya. Semuanya tampak menujukkan raut memohon kepadanya, sehingga dengan kikuk Aruni mengangguk setuju.

“Yeay! terima kasih Aruni. Mohon bantuannya” semua teman-teman di kelasnya lantas berterima kasih dan tersenyum ramah kepada Gadis pendiam itu.

Senja yang melihat itu tersenyum, ia tahu Aruni bukanlah orang yang mudah berteman. Temannya itu sedikit pemalu dan pendiam, namun hadirnya ia di sini akan membantu membangunkan kepribadian Aruni yang terkubur jauh di dalam dirinya. Ia akan membantu Aruni berbaur dengan orang-orang disekitarnya.

Sore itu seperti yang di janjikan Aruni, mereka ke Perpustakaan desa mencari cerpen-cerpen yang akan di analisis. Aruni juga membantu banyak hal mulai dari mencari judul cerpen hingga membantu menganalisis cerpen-cerpen milik temannya. Ada banyak sekali yang teman-temannya ketahui dari diri Aruni sore itu, Aruni ramah dalam mengajarkan temannya, ia juga pintar lantaran pengetahuannya yang luas sehingga tahu banyak hal. Aruni tidak sependiam yang mereka lihat, Aruni tidak semenakutkan yang mereka kenal dan Aruni tidak semembosankan yang mereka rasakan.

Ketika matahari mulai turun menuju cakrawala dan langit berubah menjadi kombinasi warna-warni yang memukau menandakan malam akan segera tiba. Anak-anak sekolah itu berpisah di jalur pertigaan dekat perpustakaan desa. Setelah mengucapkan banyak terima kasih kepada Senja terutama Aruni yang sangat banyak membantu sore ini.

“Terima kasih Senja.” Ucap Aruni sembari berjalan menusuri jalan yang sepi akan aktivitas.

Senja sangat mengerti maksud dari ucapan Aruni barusan, temannya ini merasa sangat berterima kasih karena sudah membuatnya di kenal baik dengan teman-teman sekelasnya. Kemudian keduanya meratapi langit yang di naungi Senja.

Hari demi hari berlalu. Matahari kembali menampakkan dirinya pagi ini, sama seperti pagi-pagi sebelumnya raut kebahagiaan memancar dari wajah-wajah penduduk desa. Terutama gadis kurus yang tengah memasukkan buku-buku ke dalam tas kemudian tak lupa membawa Novel yang menjadi Favoritenya ‘Senja dan Kebahagiaan’. Senja di novel ini sangat mirip dengan senja sahabatnya. Ya sahabat, kini Aruni dan Senja begitu akrab akhir-akhir ini, dimana ada Senja di situ ada Aruni, dimana ada Aruni disana ada Senja.

Setelah siap dengan perlengkapan sekolahnya, Aruni menuju ke meja makan untuk sarapan pagi dengan sang nenek. Neneknya yang merasakan perbedaan Aruni juga ikut bahagia. Maka pagi itu adalah sarapan pertama untuk waktu lama yang menyenangkan bagi keduanya.

Disekolah juga menyenangkan bagi Aruni, setelah sampai ia membantu temannya membersihkan kelas bersama dengan Senja. Saat pelajaran bahasa indonesia anak-anak kelas itu mendapat nilai yang memuaskan dalam Tugas Menganalisis cerpen sehingga membuat teman-temannya sangat berterima kasih kepada Aruni mereka bahkan menjadi baik kepadanya. Beberapa hari kedepan mereka akan sering mengobrol layaknya teman, bahkan dengan senang hati memberikan hadiah kepadanya. Jam istirahat Aruni tidak lagi ke belakang kelas untuk menyendiri, namun ia pergi bersama Senja makan di kantin sekolah kemudian bermain bersama anak-anak yang lain. Ada banyak yang berubah hari itu, Aruni bukan lagi Aruni yang pendiam, kali ini ia tidak lagi menghindari orang-orang.

Sepulang sekolah Aruni dan Senja berjanji akan ke bukit sore ini untuk melihat sunset. Tapi sebelum itu keduanya berjalan-jalan di desa menikmati sore hari yang indah. Ada banyak penjual-penjual yang mereka kunjungi. Toko buku, penjual es cream, pedagang kaki lima dan berakhir di penjual aksesoris untuk membeli gelang tanda persahabatan. Baru kali ini Aruni tertawa bahagia setelah sekian lama. Setelah puas bermain, keduanya berlari menuju bukit yang tidak jauh dari perumahan penduduk. Sesampainya disana akhirnya waktu yang mereka tunggu-tunggu tiba. Langit yang awalnya biru cerah mulai berubah menjadi paduan oranye, merah, dan ungu saat matahari perlahan-lahan tenggelam ke horizon.

“Pertahankan senyuman itu Aruni.” Ucap senja membuat Aruni mengarah kepadanya, yang ia lihat adalah wajah indah senja yang sedang menikmati Sunset.

“Tersenyum akan membuat hati kita tenang.” lanjut Senja

“Aku adalah anak yatim piatu dan tinggal di Panti Asuhan. Orang tuaku meninggal ketika aku masih kecil, aku sendirian tanpa keluarga dan kerabat karena itu aku di bawa ke Panti tempat tinggalku yang sekarang. Disana aku bertemu banyak orang-orang baru, mereka sama sepertiku sendirian. Bahkan ada yang kisahnya lebih menyedihkan dariku, tapi mereka makan, tidur dan bangun kembali dengan melupakan kesedihan-kesedihan itu. Malamnya pikiran mereka pasti berkecamuk tapi di pagi hari mereka kembali tersenyum seperti tidak terjadi apa-apa, semuanya tampak baik-baik saja. Aku belajar dari mereka, tersenyum akan membuat hati kita tenang.”

Aruni yang mendengarkan perkataan Senja mengernyitkan dahinya, cerita ini sama seperti kisah Senja di buku ‘Senja dan Kebahagiaan’.

“Berbahagialah Aruni, kau punya nenek yang menyayangimu. Kau punya teman-teman yang menyenangkan. Ada banyak orang-orang baru yang akan kau temui di hidup ini dan di antaranya akan ada orang-orang baik.” ucap Senja

Aruni membisu, ia masih belum memahami situasi ini. Kenapa senja mengatakan hal itu? bagaimana bisa Senja sahabatnya memiliki kisah yang sama dengan Senja di Novel ‘Senja dan Kebahagiaan’. Dan hari itu ketika matahari benar-benar akan tenggelam keduanya berpisah tanpa satu dua kata. Aruni hanya diam sedari tadi, masih mencerna perkataan Senja dan situasi saat ini. Hingga malam tiba Aruni masih memikirkannya, pikirannya berkecamuk. Berkali-kali ia membuka Novel ‘Senja dan Kebahagiaan’ dan membacanya kembali, dan benar kisah ini sangat mirip dengan cerita Senja sore tadi.

Keesokan harinya Aruni pagi-pagi bangun dan berangkat kesekolah. Hari ini ia harus tahu maksud dari perkataan senja kemarin, ia harus mendapat jawabannya. Namun, hari ini Senja tidak datang ke sekolah. Ia menanyakan kepada wali kelas dan teman-temannya yang lain namun tidak ada yang tahu mengapa senja tidak datang. Dengan kurangnya informasi yang ia ketahui tentang senja maka hari itu berakhir sia-sia, ia tidak mendapatkan jawabannya hari ini. Mungkin besok, ia akan mendapatkan jawaban itu besok ketika senja sudah datang.

Dua hari, lima hari hingga seminggu berlalu tidak ada kedatangan Senja. Tidak ada yang tahu dimana senja tinggal, tidak ada yang tahu mengapa senja menghilang seminggu ini. Semuanya seakan melupakan senja yang pernah hadir. Berbeda dengan Aruni, ia merindukan senja sahabatnya, pertanyaannya seminggu yang lalu bahkan belum terjawabkan. Hingga sekarang pertanyaan baru itu muncul, dimana senja?.

Aruni kembali menutup diri, menghindari teman-temannya. Ia kembali ke belakang kelas untuk menyendiri sembari berkecamuk dengan pikirannya. Di mana senja? kenapa senja meninggalkannya? untuk apa ia datang jika kemudian pergi?

Ia meraih novel berjudul senja di dalam tasnya.

“Aku sendirian lagi Senja.” ucapnya parau meratapi Novel yang hanya membisu.

Dua minggu berlalu, namun senja sahabatnya tidak kunjung datang. Teman-teman sekelasnya bahkan sudah melupakan senja, namun dirinya masih mengingat dengan jelas senyuman sahabatnya itu. Ketika merindukan senja, Aruni akan datang ke bukit terakhir yang keduanya kunjungi bersama hari itu. Ia akan duduk disana sembari memegang Novel Senja melihat Sunset hingga matahari terbenam.

“Datanglah Senja” Ucapnya dengan air mata yang berlinang. Ia sangat merindukan sahabatnya itu.

“Halo Aruni” sapa seseorang yang sangat familiar sehingga membuat Aruni berbalik ke arahnya.

“Senja..” Aruni langsung berdiri dan terkejut beberapa saat, kemudian langsung memeluk sahabatnya itu.

“Aku rindu senja” ucap Aruni menumpahkan semua kerinduannya.

”Ja.. jangan pergi lagi Senja, aku sendirian” lanjutnya.“Tidak Aruni, kau tidak sendirian. Kau punya nenek yang teramat menyayangimu dan teman-teman sekelasmu.” ucap Senja sembari mengelus rambut Aruni.

“Mereka menghindariku.” balas Aruni menangis sesenggukan.

“Mereka menghindarimu karena kau menutup diri. Sebenarnya mereka ingin berteman dengan mu, siapa yang tidak ingin berteman denganmu. Kau berhati baik dan kau juga pintar. Semua menyukaimu, tapi hanya saja kau menghindari mereka sehingga mereka tidak berani mendekatimu.”

“Aku hanya ingin kamu yang menjadi sahabatku senja.”

“Aku sahabatmu Aruni akan selalu menjadi sahabatmu. Tapi aku bukanlah Senja di duniamu, aku adalah Senja di duniaku, di buku ini” Senja menujuk Buku ‘Senja dan Kebahagiaan’ yang di pegang oleh Aruni.

Aruni melepas pelukannya kemudian menatap buku Senja yang dipegangnya.

“Aku hanya datang untuk pergi”

“Apa maksudnya?”

“Aku datang untuk membantumu memahami hidup ini, aku membantumu mengenali banyak hal yang tidak sempat kau kenali. Aku membantumu memulai hidup yang berbeda dengan kemarin. Kau tidak sendiri, ada banyak orang-orang di sekitarmu dan akan ada orang-orang baru yang berdatangan. Jangan menutup diri, jangan menghindari semua orang, percaya dirilah dan jadi dirimu sendiri. Ada banyak kesedihan di dunia ini tapi kau bisa melepaskannya sejenak dengan senyuman. Berbahagialah Aruni.”

”Tapi maaf, aku harus mengatakan ini. Aku akan pergi karena tugasku sudah selesai. Kau sudah menemukan dirimu yang sebenarnya.”

“Tidak, jangan pergi Senja. Aku membutuhkanmu.” Mohon Aruni kepada Senja.

“Tidak ada abadi di dunia ini Aruni, aku maupun kamu. Kau di ciptakan untuk menjalani hidup sedangkan aku diciptakan untuk kamu bisa menjalani hidupmu dengan baik… Kau bisa, kau pasti bisa menjalani hidup ini, karena kamu kuat. Kau tidak sendirian, kau punya nenekmu dan teman-temanmu.”

“Terima kasih senja..” ucap Aruni parau, tampaknya ia sudah mendapatkan jawabannya. Ia bisa memahami situasi ini.

“Sama-sama sahabatku.”

“Berjanjilah padaku kau harus percaya dengan dirimu.” ucap Senja sehingga membuat Aruni mengangguk dan mengukir senyuaman dibibirnya.

“Kau adalah sahabat terbaik yang pernah ada” ucap Aruni

“Selamat tinggal Aruni. Senang bisa menjadi sahabatmu.

Setelahnya senja benar-benar pergi dan tak kembali lagi. Senja tetaplah senja, senja yang ada di dunianya serta senja sahabatnya adalah momen yang paling indah baginya.

Aruni sudah bisa berdamai dengan dirinya, ia telah berjanji kepada Sahabatnya Senja akan menjadi dirinya sendiri, sehingga ia kembali ceria. Hari-hari kembali berlalu dan ia mempunyai banyak teman di dalam kelasnya bahkan di kelas yang lain. Ia juga sudah jarang menyendiri dan melakukan hal-hal yang bermanfaat untuk menghilangkan kebosanannya. Kali ini kesedihan itu akan ia kubur dalam-dalam di hatinya, membiarkan waktu yang akan menghapusnya.