Detektif Katak

Dari Wikibuku bahasa Indonesia, sumber buku teks bebas

      Hujan turun karena katak memanggilnya, lalu apa yang dapat memanggil katak untuk keluar dari sarangnya?. Jawabannya adalah misteri!.

Kode namaku adalah Anura. Kebanyakan orang memanggilku dengan sebutan si detektif katak karena aku adalah sosok periang yang senang loncat kesana kemari mencari misteri yang belum terpecahkan!. Aku juga seorang detektif yang menyelesaikan misteri-misteri yang bersifat rahasia lho. Ssttt. Jangan bilang siapa-siapa ya!.

      Aku mendongak melihat langit yang cerah namun pemandangan yang ku lihat saat ini sedikit membuatku jengkel karena hujan turun tanpa adanya mendung. Benar!. Langit cerah tapi hujan turun. Kata orang dulu, hujan panas ini adalah pertanda buruk tapi sebenarnya ada penjelasan ilmiahnya, kenapa hujan turun disaat langit cerah?.

Penjelasan sederhananya adalah, hujan panas terjadi ketika awan mendung yang menutupi sebuah wilayah hanya berukuran kecil sehinga masih terdapat celah untuk matahari menyinari suatu wilayah itu  sehingga mengalami kedua kondisi tersebut secara bersamaan.

      Tepat setelah hujan berhenti. Aku mendapatkan permintaan rahasia dari klienku yang berporfesi sebagai guru. Ia memintaku untuk memecahkan sebuah misteri di SDN pelangi tempatnya mengajar. "Akhirnya ada misteri yang datang untukku!". Aku menjadi sangat bersemangat dan segera berlari ke sekolah dasar yang terletak di ujung jalan sana seperti seekor katak yang kegirangan saat hujan turun. Tapi aku bukan katak ya!.

Klienku mengatakan jika saat hujan turun, akan muncul aroma tidak sedap yang mengganggu proses belajar mengajar sehingga ia memintaku untuk mencari penyebabnya. Sebenarnya para staf di sekolah itu sudah melakukan pemeriksaan tapi mereka tidak menemukan keanehan yang menyebabkan bau tak sedap itu muncul sehingga mereka akhirnya memanggilku untuk memecahkan misteri ini.

Oh ya. Jika berbicara tentang bau, aku jadi ingat aroma petrichor  kesukaanku. Aroma petrikor sendiri adalah aroma alami berbau khas yang dihasilkan saat hujan jatuh di tanah kering.

Aroma petrikor tersebut berasal dari minyak yang dikeluarkan oleh tumbuhan tertentu saat cuaca kering, kemudian minyak tersebut diserap oleh tanah dan batuan yang terbentuk dari tanah liat. Ketika hujan turun, minyak tersebut dilepaskan ke udara bersama senyawa lain bernama geosmin, produk sampingan metabolisme aktinobakteri, yang dikeluarkan oleh tanah basah sehingga menghasilkan bau yang unik.

Gluduk!. Gluduk!.

Suara gemuruh kembali terdengar. Kali ini awan mendung yang besar menutupi langit sehingga menjadi gelap dan hujan deras pun kembali turun. Untungnya aku sudah sampai di gedung sekolah ini. Aku pun berjalan ke lantai dua gedung untuk menjelajahi tempat itu karena bau tak sedapnya datang dari lantai dua menurut si guru.

Jam masih menunjukan pukul setengah satu siang dan proses belajar mengajar masih berlangsung sehingga aku harus menunggu sekitar setengah jam lagi sebelum jam sekolah berakhir karena aku harus memeriksa setiap kelas yang ada di lantai dua ini agar dapat memecahkan misterinya.

Si guru sebelumnya bercerita jika bau tak sedap itu seperti bau bangkai yang aneh. Si guru juga menghubungkan cerita bau tak sedap itu dengan kejadian sebulan yang lalu ketika polisi berhasil menangkap pelaku pembunuhan yang berkeliaran di lingkungan sekitar sini. Si guru dan para staf sekolah lainnya mulai merasa takut karena bau tak sedap dan kejadian penangkapan pembunuh itu. Pasalnya, mereka menebak-nebak dan mulai menghubungkan dua kejadian itu. Mereka berdikir jika bau tak sedap itu bisa saja datang dari bau mayat yang di sembunyikan oleh si pelaku pembunuhan, dan lokasi yang dipilih pembunuh itu adalah sekolah ini.

Tiba-tiba aku merasa ngeri dan ingin pulang saja ketika membayangkannya, tapi aku harus bersikap profesional untuk memecahkan misteri ini sebagai seorang detektif!. Aku tidak akan menyerah!. Aku akan meneruskan penyelidikanku meski diselimuti atmosfer horor sekalipun.

Tes!. Tes!.

Kepalaku tiba-tiba terasa dingin oleh tetesan air, padahal aku berada di dalam gedung. Aku pun mendongakan wajahku ke atas dan melihat rembesan air dari atap plafon yang berwarna putih pudar dan sedikit memiliki celah. Rupanya air bocor toh!.

Aku berjalan dari ujung kelas di timur ke ujung kelas di barat. Beberapa murid di kelas nampak menutup hidung mereka karena bau itu mulai menyebar. Tapi satu hal yang kusadari. Bau itu rupanya hanya menyerang kelas yang berada di tengah gedung ini yakni kelas empat A-B dan kelas lima A. Sisanya tak memiliki masalah.

Aku juga sudah sadar dan dapat mencium bau tak sedap yang memenuhi udara. Intinya aku harus memeriksa tiga kelas ini untuk melihat penyebab bau tak sedap ini menyerang.

Begitu jam sekolah usai, aku segera mengecek ruang kelas, namun aku tak sendiri. Ada seorang anak siswa bernama mentari yang rupanya mengagumi sosok detektif sepertiku sehingga ia mengikuti penyelidikanku ini setelah mendapatkan izin dari wali kelasnya.

"Kak Anura, kakak gak kebau-an?" Tanya mentari dengan heran.

"Bau kok" jawabku.

"Tapi kok tidak menutup hidung?"

"Kalau aku menutup hidung, nanti aku tidak bisa mendapatkan petunjuknya. Kan satu-satunya petunjuk dari misteri ini adalah bau-nya. Iya kan?" Terangku pada mentari. Dia nampaknya masih mencoba memproses keteranganku dengan wajah bingung sampai beberapa menit kemudian, akhirnya ia paham dan wajahnya kembali menjadi cerah seperti namanya.

Mentari mengekor di belakangku dan menirukan segala tindakan yang kulakukan, termasuk tidak menutup hidungnya. Aku hanya menggeleng-gelengkan kepala sembari menahan tawa karena mentari nampaknya tidak tahan dengan bau tak sedap ini, tapi dia bocah yang keras kepala sehingga ia mencoba menahan nafasnya beberapa kali.

Aku meneruskan langkahku. Dan kini aku sudah berada di kelas 5-A. Ini adalah kelas terakhir yang akan ku cek sekaligus kelas mentari berada.

"Kak, jangan-jangan mayatnya ada di kelas-ku ya?!" Mentari mengoceh dan membuatku terkejut.

"Tau darimana kamu jika ada mayat di kelas ini?"

"Bu Lita yang cerita pada kami tentang penculik dan pembunuh itu. Makannya kami disuru pulang langsung ke rumah jika sekolah sudah berakhir" celotehnya.

Aku merasa jika Bu guru Lita itu sengaja dan memanfaatkan cerita tentang pembunuhan itu untuk menakut-nakuti para siswanya agar tak keluyuran setelah pulang sekolah.

Aku hanya menjawab "Oh" dan kembali mengecek segalanya. Dari meja, bangku, kolong-kolongnya, lantai, lemari, dan segala hal yang ada di kelas itu. Tapi aku tidak menemukan keganjilan. Penyelidikanku semakin terasa sulit karena bau tak sedap ini menyebar dan tidak berasa dari satu titik saja. Selain itu, aku juga sudah tak tahan dengan bau tak sedap ini jadi aku memutuskan untuk keluar sebentar dan menghirup udara sore hari yang diliputi hujan.

"Kak, kok keluar?. Udah menemukan misterinya?!" Tanya mentari dengan antusias menanti jawaban dariku. Sayangnya aku hanya dapat memberikan jawaban yang membuatnya sedikit cemberut karena tak memenuhi harapannya. Lagipula aku keluar ruangan untuk membuat indra penciuamanku menjadi netral sebelum akhirnya aku kembali mencium bau tak sedap itu lagi untuk melanjutkan penyelidikanku.

Darimana sebenarnya bau tak sedap ini berasal?. Aku berfikir keras untuk mencari jawabannya.

Aku kembali bolak-balik dari kelas 4-A, 4-B, dan 5-A, tapi aku masih buntu. Aku tidak menemukan petunjuknya sedikitpun.

Krontang!.

"Ya ampun!" Aku terkejut saat mentari masuk ke kelas dengan membawa ember yang sepertinya ia dapatkan dari kamar mandi.

"Kenapa kamu membawa ember kosong?" Tanyaku penasaran sembari membantunya berdiri karena sempat terjatuh tadi dan embernya pun ikut jatuh. Penyebabnya karena lantai yang licin.

Air!.

Hebat!. Aku menyadari sesuatu setelah melihat lantai licin yang membuat mentari jatuh bersama ember kosong yang dibawanya itu.

"Disini bocor kak. Jadi aku ambil ember buat menampung tetesan air yang jatuh" jelas mentari menjawab pertanyaanku sebelumnya.

Aku melihat arah mentari berjalan dan melihat ke atas plafon yang merembeskan air. Aku juga baru ingat jika sebelumnya, aku terkena bocor saat berada di koridor karena atap plafon yang retak.

Fikiranku mulai bekerja. Aku mengambil meja dan mengambil bangku. Aku lalu menaruh bangku ke atas meja dan lantas aku pun menaiki bangku yang berada di atas meja itu dengan hati-hati dan Bingo!. Akhirnya misteri terpecahkan!.

Aku pun turun dari atas bangku dan meja itu dan mengatakan kepada mentari jika kasus misteri ini sudah terpecahkan!.

"Ayo turun dan bicara ke wali kelasmu" ajakku pada mentari.

"Udah ketemu misterinya kak?. Baunya datang darimana?, kenapa kakak tadi naik ke atas bangku dan meja?"

"Oh ya. Ini peringatan. Jangan mengikutiku menaiki bangku dan meja seperti tadi ya?" Jelasku sebelum aku menjelaskan inti dari semua masalah ini pada mentari dan klienku.

"Baunya datang dari bangkai tikus yang telah mengering namun kembali basah karena terkena air hujan yang kemungkinan merembes masuk kedalam plafon. Lagipula bau tak sedapnya hanya muncul ketika hujan turun kan?"

"Maksudnya, ada bangkai tikus di dalam atap plafon?" Tanya klienku.

"Ya"

"Oh ya ampun. Pantas saja dicari kemanapun tidak ketemu. Ternyata asalnya ada di langit-langit toh"

"Benar. Karena atap plafon jarang diperhatikan, jadi tidak ada yang berfikir jika bau itu datang dari sana"

"Bagaimana anda bisa mengetahui itu?"

"Karena murid bawel satu ini. Dia terus membuat gaduh, tapi berkat Mentari aku jadi menyadarinya" ucapku sembari tersenyum kepada Mentari.

"Begitu ya. Sepertinya Mentari sudah cocok menjadi asisten detektif ya?"

Aku tertawa dan memuji Mentari "Haha!. Anda benar!. Dia pasti cocok. Jika sudah besar nanti, dia pasti bisa menjadi detektif yang hebat juga"

"Terimakasih atas kerjasamanya, detektif katak"

"Sama-sama. Oh ya. Sebaiknya atap plafon dilakukan pengecekan berkala agar tidak menjadi sarang tikus dan menghindari kerusakan sehingga langit-langit menjadi bocor" ucapku memberikan saran.

"Kak detektif katak. Aku boleh bertanya?" Mentari bersuara lagi setelah diam mendengar pembicaraanku dengan gurunya.

"Ya?. Mau tanya apa?"

"Kenapa bangkai tikus mengeluarkan bau?"

"Oh. Pertanyaan yang bagus!. Aku akan menjelaskannya ..."

Aku pun menjelaskan pada mentari jika bangkai tikus bau karena senyawa kimia yang diproduksi dari tubuh tikus saat tubuh tikus membusuk. Termasuk di antaranya adalah zat kimia sulfur dioksida dan metana yang memiliki aroma tak sedap sehingga bangkai tikus pun memiliki bau tak sedap sepertinya.

Akhirnya pekerjaanku hari ini selesai. Aku juga mendapatkan pelajaran baru hari ini jika aku harus lebih peka terhadap lingkungan sekitar. Aku harus mencoba belajar mempelajari hal-hal yang biasanya di abaikan karena di anggap tak penting tapi sebenarnya hal biasa pun bisa dapat menjadi bermakna jika diperhatikan dengan benar.