Dewi Sekar Jagad
Premis
[sunting]Sekar Arum bermimpi bertemu Sekar Jagad untuk mewujudkan mimpi Ibu yang belum terwujud sebelum meninggal, dalam perjalanan mewujudkannya Sekar Arum menemukan kembali semangatnya.
Lakon
[sunting]- Sekar Arum
- Mbah Uti
- Pakde Karyo
- Dewi Sekar Jagad
Lokasi
[sunting]Kampung Batik Jetis – Sidoarjo – Jawa Timur
Cerita Pendek
[sunting]Namaku
[sunting]Namaku Sekar Arum, kata Ibu nama itu memiliki arti yang sangat indah, yaitu bunga yang wangi, Nama Sekar Arum adalah pemberian nenek yang kupanggil Mbah Uti. Mbah Uti sengaja memberi nama itu dengan harapan, kelak aku bisa menjadi pribadi yang selalu menebar wangi, seperti wangi bunga.
Mbah Uti memiliki toko batik sekaligus tempat pembatikan di Kampung Batik Jetis Sidoarjo Jawa Timur. Sepeninggal Ibuku dua tahun yang lalu, toko itu tutup. Usia Mbah Uti yang cukup renta menjadikan Mbah Uti tak lagi kuat, bahkan untuk sekedar memegang canting untuk membatik. Saat itu satu-satunya harapan Mbah Uti hanyalah Ibu. Namun takdir berkata lain ibu meninggal akibat kecelakaan saat belanja alat batik di Surabaya.
Sebenarnya aku masih punya Ayah, Namun ayahku bekerja sebagai Nahkoda Kapal pencari ikan milik perusahaan besar di Surabaya. Ayah hanya pulang setiap tiga bulan sekali. Sepeninggal ibu, aku merasa sangat sepi, tak ada lagi yang mengajakku untuk jalan-jalan sekedar membeli alat batik, dan tak ada lagi yang mengajakku membuat batik seperti dulu.
Mimpi
[sunting]Malam ini suasana Kota Sidoarjo tampak lengang, gerimis membasahi hampir seluruh kampung kami. Di kamar sebelah, sayu-sayup kudengar Mbah Uti mendendangkan lagu berbahasa Jawa. Lagu yang selalu kudengar saat Mbah Uti membatik bersama Ibu di gudang belakang rumah. Lagu itu membuatku mengantuk.
“Jedeeerrr”
Suara petir membuatku terbangun, Di sudut ranjang tempatku berbaring ada seorang anak seusiaku duduk sambil memegang selendang batik.
“ Si – Siapa Kamu “ Tanyaku terbata-bata.
“ Aku Sekar Jagad “
Dia menjawab sambil tersenyum, wajahnya sekilas mirip denganku, hanya saja baju yang dia pakai tampak kuno. Sekar Jagad kemudian mengajakku menuju kamar Mbah Uti, Di sebuah lemari tua dia menunjuk sesuatu.
“ Bacalah diari Ibumu!”
Itu kata terakhir yang kudengar sebelum Mbah Uti membangunkanku untuk berangkat ke sekolah.
Diari Ibu
[sunting]Sebagai siswi kelas enam Sekolah Dasar seharusnya aku lebih semangat sekolah, namun entah kenapa semenjak ibu meninggal, semangatku mendadak hilang. Aku lebih sering melamun.
Sepulang sekolah aku bergegas menuju kamar Mbah Uti. Kubuka lemari tua perlahan, benar saja di dalamnya terdapat buku diari Ibu. Buku yang lebih besar dari ukuran diari biasanya, di sampingnya terdapat pula selendang batik persis seperti yang dipakai Sekar kemarin malam.
Di halaman awal diari Ibu terdapat tulisan namanya “Dewi sekar Jagad”. Halaman berikutnya berisi gambar-gambar beragam motif bunga, mulai dari gambar bunga kenanga, bunga melati, bunga mawar, bunga sepatu, bunga tebu, bunga kopi dan beberapa bunga lain yang tak kutahu namanya. Sebelum halaman terakhir kutemukan lipatan kertas berukuran 120 x 60 sentimeter berisi gambar pola lengkung memanjang, tiap lengkungnya terdapat pola bulatan tak sempurna yang di dalamnya terdapat beragam motif bunga yang berbeda. Gambar itu sangat indah, namun sayangnya gambar itu tak berwarna.
Di akhir halaman diari Ibu tertulis “ Untuk Anakku Sekar Arum, Jadikan aku bermakna!”
Mewujudkan Keinginan Ibu
[sunting]Aku membawa gambar tak berwarna punya Ibu ke toko batik Pakde Karyo. Pakde Karyo adalah kakak laki-laki Ibuku. Ketika melihat gambar buatan Ibu, Pakde Karyo terkejut. Sambil mengusap ujung matanya yang basah Pakde bercerita bahwa sebelum meninggal Ibu ingin sekali membuat batik motif Sekar Jagad.
Ibuku bernama Dewi Sekar Jagad, Nama itu berasal dari bahasa Jawa. Dewi artinya wanita, Sekar artinya bunga, Jagad artinya alam semesta. Nama ini sekarang dikenal sebagai salah satu nama motif batik di daerah kami, Sekar Jagad. Seperti namanya Ibu lebih suka menggambar batik dengan motif bunga yang beragam. Mbah Uti senang sekali memberi nama bunga untuk anak-anak perempuannya, termasuk aku cucunya, Sekar Arum.
Perkataan Pakde Karyo membuatku ingin segera mewujudkan keinginan Ibu, Hari itu tepat di hari minggu, tiba-tiba aku merasa sangat bersemangat. Kubuka kembali gudang belakang rumah. Meja kaca tempat Ibu menggambar motif batik tampak berdebu. Beberapa helai kain primisima polos masih tertata rapi di lemari, berjajar rapi dengan canting, malam/Lilin Batik, Wajan, Kompor kecil, kuas, sarung tangan dan toples-toples berisi pewarna batik alami. Pewarna batik alami itu berasal dari beberapa kulit pohon dan dedaunan yang dikeringkan, seperti kulit pohon sengon, kulit pohon mangga, Daun suji, kunyit dan beberapa bahan alam lain. Ibu memang lebih suka mewarnai batik dengan pewarna alami.
Aku hafal betul prosesnya, karena Ibu sering mengajakku membuat batik. Mula-mula kuletakkan gambar buatan ibu di meja kaca, di atasnya kuletakkan kain katun primisima, kujiplak desain itu dengan pensil. Setelah jadi, kain kusampirkan pada benda serupa gawang yang terbuat dari kayu, tapi ukurannya lebih kecil. Kompor batik kecil kunyalakan, kutunggu malam/lilin batik hingga mendidih. Sambil bergetar kutorehkan lelehan malam ke atas kain batik. Tanganku terasa ringan hingga saat aku membuat cairan untuk mewarnai batik. Kurebus kayu sengon untuk warna coklat, daun suji untuk warna hijau dan kunyit untuk warna kuning.
Setelah cairan pewarna siap, kuletakkan kembali kain di atas meja kaca, kukuas bagian motif bunga dengan warna kuning dan hijau untuk daun, sementara itu warna coklat untuk dasarnya. Agar warna tetap awet kucelupkan kain batik yang sudah diwarnai pada larutan tawas kemudian kukeringkan. Setelah kering kurebus kain batik dengan air mendidih hingga malam/lilin batik terlepas. Kuhamparkan kain batik yang sudah jadi untuk dijemur. Saat melihat hasilnya, entah kenapa aku sangat bahagia. Aku seperti melihat wajah Ibu yang sedang tersenyum.
Kembali Bersemangat
[sunting]Mata Mbah Uti Berkaca-kaca melihat kain batik buatanku, Ia seperti melihat Ibu dalam diriku. Pakde Karyo juga sangat bahagia. Ia tidak menyangka aku bisa mewujudkan keinginan terakhir Ibu, Dipajangnya kain batik buatanku di tokonya. Pakde memberinya nama, Batik Dewi Sekar Jagad, Seperti nama Ibuku.
Sambil mengamati toko Pakde Karyo, aku melihat foto jaman dahulu Pakde dan Ibu semasa Kecil yang dipajang di dinding toko. Kulihat ada wajah yang tak asing lagi, wajah yang hadir dalam mimpiku. Wajah Sekar Jagad. Dia Mirip sekali dengan wajah Ibu di waktu kecil, mungkinkan itu Ibu yang hadir dalam mimpiku. Mataku pun berkaca-kaca. Hari ini aku sangat bahagia.
TAMAT