Lompat ke isi

Dokumenter/Eksistensi Kelenteng Thien Ie Kong sebagai wujud multikulturalisme di Samarinda

Dari Wikibuku bahasa Indonesia, sumber buku teks bebas

Eksistensi Kelenteng Thien Ie Kong Sebagai Wujud Multikulturalisme di Samarinda merupakan film dokumenter singkat yang dikerjakan untuk memenuhi tugas mata kuliah Antropolinguistik. Film dokumenter ini akan menampilkan megahnya Kelenteng Thien Ie Kong, yang merupakan kelenteng tertua dan satu-satunya di kota Samarinda. Melalui film dokumenter kelenteng yang menaungi tiga agama sekaligus ini, yaitu Buddha, Konghucu, dan ajaran Taoisme, diharapkan dapat membuka mata masyarakat umum terkait multikulturalisme, serta bentuk toleransi dalam menjalani kehidupan.

Judul dan Informasi Dasar[sunting]

  1. Judul Film: Eksistensi Kelenteng Thien Ie Kong Sebagai Wujud Multikulturalisme di Samarinda.
  2. Sutradara: Aditya Fahrul Setiawan.
  3. Tahun Rilis: 2024.
  4. Durasi: 5--10 Menit.
  5. Produksi: Antropolinguistik B.

Sinopsis Singkat[sunting]

  • Deskripsi Umum: Dokumenter ini menceritakan eksistensi Kelenteng Thien Ie Kong sebagai wujud multikulturalisme beragama di Samarinda. Sebagai kelenteng satu-satunya di Samarinda, kelenteng ini menaungi tiga agama sekaligus, yaitu Buddha, Konghucu, dan ajaran Taoisme. Kelenteng menandakan eksistensi keberagaman suku, bangsa, ras, dan budaya yang juga memiliki nilai-nilai toleransi di dalamnya.
  • Tujuan Film: Menampilkan Kelenteng Thien Ie Kong kepada masyarakat umum terkait fenomena-fenomena nyata yang terjadi pada Kelenteng tersebut, yang mengandung nilai multikulturalisme di dalamnya.

Latar Belakang[sunting]

  • Konteks: Di balik fenomena sosial yang sering terjadi di Indonesia, terkait toleransi keagamaan, budaya, ras, suku, bangsa, dan permusuhan antar-golongan. Kelenteng ini menunjukkan nilai toleransi yang dapat dijadikan contoh oleh masyarakat.
  • Motivasi Pembuat Film: Kelenteng ini merupakan salah satu situs sejarah di Samarinda, wujud eksistensi masyarakat Tionghoa di Samarinda, dan menunjukkan nilai toleransi di dalamnya. Dengan memperkenalkan situs budaya ini, diharapkan penonton dapat mempelajari nilai toleransi yang selalu diajarkan bahkan dilakukan oleh kelenteng. Perkenalan lebih dalam terkait ke-Buddha-an Thionghoa yang terdapat pada kelenteng membuat stigma masyarakat harusnya tidak terjadi, dan kita bisa hidup berdampingan tanpa kecurangan satu sama lain.

Plot dan Struktur[sunting]

  • Alur Cerita: Kami mengunjungi kelenteng tertua di Samarinda, di Jalan Yos Sudarso. Setibanya di sana, kami bertemu Pak Fandi selaku pengurus kelenteng. Lalu, kamu memewancarai Pak Fandi, mulai dari sejarah kelenteng, multikulturalisme, hingga pada filosofi kelenteng. Kemudian, kami diajak berkeliling kelenteng oleh Pak Fandi, yang mana beliau turut menjelaskan Dewa-Dewi yang terdapat di sana.
  • Bab atau Segmen: Film dokumenter ini akan terbagi dalam 5 segmen, yaitu pembukaan, sejarah multikulturalisme, penamaan (menjelaskan perihal penamaan Thien Ie Kong pada kelenteng ini), dan penutup.

Tokoh dan Subjek[sunting]

  • Subjek Utama: Kelenteng Thien Ie Kong
  • Wawancara dan Narasumber: Pak Fandi, selaku pengurus Kelenteng Thien Ie Kong.

Teknik dan Gaya[sunting]

  • Teknik Sinematografi: Teknik pengambilan gambar yang digunakan, seperti close-up, panning, atau aerial shots.
  • Penyuntingan: Gaya penyuntingan yang digunakan, apakah film disusun secara kronologis, atau menggunakan teknik lain seperti montase.
  • Musik dan Narasi: Bagaimana musik dan narasi digunakan untuk mendukung cerita.

Pesan dan Tema[sunting]

  • Pesan Utama: Multikulturalisme dapat diwujudkan melalui berbagai bentuk, salah satunya kehadiran bangunan Kelenteng Thien Ie Kong. Melalui dokumenter ini, tim kami merepresentasikan Kelenteng Thien Ie Kong sebagai wujud multikulturalisme yang ada di Kota Samarinda. Dengan demikian, melalui Kelenteng Thien Ie Kong, harapan kami tentang moderasi beragama yang ada di Kota Samarinda dapat terlaksana, serta dapat meningkatkan toleransi antar umat beragama di Kota Samarinda.
  • Tema-tema Sentral: Sejarah dan Sosial Budaya

Analisis dan Interpretasi[sunting]

  • Analisis Kritis: Film dokumenter ini tidak hanya menyoroti Kelenteng Thien Ie Kong, melainkan turut mengulik tentang peran penting bangunan Kelenteng Thien Ie Kong terhadap keberlangsungan kehidupan, serta keberagaman sosial budaya di lingkungan sekitar kelenteng.
  • Interpretasi Pribadi: Menciptakan cara pandang positif serta toleransi terhadap umat beragama, terutama pandangan terhadap umat Konghucu, mengangkat isu minoritas yang ada di Kota Samarinda, serta menambah wawasan mengenai sejarah Kelenteng Thien Ie Kong.

Reaksi dan Dampak[sunting]

  • Tanggapan Penonton: Bagaimana penonton dan kritikus merespon film ini?
  • Dampak Sosial: Apakah film ini berhasil mempengaruhi opini publik atau kebijakan terkait isu yang dibahas?

Kesimpulan[sunting]

  • Ringkasan Akhir: Ringkas kembali poin-poin utama dari film.
  • Rekomendasi: Film dokumenter ini direkomendasikan untuk masyarakat umum agar lebih mengenal dan menghargai eksistensi Kelenteng Thien Ie Kong, yang hadir sebagai wujud multikulturalisme di Samarinda.

Referensi dan Sumber[sunting]

  • Daftar Referensi: Sebutkan sumber-sumber yang digunakan dalam pembuatan ringkasan ini, jika ada. Ini termasuk artikel, buku, atau wawancara yang relevan.

Pranala film[sunting]

Cantumkan link film dokumenter.

Anggota[sunting]

  1. Aditya Fahrul Setiawan
  2. Kayla Safitri
  3. Nur A'ina
  4. Prayoga Pri Anggara

Dosen Pembimbing[sunting]

Sindy Alicia Gunawan, S.s., M.Hum.