Dreams and Visions: Is Jesus Awakening the Muslim World?/Suriah - Mata-Mata di Gereja

Dari Wikibuku bahasa Indonesia, sumber buku teks bebas

Langganan Terbaik Polisi Rahasia, Jilid 1[sunting]

Foto Bashar Assad tampak baru. Adel tahu bahwa foto itu belum ada di situ kemaren malam - seseorang tentu telah menggantungkan foto itu di pagi hari. Mungkin dia akan tahu mengapa alasannya malam ini. Hari ini merupakan hari ke-15 di mana dia telah "diundang" datang menemui petugas² keamanan kota itu.

"Inilah tubuhku ..." pertemuan gereja di rumahnya malam itu tengah melakukan Perjamuan Kudus ketika surat panggilan datang. Setiap orang di kelompok itu terkejut mendengar suara gedoran di pintu apartemen. Kedua bahu Adel Haddad terjatuh lemas, tangannya saat itu sedang siap memecahkan roti. Dia tadinya berharap hari itu bisa berlangsung tanpa adanya panggilan untuk menghadap ke stasiun polisi lagi.

Adel berdiri diam untuk beberapa detik diantara teman²nya yang berdiri melingkarinya sebelum dia menaikkan kedua alisnya, memaksakan senyuman, dan berkata, "Aku ini langganan terbaik mereka."

Dia mencium istrinya dan berdoa memberkati gereja rumahnya yang baru berusia dua bulan dengan cepat. Dari apartemennya yang kecil di tengah kota Aleppo, kota terbesar di Syria, taksi membawa Adel ke sebuah gedung tersendiri di jalanan yang berdebu, yang jauhnya bermil-mil di luar batas kota.

Ini jauh sekali, ingat Adel, pemandangan sekitar mungkin belum berubah banyak sejak jaman kuno Jalan Sutra.

Setidaknya kali ini dia masih boleh melihat sekelilingnya. Penangkap²nya tidak menutup matanya kali ini karena keadaan gelap di malam hari. Ketatnya kontrol yang diterapkan Pemerintah Syria terhadap masyarakatnya merupakan hal yang lumrah dilakukan di berbagai negara Arab yang suka menindas. Pihak polisi begitu mengembangkan jaringan mata²nya sehingga diperkirakan 40% dari populasi masyarakat punya hubungan langsung dengan setidaknya satu cabang badan polisi rahasia. Adel merupakan satu dari 60% populasi yang tak punya hubungan dengan polisi rahasia, dan dia terus menerus ditangkap karena dia memimpin sebuah gereja di apartemennya. Meskipun teknik interogasinya baik, Adel tetap tak mau membantu pihak polisi untuk mengembangkan jaringan mata² mereka bagi umat Kristen lainnya.

Malam ini dia menjadi tamu di Shu'bat al Mukhabarat, polisi rahasia militer yang melapor langsung pada Presiden Bashar Assad dan kantor utamanya di Damaskus.

"Adel, apakah benar bahwa ada orang² Muslim di gereja²mu?" pertanyaan dimulai. "Apa maksud pertanyaanmu itu?" wajah Adel tak menunjukkan perasaan apapun saat dia balik bertanya pada polisi yang berdiri di sisi lain meja interogasi.

"Saya bicara langsung saja padamu," kata Jabir Ramali pada Adel. "Apakah engkau membaptis orang² Muslim?"

Adel telah berlatih menjawab, sama seperti para pemeriksanya telah berlatih bertanya. Seorang pengamat tak berpengalaman tentu mengira raut muka kaget di wajah Adel tampak jujur. Adel memandang lingkar pinggang polisi gendut itu yang tampak lebar, lalu dia memandang wajahnya. "Apakah aku membaptis Muslim?"

"Iya, itulah pertanyaanku." Polisi gemuk itu bernafas dengan berat.

"Aku jamin, Pak Jabir, kami hanya membaptis orang Kristen saja!" Adel tetap menatapnya.

Pak polisi menatap kosong padanya, luput menangkap makna sebenarnya pernyataan Adel. Menyadari bahwa jawabannya telah menyelamatkannya, Adel menundukkan tatapan matanya ke meja sambil sedikit tersenyum.

Masa yang Sulit[sunting]

Perjalanan Adel untuk menjadi langganan polisi rahasia dimulai lima tahun yang lalu. Sewaktu masih remaja imannya pada Islam tergolong normal saja, tapi Adel berubah setelah dewasa. Dia jadi sangat berhasrat menemukan kebenaran tentang Tuhan di manapun dan bagaimanapun juga. Dia mencari keterangan berjam-jam setiap hari di internet, mempelajari setiap agama utama di dunia, dan yakin bahwa dia bisa mencari jawaban bagi pertanyaan² dalam lubuk hatinya.

Awal dari akhir pencariannya terjadi di malam pertama dia bertemu dengan Yesus di sebuah mimpi. Keesokan paginya, dia mencoba meyakinkan dirinya bahwa itu hanya "sekedar" mimpi belaka, yang berasal dari hasrat yang muncul alam bawah sadarnya dan dimotivasi oleh dorongan pikiranya tentang hal² spiritual. Tapi di pagi hari berikutnya - setelah semalam sebelumnya dia mengalami mimpi bertemu Yesus untuk kedua kalinya - mengabaikan pengalaman itu menjadi lebih sukar. Duapuluh delapan malam berturut-turut bertemu Yesus membuat Adel tidak berdaya di hadapan Tuhan maha pengasih yang ditemuinya dalam mimpi. Seminggu setelah mimpi terakhir, dia bertemu dengan orang Kristen yang bisa menjelaskan apa yang harus dia lakukan, dan Adel lalu menerima Yesus Kristus dalam hidupnya.

Jika dulu Adel berusaha keras mencari Tuhan, maka sekarang dia pun berusaha keras berbakti pada Tuhan. Dengan cepat dia menarik perhatian polisi rahasia dan dia berjanji pada dirinya dan pada Tuhan, bahkan sebelum interogasi pertama, bahwa dia akan selalu menjawab pertanyaan² dengan jujur. Tapi dia tidak memberikan keterangan apapun yang tak perlu disampaikannya. Kurang dari setahun sebelumnya, dia diinterogasi untuk pertama kalinya oleh polisi.

"Mengapa engkau mengganggu aku setiap hari?" Adel bertanya pada mereka. "Apakah aku melanggar hukum dengan membaca Alkitab bersama teman²ku?" Dia mencoba membela diri dengan bertanya pada polisi.

"Iya, jika teman²mu itu Muslim."

"Kalau begitu, jika Muhammad hidup di Syria saat ini, dia juga harus dipenjarakan dong. Dia berkata di Qur'an bahwa Alkitab adalah satu dari buku² suci Islam."

Polisi penyidik itu menjadi marah ketika Adel menyinggung tentang si nabi besar. "Ya, kami tahu apa yang diajarkan nabi, Adel, tapi Muhammad tidak mencoba mengubah iman orang untuk mengikuti Kristen."

Pernyataan polisi itu menghancurkan rasa percaya diri Adel. Dia ingat pertanyaan Mahmoud di rumahnya, hanya beberapa jam yang lalu di ruang tengahnya: "Jika aku mengikut Yesus, apakah ini berarti aku murtad?"

Ternyata apartemenku disadap. Gelombang rasa mual dan pusing melanda Adel ketika menyadari hal itu. Empat jam interogasi yang terjadi kemudian terasa kabur dalam ingatan pemuda itu, tapi entah bagaimana pihak polisi untuk sementara merasa puas dengan jawabannya. Meskipun mereka membebaskan dia setelah interogasi itu, beberapa orang berbaju abu² terus saja mengikuti dia tiap hari setelah itu.

Interogasinya yang kedua dengan polisi tidak berakhir menyenangkan. Akhirnya dia dipenjara di penjara Bab Touma. Penjara ini merupakan tempat mengurung "tawanan² politik"; dan memang banyak cara yang mengakibatkan warga Syria berakhir di penjara Bab Touma. Aktivitas apapun yang tak direstui oleh para pengawas Syria dapat dikategorikan sebagai kriminal politik. Bagi Adel, tindakan kriminal yang dilakukannya adalah membagi keterangan dari Injil pada Muslim Alawit. Kaum Alawit adalah anggota² keluarga Assad, dan mencobai mereka dengan agama kafir bukanlah pelanggaran yang kecil. Adel khawatir dia akan dipenjara di Bab Touma seumur hidupnya.

Di luar kota Damaskus, Bab Touma dikenal sebagai penjara kelas berat dengan pengamanan maximum. Bagi para tahanan, tempat itu dikenal sebagai tempat penyiksaan.

Jeritan² tawanan lainnya seringkali lebih menyayat jiwanya daripada penderitaannya sendiri. Dia kemudian menyadari bahwa rasa sakit yang dideritanya telah membuatnya semakin dekat pada Tuhan, jauh lebih dekat dari cara lainnya. Setelah seminggu dipenjara di Bab Touma, Adel merasa hidupnya akan berakhir, dan dia sudah bertekad untuk tetap setia pada Yesus sampai ajal. Meskipun dia tak mengalami mimpi, tapi dia merasa "awan yang penuh dengan para saksi surgawi" menyorakinya dalam jiwanya.

Kesiapan Adel untuk mati di Bab Touma membuatnya berani membagi imannya secara terang²an dengan tawanan² lainnya dan bahkan juga pada penjaga penjara. Sambil mengutip ayat² Mazmur keras², Adel seringkali melihat satu atau lebih penjaga penjara yang berdiri di luar sel ikut mendengarkan apa yang diucapkannya. Para penjaga membiarkan saja Adel membagi keterangan injil pada tawanan lainnya.

"Mengapa," Adel akan bertanya begitu pada tawanan lain, "para penjaga penjara yang menawan kita di sini dalam nama Islam dan Allah, yang adalah satu²nya Tuhan, menyiksamu sampai engkau bersedia berteriak 'Bashar Assad adalah Tuhan'? Siapa sebenarnya yang mereka sembah di sini?" Dia menunjukkan kerancuan ini pada mereka yang mengaku berbakti pada Muhammad.

Setelah dipenjara di Bab Touma selama 40 hari, dan ini terasa seperti sepanjang hidup, Adel akhirnya dibebaskan. Dia tidak pernah tahu alasan pembebasannya.

Langganan Terbaik Polisi Rahasia, Jilid 2[sunting]

Hubungan lebih lanjut antara Adel dengan polisi rahasia Syria telah membuatnya mampu memandang para polisi dan pekerjaan mereka dari sudut pandang kemanusiaan, dan tak banyak orang yang mampu melakukan ini. Dia hampir tak pernah marah atau tersinggung terhadap para polisi rahasia ini. Tuhan telah memberinya rasa belas kasihan yang besar pada mereka dan dia jadi suka berbicara dengan "teman²nya" yang bekerja melayani Pemerintah. Beginilah keterangan tentang mereka yang dia sampaikan.

Perubahan Haluan[sunting]

Para Shu'bat (polisi rahasia) adalah manusia² juga. Aku kenal banyak dari mereka sehingga bisa menyapa dengan nama depan mereka. Bekerja sebagai polisi rahasia berarti negara memiliki mereka. Ini sungguh pekerjaan yang sulit. Engkau pergi ke manapun mereka memerintahkan dirimu, kapanpun mereka memerintahkan dirimu. Tapi ini adalah pekerjaan dan mereka digaji mahal untuk melakukannya - cukup banyak untuk menafkahi keluarga mereka.

Banyak dari mereka yang sekarang minta maaf padaku karena mengajukan berbagai pertanyaan konyol yang harus mereka tanyakan berkali-kali, tapi mereka hanya melakukan pekerjaan saja. Aku tak dendam sama sekali pada mereka.

Kisah yang paling kusuka adalah tentang polisi bernama Mohammad. Sungguh pekerjaan Tuhan yang luar biasa terhadap dirinya!

Mohammad ditugaskan untuk mengikutiku dan dia ternyata baik sekali melakukan tugasnya (aku begitu sering diikuti sehingga akhirnya bisa tahu polisi mana yang bisa mengikutiku dengan cermat dan mana yang tidak). Setelah menjaga jarak untuk beberapa hari, Mohammad suatu hari menghentikan diriku dan mengajukan pertanyaan yang tak pernah diajukan polisi lainnya padaku.

"Adel." Dia sukar menatap kedua mataku. "Mengapa ya kok aku terus-menerus bermimpi tentang Yesus?"

Awalnya aku tak tahu apakah ini pertanyaan tulus dan jujur atau apakah dia sedang mencoba menjebakku. Aku telah melihat segalanya, dari mimpi² palsu sampai percakapan² palsu di Syria - segala hal dilakukan untuk menjebak diriku untuk memberitahu nama² para pemimpin gereja bawah tanah lainnya.

Tapi Mohammad tampak gemetar. Dalam kebanyakan pertemuan yang terjadi, kata dia, Yesus mengajukan pertanyaan² padanya. Hebat bukan bagaimana cara Yesus menembus hati orang? Mohammad seringkali mengajukan pertanyaan saat interogasi, tapi sekarang dia sendiri diinterogasi Yesus. Tentu saja dia tak tahu bagaimana menjawabnya.

Satu pertanyaan yang paling mengganggunya adalah ketika Yesus bertanya, "Mohammed, mengapa engkau menganiaya Aku?"

Ketika dia menyampaikan bagian ini padaku, dia menatap kedua mataku dan berkata, "Adel, aku kan gak menganiaya Yesus! Aku hanya melakukan pekerjaanku saja!" Dia sangat terganggu dengan apa yang dikatakan Yesus padanya.

Aku bertanya padanya, "Mohammad, di manakah engkau ketika mengalami mimpi ini?" "Di kamar hotelku di Damaskus," katanya.

Aku katakan padanya bahwa aku tahu seseorang yang mengalami mimpi yang sama, dan dia sedang dalam perjalanan ke Damaskus. Pertemuan orang itu dengan Yesus terjadi di siang hari. Sebenarnya ini bukanlah mimpi tapi penglihatan.

"Apakah kejadiannya baru² ini?" tanya Mohammad padaku.

Aku jadi tersenyum mendengarnya dan aku beritahu dia bahwa kejadiannya terjadi sekitar dua ribu tahun yang lalu. Aku tak tahu apakah dia siap mendengarkan kisah ini. Dia mengatakan bahwa dia ingin tahu lebih lanjut. Maka aku bertemu tatap muka dengan Mohammad di ruang interogasi - selama beberapa bulan berikutnya. Sesuatu yang ajaib juga terjadi: mimpi²nya terus berlanjut. Pertanyaan² yang diajukan bisa dikumpulkan jadi sebuah buku, tapi dia adalah murid yang baik dan dia belajar Alkitab dengan penuh semangat yang jarang kulihat pada kebanyakan orang lain.

Sekarang Mohammad adalah bagian dari kami. Dia adalah pengikut rahasia Yesus dari bagian polisi rahasia.

Ketika dia datang pada rumah gereja rahasia kami untuk pertama kalinya, itu adalah pertemuan yang sangat mengharukan bagi kami semua. Mohammad telah memenjarakan beberapa orang dari jemaat kami di beberapa tahun terakhir. Sebagian anggota gereja kami bahkan tak bisa memandang wajahnya saat dia pertama kali berjalan masuk ke dalam pertemuan kami.

Rasa tegang begitu pekat sehingga aku harus menjelaskan, "Kita punya seorang anggota baru malam ini. Mohammad telah menyerahkan jiwanya pada Yesus."

Awalnya, tak seorang pun mampu berkata apapun, tapi begitu mereka menyadari bahwa aku serius tentang Muhammad dan tekadnya pada Yesus, seluruh dua puluh orang di ruangan itu berteriak-teriak gembira dan memuji Tuhan begitu keras sehingga aku khawatir para tetangga di apartemen sebelah akan tahu apa yang sedang kami lakukan dan memanggil polisi. Setelah semua orang tenang kembali, kami lalu meletakkan tangan kami pada Mohammad dan berdoa bagi keluarganya dan bagi keamanan dirinya.

Lalu Mohammad berdiri dan berkata, "Mohon maafkan aku atas semua yang telah kulakukan terhadap kalian selama bertahun-tahun. Aku telah membuat hidup kalian sengsara dengan mengikuti ke mana kalian pergi, interogasi kalian, dan mengancam kalian. Aku meminta maaf pada kalian semua, wahai saudara²ku." Kami semua menangis terharu di malam itu.

Pikiranku melayang kembali pada saat aku dipenjara di Bab Touma. Di sanalah aku bertemu Mohammad untuk pertama kali. Dia dahulu adalah salah satu interogatorku - dan sekarang dia adalah salah satu murid²ku.

Di saat kemudian dalam pertemuan di malam itu, dia memberitahu padaku sesuatu yang dia tak pernah sampaikan pada siapapun sebelumnya. Dia berkata bahwa Firman Tuhan telah menembus jiwanya ketika aku melafalkan ayat² Mazmur dalam sel penjaraku. Dia adalah salah satu penjaga penjara yang mendengarkan suaraku, meskipun aku tak melihatnya!

Di hari setelah Mohammad bergabung dengan kami untuk pertama kalinya, dia kembali bertugas. Salah satu pemimpinnya telah memerintahkan dia untuk membawaku menghadap polisi sekali lagi karena untuk beberapa lama aku tak dipanggil. Sungguh ironis karena pemanggilan itu terjadi sehari setelah Mohammad bergabung bersama kami. Ternyata ini merupakan interogasi terlucu yang pernah kualami. Mohammad ternyata sangat pandai menyesuaikan diri dengan keadaan.

"Baiklah, Adel, mari mulai dari awal. Apa yang kau lakukan kemaren malam jam 12 malam? Di manakah engkau berada saat itu?"

"Aku sedang bersama teman²ku."

"Aku yakin memang begitu." Mohammad mengedipkan satu matanya padaku dan melanjutkan dengan pertanyaan² berikut.

Dari pengalamanku dengan Mohammad, aku menjadi yakin bahwa tiada kejadian atau peristiwa apapun yang boleh menahan diriku untuk menyampaikan berita tentang Yesus. Malahan, agar kami semua setia dengan tekad itu, seluruh dua puluh ketua gereja rumah rahasia telah berjanji bahwa kami akan mengurus keluarga masing² anggota jika salah satu dari kami dipenjara lagi di Bab Touma - atau jika kami mati sebagai martir.

Tak Pernah Sendirian - Kunjungan Selanjutnya pada Adel[sunting]

Tak lama sebelum menulis buku ini, Adel memimpin tim doa dari Amerika untuk mengikuti tur ke Syria. Setelah kelompok itu tiba di Syria, Adel memberi penjelasan singkat tentang Syria bahwa mereka tidak akan pernah sendirian. Mata² polisi ada di mana², dan Adel memberitahu secara detail apa yang bisa dibicarakan dan apa yang tidak boleh, bahkan dalam bisikan sekalipun, saat melakukan tur di minggu itu. Jika keadaan memang benar² aman, dia juga menjelaskan pada anggota tim siapa yang sebenarnya tidak bisa dianggap sebagai teman. Inilah yang didengar dari orang² Amerika itu darinya:

  • "Supir van itu adalah polisi rahasia."
  • "Pelayan restoran di tempat makan malam kita di Damascus Gate Restaurant juga."
  • "Semua tiga orang supir taksi kita adalah polisi rahasia."
  • "Supir kapan yang membawa kita ke Pulau Arwad dari Tartous adalah polisi rahasia."
  • "Manajer yang bekerja di pintu masuk Hotel Semiramis dan juga portir hotel adalah polisi rahasia."
  • "Ruangan kamar kita disadap."
  • "Jangan telpon ke rumah dari kamar hotelmu."
  • "Semua orang di lobi adalah polisi rahasia. Ketika kita turun ke lobi di pagi hari, mereka semua masih ada di sofa ketika kita melihat mereka tadi malam."
  • "Besok, karena kita akan ke Damaskus, kita akan melihat lebih banyak lagi polisi² rahasia."

Meskipun begitu, ada sisi "baik" dari polisi rahasia ini. Anggota tim doa kami mengingat: "Mengapa pria² itu mengikuti kami ketika kami berbelanja di pasar di Al-Hamidiyah? Pasar itu pada pengunjung, tapi pria² ini tampaknya selalu saja tahu persis ke mana kami pergi. Ngapain sih mereka mengikuti kami?"

Sekali lagi, pengalaman Adel menghadapi para polisi rahasia tampak berguna. "Itu untuk keamananmu sendiri," jelasnya. "Pemerintah memperhatikan engkau, tapi mereka juga melindungimu. Mereka tak mau ada orang Amerika yang sampai dilukai atau dibunuh di Syria. Banyak grup² teroris di sekeliling Damaskus yang tentunya sangat ingin membunuhmu.

"Al-Hamidiyah itu adalah pusat turis karena letaknya dekat dengan Citadel dan Mesjid Umayyad. Jika sesuatu yang buruk terjadi pada dirimu di sana, maka kecaman dunia internasional bisa berdampak buruk bagi Syria. Selain kemungkinan bisnis turis jadi terganggu, rezim Assad tahu jika mereka jatuh, maka itu tentu karena intervensi asing - alasannya mungkin bisa pembalasan atas pembantaian terhadap kelompok teroris. Hanya kelompok asing saja yang bisa menggulingkan Assad karena kelompok² oposisi Syria tidak cukup kuat menghancurkan jaringan pengawas masyarakatnya."

Dengan begitu, jaringan mata² pemerintah itu masih tetap ada sampai sekarang.

"Pembunuhmu sedang di Perjalanan!"[sunting]

Hamdi adalah orang yang berbeda sendiri. Seperti tokoh² panglima Romawi dan kasim Ethiopia di Alkitab, dia adalah orang Kristen pertama yang dikenal masyarakatnya di abad ini. Dalam istilah missionari, dia merupakan salah seorang dari kelompok masyarakat yang tidak tersentuh. Dibesarkan di keluarga Alawit yang berpengaruh, Hamdi dulu tidak pernah membayangkan akan menemukan kebenaran tentang Tuhan di luar keempat tembok tempat tinggal keluarganya. Hal ini terus berlangsung, sampai akhirnya Yesus mulai mengunjunginya.

Cengkeraman Mematikan Keluarga Alawit di Suriah[sunting]

Sejarah Alawit menunjukkan mengapa kelompok masyarakat ini unik. Dahulu mereka adalah Muslim, tapi masyarakat Alawit lalu meninggalkan Islam berabad-abad yang lalu dan membentuk agama mereka sendiri. Sejak itu, mereka dinilai berbagai macam oleh para kelompok agama lainnya. Muslim Sunni menganggap mereka sebagai murtadin. Muslim Syiah menganggap mereka sebagai saudara. Umat Kristen menganggap mereka sebagai ancaman. Dan bagaimana anggapan masyarakat Syria sendiri secara keseluruhan? Mereka memandang keluarga Alawit dengan penuh rasa hormat.

Sang Presiden, Bashar Assad, adalah orang Alawit, dan di revolusi Kebangkitan Arab tahun 2011, negaranya mengalami perang saudara. Ketika gerakan para pemuda protes ke jalanan berubah menjadi usaha kaum Sunni untuk menggulingkan Assad, sang diktator tidak menahan diri apapun demi kekuasaannya. Darah orang² Syria membanjiri sepanjang jalanan di Damaskus, Homs, Tartous, dan berbagai kota besar lainnya.

Keluarga Assad memberlakukan kebijaksanaan politik nol toleransi terhadap kekacauan sipil, dan ini memang sudah menjadi tradisi yang diwarisi dari presiden² Assad sebelumnya. Di tahun 1980-an, ayah Assad menghancurkan kota Hama dan membunuhi beberapa ribu warganya yang berani menantang kekuasaan otoriternya. Dan ini hanya terjadi di satu akhir minggu saja.

Karena masyarakat Alawit merupakan masyarakat minoritas di Syria, keluarga Assad harus menciptakan sistem canggih untuk terus mengawasi populasi masyarakatnya. Tiga cabang polisi rahasianya tidak hanya mengawasi orang² saja tapi juga memata-matai satu sama lain. Dan di badan militer, 70% prajurit berkarir militer adalah orang² Alawit, termasuk pasukan khusus Syria yang elit, Penjaga Republik.

Masyarakat Sunni seringkali protes karena hak² mereka diberangus oleh kaum Alawit - dan memang benar begitu. Tapi satu kemerdekaan yang tak dimiliki kaum Alawit adalah kesempatan untuk meninggalkan agama mereka. Jika seorang Alawit membaktikan hidupnya bagi Kristus, statusnya yang terhormat hilang sudah. Pindah iman dianggap sebagai perbuatan kriminal terhadap Pemerintah, dan malah dianggap sebagai pengkhianatan. Maka jika seorang Kristen membagi Kabar Baik pada seorang Alawit, bahkan jikalau pihak Pemerintah tidak melakukan balasan hukuman apapun, orang² Alawit lainnya akan melakukannya.

Orang Alawit yang Bermimpi[sunting]

Amir Salaam membuka pintu depannya dan mengamati orang yang berdiri di hadapannya. Untuk beberapa detik mereka berdua tidak berbicara.

"Halo, Amir."

Amir mengerutkan keningnya. Mendengar namanya disebut oleh orang asing bukanlah pertanda baik bagi seorang pemimpin gereja rumah rahasia di Syria.

"Nama saya Hamdi. Aku harus berbicara sebentar denganmu."

Pertama-tama, Amir langsung memikirkan keselamatan keluarganya, yang sedang berkumpul makan malam di dalam rumah. Tapi dia lalu ingat tekadnya pada Tuhan bahwa dia akan menyampaikan kabar baik Injil pada siapapun, kapanpun dia bisa lakukan. Lagipula penampilan orang di hadapannya ini tidak bersikap mengancam.

"Wah, tentu saja. Apakah engkau bersedia makan malam bersama kami?"

Hamdi mengetukkan jari² kakinya dengan gugup dan mengamati kakinya sebelum akhirnya memandang Amir. "Jika engkau berkenan, sebenarnya aku lebih memilih menunggu di luar sini sampai engkau selesai makan malam. Atau mungkin aku perlu datang lain kali agar kita bisa berbicara berdua saja, bagaimana?"

Amir mulai mengerti. "Wah, ya tidak apa². Engkau tak perlu pergi. Aku hampir selesai, kok. Silakan masuk saja ke dalam ruang tamuku, dan kita bisa bicara di sana."

Pengetahuan Amir Salaam tentang agama Alawit sudah terkenal diantara teman²nya - dan ternyata beberapa orang luar juga tahu akan hal ini. Keinginannya untuk menginjili masyarakat Alawit telah mengarahkan kehidupannya di lima tahun terakhir. Tapi meskipun telah berusaha, sampai saat ini dia tetap belum bisa mengajak seorang Alawit pun untuk menerima Kabar Baik. Amir memiliki hasrat, pengetahuan, dan keberanian untuk menyampaikan tentang Yesus pada orang² Alawit, tapi dia tetap saja terbentur halas jika menyampaikan hal ini pada mereka.

Amir lalu mengetahui bahwa masyarakat Alawit telah membangun mekanisme mempertahankan iman mereka dalam menghadapi berbagai argumen masuk akal untuk sistem iman yang lain. Tiada doktrin agama mereka yang ditulis, sehingga mereka bisa membelokkan argumen agama mereka dengan mudah. Semua ajaran agama mereka disampaikan melalui tradisi oral, dan tak punya akar Islam - tiada mesjid, tiada sholat lima waktu ("itu sih jadi sekedar upacara saja," begitu kilah mereka) - meskipun sebagian orang Alawit "bersembunyi" diantara umat Muslim dengan mengucapkan kalimat² doa. Sebelum Amir memulai missinya, para penasehatnya sudah memperingatkan dia bahwa missi Kristen selama 100 tahun terakhir di abad 19 dan 20 selalu saja gagal terhadap masyarakat Alawit. Tiada satu pun gereja Alawit yang dibangun. Meskipun begitu Amir yakin - hal ini dirasakannya jauh dalam lubuk hatinya - bahwa Tuhan punya rencana khusus bagi masyarakat Alawit, dan Amir ingin menjadi bagian dari apapun yang akan terjadi karenanya.

Hamdi mengucapkan terima kasih pada Amir karena diijinkan masuk rumahnya. Dia lalu duduk dan mulai menjelaskan kedatangannya: "Aku tahu engkau orang Kristen. Aku orang Alawit." Hamdi berhenti sejenak, memperhatikan reaksi Amir. Dia bisa melihat bahwa Amir tidak kaget. "Ayahku seorang syeikh dan salah satu dari pemimpin utama. Dia mendidik aku untuk mengetahui agama Alawit dengan baik. Aku tahu berbagai rahasia dalam agamaku yang tak disampaikan pada orang lain karena aku seharusnya mengikuti jejak ayahku."

Amir menyadari bahwa Hamdi menyampaikan hal ini sebagai kejadian masa lalu dan sekarang keadaan telah berbeda.

"Perihal Yesus, aku tahu bahwa Yahya membaptis diriNya dan di saat itu adalah hari besar Alawit. Demikian juga hari Paskah, Natal, Pentakosta, dan Minggu Palma. Kami menghormati Yesus tapi kami tak beribadah padaNya."

Amir menganggukkan kepala sewaktu Hamdi tampak ragu², mempertimbangkan kata² yang akan disampaikannya setelah itu. Dia menengadah melihat langit² ruangan untuk beberapa detik, lalu menatap pada Amir.

"Pada mulanya aku bermimpi kadang² saja - mungkin sekali atau dua kali sebulan. Tapi lalu kunjungan Yesus mulai semakin sering." Hamdi berhenti.

"Apakah engkau bermimpi tentang Yesus tadi malam?" Amir menduga bahwa mungkin peristiwa itulah yang mendorong Hamdi untuk bertemu dengannya.

Hamdi mengusap bibirnya dengan jari tangan kanannya sebelum menjawab. "Ya. Ya, aku bermimpi begitu. Dan aku telah bermimpi dikunjungi Yesus setiap malam selama empat puluh lima malam terakhir."

Persekutuan dan Bahaya[sunting]

Gereja Alawit telah berkembang dengan cepat begitu Hamdi menjadi orang Kristen. Amir dan Hamdi sepakat bahwa begitu mereka bisa mengumpulkan sepuluh orang Alawit Kristen, maka mereka akan mengadakan ibadah yang pertama. Ketika saatnya tiba, Hamdi, sebagai kehormatan menjadi orang Alawit Kristen yang pertama dalam lebih dari seabad terakhir, melakukan pemecahan roti dan penuangan anggur. Tangannya gemetar saat dia menawarkan roti dan anggur pada setiap orang Kristen baru: "Inilah tubuhNya! Inilah darahNya!"

Hasrat Hamdi untuk menyampaikan kebenaran yang telah mengubah hidupnya telah membakar semangat perkembangan gereja itu. Di suatu malam dalam pertemuan gereja rahasia ini, Amir berkhotbah, "Rezim baru tidak bisa memecahkan masalah Syria. Hanya Yesus saja yang bisa melakukan itu. Dia adalah harapan kita yang besar, dan kita harus menyampaikan ini pada siapapun."

Suara perlahan yang berbicara pada HP menghentikan khotbahnya. Itu adalah suara Hamdi. Pada saat Amir berkata "kita harus menyampaikan ini pada siapapun," dia telah menelpon temannya dan memberitahu temannya untuk datang ke rumah itu dan mendengar tentang rencana baru bagi Syria. Beberapa menit kemudian, orang itu datang. Beberapa hari kemudian, orang itu menerima Kristus.

Diselamatkan oleh Penglihatan di Siang Hari[sunting]

Waktu kunjungan² Yesus berubah setelah Hamdi beriman Kristen. Kunjungannya tidak lagi selalu di malam hari. Dan setidaknya satu penglihatan di siang hari telah menyelamatkan nyawanya.

Meskipun Hamdi sengaja merubah-ubah waktu kegiatannya setiap hari, satu kegiatan rutin telah dengan mudah diketahui orang² yang ingin membunuhnya. Sekolah anaknya berakhir di waktu yang sama setiap hari, dan setiap hari, Hamdi datang ke situ untuk menjemput anak²nya. Di satu siang, Yesus ada di situ pula.

Hamdi berhenti berjalan di lorong sekolah; dia tidak mengerti pasti mengapa. Sesuatu telah memberitahu dirinya hanya beberapa pintu saja sebelum dia tiba di kelas di mana ketiga anak²nya sedang menunggunya. Apakah dia menuruti perintah dalam benaknya?

Seorang ibu menggiring keempat anaknya melaluinya ke arah pintu² itu yang baru saja dilaluinya untuk masuk ke gedung sekolah. Dia mengamati gambar² yang dibuat para murid yang digantung di tembok di sisinya. Sewaktu kedua matanya sampai pada gambar di sebelah pintu kelas terdekat, dia mengerjapkan mata karena melihat sebuah sinar terang terpancar di hadapannya. Seorang Pria yang telah dikenalnya dalam mimpi²nya berdiri di hadapan ruang kelas yang terbuka itu.

"Segera pergi, Hamdi! Para pembunuhmu sedang dalam perjalanan sekarang. Mereka berjumlah lima orang, dan mereka hampir tiba di sini. Pergi sekarang!"

Hanya itulah yang dikatakan Yesus sebelum Dia menghilang. Seorang guru berjalan ke depan ruang kelas yang diamati Hamdi tadi dan menatapnya dengan penuh tanda tanya sebelum berlalu ke lorong sekolah. Hamdi menggelengkan kepalanya, mencoba berpikir terang, dan lalu berlalu melalui guru itu, masuk ke dalam kelas di mana anak²nya sedang duduk.

"Cepat ikut aku. Lari bersamaku. Sekarang juga!" Hamdi menarik tangan² kedua anaknya yang terkecil dan memberi isyarat dengan kepalanya ke arah pintu keluar yang berseberangan dengan tembok kelas.

Pria Kristen Alawit dan ketiga anaknya itu berlarian di sisi jalan di belakang sekolah saat suara² tembakan - yang sebenarnya dimaksudkan bagi dirinya tapi ditembakkan ke udara karena frustasi - menggema dari bagian depan sekolah. Empat orang itu berlarian sekitar separuh mil ke rumah orang Kristen lain, dan mereka tahu mereka harus menunggu berjam-jam sebelum istrinya bisa datang dengan selamat dan membawa mereka pulang.

Kata Akhir[sunting]

Nyawa Hamdi telah terancam lebih dari selusin kali sejak dia beriman pada Yesus, tapi karena perubahan imannya itulah, Injil sekarang tersebar diantara masyarakat Alawit. Gereja² Alawit mulai bermunculan di Syria, dan beberapa muncul di Turki juga. Selama berabad-abad, masyarakat Alawit telah mewariskan tradisi musik yang kaya, dan sekarang musik itu disesuaikan untuk memuji Yesus. Mereka mengarang sebagian lagu² pujian yang paling berkesan di seluruh dunia Kristen.