Dunia Paralel itu Nyata
Akhir-akhir ini kita sering membaca atau melihat cerita lintas dunia. Entah itu cerita tentang seseorang yang kembali ke masa lalu, pergi ke masa depan atau hanya berpindah ke dunia lain yang paralel dengan kehidupan manusia. Apakah dunia paralel seperti yang ada di cerita nyata adanya?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut saya akan menceritakan sebuah kisah yang terjadi di desa saya. Sebuah desa di kecamatan Rakit Kabupaten Banjarnegara yang terletak di ujung barat kabupaten, tepat berbatasan dengan Kabupaten Purbalingga.
Kisah ini terjadi sekitar tahun 2010, saat itu saya masih sekolah tingkat lanjutan atas (SLTA). Kejadian berawal dari laporan salah satu warga desa kami, tepatnya warga dengan daerah bernama Punthuk. Punthuk sendiri merupakan daerah paling atas dari desa kami. Dinamakan Punthuk karena terletak di daerah yang tinggi, dalam bahasa kami tinggi biasa disebut dengan istilah munthuk.
Warga desa tadi adalah seorang wanita kisaran kepala empat, sebut saya dengan nama Mba Siti (bukan nama asli). Ia melaporkan suaminya, Yanto yang hilang sejak tadi malam kepada Pak RT.
Mba Siti menceritakan bahwasannya suaminya pergi dari rumah selepas waktu isya untuk melaporkan kejadian yang dialaminya kepada Pak RT. Suaminya yang bekerja sebagai penderes air nira kelapa untuk dijadikan gula jawa (sebutan untuk gula merah di desa kami) merasa ada yang tidak suka dengannya. Hal ini dikarenakan pongkor-pongkornya yang ada di pohon kelapa berantakan tak karuan.
Pongkor sendiri merupakan wadah yang digunakan untuk menampung air nira kelapa di pohon kelapa. Pongkor biasanya dibuat dari satu ruas pohon bambu atau dari botol bekas air mineral ukuran 1,5 liter.
Mba Siti bercerita bahwa pada saat suaminya akan mengambil tampungan air nira kelapa di sore hari pongkor-pongkornya berantakan, bahkan ada yang sampai jatuh dari pohon. Merasa ada yang tidak beres maka suaminya melaporkan kejadian tersebut kepada Pak RT. Akan tetapi, sampai pagi suaminya tak kunjung kembali.
Mendengar laporan dari Mba Siti, Pak RT mengiyakan bahwasannya Yanto memang datang ke rumahnya tadi malam. Akan tetapi, ia sudah pamitan untuk pulang sekitar pukul setengah dua belas malam.
Jawaban dari Pak RT membuat pikiran dan perasaan Mba Siti semakin tak karuan. Pasalnya sampai sekarang suaminya belum pulang. Tidak mungkin kan Pak RT berbohong, pikir Mba Siti. Apalagi semenjak kejadian sore kemarin suaminya sudah terlihat tertekan. Mba Siti khawatir bahwa ada seseorang yang berniat buruk terhadap suaminya.
Tak berbeda dengan Mba Siti, Pak RT juga mengalami kebingungan. Bagaimana bisa suami Mba Siti Yanto belum juga sampai rumah. Jelas-jelas tadi malam ia berpamitan untuk pulang. Padahal jarak rumahnya dengan Yanto paling hanya membutuhkan waktu 20 menit dengan jalan kaki. Akhirnya mereka memutuskan untuk mencarinya bersama dengan warga lainnya di sepanjang jalan dari rumah Pak RT menuju rumah Yanto.
Meskipun jarak yang ditempuh tidak terlalu jauh, jalan yang digunakan merupakan jalan yang cukup menakutkan bagi sebagian orang. Bagaimana tidak, sepanjang jalan hanya ada ladang milik warga tanpa adanya rumah maupun lampu penerang jalan. Selain itu di bagian kanan ada lereng yang menjulang tinggi, sedangkan di bagian kiri terdapat lereng yang menuju ke bagian bawah. Kebanyakan sisi kanan dan kiri jalan ditanami dengan pohon kopi dan pohon Albasia. Bisa kalian bayangkan bagaimana ngerinya jalan tersebut saat malam hari.
Selama seharian Pak RT dan warganya terus mencari. Akan tetapi Yanto belum juga ditemukan. Hal yang lebih menakutkan lagi adalah tidak ditemukannya satu barangpun milik Yanto yang tergeletak di jalan. Mba Siti pun semakin khawatir, pikiran negatif terus menghantuinya. Ia takut hal buruk menimpa suaminya.
Segera setelah dua puluh empat jam Mba Siti ditemani Pak RT melakukan laporan kepada polisi tentang suaminya yang hilang. Setelah hari itu Mba Siti terus mencari, lereng bagian kiri jalan yang menuju ke bawah ia telusuri. Berharap ia bisa menemukan suaminya di sana.
Setelah tiga hari berlalu, Yanto belum juga ditemukan. Mba Siti semakin khawatir. Warga yang membantu pencarian juga mulai lelah mencari. Hal ini dikarenakan tidak ditemukan tanda-tanda akan ditemukannya Yanto. Mba Siti pun menghubungi salah satu surat kabar untuk memasukkan nama suaminya ke dalam daftar orang hilang di surat kabar tersebut. Pun demikian, setelah masuk di surat kabar belum ada kabar bahwa suaminya akan ditemukan, Mba Siti semakin tak karuan.
Hari ini tepat seminggu Yanto telah hilang. Saat ini Mba Siti sudah pasrah tentang apa yang menimpa suaminya. Hidup atau mati bukan masalah utamanya saat ini, yang ia inginkan hanya segera menemukannya. Karena sudah seminggu, besok Mba Siti berencana akan menghubungi pihak salah satu televisi swasta yang biasanya menampilkan daftar orang hilang di layar kaca.
Langit mulai petang, siang pun berganti malam. Mba Siti seperti orang linglung duduk di risban (kursi yang terbuat dari bambu dipipihkan) ditemani beberapa sanak saudara. Selepas salat magrib, Mba Siti duduk kembali di risban. Hingga suara Adzan isya membangunkannya dari lamunan. Ia segera beranjak hendak melakukan salat.
Selepas salat isya, tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu yang kesusu (tergesa-gesa). Mba Siti pun segera menghampiri arah suara untuk segera membukakan pintu. Setelah pintu dibuka, bukan kepalang kagetnya Mba Siti melihat sesosok manusia yang ada di depannya.
“Ya Allah Pak’e, sekang ngendi bae?” ucap Mba Siti setengah berteriak.
(“Ya Allh Pak, darimana saja?”)
Rasa bahagia bercampur dengan keterkejutan yang tak terkira membuatnya lemas hampir pingsan. Segera sanak saudara yang ada di dalam menuju pintu depan dan tak kalah kagetnya mereka melihat sesosok manusia yang ada di hadapannya.
Yanto kembali, dengan baju lusuh, wajah kusut dan rambut berantakan serta bau kecut yang tak karuan. Ia pun segera masuk ke dalam rumah dengan dipapah oleh sanak saudara. Ia terlihat linglung dan segera ambruk. Para sanak saudara membantu meletakkan Yanto di ranjang.
Setelah sadar, ia pun diserbu pertanyaan darimana, kemana, bagaimana dan berbagai macam pertanyaan penasaran dari para sanak keluarga. Masih dalam keadaan linglung ia pun bercerita.
Yanto bercerita bahwasannya ia habis diajak oleh Pak Rohim (bukan nama asli) ke Gunung Kelud. Keluarga tidak percaya, bagaimana tidak Gunung Kelud merupakan salah satu gunung di daerah Jawa Timur, jauh sekali dari desa ini. Selain itu, selama Yanto menghilang Pak Rohim juga selalu di warungnya menjaga barang jualannya. Tidak mungkin kan satu orang berada di dua tempat.
Hal yang tak kalah mengejutkan adalah bahwa Yanto berkata bahwasannya ia baru pergi selama sehari. Ia pulang karena saat itu sudah bedug (waktu matahari tepat di atas kepala, sekitar pukul 12.00 siang). Karena saat itu sudah siang dan ia merasa lapar ia meminta makan. Saat akan akan ia berdoa. Hal tersebut membuat Pak Rohim marah dan mengembalikannya ke rumah.
Kabar kembalinya Yanto segera menyebar luas ke penjuru desa. Banyak warga desa yang datang menjenguk, termasuk Pak Rohim. Setelah Pak Rohim datang menjenguk dan mengatakan bahwa ia tidak pergi bersamanya, Yanto tetap berkata bahwa Pak Rohimlah yang mengajaknya.
Cerita menghilangnya Yanto pun akhirnya menyebar luas bahkan sampai ke tetangga desa. Warga desa menyimpulkan bahwasannya Yanto dibawa oleh selong (makhluk halus yang biasa membawa orang ke alam gaib). Hal ini dikarenakan kejadian yang dialami Yanto juga pernah dialami oleh warga lain. Perbedaan waktu yang dialami Yanto selama menghilang dan warga desa juga nyata adanya. Hal ini dikarenakan dunia yang ditinggali berbeda. Maka waktu yang dialami pun berbeda.
Saat tulisan ini ditulisan Pak Yanto dan Mba Siti sudah menjalani kehidupannya secara normal. Meskipun saat itu butuh waktu beberapa minggu sampai Yanto kembali normal seperti biasanya. Namun satu hal yang dijadikan pelajaran oleh warga desa adalah bahwasannya setan tidak menyukai manusia yang mengingat Allah. Hal ini berdasarkan cerita bahwa akhirnya Yanto dipulangkan karena ia berdoa dan mengingat Allah. Warga berpendapat bahwasannya jika Yanto tidak mengingat Allah, bisa jadi ia tidak akan pernah kembali dan akan menetap tinggal di dunia lain, dunia yang paralel dengan dunia manusia dengan perbedaan waktu yang kentara.
***