Dunia Tanpa Koneksi

Dari Wikibuku bahasa Indonesia, sumber buku teks bebas

Sinopsis[sunting]

Tania merasa bosan dirumahnya, karena internet dirumahnya mati, sahabatnya Tian datang ke rumah Tania untuk mengajak Tania bersepeda bersama dan pergi ke taman, ketika berada di taman mereka menemukan sesuatu yang mengasyikkan disana.

Tokoh[sunting]

Tania

Tian

Om Gunawan

Lokasi[sunting]

Rumah Tania

Taman

Cerita Pendek[sunting]

Hari yang membosankan[sunting]

Hari ini tepatnya minggu pagi merupakan hari yang sangat membosankan bagi Tania. Selain hujan yang turun sepanjang sepanjang malam sampai pagi ini, ia merasa sangat bosan karena internet di rumahnya mati. Tania, seorang anak muda yang biasa menghabiskan waktu dengan online seperti membuat konten di tik tok, mengupload foto-fotonya di Instagram dan menonton youtube, ia merasa seperti kehilangan salah satu hal yang paling penting dalam hidupnya.

Ia berjalan ke ruang tamu dan memandangi layar televisi yang kosong.

“Apa yang harus aku lakukan sekarang? Wifi mati, Jaringan seluler juga terganggu”

gumamnya pada dirinya sendiri.

Ia mencoba menyalakan ponselnya, tetapi jaringan seluler juga terganggu karena cuaca yang buruk dari kemarin malam sampai pagi hari. Tania merasa sangat kesepian dan merasa seperti tidak tahu lagi apa yang harus dilakukannya saat ini.

Beberapa jam kemudian, Tania mendengar bel pintu rumahnya berbunyi. Ia berjalan menuju pintu dan melihat sahabatnya, Tian, berdiri di luar rumahnya.

Tian pun membuka pembicaraan kepada Tania

“hallo Tania… sedang apa kamu sekarang?”

“ehh.. Tian saya kira tamunya ayah, masuk lah dulu”

“oke Tan siap”

Tian pun masuk kedalam rumah Tania

“duduk dulu ya Tian, saya ambilkan minum dulu, kamu mau minum apa Tian?”

“air putih pake es boleh juga kok Tan”

“oke, duduk santai dulu ya Tian, saya ambilkan dulu”

kemudian Tian pun duduk di kursi ruang tamu, sembari Tania mengambilkan air untuk Tian Ayah Tania pun muncul.

“ehh ada Tian”

“selamat siang om, bagaimana kabarnya om sekarang?”

“baik baik, bapak ibu mu bagai mana?”

“baik juga om”

“okelah kalau begitu lanjut lah dulu ya? Om mau pergi keluar dulu”

“baik om, siap”

Ayah Tania pun pergi keluar rumah dan tak lama kemudian Tania muncul dengan membawakan air es dan beberapa cemilan.

“ayo Tian silahkan di minum airnya dan cemilannya di cicip”

Tian pun mencicipi cemilan yang disediakan dan sembari mengobrol dengan Tania

“Koneksi internet di rumahku mati, dan jaringan seluler juga buruk, Aku mau ajak kamu pergi keluar, mau ke mana ya kita enknya sekarang?” tanya Tian kepada Tania.

“Bagaimana kalau kita pergi ke taman sepertinya disana akan banyak hal-hal yang menarik yang bisa kita temukan”

“sepertinya itu ide yang bagus ayoo kita pergi ke taman”

Tania mengeluarkan sepedanya dari garasi dan mulai mengayuh sepedanya, Tian pun mengikuti Tania dari belakang mereka berdua memutuskan untuk pergi ke taman, sambal berbicara tentang apa saja.Tania merasa senang bisa memiliki teman di sekitarnya khususnya Tian. Ia merasa seperti dunia tidak terlalu buruk lagi ketika ia memiliki seseorang untuk diajak berbicara dan bermain bersama.

Taman[sunting]

Saat mengayuh sepeda di taman, mereka melihat beberapa orang yang sedang bermain Gobak Sodor. Tania dan Tian bergabung dengan mereka dan mulai bermain. Mereka merasa sangat senang dan lupa bahwa koneksi internet mereka mati.

Setelah bermain Gobak Sodor, mereka duduk di sebuah bangku dan berbicara tentang masa lalu dan impian mereka. Tania bahkan merasa lebih dekat dengan Tian sekarang. Ia menyadari bahwa kehidupan tidak selalu tentang koneksi internet, dan ia meyakini bahwa teman-teman yang sebenarnya sangat penting dari pada harus menghabiskan waktu dengan online di rumah saja.

Ketika mereka mengayuh sepeda sembari pulang, Tania melihat bahwa koneksi internet di rumahnya sudah kembali normal. Ia menyalakan ponselnya dan mulai memeriksa media sosialnya. Tetapi kali ini, ia merasa tidak seperti sebelumnya. Ia tahu bahwa teman-temannya yang sebenarnya lebih penting daripada dunia digital. Ia merasa sangat beruntung memiliki teman-teman seperti Tian, dan merasa berterima kasih karena telah menemukan kembali makna dari kehidupan yang sebenarnya.