Eropa di Tiongkok/Bab 11

Dari Wikibuku bahasa Indonesia, sumber buku teks bebas
BAB XI.

Konfirmasi Pendudukan Hongkong,

1841 sampai 1843.

Sebelum memasuki sejarah modern Hongkong, mula-mula perlu sedikit menggambarkan seluruh sejarah kejadian politik, yang secara langsung berhubungan dengan Perjanjian Chuenpi, dan pendudukan Hongkong, yang nyaris kemudian membawa konfirmasi pendudukan lewat Perjanjian Nanking (29 Agustus 1843). Untuk Perjanjian Nanking, walau tak mewujudkan pendudukan sebelumnya, namun ratifikasi tindakan diambil oleh para anggota DPR Pemerintah Inggris dalam menduduki Hongkong (26 Januari 1841) di bawah Perjanjian Chuenpi.

Sampai masa kala Pulau Hongkong diduduki, Komisioner Kekaisaran Kishen nampak bertindak dalam keyakinan yang baik, secara jujur memutuskan untuk menjalin perdamaian dan dilakukan melalui janji yang dibuat olehnya di Tientsin, dan melalui tindakan yang dilakukan oleh Eleepoo di Chusan dan dikonfirmasi lewat Perjanjian Chuenpi miliknya sendiri. Namun pada masa kala Sir J. J. Gordon Bremer menduduki Hongkong (20 Januari 1841), meyakini, dengan Elliot, bahwa masa perdamaian kini dimulai, Kishen meraih Edik Kekaisaran yang menarik janji-janji Tientsin, gencatan senjata Chusan dan Perjanjian Chuenpi, dan menandakan penindakan penuh terhadap kebijakan yang diinisiasikan oleh Kaisar kala armada Inggris mengancam Tientsin dan Peking. Serangkaian argumen Lord Palmerston, seperti yang dirancang dalam pengerahannya, berada dalam armada yang dikerahkan dan tidak dalam teks Perjanjian Chuenpi. Perintah yang kini diterima oleh Kishen (20 Januari 1841) menyatakan, 'Mari sejumlah besar pasukan berkumpul dan mari kerahkan kekuatan langit yang dibuat.'

Dengan perintah terhadap kalangannya, Kishendayang keesokan harinya (27 Januari 1841) ke Second Bar Pagoda. Disana, dengan wajah berseri-seri dan senyum gembira di bibirnya, ia mengadakan pertemuan dan menghibur Elliot dan rombongan pilihan pegawai Inggris saat makan siang, memajukan pengadaan menonjol dan pemutusan terbulat untuk melakukan pemberlakuan Perjanjian Chuenpi. Elliot dan para pegawai Inggris sepenuhnya menerima. Kala Kishen mengibur para tamunya di dekat Bogue, edik lain dikeluarkan di Peking, kala Kaisar, yang menyinggung usulan pendudukan pelabuhan, menyatakan bahwa kesempatan pada kejadian tersebut membuatnya curiga dan khawaitr, bahwa Kishen telah mengkhianatinya dengan mengorbankan kepentingan kekaisaran dengan memenuhi tuntutan bangsa barbar. Namun, satu kesempatan lainnya diberikan pada Kishen, untuk mempertimbangkan keputusannya, dengan mengusir dan menghancurkan para warga asing: 'Mari bergerak langsung untuk mengambil komando seluruh perwira dan bawahannya dan pimpin mereka untuk menekan bangsa barbar, sehingga diharapkan untuk menebus dan menyelamatkan dirinya sendiri.' Edik lain dikeluarkan pada beberapa hari berikutnya memerintahkan perebutan kembali langsung terhadap Chusan, dan pengerahan para prajurit veteran dari Hupeh, Sszechuen dan Kweichou ke Kanton. Tiga Komisioner khusus (Yikshan, Lung Wan dan Yang Fang) diperintahkan untuk bergerak ke Kanton untuk menghimpun dan menaungi perang penekanan tak terkondisi. Tak ada persoalan candu yang kini ditonjolkan. 'Perasaan benci terhadap bangsa barbar' dihancurkan, sekali dan keseluruhan, dengan cara apapun, curang atau adil.

Pada hari kala salah satu edik dikeluarkan di Peking (30 Januari 1841) dan dikerahkan sampai mencapai Kishen dalam 12 hari, Elliot mengeluarkan edaran kepada warga Yang Mulia di Tiongkok yang menyatakan bahwa 'negosiasi dengan Komisi Kekaisaran berlangsung merenggang.' Namun, kala Elliot mengadakan wawancara berikutnya dengan Kishen (13 Februari 1841), ia mendengar bisik-bisik isi edik yang telah mencapai Kishen dua hari sebelumnya (11 Februari 1841) dan mengadakan beberapa pertanyaan pencerian kepadanya. Mendapati jawaban yang meragukan, Elliot mendapati dugaan terburuknya yang terkonfirmasi, dan sekali lagi bersiap untuk perang. Lima hari kemudian (18 Februari 1841) Tiongkok sendiri melakukan pertikaian dengan menembaki kapal uap bersenjata Nemesis dari pelabuhan di pulau Wangtong. Keesokan harinya, skuadron Inggris mulai berkumpul di Bogue. Kishen secara resmi enggan untuk menarik pemberlakuan Perjanjian Chuenpi, perang dikumandangkan, dan Otoritas Kanton menyatakannya lewat edaran proklamasi yang menawarkan $50.000 untuk Elliot atau 'pemimpin lingkar pemberontakan' (25 Februari 1841).

Sebuah pendaratan terdampak oleh Inggris, di luar capaian meriam-meriam Tiongkok, di Wangtong Selatan (25 Februari 1841), sebuah baterai didirikan disana pada suatu malam, dan kala siang menjelang (26 Februari 1841) terjadilah Pertempuran Bogue Ketiga lewat serangan terhadap baterai-baterai Wangtong Utara dan Aneunghoi. Dalam lingkup beberapa jam posisi Tiongkok bertahan, 300 meriam dikerahkan, 1.000 tahanan ditempatkan di benteng, dan sekitar 250 orang Tiongkok tewas dan 102 orang luka-luka. Laksamana Kwan, keturunan dewa perang, menjadi salah satu korban tewasnya. Setelah memerintahkan para tahanan untuk mengubur jasad-jasad, para pemenang memperkenankan mereka semua untuk pergi dengan damai. Keesokan harinya (27 Februari 1841) armada dikerahkan untuk menyerang kamp berparit, yang berada di tepi kiri sungai, tepat di bawah Whampoa. Tempat tersebut dipertahankan oleh 100 buah artileri dan digarisunkan oleh 2.000 tentara elit pasukan Hunan, yang menawarkan keberanian dan menindak pemberontakan dalam pertarungan tangan dengan tangan. Namun, disiplin dan nasib Inggris menimpa mereka dan kemah didirikan. Sebuah kapal Inggris lama (Cambridge) yang dibeli Tiongkok dengan nama Chesapeake, dan dikerahkan sebaagi kapal perang, juga direbut dan diledakkan, usai penjagalan besar.

Kala pasukan maju ke Whampoa, menghancurkan baterai demi baterai, kapal-kapal dagang Eropa datang ke Whampoa dan meneruskan perdagangan pada hari (1 Maret 1841) kala armada, dengan membawa kerjaan-kerjaan musuh di Liptak dan Eshamei, menuju kota Kanton. Mayor-Jenderal Sir Hugh Gough, datang (2 Maret 1841), mengambil komando AD, sementara Kapten Hon. Le Fleming Senhouse mengkomandani amrada selaku Perwira AL Senior, dalam ketiadaan Komodor Bremer. Sebuah baterai yang ditutup di ujung timur laut Pulau Whampoa dikerahkan (2 Maret 1841) dan kala Liptak (Howqua's Folly) was diduduki (8 Maret 1841) oleh laju skuadron, Pelaksana Tugas Prefek kota Kanton (Yue Pao-shun) datang dengan bendera gencatan senjata, memohon penundaan pertikaian selama tiga hari. Negosiasi diadakan namun tak menghasilkan apapun. Gencatan senjata berakhir pukul 11 a.m. pada 6 Maret 1841, pengerahan dalam menyerbu Howqua's Folly sempat ditaklukan. Melihat kota tersebut dalam kekuatan armada yang berlabuh di dekat garis depan selatannya, Elliot menganggap bahwa seluruh perlawanan kini ditekan, dan mengeluarkan proklamasi kepada masyarakat (6 Maret 1841) menyatakan bahwa para penasehat jahat Kaisar bertanggung jawab atas kejadian tersebut, bahwa perang menyertai Pemerintah Tiongkok, dan bahwa masyarakat dan kota akan terhindar, jika perdagangan tetap berlanjut tanpa perlawanan lebih lanjut.

Sehingga, perdagangan berkembang sepanjang bulan ini disamping pertikaian antar pasukan, perang hanya sejauh persaingan antara pasukan AL dan militer kedua negara. Namun, para perwira Tiongkok diam-diam meneruskan kebijakan penyingkiran mereka tanpa dinyatakan. Kishen ditangkap atas perintah kekaisaran, dirantai dan kemudian dibawa dari Kanton (12 Maret 1841) untuk diadili di Peking. Pada hari yang sama, kapal dagang pertama, sejak pemberlakuan blokade, meninggalkan Whampoa dengan kargo penuh. Bisnis tetap meningkat disana secara cepat.

Namun, melihat persiapan aktif untuk kelanjutan pertikaian di barat daya kota Kanton, para panglima Inggris meneruskan pertikaian (13 Maret 1841), kala tujuh baterai, dengan menerobos perlintasan dalam (Taiwong-kau) dari Makau ke Kanton, serta dipersenjatai dengan 105 meriam, direbut oleh kapal uap bersenjata Nemesis (Captain Hall), dan benteng di Macaopassage, dekat Kanton, direbut oleh H.M.S. Calliope (Captain Herbert). Serangkaian kejadian kini terwujud dan berlangsung selama beberapa hari.

Namun pada 16 Maret 1841, bendera gancatan senjata dikibarkan oleh Tiongkok, perjuangan musuh di Fatee dan Dutch Folly diserang dan ditaklukan dan sejumlah besar kapal jung dihancurkan. Dengan tindakan tersebut, bagian barat serta selatan kota Kanton ditempatkan di bawah meriam skuadron. Pabrik-pabrik juga diduduki oleh pasukan Inggris (18 Maret 1841) dan seluruh kota kini berada di bawah naungan Kapten Elliot. Namun untuk kedua kalinya, kota tersebut dibiarkan, tanpa ransum, pada kondisi persiapan pertikaian tak dilanjutkan dan perdagangkan diteruskan. Salah satu Komisioner Kekaisaran Khusus yang baru dilantik, Yang Fang, yang, atas titah Kaisar, merekomendasikan agar 'serangkaian pergudangan harus diperkenankan untuk warga asing,' bersiap datang ke Kanton. Ia kini menghimpun Konvensi resmi dengan Elliot (30 Maret 1841). Keputusan dari Konvensi tersebut adalah, (1) agar kapal-kapal perang Inggris bersinggah di dekat pabrik-pabrik, (2) agar Tiongkok tak lagi meneruskan persiapan perang lebih lanjut, (3) agar pada pedagang asli sesekali kembali ke pabrik-pabrik dan agar kapal-kapal asing dapat meneruskan perdagangan sah di Whampao, membayar bayaran pelabuhan lazim dan tugas lain untuk Pemerintah Tiongkok. Yang Fang dan Waliraja (Eliang) mengeluarkan proklamasi bersama yang menyatakan bahwa Elliot menyerakan mereka agar 'segala yang diinginkan olehnya diperdagangkan dan tidak lebih.' Sehingga , mereka mendorong masyarakat, dengan segala cara untuk tetap berdagang dengan warga asing tanpa khawatir. Pada saat yang sama, dua pegawai melapor kepada Kaisar, bahwa Elliot, dalam menyatakan seluruh hal yang diinginkan untuk diperdagangkan dan tidak lebih, telah menarik klaimnya terhadap Hongkong serta bekas tuntutan ganti ruginya untuk candu yang diserahkan kepada Lin, dan agar armada Inggris akan ditarik dari Kanton serta Dekrit Kekaisaran memerintahkan agar perdagangan diteruskan dengan menerima orang-orang barbar.

Hal-hal yang kini nampak dijalankan diam-diam. Namun, para perwira Tiongkok meneruskan persiapan perang mereka, dan diam-diam menyetir masyarakat untuk bergabung dalam perang penyingkiran. Kelanjutan dagang mempertahankan dana mereka. Sehingga, para penjaga di Fatshaii bekerja siang dan malam, memasang meriam-meriam baru dan menodongkannya, di bawah naungan asing, sejumlah meriam lima ton, yang kemudian ditempatkan dalam posisi untuk serangan terhadap armada Inggris, namun, dalam ketiadaan pengumpulan meriam yang sebenarnya, dalam hal meninggalkan meriam yang tak dapat bekerja. Baterai-baterai yang ditutup juga didirikan di sepanjang garis depan sungai, dan armada-armada baru kapal jung perang dan kapal tembak dikumpulkan di cekungan yang menghubungkan Fatshan dengan Kanton.

Namun, sementara itu, perdagangan berlanjut jika semuanya damai, meskipun Mr. Field dan dua perwira muda H.M.S. Blenheim dibunuh (20 Maret 1841) pada perjalanan mereka ke Makau. Elliot sendiri sekali lagi menempatkan kediaman lainnya di pabrik-pabrik (5 April 1841) tempat ia dijadikan tahanan setahun sebelumnya. Ia menaruh rasa curiga terhadap niat baik Inggris dan menjaga dirinya sendiri memberitahukan apa yang terjadi di kota Kanton, kala Lin masih bermukim sebagai penasehat Komisioner yang diharapkan setiap hari. Kemudian, Yikshan, Kepala Komisi, datang ke Kanton (14 April 1841), bersama dengan Lung Wan, Komisioner kedua, dan Waliraja baru, Kikung, sebuah pertemuan rahasia diadakan antara mereka dan Yang Fang, Komisioner ketiga, dan Lin. Mereka menyepakati agar Kanton tak diberi pertahanan, agar tak ada pasukan yang mencabut Inggris dari posisi saat ini mereka, dan sehingga mereka semua harus membuat pengadaan hubungan pertemanan sampai pasukan Inggris meninggalkan Kanton, seperti yang mereka niatkan, untuk memicu perang di utara, namun agar, sepanjang ekspedisi tersebut ditinggalkan, mereka akan diblok dengan tiang dan batu pada setiap persinggahan tunggal Sungai kanton dan membangun ulang setiap benteng, siap untuk menghimpun serangan sekali lagi.

Skema tersebut yang mereka secara percaya diri dilaporkan kepada Kaisar. Namun Elliot, yang umumnya memiliki informasi baik, mendengar sejumlah rencana tersebut (14 Mei 1841) dan sempat memerintahkan ekspedisi, yang dimulai di Amoy dan Ningpo keesokan harinya (15 Mei 1841), untuk ditunda tanpa syarat. H.M.S. Columbine juga membawa kabar (10 Mei 1841) bahwa Eleepoo, seperti Kishen, jatuh dalam ketidakhormatan, dan bahwa Yuekien, salah satu musuh paling keras Inggris, menggantikannya sebagai Komisioner Kekaisaran di Ningpo.

Elliot menunggu Tiongkok untuk meletuskan ledakan pertamanya. Namun kala ia mendapati bahwa baterai Shameen, yang dipasang dan diluncurkan pada Maret, nyaris dipersenjatai lagi, ia menyerukan Otoritas Kanton untuk menghentikannya dan setiap pergerakan perang lainnya sesekali. Mendapati itu, mereka menyatakan tuntutannya. Kapten Elliot terdorong (17 Mei 1841) untuk mengirim pasukan dari Hongkong. Keesokan harinya (18 Maret 1841), pasukan Inggris (terdiri dari 2.600 penyerang) bergerak dari Hongkong ke Kanton, meninggalkan sebagian kecil Infanteri Pribumi Madras ke-37 untuk melindungi pemukiman di Hongkong. Sementara itu, Otoritas Kanton tetap memegang perasaan persahabatan, sejumlah besar masyarakat menempatkan pasukan dari provinsi lain setiap hari untuk menempati kota tersebut. Untuk mengecoh Elliot dan pedagang asing, Pelaksana tugas Prefek mengeluarkan (20 Mei 1841) sebuah proklamasi yang mendorong masyarakat, yang meninggalkan kota dalam jumlah besar terkait dengan konflik yang terjadi, untuk tetap diam dalam tindakan sah mereka dan meneruskan perdagangan dengan warga asing tanpa peringatan atau kecurigaan. Tanpa diketahui Yang Fang, yang selaku prajurit berpengalaman memahami kekuatan pasukan Inggris dan mendorong kesabaran, Yikshan membuat kesepakatan rahasia untuk serangan malam terhadap armada Inggris, dengan memakai kapal-kapal tembak. Elliot menerima informasi usulan pergerakan dan mengeluarkan edaran (21 Maret 1841) memperingatkan warga Yang Mulia dan seluruh pedagang asing lain di pabrik-pabrik untuk menarik diri dari Kanton sebelum senja. Pada pukul 11 p.m. serangan dilakukan dari benteng barat (Saipaotoi) dekat Shameen, tempat meriam lima ton dipasang. Serangkaian perahu tembak mendadak mendatangi kapal-kapal Inggris. Para awak kapal tembok tersebut mengangkut pot-pot dan bola-bola api dan dipersenjatai dengan tombak berbatang panjang. Kala kapal-kapal tembak tersebut mula-mula berlabuh dan ditembaki oleh kubu Inggris, benteng-benteng dan baterai-baterai tertutup Tiongkopk di sepanjang garis depan sungai mengeluarkan tembakan terhadap kapal-kapal Inggris yang berlabuh dui sungai tersebut dan pasukan-pasukan Hunan dan Szechuen menyerang pabrik-pabrik yang tak dilindungi dan merebutnya. Yang Fang baru mendengar serangan tersebut kala kejadian tersebut diumumkan. Ia dicap dan disumpah, namun terlamat. Serangan tersebut sepenuhnya meleset, karena kapal-kapal Inggris semuanya telah bergerak dan bersiap untuk hal tersebut. Mereka langsung mengeluarkan tembakan dan mengerahkan kapal-kapal tembak, kejadian yang dikerjakan mereka dengan gampang, dan kemudian mengalihkan meriam mereka ke baterai-baterai yang dengan cepat mengheningkannya. Keesokan paginya, seluruh abterai Tiongkok dalam serangkaian kapal dikerahkan lewat serangan dan lebih dari 100 kapal jung perang dan kapal tembak direbut dan dikabar (22 Mei 1841). Dua hari kemudian, pasukan Inggris bersiap untuk menyerang kota Kanton. Pada 24 Mei 1841, usai menembaki penghormatan kerajaan dalam menghormati hari ulang tahun Yang Mulia, siang hari dijalani dengan mengumpulkan sejumlah besar barang angkut untuk pengerahan pasukan di perairan dangkal, dalam menanggapi tembakan yang ditembakkan dari baterai-baterai tertutup di wilayah terpencil, dan dalam menggerakkan pasukan ke persinggahan pilihan mereka. Pada sore hari, sekitar 2.000 pasukan yang mengumpulkan barang akut yang diberi penutup besar, dikumpulkan oleh Kapten Belcher, bergerak ke cabang utara sungai dari Shameen sampai gerbang barat laut kota. Usai mendarat, di dekat desa Tsinghoi, meriam dan artileri pada malam hari, dan memeriksa wilayah sekitar saat fajar, permulaan dibuat, di bawah komando Mayor-Jenderal Burrell, pukul 9 a.m. (25 Mei 1841). Pasukan berkirab melintasi ladang padi berlumpur menuju gerbang barat laut, menggerakkan sukarelawan desa di depan mereka, menyerang dan menduduki empat benteng luar dengan bidikan bayonet di luar tempat tersebut dan gerbang utara, dan melakukan serangan, walaupun bukan tanpa korban pasukan dan perwira yang menonjol, sebuah kemah berparit yang kuat dilindungi oleh meriam pada tembok kota. Pada saat yang sama, serangan dibuat di wilayah selatan. Mayor Pratt, dengan Cameronians, menduduki pabrik-pabrik, sementara kapal-kapal di sungai membombardir markas besar Jenderal Tartar.

Yikshan dan Yang Fang sepenuhnya tak berdaya oleh pergerakan tersebut. Mereka tak menginginkan kota tersebut diserang di barat laut, kala bentengnya menjadi yang terkuat, namun bersiap untuk serangan di selatan dan khususnya di timur. Bombardemen juga menyebabkan kepanikan besar di kota, sementara meriam lima ton Tiongkok tak dapat dikerahkan untuk dibidik ke kapal-kapal Inggris sejauh jarak tembaknya.

Keesokan harinya (26 Mei 1841) hujan turun di tempat dan nyaris menghentikan pergerakan kedua kubu. Pasukan Inggris menunggu suplai meriam dan amunisi, namun sebelum malam seluruh persiapan untuk serangan tembok kota dirampungkan dan lima belas buah artileri dikerahkan ke gerbang utara. Keesokan paginya (27 Mei 1841), pada kejadian kala serangan terdengar, pemberhentian mendadak dilakukan terhadap pergerakan pasukan, untuk penolakan mendalam mereka. Kabar datang bahwa Elliot telah menghimpun perjanjian damai. perjanjian Kanton, yang dibuat antara Elliot, Yikshan dan Kikung (27 Mei 1841) berdasarkan pada kesepakatan berikut ini, yakni (1) agar pasukan Tartar dan sekutunya dari provinsi lainnya (antara mereka dan sukarelawan, terdapat sejumlah korban tewas), yang berjumlah sekitar 35.000 pasukan, harus langsung mengevakuasi kota tanpa memasang spanduk; (2) agar Komisioner Kekaisaran harus meninggalkan kota dalam enam hari dan bergerak sampai sejauh setidaknya 60 mil; (3) agar pasukan Inggris tak meninggalkan Kanton atau menarik diri ke luar Bogue, sampai pembayaran berikutnya dilakukan, yakni berjumlah $6.000.000 sebagai ransum kota untuk dibayarkan dalam sepekan, kompensasi $300.000 untuk pihak pabrik, $10.000 untuk Mr. Moss dan pihak lainnya akibat serangan terhadap kapal Inggris, Black Joke, dan $25.000 untuk pemilik kapal Spanyol, Bilbaino; (4) agar janji diberikan, bukan untuk mempersenjatai ulang tempat-tempat benteng di Bogue atau di dalam sungai, dan menghentikan segala persiapan perang lebih lanjut sampai persoalan harus diselesaikan antar dua bangsa; (5) agar perdagangan harus diteruskan di Kanton dan Whampoa.

Ini menunjukkan bahwa Elliot tak secara khusus melibatkan pemberlakuan Perjanjian tersebut terhadap pengesahan pendudukan Hongkong (yang tanpa ragu ia tak memajukan konfirmasi lebih lanjut), atau ganti rugi untuk candu yang diserahkan kepada Lin (yang ia anggap ditetapkan lewat perancangannya terhadap Kepala Komisioner Perbendaharaan). Sebagai tebusan perang, ia tak ragu menyatakan agar balasan dilakukan terhadap Pemerintah Kekaisaran, pemicu perang yang sebenarnya. Tawarikh Manchu secara keliru menyatakan bahwa Elliot menawarkan dan memberikan 'uang candu' selain 'ganti rugi perang,' dan membuat anggapan meragukan lebih lanjut bahwa Elliot mula-mula mengusulkan kepada Yikshan untuk menukar Tsimshatsui dan Kowloon dengan Pulau Hongkong, namun agar, kala Yikshan menekankan bahwa Kaisar tak diundang untuk menyepakati pendudukan Hongkong, Elliot tertantang untuk memajukan persoalan Hongkong pada diskusi (dengan Pemerintah Kekaisaran). Sehingga, pembuat Tawarikh menyalahkan para Komisioner atas pencurahan, dalam laporan mereka terhadap Takhta, seluruh rujukan untuk pembayaran ganti rugi candu dan pendudukan Hongkong.

Pergerakan dilakukan lewat kampanye sepuluh hari tersebut dan kemudian Perjanjian Kanton berdampak sangat besar. Penarikan dari tempat pengerahan pasukan sendiri telah memicu tembakan Inggris, dan yang telah membuat mereka sendiri berprasangka buruk terhadap Kanton selaku penyebab marabahaya perang saudara di kota tersebut, merupakan pergerakan yang diputuskan. Pengusiran Komisioner Kekaisaran, yang menjadi penggerak utama dalam setiap pertikaian, terhitung membuat mereka tak berdaya, sementara pengerahan temporer terhadap bendahara provinsi mengirimkan kabar perang terhadap mereka, setidaknya pada suatu waktu. Namun pergerakan terbesar yang diambil lewat Perjanjian Kanton adalah penangguhan cepat terhadap kampanye yang, dalam beberapa pekan usai tembakan pertama diletuskan, membebaskan pasukan Inggris, tepat kala musim panas tiba, untuk beroperasi di utara.

Pada hari usai keputusan damai (28 Mei 1841), suatu hal terjadi pada kelompok ketiga dari Infanteri Pribumi Madras ke-37, di bawah Letnan Hadfield dan dua bawahannya, Devereux dan Berkeley, kehilangan arah mereka, menyerah, pada sore dan jauh dari badan utama, kepada pasukan sukarelawan Tiongkok. Melihat bahwa suatu kelompok tersebut (tidak ada yang mengunci pergerakan), diwarnai dengan hujan, gagal menembak, pasukan sukarelawan menyerang pasukan mereka dengan tembak panjang dan kait tajam, melawan dengan bayonet dalam keadaan takut. Namun, sepasukan kecil tersebut, antara lima puluh sampai enam puluh pasukan, ditahan selama beberapa jam, dibariskan dalam bentuk persegi, tak dapat menembakkan senapan mereka, namun dengan berani kembali meruskan serangan terhadap sekitar dua ribu pasukan Tiongkok sampai setidaknya dua kelompok Marinir Kerajaan datang untuk menyelamatkan dan mengangkut para sukarelawan tersebut. Sehingga, rombongan yang diselamatkan hanya memiliki satu orang tewas (dipotong-potong dalam penglihatan mereka) dan lima belas orang (termasuk Ensign Berkeley) luka-luka. Pertikaian tersebut, antara serombongan Infanteri Pribumi Madras dan beberapa ribu sukarelawan di dekat desa Samyuenli, sangat dilebih-lebihkan oleh perwira Tiongkok dan dilaporkan kepada Kaisar dengan sebutan 'Pertempuran Desa Samyuen,' sehingga Kaisar secara sarkastik menyatakan bahwa pasukan Knaton nampak melebihi seluruh pasukan reguler Tiongkok. Pernyataan Kaisar tersebut kemudian memberikan dorongan langsung terhadap pergerakan sukarelawan Fatshan-Kanton.

Lima bulan kemudian (30 Oktober 1841), Yang Mulia Ratu menyatakan seluruh pernyataannya terhadap operasi melawan Kanton, namun Kapten Elliot, yang berperan dalam penyelesaian Perjanjian, nampak tak meraih junjungan maupun rasa terima kasih pada pihak negaranya. Perjanjian Chuenpi buatannya, yang memberikan wilayah Hongkong menjadi wilayah kekuasaan Yang Mulia, masih dihiraukan oleh kedua pemerintah. Enam juta dolar yang dipulihkan olehnya lewat Perjanjian Kanton buatannya 'dalam penyerahan klaim-klaim atas Pemerintah Yang Mulia,' dan yang menutupi sejumlah biaya yang ditawarkan olehnya terhadap Perbendaharaan yang Mulia dalam membayar candu yang diserahkan kepada Lin, tak diterapkan untuk keperluan tersebut, namun tagihannya ditinggalkan tanpa horm,at dan persoalan ganti rugi candu diperkenankan untuk dibiarkan selama beberapa tahun lebih lama, sementara Yang Mulia secara langsung memperkenankan pengerahan penuh selama dua belas bulan terhadap pasukan AL dan militer di Tiongkok dengan biaya sebanyak enam juta dolar.

Elliot dipersalahkan atas kepercayaan yang diberikan olehnya terhadap kehendak atau kemampuan Kishen untuk mewujudkan pemberlakuan Perjanjian Chuenpi, untuk keputusan agar ia menarik pasukan Inggris dari Chusan (walaupun jumlah kerban tewas yang timbul disana menjadi pertimbangannya), dan atas permohonannya untuk mengamankan kesepakatan Kaisar sebelum penerapan bagian pemberlakuannya. Namun kesalahan pembenaran semacam itu terdorong untuk diseimbangkan oleh pengadaan pelayanan terpercaya dan tersepakati selama beberapa tahun yang ditujukan olehnya kepada negaranya di bawah keadaan paling keras dan menyakitkan, dan lewat kepahlawanan yang disimpan olehnya dalam mengkhawatirkan keselamatan warga senegaranya yang ditahan yang meresikokan nyawanya pada 1839. Seluruh penghormatan ditujukan kepada kenangan atas keberanian Kapten Elliot.

Aneh untuk dikatakan, Komodor Bremer kembali (18 Juni 1841) dari Kalkuta dengan kabar bahwa ia diangkat menjadi utusan berkuasa penuh bersama, walau, jika komunikasi telegraf kala itu ada, Elliot akan diberitahukan lama sebelumnya (14 Mei 1841) agar baik ia maupun Bremer dinaungi. Beberapa pekan usai Komodor Bremer kembali, ia bersama dengan Kapten Elliot, mengalami kecelakaan kapal kala topan besar (21 Juli 1841) dan mereka melarikan diri namun terjerat rambutnya dan mungkin dibunuh oleh pembajak dan prajurit Tiongkok. Kapten Elliot pergi dari Tiongkok ke Eropa (24 Agustus 1841) ditolak dan tak dihormati secara tak adil, bersama dengan Komodor Bremer. Terdapat pergesekan pada kenyataannya bahwa nasib Sir George Robinson, yang mula-mula merekomendasi aneksasi Hongkong secara resmi, dan sosok yang memanggilnya kembali, juga menjadi sosok yang, melawan kemungkinan kehendaknya sendiri, memulai pendudukan resmi Hongkong.

Sir Henry Pottinger, Baronet, seorang Mayor-Jenderal dalam penugasan Perusahaan Hindia Timur, dipilih (15 Mei 1841) menjadi Utusan Luar Biasa dan Berkuasa Penuh Tunggal Yang Mulia, untuk menuju ke Tiongkok pada misi khusus untuk Pemerintah Tiongkok. Pada saat yang sama, ia ditugaskan untuk bertindak sebagai Kepala Petinggi perdagangan warga Yang Mulia dengan negara tersebut dan ditunjang dengan kuasa penuh untuk bernegosiasi dan memutuskan Perjanjian untuk kepengurusan berbeda yang menaungi Britania Raya dan Tiongkok. Untuk keperluan tersebut, Mayor-Jenderal Sir Hugh Gough dan Laksamana Sir William Parker bersekutu dengannya masing-masing sebagai kepala panglima pasukan militer dan AL di Tiongkok. Sir H. Pottinger datang ke Makau (10 Agustus 1841) bersama dengan Sir W. Parker, menggunakan kapal uap Sesostris, dan memanggil agar Gubernur Pinto, untuk mengadakan sejumlah konferensi dengan Kapten Elliot, Sir Hugh Gough dan Mr. A. R. Johnston. Ia kemudian mengerahkan (13 Agustus 1841) Jurutulisnya, Mayor Malcolm, ke Kanton, untuk dikirim ke Komisioner Kekaisaran dan Waliraja yang dikerahkan untuk mengumumkan kedatangannya selaku Utusan Berkuasa Penuh Tunggal, dan memperingatkan Otoritas Tiongkok bahwa pergesekan menonjol terhadap kesepakatan gencatan senjata, yang diwujudkan lewat Perjanjian Kanton, akan berujung pada kemunculan ulang pertikaian di Provinsi Kanton.

Kedatangan pengerahan tersebut, dan peringatan datar kemudian diberikan kepada Otoritas Tiongkok, menyebabkan sorotan besar di Kanton. Sastrawan dan priyayi memandang sikap keunggulan dan nada tak tersamarkan, yang ditunjukkan oleh Sir H. Pottinger dalam pengerahan tersebut, sehingga berbeda dengan sikap penghormatan sopan dan rendah hati dari komunikasi Elliot, sebagai hinaan terkaji dan ketidakhormatan tak terbentuk. Perasaan populer, yang berkembang, menonjolkan dirinya pada pemeriksaan pelulusan publik berikutnya (16 September 1841), kala Pelaksana Tugas Prefek (Yü Pao-shun) diserang oleh murid-muridnya dan dikeluarkan dari balai pemeriksaan atas dakwaan pengkhianatan publik. Orang-orang kini membuat kepentingan umum dengan pegawai mereka, meskipun mereka membencinya, dan para pegawai, yang dihimpun oleh sastrawan untuk menyatakan peringatan Sir H. Pottinger, hanya menunggu untuk pengerahan pasukan ke Hongkong kala mereka 'membangun ulang banyak benteng di dalam Bogue. Namun kala mereka berupaya (September 1841) untuk mepersenjatai ulang benteng Wangtong, dekat Bogue, H.M.S. Royalist, membentuk skuadron kecil di bawah komando Kapten Nias (dari H.M.S. Herald), langsung menghancurkan pengerjaan tersebut tanpa peringatan.

Pada hari kedatangannya di Makau (10 Agustus 1841), Sir H. Pottinger mengeluarkan pernyataan luar biasa untuk memberitahukan warga Yang Mulia di Makau dan Hongkong soal pelantikannya dan penugasan komisinya. Dua hari kemudian, ia menekankan (12 Agustus 1841) bahwa tujuan utama dari misinya adalah untuk mengamankan kecepatan dan keselarasan menjelang perang, dan agar tak ada ketonjolan kepentingan perdagangan yang akan diperkenankan untuk campur tangan dengan keadaan tersebut. Pada pernyataan yang sama, ia menyebut 'pembangkangan yang sangat dipahami dan kepercayaan buruk' Otoritas Kanton, dan memperingati warga Inggris akan kemungkinan interupsi pada gencatan senjata saat ini, mendorong mereka menentang penempatan diri mereka sendiri atau harta benda mereka dalam kekuasaan pegawai Tiongkok. Seperti kala pendudukan Hongkong, Sir H. Pottinger menyatakan, pada penutup pernyataan tersebut, bahwa penghimpunan dibuat oleh pendahulunya dengan rujukan kepada Hongkong harus dipertahankan 'sampai kesenangan Yang Mulia terhadap pulau tersebut dan penataannya harus diterima.' Kalimat tersebut secara datar mengintimasikan Perjanjian Chuenpi dan pendudukan Hongkong, dan khususnya tindak pendudukan resmi terhadap Pulau tersebut atas nama Yang Mulia, sangat jauh dari ketidaksepakatan maupun disepakati resmi oleh Pemerintah Yang Mulia. Hal-hal ditinggalkan dalam statu quo dan itu menandakan, dengan seluruh tujuan dan keperluan terapan, konfirmasi sementara dari pendudukan Hongkong.

Pada 21 Agustus 1841, ekspedisi dimulai dari Hongkong, kapal-kapal sepenuhnya dibersihkan untuk bertindak. Sebuah penurunan mula-mula dilakukan terhadap Amoy. Benteng-benteng, kota dan puri Amoy, bersama dengan pulau benteng Kulangsoo, direbut (26 Agustus 1841). Meninggalkan garisun kecil di Amoy, ekspedisi bergerak ke Chusan, kala Tinghai jatuh ke tangan Inggris usai pemberontakan bangsawan (1 Oktober 1841). Dalam merebut lagi seluruh pulau Chusan, Sir H. Pottinger menyatakan (2 Oktober 1841), lewat edaran publik, bahwa tak ada kesempatan Chusan akan dikembalikan lagi ke Pemerintah Tiongkok, sampai seluruh tuntutan Inggris (seperti yang sebelumnya dibuat di Tientsin) tak hanya bergesekan namun terbawa dalam dampak penuh. Kota-kota benteng Chinhai (10 Oktober 1841) dan Ningpo (13 Oktober 1841) kemudian diduduki. Di Chinhai, pemberontakan paling menonjol dipicu oleh pasukan Tiongkok. Kala Komisioner Kekaisaran Yue-kien, yang sebelumnya menyiksa dan membunuhi tahanan Inggris (Kapten Stead), melihat bahwa semuanya lenyap, ia memutuskan bunuh diri ketimbang menyerahkan diri sendiri ke tangan Inggris. Rombongan Nerhudda terdampar di pesisir Formosa (26 September 1841), nyaris seluruh awak dan penumpang dibunuh oleh perwira Tiongkok dalam tahanan. Kejadian serupa terjadi usai kapal Inggris Anne terdampar. Perlakuan jahat tersebut, yang seorang Brigedir Manchu sebut Tahunga paling bertanggung jawab, dilaporkan ke kaisar, dan dilebih-lebihkan pada seluruh belahan Kekaisaran sebagai kemenangan besar yang diraih dalam pertempuran, dan sehingga Tahunga diberi peningkatan jabatan. Kala menerima kabar kejatuhan Tinghai, Chinhai dan Ningpo, Kaisar langsung memerintahkan pertahanan Tientsin dan Taku diperkuat (1 November 1841) dan mendorong seluruh masyarakat untuk bangkit melawan Inggris dan tanpa henti meneruskan perang pemusnahan (15 November 1841). Kishen kini dijaga dan diserukan untuk bertugas lagi sebagai asisten Yikking, yang mengerahkan (1 Desember 1841) sebagai Komisioner Kekaisaran untuk merebut kembali Chinchai dengan cara apapun.

Pertikaian kini terlaksana. Tiongkok merasa bahwa ketuanan Tiongkok atas belahan dunia lainnya berada di ujung tanduk dan dengan hati-hati disiapkan untuk perjuangan untuk menuntaskan persoalan selamanya. Ekspedisi Inggris juga menunggu pengerahan, karena penyakit membuat wabah besar di kalangan pasukan. Sementara itu, Sir H. Pottinger kembali ke Hongkong dan Makau kala ia menegetahui bahwa Kanton, selama berbulan-bulan silam, menggerakkan setiap saraf untuk mempersiapkan kemunculan pertikaian awal. Komisioner Kekaisaran Yikshan mengerahkan (8 Oktober 1841) rombongan-rombongan besar sukarelawan desa berbayar untuk pertahanan kota Kanton, yang menjadi gangguan besar masyarakat. Kapal-kapal batu dikerahkan di Howqua's Folly dan Blenheim Reach, untuk mendapatkan akses ke Kanton. Pabrik-pabrik bubuk meriam Tiongkok—salah satunya, di dekat kota Kanton, meledak akibat kecelakaan (12 Januari 1842)—menjalani waktu tambahan. Tempat-tempat pembuatan meriam di Fatshan dialihkan menjadi tempat pembuatan meriam dari susunan asing. Enam benteng baru dibangun di bawah nasehat asing, dan pasukan sejumlah 30.000 orang diperintahkan untuk memakai senapan dan bayonet. Sir H. Pottinger berhenti menggempur kapal-kapal Tiongkok oleh perintah dari perwira (Kapten Nias) yang, usai kematian Sir Humphrey Le Fleming Senhouse di Hongkong (13 Juni 1841), meneruskan jabatan Perwira AL Senior. Namun pada saat yang sama, Sir H. Pottinger memperingati Otoritas Kanton secara berulang agar setidaknya upaya untuk membangun ulang Benteng Bogue akan memberikan hukuman paling berat terhadap Kanton.

Pada bulan Maret 1842, perjuangan kembali dikerahkan. Berbulan-bulan sebelum waktu Otoritas Provinsial naik turun pesisir membuat persiapan luas dengan pandangan untuk meneruskan penyerangan, pada bulan Maret, lewat serangan terhadap pendudukan Inggris di Hongkong, Chinhai dan Ningpo.

Kala ke Hongkong, nampak dari catatan Tiongkok bahwa Yikshan diam-diam melapor kepada Kaisar, bahwa Hongkong telah dijadikan garisun pasukan India, dan bahwa populasi Tiongkok besar telah bermukim ke Koloni tersebut, ia mengamankan pelayanan terhadap 3.000 pemukim TIongkok di Hongkong: yang telah berjanji untuk bangkit melawan warga asing pada waktu sebenarnya, sementara para pemukim Tiongkok lainnya yang bermukim di Koloni semuanya berniat untuk kembali ke persekutuan Tiongkok mereka. Untuk menyediakan pemimpin populer untuk pergerakan tersebut, kaisar dipilih. Kiying untuk keperluan menghimpun pembantaian mendadak terhadap seluruh warga asing di Hongkong. Pada masa yang sama, seorang Censor, Soo Ting-kwai, melapor ke Takhta, bahwa kesempatan layak untuk serangan umum terhadap pendudukan Inggris di Tiongkok, karena Nepal menyatakan perang melawan mereka di India dan sehingga para panglima Inggris di Tiongkok memohon untuk mengirim banyak kapal mereka ke India untuk menyelamatkan warga senegara mereka disana. Sehingga, Kiying diperintahkan oleh Kaisar untuk bergerak langsung ke Kanton, dengan pandangan untuk mengarahkan serangan untuk dilakukan di Hongkong, namun tak lama setelah itu, ia mulai dipanggil lagi, karena Kaisar mengetahui bahwa Nanking diancam oleh pasukan Inggris. Serangan dini terhadap pendudukan Inggris di Ningpo dan Chinhai kini dilakukan lagi (10 Maret 1842) namun gagal. Tak hanya pasukan tempur yang langsung ditarik, namun pasukan Inggris kini meneruskan serangan, merebut kota-kota distrik Tszeki (15 Maret 1842) dan Chapu (18 Mei 1842) dan bergerak ke utara menuju Nanking. Dengan penarikan Kiying dan pergerakan pasukan Inggris, kebangkitan yang ditujukan di Hongkong sia-sia. Rumor rencana serangan ke Hongkong berulangkali disebut dalam surat-surat kabar lokal (21 April dan 28 Juli 1842) namun tak mendapatkan perhatian di kalangan Eropa. Selain itu, Laksamana Cochrane dan Jenderal Burrell dituntut (sekitar pertengahan Juli) untuk membuat demonstrasi balasan dengan mengerahkan skuadron kecil ke Sungai Kanton sampai sejauh Whampoa. Tindakan tersebut memiliki dampak yang diinginkan. Namun, pemukim Inggris di Hongkong tak pernah mengetahui apa bahaya serius yang telah melarikan diri dari mereka.

Yikshan dan Waliraja Kanton mengadakan (sejak Februari 1842) negosiasi dengan Prancis, atau, jika Tawarikh Manchu (sebagian diterjemahkan oleh Mr. E. H. Parker) dipercaya, telah menawarkan pembangunan kapal perang untuk dipakai melawan pihak Inggris terhadap mereka. Yikshan dan Kikung mengadakan beberapa wawancara dengan M. de Challaye, Konsul Prancis di Kanton, dan Kolonel de Jancigny (yang mendatangkan misi perdagangan ke Tiongkok). Diyakini, niat M. de Challaye sebenarnya untuk mengadakan mediasi Pemerintah prancis dengan tujuan untuk mengadakan perjanjian damai, sementara M. de Jancigny dihadapkan pada perintah untuk perusahaan-perusahaan alat perang Prancis. Yikshan melaporkan tawaran bantuan tersebut kepada Kaisar yang ia dapat dari Prancis, namun menambahkan, 'rancangan-rancangan musuh tak selaras dan mungkin kita benar0benar membantu Inggris di tangan bawah dan bertindak selaku mata-mata pada kami demi mereka.' Pembuat Tawarikh Manchu kemudian menyatakan bahwa 'Prancis menggantung dari Februari sampai Juni (1842) menunggui komando kami dan setidaknya, pada Juni, bergerak ke Wusung, namun Inggris telah sampai sejauh Yangtsze.' Namun, walau para pegawai Kanton tak mempercayai sindikat pertama tersebut yang diwakili oleh K olonel de Jancigny, seorang warga swasta kaya Kanton, Poon Sze-shing, menerima ijin dari Kaisar untuk mengerahkan Kolonel de Jancigny untuk memesan sejumlah kapal perang, meriam dan torpedo dari Prancis (yang kala itu sangat baru), untuk dipakai melawan Inggris, dan untuk merombak, dengan nasehat de Jancigny, seluruh AL Kanton.

Namun, intrik tersebut terlambat di tempat. Meskipun Kanton membuang-buah dana negeri dan swasta dalam membeli munisi perang baru nan mahal, ekspedisi Inggris di Tiongkok Tengah membuat akhir perang yang cepat. Usai kejatuhan Wusung (16 Juni 1842) dan Shanghai (19 Juni 1842), para Komisioner Tiongkok menawarkan perjanjian damai. Sir H. Pottinger, yang terlibat dalam ekspedisi (22 Juni 1842), memberitahukan mereka apa yang dituntut oleh Inggris, namun enggan mengadakan negosiasi apapun dengan Komisioner sampai mereka menerima perintah kaisar untuk menerima tawaran tersebut. Sir H. Pottinger juga mengeluarkan proklamasi publik (5 Juli 1842) yang memberitahukan rakyat Tiongkok di titik-titik persoalan sebenarnya antara Inggris dan Tiongkok. Proklamasi tersebut memberikan empat keluhan dan tiga tawaran. Keluhan tersebut adalah, (1) bahwa, walau pedagang Inggris selama dua abad dengan sabat mengalami perlakuan buruk berkelanjutan di tangan perwira Kanton, pemakaian buruk sistematis tersebut meluaskan seluruh ikatan kala Komisioner Lin, pada 1839, alih-alih memberlakukan dakwaan sebenarnya, Tiongkok dan asing, berkaitan dalam lalu lintas candu, secara paksa mengkhawatirkan perwira Inggris dan pedagang Inggris dan mengancam mereka dengan hukuman mati, sehingga halangan dari mereka terhadap candu dapat dilakukan di Tiongkok pada waktu itu, atas perintah yang diberlakukan Kaisar; (2) bahwa para utusan di Peking, 'orang-orang tanpa kepercayaan atau keyakinan baik,' usai mengadakan gencatan senjata dan mengirim Kishen ke Kanton untuk mengadakan perjanjian damai, mendadak mengubah pikiran mereka, menggantikan Kishen dengan Yikshan dan mengadakan perang pemusnahan, sehingga mendorong Inggris untuk merebut Benteng Bogue, untuk menduduki Kanton itu sendiri, dan mengambil ransum darinya untuk hukuman terhadap perlakuan buruk semacam itu; (3) bahwa Komisioner Tinggi Yuekien dan pegawai tingkat tinggi lain, seperti Tahunga, telah menyiksa dan membunuhi awak kapal Inggris yang karam, melaporkan tindakan brutal semacam itu dilakukan pada orang-orang tanpa pertahanan kepada Kaisar sebagai kemenangan yang didapatkan dalam pertempuran; dan terakhir (4) bahwa Otoritas kanton, dengan niat untuk memastikan diri mereka sendiri akan laba perdagangan asing dan mengangkutan, melalui Pedagang Hong, pembayaran ilegal dari para pedagang asing, menyamarkan segala gal di bawah pernyataan palsu kepada Kaisar. Tuntutan yang pihak Inggris selaku penyeimbangnya meliputi (1) ganti rugi kehilangan dan pengeluaran, (2) hubungan setara dan bersahabat antar pihak dua negara tersebut, dan (3) pendudukan wilayah luar untuk perdagangan dan pemukiman para pedagang dan sebagai pengamanan dan pemanduan melawan kemunculan tindak serangan pada masa mendatang.

Permohonan tersebut terhadap hati nurani negara, dan pemakzulannya terhadap Pemerintah Manchu pada ranah opini piblik di Tiongkok, memiliki dampak yang sangat besar. Seperti kebanyakan orang Tiongkok sendiri yang mengetahui, ini adalah penjelasan terpercaya dari persoalan konflik nyata antara Tiongkok dan Inggris, disebabkan oleh perlakuan seturut warga asing di tangan pegawai Tiongkok, yang bertindak pada naungan ketuanan mutlak Tiongkok dan seturut kesetaraan internasional. Selain itu, proklamasi tersebut, dalam membenarkan pendudukan Hongkong dan penaklukan Chusan, menyinggung persoalan candu dengan alasan kecelakaan dan di luar jangkauan yang sebenarnya dipicu dalam sejarah perang Inggris-Tiongkok pertama.

Walau pasukan Inggris dengan cepat maju ke Chinkiang dan Nanking, pemikiran para pegawai dan rakyat Tiongkok di Utara diisi dengan kekhawatiran. Keunggulan strategi, senjata dan disiplin Inggris, melampaui sumber daya dan upaya militer Tiongkok terbaik, secara menyakitkan menghantui seluruh belahan negeri. Pada seluruh provinsi maritim, opini publik kini beralih untuk menjalin perdamaian dengan Inggris, masyarakat secara mengejutkan menyatakan bahwa Inggris melakukan operasi perang untuk mengembalikan kesepakatan dengan pasukan pemerintah dan membebaskan rakyat mereka sendiri sememungkinkannya. Yikshan kini menulis kepada Kaisar bahwa Kanton sepenuhnya segerombol dengan warga asing. Perasaan terkkikis mulai terhimpun pada negarawan, pegawai dan pemimpin militer Tiongkok, dan kepanikan positif menimpa mereka kala gerhana matahari total, yang lazim dianggap, menurut naungan Tiongkok, bencana nasional, terjadi (8 Juli 1842) kala pergerakan armada Inggris ke Nanking. Dengan penaklukan Chinkiang (21 Juli 1842) kunci menuju Bendungan Besar, saluran utama suplai pangan Tiongkok Utara, jatuh ke tangan Inggris. Kiying, Eleepoo dan Niu Kien kini (22 Juli 1842) menawarkan perjanjian damai lagi, namun lagi-lagi dihiraukan dan menempatkan seluruh kesepakatan Kaisar terhadap tuntutan Inggris secara keseluruhan, dan kemudian mereka dapat dayang dan mendiskusikan penjelasan. Ekspedisi dengan cepat dilanjutkan bergerak menuju Nanking. Pada 9 Agustus 1842, pasukan mendarat beberapa mil dari Nanking, pemulihan dibuat, dan dua hari kemudian, segala hal disiapkan untuk serangan ke kota Nanking (11 Agustus 1842), kala gencatan senjata dinyatakan dan diberikan untuk keperluan menerima saksi Kaisar terhadap tuntutan yang dirumuskan Inggris, dalam rangka untuk mewujudkan dasar perjanjian damai resmi. Percobaan dimajukan (13 Agustus 1842) ke Peking lewat pemberi pesan khussu, dan, kala ia kembali dengan kesepakatan Kaisar, Perjanjian Nanking, antara Yang Mulia Ratu Inggris oleh Sir H. Pottinger di satu pihak, dan Kaisar Tiongkok oleh Komisioner Kiying, Eleepoo dan Niu Kien di pihak lain, diadakan (29 Agustus 1842). Keesokan harinya, Mayor Malcolm berangkat ke London, dengan sebuah salinan Perjanjian, untuk tak melewatkan waktu dalam membubuhkan tanda tangan Yang Mulia, sementara salinan lain langsung diserahkan ke Peking; dan sehingga kembali dengan tanda tangan Kaisar pada keesokan malamnya (15 September 1842).

Tuntutan-tuntutan yang disepakati pada Perjanjian Nanking adalah: (1) perdamaian dan persahabatan antara Tiongkok dan Inggris; (2) pembukaan lima pelabuhan, Canton, Amoy, Foochow, Ningpo, dan Shanghai, untuk persinggahan para pedagang Inggris, beserta keluarga mereka, di bawah yurisdiksi luar wilayah Inggris; para perwira konsuler; (3) pendudukan Hongkong; (4) pembayaran ganti rugi candu enam juta dolar; (5) pembayaran utang Pedagang Hong, sejumlah tiga juta dolar; (G) pembayaran dua belas juta dolar pengeluaran perang; (7) seluruh pembayaran dilakukan, dengan pemastian 5 persen, dalam kepastian: periode; (8) pembebasan seluruh tahanan perang; (9) pengampunan umum terhadap seluruh TIongkok yang berpihak pada Inggris sepanjang perang; (10) tarif adil dan tetap barang ekspor dan impor dan biaya transit; (11) keputusan setara yang disahkan dipakai dalam pernyataan resmi; (12) penarikan pasukan Inggris dari Nanking, Chinkiang, Chinhai, Chusan, dan Kulangsoo pada keadaan tertentu; (13) ratifikasi perjanjian diberlakukan sememungkinkannya. Perjanjiannya lebih ditonjolkan untuk pemberlakuan yang ditujukan ketimbang orang-orang yang melibatkannya. Larangan atau legalisasi perdagangan candu tak disebutkan. Perang tak dilakukan untuk persoalan candu. Sehingga, Tiongkok hanya membebaskan penyelesaian persoalan candu pada kehendak manisnya sendiri. Yang lebih ditonjolkan adalah pemberian kebebasan hubungan dagang para pemukim Tiongkok di Hongkong dengan daratan utama Tiongkok, sesuai perintah Jawatan Luar Negeri tertanggal 3 Februari 1841. Golongan mandarin membiarkan kebebasan untuk pembuatan atau perusakan keberuntungan Hongkong sebagai pemukiman untuk warga Tiongkok.

Kala menegosiasikan tujuan yang terkandung dalam pasal ketiga perjanjian yang dimajukan, Sir H. Pottinger diberitahukan oleh Komisioner, bahwa pendudukan Hongkong telah suatu waktu silam disepakati oleh Kaisar, dan tak membutuhkan konfirmasi lebih lanjut. Namun, Sir H. Pottinger mengharapkan pendudukan Hongkong dibahas dari awal, dan memberitahukan para komisioner, kala ia sendiri kemudian (21 Januari 1843) menyatakan dalam tulisan kepada komite pedagang Inggris, bahwa, 'Pemerintah Inggris menduduki Hongkong tak dapat dalam cara apapun menyinggung perdagangan luar Tiongkok, karena Pemerintah Inggris tak memiliki niat untuk melakukan hal penugasan apapun disana,' dan bahwa 'Hongkong sebetulnya dipandang sebagai sejenis gudang penyimpanan tempat para pedagang dapat menempatkan barang-barang mereka dengan aman sampai keadaan harus menyesuaikan mereka untuk menjualnya kepada diler Tiongkok asli atau mengirimnya ke sebuah pelabuhan atau tempat di Tiongkok untuk dijual.'

Ini adalah titik pengaruh menonjol, yang mengindikasikan bahwa karakter pelabuhan bebas Hongkong adalah pemahaman dini pada pasal ketiga Perjanjian Nanking dan pendudukan Hongkong oleh Mahkota Inggris kini mendasarinya. Sehingga, ketidakberlanjutan mendatang atau kelanjutan kebebasan pelabuhan Hongkong dengan tak mengartikan persoalan terbuka meninggalkan penghirauan Pemerintahan Kolonial atau Kekaisaran Inggris, namun Pemerintahan Kekaisaran Inggris benar-benar terikat oleh Perjanjian Nanking, seperti yang dinegosiasikan oleh Sir H. Pottinger, untuk menghimpun kebebasan pelabuhan dari seluruh barang ekspor atau impor dari jenis apapun.

Ini soal pemahaman bahwa Pemerintah Tiongkok mengeluarkan, dengan kesepakatan Sir H. Pottinger, sebuah edik yang memperkenankan hubungan bebas dan tanpa batas terhadap seluruh kapal dari pelabuhan-pelabuhan perjanjian di Tiongkok ke Hongkong, dan sebaliknya, atas pembayaran barang-barang ekspor dan impor, serta penarikan pelabuhan atau pendaratan, secara sah karena di pelabuhan-pelabuhan tersebut dapat mengangkut atau dari sana mereka dapat mengirimnya di Kekaisaran Tiongkok. Pemerintah Tiongkok kemudian mewujudkan janji Sir H. Pottinger agar Hongkong masih dijadikan pelabuhan bebas, Pemerintah Inggris nampak memberikan keyakinan baik untuk menghimpun kebebasan pelabuhan yang tidak melanggar.

Pasal yang merujuk kepada pendudukan Hongkong menyatakan sebagai berikut: 'Ini dibutuhkan, dan diinginkan, agar warga Inggris dapat memiliki beberapa pelabuhan tempat mereka merawat dan memulihkan kapal-kapal mereka kala mengerahkan dan mempertahankan penyetoran untuk keperluan tersebut, Yang Mulia Kaisar Tiongkok menyerahkan kepada Yang Mulia Ratu Britania Raya, Pulau Hongkong, untuk diduduki dalam kaitannya Tang mulia Britania Raya, para Pewaris dan Penerusnya, dan diperintah oleh hukum dan aturan seperti Yang Mulia Ratu Britania Raya, harus lihat selaras untuk diarahkan.' Alasan disini yang diberikan soal kenapa Hongkong harus diduduki sangat membuat penasaran. Ini lebih nampak pada pandangan alasan Elliot alih-alih Pottinger soal wilayah pendudukan Inggris yang disebut Hongkong. Kami tak terkejut mendapati bahwa Inggris menganggap Pasal Ketiga Perjanjian Nanking merupakan terjemahan harfiah dari teks Tionghoa dari Pasal terkait dalam Perjanjian Chuenpi. Jika ini 'sangat' dibutuhkan pada 1843, agar pedagang Inggris harus memiliki pangkalan dan tempat penyimpanan pangkalan di wilayah terpisah pada pesisir Tiongkok, nampak sangat aneh bahwa Lord Palmerston beserta Kabinet, Parlemen dan negara, tak dapat terbawa untuk meliriknya, melalui Matheson, dan Staunton, dan Robinson dan lainnya melakukan segala hal untuk memajukan kebutuhan dan keinginan dari 1833 sampai 1836. Selain itu, ini merupakan jenis dari gudang terikat, dengan rumah-rumah pondok, dari luar jangkauan ketamakan, korupsi dan penindasan pegawai Tiongkok yang dibutuhkan, yang jauh melebihi pangkalan dan tempat penyimpanan pangkalan. Dan itu adalah Koloni alih-alih tempat persinggahan dagang sebenarnya atau pangkalan yang menjadikan Hongkong pada masa itu, kala Pasal ketiga dari Perjanjian Nanking yang membuat penasaran dirancang.

Tersinggung dan terpinggirkan selaku Tiongkok lewat keputusan Perjanjian Nanking, orang yang dapat menyatakan bahwa kini setidaknya Tiongkok mengajarkan untuk menyerahkan, sekali untuk semuanya, klaim ketuanan mereka atas seluruh bangsa asing. Namun teori Tiongkok populer, bahwa 'seperti hanya ada satu surya di langit, sehingga hanya dapat ada satu pemimpin tertinggi atas seluruh bawah langit,' yang merupakan tempat seluruh umat manusia berniat untuk bersiap menyeretnya pada unsur keagamaan, sehingga dilandasi dalam pemikiran dan bahasa diplomatik Tiongkok, dalam hal esensi ketuanan politik Tiongkok, yang dalam empat bhilan setelah keputusan Perjanjian Nanking, Kaisar mengeluarkan Edik (24 Desember 1842), yang memerintahkan Eleepoo 'untuk menemui Pottinger dan langsung menjelaskan kepadanya bahwa Dinasti Langit memiliki prinsipnya, dalam mengatur seluruh warga asing tanpa ragu, untuk melihat mereka dengan perasaan yang sama akan kecintaan universal dengan yang ia lihat pada anak-anaknya sendiri.' Untuk ini, tidak ada penambahan keunggulan tingkat diplomatik—karena dapat melihatnya dalam pandangan gabungan Kaisar atas penghancuran kehidupan yang disebabkan di Hongkong oleh topan, dan pandangan pembunuhan besar-besaran yang dilakukan oleh Tahunga dan disahkan oleh Kaisar—Sir H. Pottinger membalasnya dengan sikap baik. Ia sempat memberitahukan Kaisar, bahwa Gundik Kerajaannya, Ratu Inggris, 'tak mengakui keunggulan atau kekuasaan selain Tuhan, dan bahwa martabat, kuasa dan kecintaan universal Yang Mulia diketahui tiada duanya di bumi dan hanya disetarakan dengan keyakinan baik dan kecemasan cermat yang Mulia untuk memenuhi janji dan ikatan Kerajaannya.' Usai penjelasan tersebut, yang kemudian sering dituturkan oleh Sir H. Pottinger, para pegawai Tiongkok lebih hati-hati untuk mengurusi langkah hubungan diplomatik biasa mereka dari ketuanan politik Tiongkok, selain Waliraja Kikung benar-benar memahami frase 'dua negara' yang pada masa Elliot memicu kemarahan dan sarkasme Waliraja Tang, dan menulis kepada Pottinger (16 April 1843) menyatakan bahwa 'dua negara tersebut kini disatukan dalam persahabatan .'

Kbar keputusan Perjanjian Nanking menyebar ke seluruh Tiongkok dengan tanda pemulihan mendalamnya. Di setiap tempat, persiapan untuk perang langsung dihentikan. Pada kenyatannya, tindakan resmi dilakukan di tempat manapun sepanjang pesisir secara dasar menandakan bahwa Otoritas Provinsial memutuskan untuk menerima dan melaksanakan keputusan Perjanjian tersebut dalam niat naik. Di Kanton, militia dibubarkan (13 Oktober 1842) dan seluruh benteng temporer dirubuhkan. Sehingga, terjadi pergolakan besar singkat yang timbul di Kanton (November 1842), kala dirumorkan bahwa tempat-tempat bangunan di wilayah Honan akan dialihfungsikan menjadi tempat-tempat hunian pedagang asing dan keluarga mereka, dan suatu rombongan melakukan serangan ke pabrik-pabrik dan membakar sebagian pabrik tersebut (7 Desember 1842). Namun, kejadian tersebut sepenuhnya beralih pada keesokan harunya, kala Sir Hugh Gough datang ke Kanton untuk menyelidiki keadaan yang terjadi. Sepanjang malam usai pergolakan ebsar tersebut, Tiongkok membuktikan bahwa melalui Perjanjian Nanking, pasukan militer dan AL dikirim balik ke Inggris, dan lebih dari 50 angkutan dan kapal perang meninggalkan pelabuhan Hongkong (20 Desember 1842) ke tempat asalnya. Perang pun berakhir. Masa-masa damai berlangsung, dan kini misi Hongkong berangsur melunak pada masa silan dan memadatkan persahabatan antar dua negara tersebut pada masa mendatang.

Sir H. Pottinger sempat berencana untuk bertindak (Januari 1843) untuk merampungkan sisa misi diplomatik suksesnya, dengan menetapkan ketetapan tarif barang dan aturan dagang. Untuk keperluan tersebut, ia seringkali berkonsultasi dengan Komite perwakilan pedagang Inggris yang meliputi Messrs. A. Matheson, G. T. Braine, W. Thomson, D. L. Burn, dan W. P. Livingston. Usai kematian Eleepoo (4 Maret 1843), Kiying diangkat menjadi Ketua Komisi Kekaisaran, dan kali ini ia nampak berniat untuk bekerjasama dengan Pottinger dalam menetapkan seluruh ketetapan. Waliraja Kanton (Kikung) juga menjalin hubungan persahabatan dan menerima tawaran Pottinger (16 April 1843) untuk bekerjasama dengannya dalam menindak penyeludupan barang (sebagian di tangan Inggris) kemudian dijalankan, dengan naungan dari pengerahan Hoppo (yang dibawahi oleh Waliraja sendiri), di Sungai Kanton. Sebelum kedatangan Kiying, dua anggota lain dari Komisi Kekaisaran, Wang An-tung dan Hienling, mengunjungi Hongkong (11 Mei 1843) dengan bebas diperkenalkan pada masyarakat Hongkong, dua kali bertemu dengan Sir H. Pottinger, mengangkut gerbong (yang mula-mula melintasi celah) ke Happy Valley, menjalani sore di Morrison Education Society's Institution (di Morrison Hill), mengadakan pawai artileri di bawah Mayor Knowles, menyaksikan penobatan Sir W. Parker, oleh Sir H. Pottinger, sebagai Knight Grand Cross of the Bath, dan kembali ke Kanton selaras dengan peradaban Inggris. Tak lama usai kedatangan Kiying (4 Juni 1843), Letnan-Kolonel Malcolm, yang kembali dari linggris dengan tanda tangan Yang Mulia dan Segel Besar Inggris disematkan pada Perjanjian Nanking, bergerak ke Kanton (6 Juni 1843) dan mengundang Kiying untuk melakukan ratifikasi Perjanjian di Hongkong. Kiying menerumai permitnaan tersebut, berangkat ke Hongkong (June 23, 1843), dengan Hienling dan Wang An-tung, dan pelaksanaan ratifikasi dilakukan (26 Juni 1843) di Government House (kala itu terletak di atas Gaol). Pengamanan kehormatan dihadirkan, sebagian besar pemukim hadir, dan pada peristiwa kala ratifikasi dilakukan, penghormatan kerajaan ditembakkan dan dilakukan dari benteng dan tempat perkapalan. Kemudian, Proklamasi Yang Mulia, yang mendeklarasikan Hongkong menjadi wilayah Mahkota Inggris, dibacakan oleh Letkol Malcolm, dalam kehadiran Komisioner Kekaisaran. Kemudian, Kiying menarik diri, Pernyataan Kerajaan dibacakan, mengangkat Sir H. Pottinger menjadi Gubernur Hongkong dan Sekitarnya. Sebuah pesta makan malam besar, yang diadakan pada sore hari, dilangsungkan dengan meriah.

Empat bulan usai Perjanjian Penunjang, yang dilakukan oleh Sir H. Pottinger dan Komisioner Kekaisaran, ditandatangani (8 Oktober 1843) di Bogue (Foomoonchai), oleh Kiying dan Sir H. Pottinger atas perantaraan pemimpin mereka masing-masing, Kaisar Tiongkok dan Ratu Inggris. Disamping memberikan seluruh aturan dagang yang jelas untuk diberlakukan di lima pelabuhan terbuka Tiongkok, Perjanjian Penunjang tersebut, sebuah penunjangan yang mengibat dan berdampak sama jika dicantumkan dalam Perjanjian Nanking asing, berisi sejumlah pasal yang secara khusus merujuk kepada Hongkong.

Ekstradisi para penjahat tertera pada Pasal IX, yang memberlakukan agar seluruh penjahat dan terdakwa Tiongkok melawan hukum, yang kabur ke Hongkong atau kapal-kapal perang Inggris atau kapal dagang Inggris untuk pengungsian, harus dilakukan atas dasar pemastian atau pemastian dakwaan mereka. Pasal XIV menyatakan, untuk keperluan pencegahan pembajakan dan penyeludupan efektif, agar pegawai Pemerintah Inggris harus menguji para pendaftar dan mengesahkan seluruh kapal Tiongkok yang mengunjungi Honkong untuk membeli atau menjual, dan agar kapal Tiongkok manapun datang ke Hongkong tanpa pendaftaran semacam itu atau perlintasan yang menggunakan kapal penyeludu[ atau tanpa ijin, dilarang untuk berdagang, dan dilaporkan ke Otoritas Tiongkok. Pasal XV memberlakukan pemulihan utang, yang dikenakan pada para pemukim Tiongkok di Hongkong, melalui Dewan Pengadilan Inggris, atau, jika tukang hutang kabur ke wilayah Tiongkok, melalui Konsul Inggris di pelabuhan perjanjian terbuka. Pasal XVI memberlakukan agar Hoppo dari Kanton harus memberdayakan pegawai Inggris terkait di Hongkong dengan bayaran perlintasan tahunan yang diberlakukan kepada kapal-kapal Tiongkok yang mengunjungi Hongkong, dan bahwa perwira Inggris di Hongkong harus memajukan pengembalian bulanan serupa ke Hoppo. Pasal XVII menyatakan bahwa perlintasan kecil antara Hongkong, Kanton dan Makao, dikecualikan dari seluruh bayaran pelabuhan jika mereka hanya mengangkut penumpang, surat atau bagasi, selaku pengecualian dari seluruh barang dagang. Pada pasal-pasal yang dimajukan, yang menyebut hal yang dilakukan oleh perwira Inggris di Hongkong soal pengerjaan pelayanan pencegahan penarikan Tiongkok, dan yang secara terapan memperkenankan perdagangan Tiongkok dengan Hongkong untuk berdagang di antara lima pelabuhan terbuka dan Hongkong, ditolak oleh Pemerintah Dalam Negeri seperti halnya oleh komunitas pedagang lokal. Tidak ada perwira Inggris semacam itu yang diangkat, dan lima belas tahun kemudian (26 Juni 1858) seluruh Perjanjian Penunjang resmi ditiadakan. Tujuannya ditujukan pada dua Pasal (XIV dan XVI), Pemerintah Tiongkok kemudian mengerahkan Blokade Pabean hongkong, dan barang-barang, yang ditujukan oleh dua Pasal tersebut pada pegawai Inggris, kini diurus oleh staf Inggris dari Jawatan Pabean Martim Kekaisaran Kowloon, yang didirikan di Hongkong.

Berkaitan dengan Pasal Perjanjian Nanking yang memberlakukan pembayaran ganti rugi candu oleh Pemerintah Tiongkok berjumlah enam juta dolar, London Gazette tertanggal 25 Agustus 1843, memberikan catatan terhadap pihak-pihak yang dikenakan ganti rugi, menjadi pemegang sertifikat yang diberikan, pada 1839, oleh kapten Elliot untuk candu milik Inggris, bahwa mereka dapat menerapkan, pada atau setelah 30 Agustus 1843, untuk pembaran di Badan Perbendaharaan, pada tingkat-tingkat berikut ini, per buah, viz.: Patna, £66 7s. 7½d.; Malwa, £64 11s. 2d.; Benares, £61 11s. 3½d.; dan Turkey, £43 3s. 5d. Pemberlakuan tersebut, yang berdasarkan pada rata-rata harga yang diberlakukan di Kanton sepanjang 78 hari, dari 11 September sampai 27 November 1838, menyebabkan banyak pergesekan, seperti yang diduga bahwa para pedagang meraih, setelah penundaan empat tahun, separuh dari apa yang awalnya mereka bayarkan untuk candu secara langsung ke Perusahaan Hindia Timur. di samping kehilangan kesempatan empat tahun untuk pendapatan mereka. Namun di sisi lain, dapat dinyatakan bahwa, pada waktu kala candu diberlakukan oleh Komisioner Lin, pasar mengalami kelebihan pasokan, penjualan tak memungkinkan, dan, jika Lin tak menghancurkan candu namun mengembalikannya ke para pedagang, mereka tak dapat menjualnya untuk hal apapun seperti apa yang akhirnya mereka terima darinya.