Eropa di Tiongkok/Bab 16

Dari Wikibuku bahasa Indonesia, sumber buku teks bebas
BAB XVI.

Survei Singkat.

1634 sampai 1854.

Masa yang melingkupi pemerintahan Sir G. Bonham jelas-jelas menonjol, kala dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya, sebuah titik balik dalam sejarah Hongkong. Pembaca yang hanya peduli pada catatan mendetil dari kebanyakan fakta dan kejadian yang berhubungan dengan sejarah Hongkong, akan siap dijelaskan pada bab ini dan diteruskan pada bab berikutnya. Selain ia yang akan memahami sejarah itu sendiri, penjelasan pekerjaan dalamnya dan pengerahan impor mendalamnya, juga untuk mempelajari sejarah Hongkong dalam sorotan sebab dan akibat, dapat menekankan penekanan tersebut untuk survei singkat fakta yang ditunjukkan dalam bab-bab sebelumnya.

Pulau Hongkong, yang akan diamati, bahkan pada zaman pra-Inggris menjadi titik penting eksentrik. Tak pernah ada banyak bagian integral Asia yang menjadi kenangan terapan apapun pada lingkup politik atau sosial Tiongkok. Namanya tak diketahui para topografer atau negarawan Tiongkok dan orang-orangnya yang datang dari Barat Jauh memberikannya nama dalam sejarah Timur. Letaknya yang berada di titik tenggara terjauh Kekaisaran Tiongkok, sejajar dengan wilayah kekuasaan Inggris di Afrika, India dan Amerika Utara, menjadikannya persinggahan luar Inggris-Tiongkok alami di Pasifik. Hongkong secara alami tak pernah masuk Asia atau Eropa, namun secara datar ditakdirkan dalam kehadiran Allah untuk membentuk hubungan yang menghubungkan keduanya.

Sebagai tempat bagi masyarakatnya, bahkan sejak penulisan pertamanya dari sejarahnya yang diketahui, Hongkogn menjadi tempat pengungsian dari orang-orang tertindas dari antara bangsa-bangsa. Hakka yang diperlakukan buruk oleh Punti, orang-orang Punti Tie-chiu dan Tan-ka yang ditekan kalangan mandarin, serta Kaisar Tiongkok yang kabur dari pasukan invasi Tartar, pemukim Tiongkok handal serta pembajak, dan terakhir pedagang Inggris yang mengasingkan diri dari Eropa mendapatkan penghormatan diri pribadi dan nasionalnya ditempatkan di bawah kaki oleh para tiran Tiongkok Manchu—semuanya bergerak, dengan keengganan yang ragu-ragu namun didorong oleh takdir tak dapat dilawan, ke Pulau Hongkong sebagai surga pengungsi, rumah kebebasan.

Bukan dalam kealamian hal-hal yang Hongkong harus sempat menjadi surga kebebasan. Bukan ditjukan pada para pencari kebebasan, yang mengekspatriatkan diri dari antipode Barat dan Timur dengan kecintaan kampung halaman mereka masing-masing di hati mereka, entah ditinggalkan dari tanpa atau memadatkan hal lain selain pada tahun-tahun pergesekan internasional dalam badan politik dan sosial di Koloni. Gelombang karir, tanpa perang dan tekanan, menjadi nyata walau pertumbuhan lambat dan kekuasaan kemudian terradiasi dari pusat kesehatan vitalitas Anglo-Saxon, menjadi apa yang dihadiahkan oleh pengamat dengan kekuasaan untuk melirik masa mendatang yang dapat diprediksi selaku nasib penyetoran untuk Koloni Inggris-Tiongkok fenomenal ini di Timur Jauh.

Mencari lebih dalam masih dalam sebab yang digarisbawahi dari fenomena Eurasia, ini akan menunjukkan bahwa evolusi Koloni Hongkong pada kenyataannya adalah produk aliansi semi-perkawinan antara Eropa dan Asia, yang dilakukan di Kanton (setelah 1634) antara Perusahaan Hindia Timur dan Pemerintah Tiongkok. Namun, penyatuan internasional tersebut secara tak dipedulikan masuk pada pengkarakterisasian, dalam jangka waktu dua abad kemudian, lewat wadah percobaan yang terduduk mendalam dan termanifestasikan secara bertumbuh, seperti membuat kehidupan internasional Inggris-Tiongkok di Kanton menjadi beban yang sangat berat untuk disematkan oleh setiap bangsa. Pernyataan perdagangan bebas Inggris berdasarkan pada anggapan kesetaraan internasional tak dapat dipertahankan dalam hubungan dengan kekuasaan monopoli besi Tiongkok berdasarkan pada klaim ketuanan politik atas alam semesta. Krisis tersebut terjadi kala klaim berseberangan (1833) lewat UU Parlementer mendirikan otoritas Inggris di Timur dan lewat pengubahan (1834) komunitas pedagang bebas independen untuk Perusahaan Hindia Timur yang rendah dan tak berguna. Aliansi dimestik bergesekan usai tahun 1034 antara Eropa dan Asia dalam rangka merrendahkan pihak Eropa, terikat pada hasil dalam perceraian temporer. Perceraian tersebut diumumkan secara tersendiri dan empatik, meskipun dengan ketidakhendakan paten, oleh Komisioner Lin (A.D. 1839) bertugas atas perantara Asia, sementara Kapten Elliot, bertugas sebagai perwakilan Eropa, mengamankan Hongkong sebagai tempat untuk pemulihan penyatuan tak bahagia (lahir 1841), agar dapat dikatakan bahwa Koloni dengan takdir ilahi merrekonsiliasikan orangtuanya usai penyatuan ulang yang lebih bahagia lewat penaungan Asia dengan Eropa. Yang tua harus melayani yang muda dan mengajarkan cinta dan kesetiaan —sehingga menjadi permasalahan sejarah yang diselesaikan oleh Hongkong pada masa mendatang.

Pembentukan Hongkong sebagai titik penting dari persaingan Anglo-Saxon telah menggerakkan misi ilahinya dalam mempromosikan peradaban Eropa di Timur, dan mendirikan pemerintahan kebebasan konstitusional di benua Asia dan wilayah utama Pasifik, bukanlah kesenangan belaka. Namun secara tak sempurna, masalah tersebut dapat dinyatakan disini, pernyataan yang dimajukan secara tanpa ragu berisi perumusan perkiraan pelajaran sejarah yang sebenarnya yang dapat dibacakan olehnya. Namun kini, pelajaran tersebut dimonigikasi dan diamandemen oleh pembaca kritis, menydiakan murid sejarah Hongkong dengan standar pasti yang dapat dilakukan olehnya dalam pergerakan Koloni dan membenarkan jasa-jasa VGubernurnya pada masa berturut-turut. Jika pembaca sempat dijelaskan soal apa yang menjadi sejarah masa lalu Hongkong menunjukkan pendirian Hongkong dilakukan atas kehendak Allah, ia takkan memiliki kesulitan dalam memutuskan, selaras dengan tindakan publik dan orang-orang publik pada masa manapun, entah mereka menempatkan atau mempromosikan pergerakan Koloni untuk memenuhi misi keilahian mereka.

Hal yang kemudian ditunjukkan dari sudut pandang tersebut soal Koloni Hongkong, yang timbul dari penyatuan antara Eropa dan Asia, menggetarkan dunia pada tahun 1841, diwarnai oleh keberanian Kapten Elliot dalam rangka perdagangan bebas dan kebebasan, dengan sendirinya digugah di Nanking, pada 1842, oleh otokrat despotik, Sir H. Pottinger, dirajut dari 1844 sampai 1848 oleh pedantik Sir J. Davis di antara sejumlah cobaan dan pergesekan yang membuat kepengurusan Kolonial digelorangkan dengan tangis pemerintahan perwakilan dan dengan pengadaan monopoli, sampai Parlemen tergerak (pada 1847) dan memberlakukan program penyekolahan kaum muda seturut yang dilakukan oleh Sir G. Bonham, yang memberikan instruksi esensi umum pertamanya kepada Koloni dalam pemerintahan konstitusional A-B-C. Dengan kata lain, dari empat Gubernur Hongkong pertama, hanya Kapten Elliot dan Sir G. Bonham yang nampak siap dengan pelajaran sejarah masa lampau perjumpaan Inggris dengan Tiongkok dan menerapkan pelajaran tersebut secara benar untuk pendirian Koloni Hongkong.

Dimulai dengan Kapten Elliot, ia nampak di akui atau pada tingkat apapun bertindak atas prinsip-prinsip berikut—(1) bahwa Hongkong harus dianggap dalam contoh pertama sebagai sebuah titik yang harus meradiasikan pengaruh umum Eropa pada Asia; (2) bahwa sehingga pengaruh utamanya ditamakan pada ketuanan Inggris di Hongkong sejajar dengan golongan mandarin Tiongkok; (3) bahwa pemukiman di Jongkong harus lebih diperlakukan sebagai persinggahan untuk perlindungan perdagangan Inggris di Timur Jauh secara umum alih-alih Koloni dalam esensi kata yang biasa, yang menyatakan bahwa Hognkong sebetulnya adalah Koloni Mahkota yang sebenarnya yang direbut lewat perang atau Koloni yang dibentuk oleh pemukiman produktif; (4) bahwa Koloni Hongkong hanya dapat dibuat makmur lewat ketahanan yang tak melanggar landasan perdagangan bebasnya dan lewat pemerintahan kolonis pada prinsip kebebasan konstitusional. Malangnya, Kapten Elliot dipanggil kembali sebelum ia dapat memberikan dampak penuh pada prinsip fundamental tersebut. Selain itu, ia mendirikan Koloni tersebut atas dasar mengembalikan kehormatannya.

Bahkan lebih malang lagi, penerus Kapten Elliot, Sir H. Pottinger dan Sir J. Davis, mengesahkan kebijakan yang, walau secara teoretikal menerima usulan pertama tersebut, secara nampak bergerak melawan semuanya. Sangat memungkinkan bahwa pemanggilan ulang Kapten Elliot menerapkan pengecaman terhadap pihak Kantor Kolonial di atas usulan yang dikatakan alih-alih kebijakan perang Palmerstonian buatannya, dan bahwa prinsip yang berseberangan diadopsi oleh penerus Elliot yang bermula dengan Otoritas Downing Street alih-alih dengan diri mereka sendiri. Jika demikian, dapat dikatakan bahwa Sir H. Pottinger dan Sir J. Davis nampak membawa instruksi dan secara pribadi mengidentifikasikan diri mereka sendiri dengan jiwa otokratik dan proteksionis yang harus mengatur para penulis instruksi siapapun mereka. Sehingga, Sir H. Pottinger menyatakan pengangkatan Eropa di Asia, kala AD dan AL Inggris bertugas, namun, kala pedang dikeluarkan, ia memperkenankan penggandaan dan arogansi Mandarin untuk mendorongnya menyerahkan salah satu atau seluruh prinsip yang dihimpun oleh Kapten Elliot. Sir H. Pottinger sangat menganggap bahwa para pegawai Tiongkok dan bahkan pedagang Inggris yang, kala kekhawatiran menyelimuti kepentingan diler dan penyeludup candu, diredam olehnya dari penghimpunan prinsip-prinsip pedagangan bebas. Akibatnya, ia memutuskan untuk memperkenankan Otoritas Kanton untuk menutup aturan pedagangan Hongkong yang diberlakukan. Selain itu, hal tersebut mengorbankan kebebasan dan kemakmuran perdagangan Inggris. Sir H. Pottinger, melalui Perjanjian Nanking yang menyatakan Hongkong sebagai persinggahan AL sebenarnya untuk perawatan dan pemulihan kapal-kapal Inggris, mengatur para pemukim kala jik hongkong menjadi Koloni biasa dapat mengutamakan penghimpunan resmi pengeluaran luar biasa lewat perpajakan, dan sehingga enggan memberikan perwakilan atau suara apapun kepada mereka dalam Dewan yang secara otokratik menarik uang para pembayar pajak. Sir J. Davis, yang secara khusus dipilih menjadi alat latihan otokrasi dan monopoli Mandarin, tak hanya disusul dengan langkah pendahulunya, namun bahkan makin melanggar prinsip yang dicetuskan oleh Kapten Elliot. Lewat Perintah Serikat Triad buatannya, ia menghorbankan prinsip-prinsip kurang sempurna dari peradaban Eropa dan dorongan kebebasan Inggris terhadap persoalan penaungan yang ditujukan oleh tirani Mandarin dalam aspek-aspek paling barbarnya. Lewat ekspedisinya pada April 1847, ia mencederai harga diri Inggris di Timur bahkan melebili kelakuan pendahulunya. Lewat monopoli dan perkebunan serta pengaturan, ia menyenggol dan mencederai perdagangan asing dan penduduk asli Koloni dan meniadakan kebebasan pelabuhan. Akibat kekeliruan pemerintahan tersebut, yang dipicu oleh Sir H. Pottinger dan diteruskan oleh Sir J. Davis, Parlemen bergerak untuk memeringati Kantor Kolonial melawan kebijakan keliru yang diberlakukan di Hongkong, dan menyelamatkan Koloni dari keruntuhan tertunda secara langsung dan datar lewat pengembalian prinsip yang dicetuskan oleh Kapten Elliot. Marilah pembaca yang meragukan suara analisis dia atas dari sejarah awal Hongkong menerima fakta yang disebutkan bahwa kebijakan otokrasi, monopoli dan proteksionisme, yang dicetuskan oleh Sir H. Pottinger dan Sir J. Davis, tak hanya menggerakkan perdagangan jauh dari Hongkong dan membuat Koloni menjadi hina di mata Tiongkok, namun menggerakkan pemukiman tersebut menuju keruntuhan perdagangan dan keuangan dan membuat perdagangan Inggris di Hongkong, di bawah bayang bendera Inggris, menjadi terikat dengan golongan mandarin Tiongkok, secara efektif, secara mendalam dan secara beruntun yang pernah dialami oleh Perusahaan Hindia Timur dan pedagang bebas Inggris kala berada di Kanton. Apa yang menunda keruntuhan tersebut adalah pemberlakuan ulang prinsip-prinsip Elliot.

Pernyataan menonjol dapat dipakai untuk menunjukkan bahwa perumusan, oleh Komite Parlementer tahun 1847, dari program esensial untuk kemakmuran Hongkong, selain pernyataan ulang komprehensif prinsip yang memimpin dan memandu pendirian asli Koloni. Prinsip tersebut, yang diabaikan oleh Sir H. Pottinger dan Sir J. Davis lewat wujud mencederai Koloni tersebut, diperkenalkan ulang oleh Sir G. Bonham yang menyelaraskan pemerintahannya dengan prinsip-prinsip tersebut, walau ia tak sepakat dengan seluruh cetusan yang dicantumkan oleh Komite Parlementer. Pemerintahan Sir G. Bonham tergerak untuk menghubungkan secara positif dengan Kapten Elliot dan secara negatif dengan Sir H. Pottinger dan Sir J. Davis. Dalam pelaksanaannya, pandangan tersebut melingkupi seluruh periode dari 1841 sampai 1854 sebagai masa perama dalam sejarah pragmatik Hongkong. Hal tersebut juga memberikan pengaruh pada pemerintahan Sir G. Bonham yang, terkait dengan kesalahan pemerintahan dua pendahulunya, nisan masa lampau, pada masa yang sama, lewat resporasi prinsip-prinsip vital Elliot, menjadi penggerak masa mendatang.

Sehingga, apa yang terjadi menjelang akhir pemerintahan Sir G. Bonham yang menjadi salah satu titik balik dalam sejarah Koloni adalah ini, bahwa pada wkatu itu kolonis dan Kantro Kolonial meraih kesadaran jelas akan misi Hongkong selaku perwakilan perdagangan bebas di Timur dan kebutuhan beberapa jenis pemerintahan perwakilan. Penyanjungan yang sama-sama jelas dari kesulitan yang terjadi pada jalan realisasi terapan ideal ini tidak diinginkan. Namun, pengakuan ideal itu sendiri kini dihimpun. Ini terjadi karena Koloni musa tersebut menjadi pergesekan kesadaran diri pribadi pertama dalam evolusi pikiran manusia. Despotisme otokratik, proteksionisme dan monopoli, kini berakhir, setidaknya dalam prinsip. Kemakmuran perdagangan dan keuangan kini menjadi, bukan melalui penyempurnaan, nampak didirikan. Kepentingan pasti Koloni yang menjadi lebih mendukung diri secara absolut, kini nampak dalam kejauhan penindakan. Dan kala pemutusan di Hongkong, atas perantara Eropa, pengaruh perdaban pada wilayah dekat Asia, koloni dan penguasa mereka juga dapat mempercayakan rentetan alami dari peristiwa menuju penyelesaian masalah. Sehingga, Koloni Inggris didirikan di Asia, pada prinsip akar kebebasan Eropa, terwujud untuk dimainkan, dalam drama masa mendatang, bagian semacam itu akan menggambarkan, dalam penglihatan Asia, ketuanan Inggris atas bentuk peradaban dan pemerintahan Tiongkok serta membuat Hongkong selama sepanjang masa menjadi wadah kepentingan Eropa di Timur.