Lompat ke isi

Eropa di Tiongkok/Bab 8

Dari Wikibuku bahasa Indonesia, sumber buku teks bebas
BAB VIII.

Pertanyaan Candu dan Pelarian dari Kanton.

1839.

Rasa candu adalah penyakit menonjol dari ras Tiongkok. Pada permulaan Masehi, pemakaian dan dampak candu adalah rahasia imamat Buddha di Tiongkok. Para imam dari India mengamankan diri mereka sendiri dengan menyanjung penghormatan lewat perayaan penerapan disiplin asketis, berpuasa dan pelepasan mental, duduk tak bergerak selama berbulan-bulan pada suatu waktu di tembok hitam. Kegiatan tersebut dilakukan dengan memakai candu. Para imam Buddha dan Tao menjamah seluruh Tiongkok dengan melakukan perawatan pengobatan memakai candu. Berabad-abad sebelum ilmu pengobatan Eropa menemukan pemakaian candu, terdapat peningkatan tawaran besar dan tetap di seluruh Tiongkok untuk obat-obatan tersebut, dan, walau candu tumbuh di Tiongkok dari masa terawal, kebanyakan suplai diimpor ke Tiongkok lewat para pedagang Arab di Kanton dan Foochow. Sekain itu, walau sejumlah orang yang memakai candu mengalami kejatuhan fisik dan moral, pemakaian candu tak pernah berdampak pada kesehatan ras sampai keadaan tertentu. Kala menghisap candu dan dampak raptek yang memperkenalkan alat hisap candu ke paru-paru diperdagangkan di Tiongkok, hal ini tak diketahui. Pada awal 1678, tugas biasa pada candu yang diimpor asing diangkut ke Kanton, namun selama 77 tahun setelah penanggalan impor tahunan tak mencapai 200 buah. Namun, pada tahun 1796, tingkat impor tahunan telah meningkat sampai 4.100 buah dan penyebaran cepat rasa hisapan candu, dan pengikisan moral yang berdampak pada orang-orang yang menghisap candu secara berlebihan, mendatangkan perhatian Pemerintah. Sehingga, impor candu resmi dilarang (1796) lewat Edik Kekaisaran, pengangkutan biasa terhadap candu dihentikan, dan sebagai penggantinya, atas saran Otoritas Kanton, sistem impor rahasia berada di bawah pihak rahasia dari bayaran resmi. Dampak larangan kekaisaran tersebut adalah kenaikan langsung dalam harga jual candu, dan akibatnya suplai meningkat. Para sejarawan Tiongkok melaporkan bahwa pada tahun 1820, penjualan candu diam-diam tahunan di Kanton mencapai nyaris 4.000 buah.

Namun, kami memiliki statistik pasti dari ekspor candu tahunan dari India, kebanyakan didapati diangkut ke Kanton, walau sisanya didatangkan ke tempat lain seimbang dengan impor candu ke Tiongkok dari negara lain. Statistik Pemerintah India menunjukkan bahwa ekspor candu dari India berlanjut, dari 1798 sampai 1825, dengan sangat sedikit ragam, dengan rata-rata 4.117 buah per tahun; angka tersebut meningkat pada tahun 1826, menjadi 6.570 buah, dan berlanjut sampai tahun 1829 dengan rata-rata tahunan 7.427 buah; pada tahun 1830 ekspor mendadak meningkat menjadi 11.835 buah dan berlanjut, sampai tahun 1835, dengan rata-rata tahunan 12.095 buah. Namun pada tahun 1837, pada catatan tawaran yang disebutkan oleh keinginan umum yang terpuaskan pada 1836 agar pedagangan tersebut akan dilegalisasi, ekspor candu mengalami peningkatan mendadak lainnya, meningkat menjadi 19.600 buah, dampak jumlah total candu, dihitung dengan tangan para pedagang candu di Kanton dan Makau dari 1836 sampai 1837, mencapai total 30.000 buah. Dari jumlah tersebut, sekitar 20.000 buah dijual pada 1836, dengan nilai sekitar dua juta pound sterling, dengan £280.000 diberikan ke kantung Otoritas Tinggi. Perdagangan candu secara keseluruhan berlangsung di Kanton di pabrik-pabrik asing, tempat Pedagang Hong dan para klien berhak mereka dan bahkan para pegawai Tiongkok menjualnya secara terbuka—dari berbagai pedagang asing, mewakili firma-firma Inggris, Inggris-India (utamanya Parsi), Portugis, Amerika, Prancis, Spanyol, Denmark, dan Belanda—ditulis sejajar untuk candu yang dikirim oleh kapal-kapal yang berlabuh di perairan luar Sungai Kanton. Candu tak disetor ke Kanton, namun mula-mula digudangkan di Makau , kemudian diangkut kapal-kapal yang berlabuh di Whampoa (pelabuhan Kanton), sampai, pada tahun 1830, praktek baru muncul. Kapal-kapal asing kini dipakai, kala datang dari India, untuk mula-mula berlabuh di mulut Sungai Kanton di Kam-sing-moon pada masa muson barat daya (April sampai September) atau di Lintin pada masa muson timur laut (Oktober sampai Maret), dan terdapat pemutusan candu mereka pada wilayah-wilayah persinggahan, kala kapal-kapal bergerak dengan sisa kargo mereka ke Whampoa untuk melakukan perdagangan sah disana. Pada tahun 1830, hanya ada lima kapal angkut semacam itu di perairan Tiongkok. Namun, pada tahun 1837, jumlahnya meningkat menjadi 25, kebanyakan adalah kapal Inggris atau yang secara temporer diangkut dengan bendera Inggris, walaupun beberapa secara terbuka memakai bendera-bendera Amerika, Prancis, Belanda, Spanyol dan Denmark. Kapal-kapal angkut, yang berlabuh di Lintin atau Kam-sing-moon, dipersenjatai berat dan dikerahkan dengan kuat, sehingga taka da armada Tiongkok yang memungkinkan dapat campur tangan dengan mereka dengan sukses. Mereka siap mensuplai barang-barang lewat perahu-perahu penduduk asli (dikenal sebagai bumboat) dan pada musim bisnis, para pegawai yang bertugas pada kapal-kapal angkut dalam komunikasi sehari-hari dengan badan-badan mereka masing-masing di Kanton dan Makau lewat cara pemotongan asing cepat, yang dilakukan oleh laskar-laskar India, dan dikenal sebagai perahu penumpang Eropa. Sejak musim dingin 1836, kala kapal-kapal asing dilarang berlabuh di Kam-sing-moon, dan larangan diberlakukan lewat pendirian baterai pesisir yang dijaga oleh skuadron AL, kapal-kapal candu (1837 sampai 1841) memindahkan persinggahan di Lintin. Namun, kala Otoritas Kanton melakukan campur tangan khusus dengan lalu lintas candu, seperti yang terjadi di Lintin, beberapa kala candu bersenjata paling kuat dikirim ke pesisisr timur dan timur laut Tiongkok, untuk menjual candu kala dilakukan di sepanjang pesisir, dalam tindakan yang serupa dengan yang diterapkan di Lintin. Pada tahun 1826, para panglima kapal angkut yang berlabuh di Lintin menjalin kesepakatan soal pendapatan yang diberlakukan oleh Waliraja Li Hung-pan, di bawah naungan kapal-kapalnya dengan bayaran bulanan 36.000 Tael, memperkenankan candu untuk bebas melintasi pelabuhan Whampoa dan Makau. Dan pada tahun 1837, kala perintah ketat dikeluarkan oleh Kaisar untuk menghentikan seluruh lalu lintas candu di Lintin, Panglima Hou Shiu-hing, dalam mengkomandoi kapal-kapal Waliraja, bersepakat dengan para panglima kapal candu di Lintin, untuk berkonvoi atau sebetulnya mengangkut candu dengan kapal-kapalnya dari Lintin ke tempat tujuannya, untuk persentase candu yang pasti. Sehingga, beberapa candu yang ia terima, Panglima kemudian mempersembahkannya ke Waliraja sebagai taklukan oleh pasukan bersenjata, dan pelayanan jasa tersebut dilaporkan secara resmi ke Takhta, Kaisar menyerahkan bulu merak kepada Panglima tersebut dan memberikannya pangkat Laksamana Muda. Tawarikh Dinasti Manchu terkini (yang sebagian diterjemahkan oleh Mr. E. H. Parker), yang diambil dari pernyataan-pernyataan yang dimajukan, menuduh bahwa candu setiap tahun disetor dengan lima kapal angkut asli yang mula-mula tak berjumlah lebih dari 4.000 atau 5.000 buah, namun kemudian (1826 sampai 1836) terdapat sekitar 20.000 buah candu di 25 kapal angkut pada suatu tahun.

Jumlah luar biasa dari perdagangan candu kemudian dipertimbangkan, dengan pengawasan Otoritas Tiongkok, sebagai perdagangan paksa (entah sah atau sangat ditentang), khususnya pada dasawarsa dari 1826 sampai 1836, biasanya menimbulkan perhatian pada pihak Kabinet Inggris dan Tiongkok.

Pemerintah Inggris memandang dengan jeli peningkatan pengaruh tahunan yang dialami dalam monopoli candu Perusahaan Hindia Timur, sejak 1826, sebagai sumber pendapatan publik. Keberadaan pemasukan Pemerintah India secara bertahap menjadi bergantung pada penanaman dan ekspor candu, nampaknya menyebabkan Kabinet Inggris sangat cemas dan bingung. Parlemen juga mengambil tindakan dan mengangkat Komite Pemilihan untuk menyelidiki persoalan yang dilibatkan, pada 1830 dan 1832. Namun, pada tahun 1832, Komite, tanpa melalui kesepakatan lalu lintas candu, memberikannya sebagai pendapat mereka bahwa hal ini tak nampak disarankan untuk meninggalkan pengaruh sumber pendapatan dalam monopoli candu Perusahaan Hindia Timur di Bengal.

Kapten Elliot, perwakilan Pemerintah di Tiongkok, secara pribadi mengecam perdagangan candu, akar dan cabang, dan tak menutupi pandangannya dalam hubungannya dengan para pedagang di Kanton atau dalam komunikasinya dengan Pemerintah. Ia menyatakan kebenaran sebenarnya kala ia menulis kepada Lord Palmerston (16 November 1839) bahwa, jika perasaan pribadinya setidaknya berdampak pada persoalan publik dan unsur penting, ia dapat dengan rinci dan jelas menyatakan bahwa tak ada orang yang terhibur dengan penghimpunan tak semestinya yang mendalam dan dosa lalu lintas paksanya di pantai Tiongkok; bahwa ia memandang sedikit untuk memilih antara hal tersebut dan pembajakan; dan bahwa dalam penempatannya, sebagai pegawai negeri, ia sangat mengecamnya lewat seluruh tindakan sah dalam kekuasaannya, dan pengurbanan penuh kenyamanan pribadinya dalam masyarakat yang ia jalani selama bertahun-tahun. Namun, ia juga menyatakan kebenaran sesungguhnya, dan dalam menghormati sejarah Tiongkok yang mendukungnya, kala ia mkenulis kepada Lord Palmerston (2 Februari 1837), bahwa perdagangan candu diperdagangkan dan hanya digantikan lewat alasan perhatian Kepala Otoritas provinsi-provinsi selatan Tiongkok dan juga Istana di Peking; bahwa tak ada bagian perdagangan asing ke Tiongkok yang lebih biasa membayarkan tugas-tugas sepenuhnya ketimbang lalu lintas candu tersebut; dan bahwa setidaknya berupaya untuk mengamankan bayaran Mandarin nyaris tentunya terpantau dan dihukum berat. Kapten Elliot kemudian berujar, pada kesemaptan yang sama, bahwa pembagian besar pemasukan sebetulnya tak mencapai jumlah yang lebih tinggi di Kekaisaran, namun dalam segala kemungkinan, dalam tanpa tindakan yang lebih tak alngsung, ditangani Kekaisaran sendiri. Selama berabad-abad sialm, fakta bahwa kantor pendapatan perdagangan utama di Kanton (yakni Hoppo) selalu menjadi, dan masih menjadi, monopoli pegawai Rumah Tangga Kekaisaran, yang memicu dugaan tersebut. Namun apa yang terjadi pada penindakan resmi yang dipegang Elliot terhadap perdagangan candu, yang ia sendiri kecam, menjadi peristiwa yang sama yang mencegah Komite Parlementer 1832 menarik sumpahnya bersama. Kejahatan tersebut telah pergi terlalu lama. Melalui operasi keuangannya, pedagangan candu telah menjadi sangat bersinggungan dengan perdagangan sah, yang memisahkan kesepakatan dengannya menjadi tak memungkinakn. Impor candu ke Tiongkok, yang secara bertahap meluas, memberikan tekanan terhadap ekspor teh dan sutra dari Tiongkok ke pasar-pasar Eropa, dan seluruh pedagangan candu menjadi kebutuhan untuk Tiongkok dan Eropa. Bagi Tiongkok, karena pemakaian candu sangat menyebar di kalangan masyarakat Tiongkok, dituntut untuk penindakan kejahatan terberat. Bagi Eropa, karena penjualan candu, yang pada masa itu membentuk tiga per lima dari seluruh impor Inggris ke Tiongkok, menempati bagian paling besar dari pendanaan yang diwajibkan untuk operasi dalam produksi Tiongkok yang ditujukan untuk pasar-pasar Eropa. Sehingga, kala Elliot menindaknya (21 Februari 1837), pergerakan uang di Kanton menjadi bergantung, lewat unsur keadaan, nyaris seluruhnya pada pengiriman candu di Lintin. Ilalang tak dapat ditelusuri sekarang, tanpa menghancurkan gandum.

Lord Palmerston, dan anggota Kabinet lainnya, kala tak menyamarkan kebencian mereka terhadap perdagangan candu, tak dapat sepakat untuk solusi pasti manapun dari masalah tersebut. Pada satu titik, Lord Palmerston sepenuhnya menjelaskan bahwa Pemerintah Yang Mulia tak dapat mungkin campur tangan untuk keperluan memperkenankan warga Inggris untuk melanggar hukum negara tempat mereka berdagang, dan sehingga kehilangan apapun yang dialami orang-orang semacam itu berdampak pada eksekusi yang lebih berdampak dari hukum Tiongkok pada persoalan tersebut, harus disematkan oleh pihak-pihak yang mengalami kehilangan pada diri mereka sendiri lewat tindakan mereka sendiri. pIa menulis kepada Elliot terhadap dampak tersebut (15 Juni 1838), namun pada waktu yang sama mendeklarasikan bahwa Kabinet tak merasa percaya diri dalam penindakan mereka terhadap masalah candu untuk memasuki negosiasi apapun dengan Pemerintah Tiongkok terkait penekanan atau lehalisasi perdagangan candu. Selain itu, terdapat indikasi bahwa Lord Palmerston telah, dalam pikirannya sendiri, siap menetapkan prinsip-prinsip utama dari kebijakan tersebut yang dirumuskan olehnya pada masa berikutnya (26 Februari 1841), dalam kata-kata berikut. 'Ini membuktikan,' tulisnya kepada Laksamana Muda Elliot dan Kapten Elliot, 'bahwa tak ada penindakan Otoritas Tiongkok yang dapat menempatkan perdagangan candu di pesisir Tiongkok, karena cobaan dari pembeli dan penjual yang lebih kuat ketimbang yang dapat dilawan lewat kekhawatiran pemantauan dan penghukuman. Ini sama-sama menjelaskan, bahwa ini sepenuhnya di luar kekuasaan Pemerintah Inggris untuk menghalangi candu dari pengangkutan ke Tiongkok, karena bahkan jika tak ada yang ditumbuhkan di bagian manapun dari wilayah Inggris, barang tersebut akan diproduksi di negara lain, dan sehingga akan dikirim ke Tiongkok oleh sosok petualang, entah Inggris atau bangsa lain. Keberadaan terkini hukum Tiongkok terhadap persoalan tersebut membuat perdagangan tersebut menjadi ilegal; dan perdagangan ilegal selalu diwarnai dengan tindak kekerasan. Pertempuran-pertempuran antara kapal-kapal jung perang dan kapal penyeludup Inggris memiliki penekanan yang dibutuhkan untuk menghasilkan diskusi tak bersahabat dan memalukan antara Pemerintah Inggris dan Tiongkok, atau secara keseluruhan membiarkan perasaan pergesekan hidup antara rakyat Inggris dan Tiongkok. Sehingga, ini akan nampak bahwa banyak stabilitas tambahan akan diberikan pada hubungan bersahabat antar dua negara tersebut, jika Pemerintah Tiongkok yang membuat pikirannya untuk melegalisasi impor candu pada pembayaran tugas yang memperantarai pengambilan dari penyeludup yang dicobai pada dukungan untuk memperkenalkan komoditas tersebut tanpa pembayaran jasa. Selain itu, dengan cara ini, hal tersebut membuktikan bahwa peningkatan pendapatan dapat diterima oleh Pemerintah Tiongkok, karena jumlah yang kini dibayarkan sebagai tebusan untuk para pegawai serikat pabean akan memasuki ranah publik dalam bentuk jasa.'

Kebijakan Pemerintah Tiongkok sepanjang ini sama-sama tak diputuskan, antara legalisasi dan pelarangan perdagangan candu. Para penasehat negarawan utama Tiongkok terpecah sampai akhir tahun 1838. Namun, walau terpecah dalam pendapat mereka terhadap keinginan terhadap pemakaian candu, dan kemungkinan pencegahan penyeludupan secara efektif, seluruh negarawan utama Tiongkok secara sendiri-sendiri memandang candu tanpa persoalan, kala mereka dapat menaunginya, dari sudut pandang moral, namun secara sederhana dan tunggal sebagai masalah keuangan. Pertentangan mereka terhadap perdagangan candu tidaklah memajukan ketonjolan pada bagian-bagian vital negara. Penulis Tiongkok di atas-menyebut Tawarikh Dinasti Manchu, sementara secara pribadi memegang pandangan yang sama terhadap lalu lintas candu yang dipegang oleh Elliot, dan terkadang terlibat dalam pertikaian terkait ketidakbermoralan lalu lintas terhadap candu, memberikan argumen yang murni bersifat keuangan, sebagai alasan kenapa Pemerintah Tiongkok mengecam perdanagan tersebut. Dulunya, ujarnya, sebuah aturan diberlakukan, agar tak ada perak yang diekspor dan agar seluruh perdagangan asing harus dilakukan lewat barter, yang dikeluhkan para pedagang asing yang setiap tahunnya mengimpor separuh juta dolar, namun, ia menambahkan, dengan perluasan perdagangan candu, hal ini secara bertahap melampaui keseimbangan perak yang setiap tahun dibuat oleh Tiongkok. Selain itu juga, Peringatan Takhta, karya Wong Tseuk-tsz, yang mengkontribusikan banyak kemenangan berikutnya yang dicetak oleh pihak anti-candu di Peking, berpendapat bahwa pertumbuhan konsumsi candu adalah akar seluruh ketegangan Tiongkok, karena perak menjadi langka dan relatif berjalan mulus, harganya naik dari 1.000 menjadi 1.600 biaya harga. Namun sejak tahun 1832, dan khususnya sepanjang tahun 1836, para penasehat pihak pro-candu mewacanakan peningkatan di Peking dan setiap provinsi. Peringatan bersama, yang dikeluarkan Takhta pada 1832 oleh mantan Waliraja dan Gubernur Kanton, dengan jelas merekomendasikan pelisensian perdagangan candu atas dasar tindakan semacam itu akan mengurangi harga candu dan sehingga meniadakan ekspor perak, dan diam-diam memerintahkan agar dorongan pertumbuhan candu asli masih akan memunculkan rencana dan laba besar warga asing. Peringatan lain, yang dikeluarkan Takhta pada musim semi 1836, kemudian menyatakan bahwa legalisasi perdagangan candu akan menempatkannya di bawah aturan barter; sehingga dampak perdagangannya, yang terdiri dari kehilangan tahunan lebih dari sepuluh juta buah yang didapatkan pada mata uang kerajaan, akan sepenuhnya teratur; namun untuk keperluan tersebut, Pedagang Hong harus membuat pertanggungjawaban pribadi untuk penindakan seluruh perdagangan candu dan untuk seluruh peniadaan lalu lintas yang dilakukan di Lintin; dan agar kesuksesan skema tersebut bergantung pada pengerahan jasa kecil (tujuh dolar per buah) untuk memutus seluruh pelibatan penyeludup yang mempertaruhkan nyawa mereka. Kala Kaisar memberlakukan Peringatan tersebut (12 Juni 1836) untuk laporan lebih lanjut, ini umum dianggap di Kanton bahwa kini hanya persoalan pengadaan pengaturan untuk organisasi mendetil dari skema legislasi. Elliot memberikan perhatian terhadap opini yang umum timbul pada masa itu dalam lingkup resmi berinformasi terbaik dari Peking dan Kanton, kala ia menulis kepada Jawatan Luar Negeri (10 Oktober 1836), bahwa ia kemudian ingin meraih pengaturan akhir dari Peking untuk legalisasi perdagangan candu. Pada beberapa pekan kemudian (28 Oktober 1836), Waliraja mengeluarkan perintah untuk pengusiran dua belas pedagang candu asing dari Kanton, delapan diantaranya adalah warga Inggris, yang masih menganggap bahwa penindakan tersebut, walau telah diberlakukan (23 November dan 13 Desember 1836), hanyalah alat penggelembungan yang ditujukan melawan perdagangan Lintin. Keputusan tersebut disahkan kala Edik Kekaisaran (tertanggal 26 Januari 1837) dikeluarkan, yang menyatakan dampak pencekalan, yang timbul dari keberadaan candu di seluruh belahan Kekaisaran, yang menimbulkan penurunan perak murni setiap hari, dan kemudian menempatkan penindakan ketat terhadap ekspor perak, tanpa melarang perdagangan terhadap candu. Pada 2 Februari 1837, Elliot menulis kepada Lord Palmerston, bahwa ia masih berpendapat bahwa permohonan pengesahan candu dapat dilirik. Perdagangan Lintin menjadi sebab pertentangan utama, jika bukan khususnya, juga diberlakukan lewat Edik Kekaisaran lain yang mencapai Kanton pada Agustus 1837. Edik tersebut menyatakan bahwa, kala perdagangan dipermulus, impor candu dan ekspor perak, sepenuhnya bergantung pada kapal-kapal angkut yang dilabuhkan di Lintin, para pemukim asing harus secara langsung diperintahkan untuk membawa pergi kapal-kapal tersebut. Sehingga, Elliot memiliki empat tawaran berturut-turut yang dibuat terhadapnya untuk merintahkan kapal-kapal tersebut untuk meninggalkan Tiongkok, dan akhirnya ia diarahkan untuk menulis kepada Rajanya dan memintanya untuk mengkomandoi kapal-kapal yang pergi, dan melarang pemulangan mereka ke Tiongkok. Kapten Elliot enggan ikut campur atas dasar bahwa tugas-tugasnya berada di Kanton dan ia tak memiliki kuasa, dan ia menyatakan bahwa Otoritas Tiongkok sendiri yang sebetulnya tak mengakuinya sebagai Pegawai Pemerintah. Namun menjalng akhir tahun, harapan legalisasi perdagangan candu semakin menjadi-jadi dan Kapten Elliot kini (7 Desember 1837) melapor kepada Lord Palmerston, bahwa hal-hal yang berada dalam keadaan tak menentu semacam itu agar hal tersebut tak memungkinkan untuk mengikuti apa yang diperintahkan Otoritas Tiongkok, karena mereka berkelana dari proyek ke proyek dan dari blunder ke blunder, dan agar perlindungan kepentingan Inggris menuntut agar pasukan AL kecil harus secara langsung ditempatkan di perairan Tiongkok.

Lord Palmerston harus melirik alasan permintaan Kapten Elliot. Namun, ia pada waktu itu memutuskan untuk menindak persoalan Tiongkok terhadap kebijakan penindakan ketuanan kesukaannya. Sehingga, ia meninggalkan Elliot dan komunitas Inggris pada nasib mereka, tak terlindungi oleh armada manapun, dan menunggu untuk melihat apa yang Pemerintah Tiongkok akan benar-benar lakukan.

Meskipun Kabinet Inggris dan Tiongkok memutuskan untuk mengambil tindakan, nasib menggantung pada perdagangan Lintin menekankan persoalan-persoalan menuju sebuah krisis. Pada beberapa bulan pertama tahun 1888, jumlah penjelajah dan pelut asing yang mengangkut candu dari Lintin ke Whampoa meningkat, dan pengiriman candu kini seringkali disertai oleh konflik persenjataan api yang bebas dipakai. Elliot mendapati bahwa banyak pengerjaan yang dimiliki oleh warga Inggris, namun ia tak memiliki kuasa. Kala ia mengeluarkan (seperti yang disebutkan di atas) beberapa aturan polisi untuk keperluan tersebut, Lord Palmerston memberitahukannya bahwa ia bergerak di luar kekuasaannya dalam melakukannya. Otoritas Kanton, yang terusik oleh ketidakaktifan tak komprehensif Elliot, ingin memberikan peringatan umum terhadap warga asing, dan menyebabkan penduduk asli, yang didakwa menyeludupkan candu dan perak, dieksekusi di bawah tembok Makau (13 April 1838). Perdagangan berlanjut, meskipun di bawah penaungan besar, karena setiap orang merasa bahwa sebuah krisis sedang terjadi. Namun hal-hal yang datang tiba-tiba muncul, sampai akhir tahun, kala (8 Desember 1838) beberapa kotak candu, yang dibawa ke Kanton, diyakini dari kapal Amerika yang berlabuh di Whampoa, direbut di depan rumah Mr. Innes dan ditemukan harta bnedanya. otoritas Tiongkok langsung memerintahkan Mr. Innes dan kapalnya untuk meninggalkan perairan kanton dalam tiga hari (kemudian diperluas menjadi sepuluh), kala Pedagang Hong, yang mengamankan kapal tersebut, sempat menyoroti barang-barang dengan kerah kayu berat yang mengelilingi lehernya. Ini menyebabkan perhatian besar, selain Pedagang Hong lainnya mengirimkan peringatan tertulis kepada Mr. Innes agar mereka merobohkan rumahnya pada puncaknya. Namun, ancaman tersebut tak dilakukan, dan perhatian juga terbagi, kala (12 Desember 1838) Otoritas Tiongkok, memutuskan untuk memberikan pelajaran lain kepada warga asing untuk mengintimidasi mereka, membawa seorang penjaga, memberikan ancaman hukuman mati atas dakwaan penjualan candu, dan membuat keputusan untuk mengeksekusinya di lapangan, di bawah jendela-jendela pabrik. Beberapa warga asing sempat mengecam pendirian tenda yang dipakai para pegawai, yang lainnya merobohkan kerangka yang telah ditempatkan, sementara rombongan sekitar enam ribu penduduk asli dikumpulkan dan mula-mula dikerahkan untuk menindak warga asing, mentertawai ketidakmampuan kepolisian Tiongkok. Namun kala beberapa warga asing didorong di antara kerumunan, dan diserang beberapa kerumunan dengan batang, perasaan populer berbalik melawan mereka dan meneriakkan 'ta, ta' (bunuh mereka) digelorakan di segala sisi. Hujaman batu kini memaksa warga asing menuju ke rumah-rumah mereka; pintu-pintu dibarikade; tembakan ditembakkan, untungnya tanpa cedera apapun; kerumunan nyaris membuat persiapan untuk sepenuhnya membongkar pabrik-pabrik, dan nyawa setiap warga asing di Kanton berada di ujung tanduk, kala Otoritas mengirim pasukan pada kali terakhir dan kemudian ditarik. Namun, Pedagang ong, yang merupakan Otoritas yang memegang tanggung jawab untuk gangguan tersebut, kini menyatakan bahwa perdagangan harus ditangguhkan bersamaan, tanpa lalu lintas yang dilakukan pada pengerjaan kecil antara Lintin dan Whampoa secara langsung menghentikannya. Elliot dengan bangga memegang kuasa sahnya untuk melakukannya, namun Lord Palmerston meninggalkannya tanpa dukungan AL untuk membersihkan perairan Kanton dari lalu lintas bersenjata, yang dilakukan oleh pergesekan setiap bangsa asing, didukung oleh rakyat Tiongkok dan diam-diam diikutsertakan oleh para pegawai Tiongkok. Semua yang ia dapat lakukan adalah untuk membuat banding pada hati nurani komunitas asing dan memperingkatkan para terdakwa. Ia menyerukan pertemuan publik (17 Desember 1838) dan membujuk para pedagang untuk bekerjasama dengannya dalam upayanya untuk menghentikan lalu lintas antara Lintin dan Whampoa. Namun, para warga asing yang tak setuju turun perahu di Whampoa dalam rangka untuk mengancam Elliot atau Otoritas Tiongkok, maupun untuk perombakan umum yang seluruh pedagang asing terhormat di Kanton memegang lalu lintas tersebut. Elliot mencurahkan seluruh kekuasaan eksekutifnya dengan memberikan catatan kepada seluruh warga Inggris yang mengerahkan perahu tersebut, yang memperingati mereka bahwa, tanpa mereka meninggalkan Sungai Kanton, ia akan menganggap mereka sebagai penjahat dan meninggalkan mereka untuk berurusan dengan Otoritas Tiongkok. Kala Elliot mengeluarkan catatan tersebut (18 Desember 1838), komunikasinya dengan Pemerintah Tiongkok terusik selama nyaris setahun. Kejadian tersebut berada pada persimpangannya, meyakini beberapa kejadian mematikan menunggu terhadap seluruh komunitas asing di Kanton, agar Elliot memutuskan untuk meneruskan perhubungan resmi dengan Pemerintah Tiongkok dengan segala biaya, dan sehingga ia mengeluarkan sikap rendah hati yang disebutkan di atas, mengalamatkan Otoritas Kanton selaku pembuat petisi dan untuk mengadakan komunikasi, yang benar-benar diperintahkan, dari para bawahan Gubernur kota Kanton. Ia mengorbankan martabat pribadi dan resminya, karena ia tak melihat cara lain dalam mencegah pembantaian.

Namun, Otoritas Kanton juga menyadari laju yang berhubungan dengan kelanjutan perdagangan asing di Kanton, untuk mengerahkan tindakan ekstrim apapun. Mereka tak berharap untuk menghentikan perdagangan, atau bahkan menekan lalu lintas candu di Kanton, namun mereka memutuskan untuk menghentikan lalu lintas paksa antara Lintin dan Whampoa, karena ini mengerahkan para pejabat tingkat tinggi. Pada tahun berikutnya (1839), pengerahan besar dibuka, karena pada hari kala perdagangan dibuka ulang (1 Januari 1839), sebuah rumor menyebar di Kanton bahwa pihak di Peking, yang menentang legalisasi perdagangan candu, meraih kesepakatan dalam dewan-dewan kekaisaran. Sehingga, kala Elliot melakukan pengerahan kepada Lord Palmerston (2 Januari 1839), mendorong Jawatan Luar Negeri untuk beberapa dukungan di bawah keadaan yang menaunginya, juga menyatakan bahwa tak ada waktu yang berlalu dalam menyediakan kendali berarti dan beralasan terhadap warga Yang Mulia di Tiongkok, mantan Waliraja Hukwang, Lam Tsak-sü, yang lebih dikenal sebagai Komisioner Lin, berada pada jalannya, bersenjatakan kekuatan luar biasa selaku Komisioner Kekaisaran Khusus dan Laksaman Tingkat Tinggi. Lin sebelumnya mengkhususkan dirinya sebagai agitator anti-candu yang tak berkompromi dan kini, walau bergerak di sepanjang rute yang diarahkan dari Peking ke Kandon, ia menghimpun skema bersama untuk menjebak seluruh diler candu dan meniadakan seluruh lalu lintas candu lewat satu penjatuhan, di samping sempat mengirim Otoritas Kanton untuk seluruh buku untuk pemutusan mereka, dan meliputi perdagangan candu. Sehingga, kabar kesepakatannya menyebabkan seluruh pegawai lokal, dari Waliraja sampai Pedagang Hong, untuk menggerakkan sepatu mereka. Sehingga, lalu lintas candu sebetulnya terhenti selama beberapa bulan sebelum kedatangan Lin, dan Otoritas menyetir diri mereka sendiri untuk membuat pengadaan tindakan penekanan serius. Mereka kini (10 Januari 1839) mengeluarkan notifikasi yang melarang pengangkutan candu dari Lintin ke Whampoa, dan kemudian (16 Januari 1839) menyerukan pada seluruh pedagang asing untuk memohon kata mereka bahwa mereka takkan melakukan hal apapun dengan penyeludupan candu atau ekspor perak. Lagi-lagi,dengan bertindak atas perintah pemajuan dikirim oleh Komisioner Lin, Waliraja kini memerintahkan pendobrakan pabrik-pabrik yang diblok dan merancang pemantauan di depan. Dengan ditutup komunitas asing, Waliraja dan Gubernur mengeluarkan (30 Januari 1839) proklamasi bersama yang ditujukan langsung, tanpa campur tangan pedagang Hong, kepada seluruh pedagang asing. Dalam proklamasi tersebut, warga asing berujar bahwa Komisioner Kekaisaran Lin, yang dikirim dari Peking untuk menindak seluruh lalu lintas candu, diharapkan datang ke Kanton. Waliraja dan Gubernur bahwa menambahkan, dalam kesepakatan mereka, apa yang sebenuhnya melawan rencana Lin, agar pedagang asing harus sesekali mengirim seluruh kapal gudang, melabuhkannya di laut luar. Perintah tersebut ditimbulkan oleh ancaman tersebut, dalam kasus peniadaan, perdagangan akan berakhir selamanya. Namun, tindakan nyata proklamasi tersebut kala dibacakan dalam menyoroti blokade pabrik yang baru dihimpun, dengan kalimat 'sehingga nyawa seluruh warga asingmu berada dalam genggaman kami.'

Sehingga, blokade pabrik dan penahanan seluruh komunitas asing menjadi pendahuluan untuk eksekusi skema yang sangat dijabarkan oleh Lin. Dengan menangkap seluruh pedagang asing dalam jaringnya, Lin, dengan mempertahankan kesibukan mereka, memperkenankan perdagangan sah untuk tetap tak terjamah sampai kini, dan mula-mula mengadakan seluruh pengujian para pegawai tingkat tinggi dan priyayi Kanton sebagai sejarah mendetil dari lalu lintas candu, mengamankan beberapa orang dan melayani lainnya. Namun ia sempat memerintahkan tindakan untuk melakukan intimidasi pedagang asing lebih lanjut dengan memerangkapkan diler candu Tiongkok (26 Februari 1839) di depan pabrik-pabrik dan keberadaan rombongan pasukan Tiongkok. Selain itu, untuk memutus penarikan berkelanjutan mereka ke Makau, ia memerintahkan benteng Bogue untuk dijaga oleh sebuah armada dan blokade Makau dilakukan lewat darat dan laut.

Untuk menghindari pergesekan, yang kini terjadi, Elliot memerintahkan (7 Maret 1839) seluruh perahu penumpang milik Inggris untuk bertahan di luar Bogue. Namun, memikirkan pemukim Inggris di Makau pada penderitaan yang lebih besar ketimbang di Kanton, Elliot memutuskan, dengan ijin para pegawai Tiongkok (10 Maret 1839) ke Makau. Disana, untuk pemulihan besarnya, ia mendapati kapal H.M. Larne telah datang. Kala melintas melewati Bogue, Elliot menyatakan bahwa sejumlah besar rakit tembak dan kapal jung perang dikumpulkan disana, dalam rangka persiapan serangan perkapalan dagang asing yang berlabuh di Lintin, dan kala datang ke Makau, ia mendapati tindakan aktif dalam perjuangan untuk blokade efektif. Setelah membuat seluruh aransemen yang dibutuhkan dengan Kapten Blake, panglima Larne, untuk perlindungan pemukim Inggris di Makau, dan memerintahkan seluruh kapal Inggris di perairan Tiongkok untuk langsung bertindak, untuk perlindungan yang berguna, di pelabuhan Hongkong, Elliot berbalik ke Kandon, dan walaupun mendapati setiap gerai Sungai Kanton dijaga oleh kapal-kapal Tiongkok, ia menekan balik. Kala mendengar di tengah perjalanan soal keberadaan para pemukim senegaranya di Kanton, dan meyakini bahwa beberapa kebungkaman takkan membuatnya mencapai Kanton pada suatu saat, iamelakukan perjalanannya, tanpa dipersenjatai, di jalan kecil namun cepat dilayari Larne, diawaki oleh empat jaket biru, melalui serangkaian prajurit Tiongkok, sampai ia mencapai ke resiko rentan hidupnya, pabrik-pabrik Inggris. Kedatangan Elliot (24 Maret 1839) membangkitkan jiwa yang menurun dari komunitas asing yang pada kesempatan tersebut berada dalam kesendirian, dan penampakan bendera Inggris yang berkibar dengan bangga dan nampak dari menara pabrik, tempat staf bendera dikerahkan, staf pemberi tanda dari Larne ditempatkan atas perintah Elliot, menginspirasi setiap hati dengan keberanian yang terbarukan.

Dalam ketiadaan Elliot, Komisioner Kekaisaran Lin mengirimkan tawaran kepada pedagang asing (18 Maret 1839) untuk menyerahkan seluruh candu yang disetor di kapal-kapal di perairan Tiongkok, mengancam nyawa mereka jika perintah tak ditepati. Kala para pedagang berembuk terhadap apa yang dilakukan, Hoppo, yang bertindak di bawah perintah Lin, melarang warga asing, yang beberapa diantaranya kini berniat untuk pergi, menarik diri ke Makau (19 Maret 1839) dan mengambil tindakan memutus segala komunikasi dengan Whampoa dan perkapalan luar. Pada masa yang sama, pabrik-pabrik dikelilingi oleh pasukan Tiongkok di darat, dan jembatan semi-melingkar dibentuk oleh kapal-kapal jung perang di sisi sungai. Kala tindakan tersebut dirampungkan (21 Maret 1839), tawaran penyerahan seluruh candu diulang. Dewan Umum Perdagangan kini berniat untuk memohon Otoritas lewat tawaran penyerahan 1037 buah candu, namun tawaran tersebut ditolak, dan Mr. Lancelot Dent, yang menyerahkan enam ribu buah candu di bawah perintahnya, kini (22 Maret 1839) memutuskan untuk maju sendiri ke hadapan Komisioner Kekaisaran dan menyerahkan dirinya di gerbang kota. Biasanya, seluruh pedagang asing membuat kepentingan umum dengannya dan merampungkan yang tak harus ia majukan. Sehingga, seluruh perwira Tiongkok diperintahkan untuk meninggalkan pabrik-pabrik, dan seluruh suplai air bersih dan tujuan-tujuannya dicabut. Selain itu, Pedagang Hong senior Hong (How-qua, senior, dan Mow-qua), yang mengenakan rantai besi yang dikenakan di sekitaran lehernya, kini (3 Maret 1839) dikirim ke pabrik-pabrik, di bawah penugasan Prefek Kanton, dengan perintah, di bawah luka penyerahan langsung, untuk mengirim Mr. Dent dengan mereka ke kota. Namun, seluruh komunitas asing mendeklarasikan bahwa ia harusnya tak pergi, dan kala Pedagang Hong menyatakan bahwa mereka akan benar-benar menghabisi nyawa mereka jika mereka pergi tanpanya, Mr. Inglis dengan sukarela pergi menggantikan Mr. Dent, jika tiga orang lainnya akan mendampinginya. Tawaran tersebut, yang lekas diperima oleh Prefek sebagai kompromi menyenangkan, sempat ditindak oleh tiga priyayi lain, Thom, Slade dan Fearon. Empat pahlawan seturut mengikuti, dengan Prefek dan Pedagang Hong, menuju kota dan diperiksa, di kuil Ratu Sorga, oleh Komite pegawai lokal tertinggi, di bawah perintah gubernur, Kepala Kehakiman, Bendahara, Pengurus Bahan Pokok dan Komisioner Pajak Garam. Para pegawai tinggi tersebut sangat terhentak dengan pernyataan berani empat warga Inggris tersebut, bahwa, setelah dalam jangka pendek memeriksa mereka, mereka memperkenankan mereka untuk kembali ke pabrik tanpa tersentuh. Namun, keesokan harinya, tawaran untuk penyerahan Mr. Dent kembali dinyatakan dan komunitas asing merundingkan apa yang dilakukan sekarang, kala Elliot datang di tengah-tengah mereka, mengambil Mr. Dent di bawah senjatanya dan membawanya ke ruangannya sendiri, memberitahukan para pegawai Tiongkok bahwa ia akan lebih baik menyerahkan nyawanya sendiri ketimbang warga Inggris manapun di bawah pendakwaannya.

Pada keesokan harinya (25 Maret 1839), kala pedagang asing menandatangani kesepakatan, menyatakan diri mereka sendiri tak menyepakati candu maupun mengenalkannya di Tiongkok dengan cara apapun, Kapten Elliot memohon kepada Waliraja, dengan hormat mengklaim paspor-paspor untuk seluruh kapal dan orang Inggris di Kanton, menambahkan bahwa, tanpa paspor yang diterima dalam kurun waktu tiga hari, ia akan kembali memberikan pernyataan bahwa orang-orang dan kapal-kapal dari negaranya ditahan secara paksa, dan menindaknya. Otoritas Tiongkok tak menghiraukan ancaman diam-diam tersebut, yang mengetahui bahwa kapal H.M. Larne tak dapat sendirian menghadapi benteng Bogue. Jika hal apapun diijinkan untuk ditindak, bahkan dalam persaingan candu tersebut, persoalan nyara atas masalah tersebut adalah ketuanan mutlak Tiongkok atas Inggris, jawaban, yang Elliot kini terima dari Waliraja Tang Ching-ch‘ing, akan menyepakatinya. Pada akhir suratnya, Elliot menyatakan penyesalahn terhadap perdamaian 'antara dua negara' (arti sebenarnya Tiongkok dan Inggris) dan ditempatkan dalam persoalan dini lewat proses peringatan dan tak terjelaskan dari Otoritas Tiongkok. Sebagai balasannya, Waliraja menyatakan bahwa ia tak dapat memahami apa yang diartikan 'dua negara' oleh Elliot; bahwa sebetulnya ia tak dapat mungkin mengartikannya untuk membandingkan Inggris dengan Tiongkok, yang akan benar-benar bergesekan, karena seluruh wilayah di bawah surga berada di bawah naungan Pemerintah Tiongkok, sementara kebaikan bak sorga dari Kaisar membayangi semuanya; dan bahwa negara Inggris dan Amerika memberikan seluruh warganya perlakuan menyenangkan terbesarnya lewat perdagangan mereka di Kanton. 'Sehingga,' ujar Waliraja secara sarkastik, 'saya menganggap, Inggris dan Amerika seharusnya yang sama-sama disebut "dua negara," namun pengartian bahasa tersebut sangatlah membutuhkan tafsiran.'

Namun, permohonan Elliot terhadap paspor ditolak, seperti juga permohonan lain yang dibuat olehnya pada hari yang sama, memohon agar para pegawai, air dan suplai pangan dapat dikembalikan ke komunitas asing. Ia memikirkan lagi jawaban agar Mr. Dent tak diserahkan dan bahwa Komisioner Kekaisaran memutuskan untuk melakukan penyerahan seluruh candu yang kini ada di Tiongkok.

Komunitas asing, yang secara resmi diberitahukan bahwa mereka adalah tahanan, diam-diam bersiap untuk hal terburuk. Walau mereka bersedih, karena mereka benar-benar tanpa pelaayn manapun, tanpa air bersih, tanpa hal-hal segar, dan hidup pada ratio pendek pada apa yang mereka miliki dalam tempat penyimpanan mereka. Pada beberapa hari berikutnya, para pegawai Tiongkok menyatakan kepada Elliot dengan keluhan bahwa ia adalah sebab segala ketegangan, bahwa Mr. Dent akan menyerah jika Elliot tak hadir di tempat, hdan bahwa pernyataan kesetaraan internasional Elliot telah menyebabkan perombakan terkini terhadap pedagang asing dan penundaan dalam pengiriman candu. Kala keluhan tersebut didapati tak mempan, para pegawai memakai ancaman, memberitahukan Elliot bahwa Komisioner Kekaisaran Lin tak mengambil tindakan karena ;ia tak dapat mencabut apa yang ia perintahkan,' dan sehingga Elliot diberi waktu beberapa hari, namun ia tak diperkenankan memiliki pelayan dan tujuan, dan candu harus dikirimkan sesekali.

Tak ada ancaman yang dicabut. Pabrik-pabrik dikelilingi oleh gerombolan prajurit Tiongkok; semuanya bersiap untuk perangsekan; segala jenis alat dibawa ke tempat, dan pada sore 26 Maret 1839, tak ada warga asing di pabrik namun pihak Tiongkok bersiap untuk melakukan hal terburuk. Usai malam kepanikan, dijalani dalam perembukan, dan merasa terusik dengan motif-motif tertinggi yang berdampak pada keselamatan nyawa dan kebebasan seluruh warga asing di Kanton, pada pukul 6 tanggal 27 Maret 1839, Elliot mengeluarkan pernyataan publik kepada warga Inggris, yang meminta mereka untuk menghadap kepadanya soal seluruh candu milik Inggris, dalam kepemilikan atau kendali mereka, menyatakan pertanggungjawabannya, atas perantara Pemerintah Yang Mulia, dan meninggalkannya kepada Pemerintahan Yang Mulia usai menyatakan prinsip-prinsip tentang penunjangan harta benda Inggris dan nilai candu Inggris harus ditentukan. Dua hari kemudian (28 Maret 1839), Elliot memberitahukan Komisioner Kekaisaran, bahwa ia bersiap untuk mengirimkan 20.283 buah candu milik Inggris. Sebagai balasannya, Elliot diperintahkan oleh Prefek Kanton untuk memberikan informasi mendetil lebih banyak tentang tempat-tempat sejumlah besar candu disetor, dan ia menyuplai dengan berbagai perintah pada penjelasan yang dibuat untuk pengiriman candu. Namun, kala Elliot sempat meminta lagi agar pelayan dan suplai pangan dikembalikan ke para tahanan, Prefek memberitahukannya bahwa tak ada pengampunan semacam itu yang dapat diperkenankan sampai pengiriman candu diberlakukan. Setelah beberapa hari menjalani diskusi cara mengamankan pengiriman seluruh candu dengan kapal-kapal berbeda, hal ini akhirnya disepakati oleh Komisioner Lin (2 April 1839), bahwa Mr. Johnston, Petinggi Kedua, harus bernaung di bawah penjagaan pegawai Tiongkok, dan dipersenjatai dengan perintah tertulis Kapten Elliot, mengirim seluruh kapal untuk berlabuh di Lankeet, dalam bagian dua kapal pada suatu waktu, untuk mengangkut candu kesana. Komisioner Lin kemudian berjanji, agar kala perampungan pengiriman seperempat candu, para rekan dan pelayan akan dikembalikan ke tahanan; bahwa perampungan pengiriman separuh canduk, kapal-kapal penumpang akan diperkenankan untuk kembali berkomunikasi dengan kapal-kapal; agar pada pengiriman tiga perempat candu, perdagangan akan dibuka lagi; dan, ia menambahkan, kala pengiriman seluruhnya dirampungkan, segala hal akan dkembalikan dalam kondisi biasa dan permintaan harus dinyatakan di hadapan Takhta agar dorongan dan pemberian dapat dikabulkan. Namun, Lin kemudian menambahkan, bahwa, jika terjadi penundaan selama tiga hari, suplai air bersih akan diputus; jika penundaan dialami selama lebih dari tiga hari, suplai pangan akan diputus, dan jika penundaan berlanjut sampai tiga hari berikutnya, hukum pidana akan dimajukan dan diberlakukan.

Mr. Johnston meninggalkan Kanton, penjara komunitas asing, yang berjumlah lebih dari dua ratus orang, masih mengkhawatirkannya seperti sebelumnya, sampai 17 April 1839, kala para pelayan diperkenankan untuk kembali ke pabrik-pabrik dan suplai-suplai pangan kembali diberikan. Namun, meskipun demikian, para tahanan masih dijaga siang malam oleh prajurit Tiongkok, yang bertugas di pintu-pintu mereka dengan bersenjatakan pedang dan diperintahkan untuk memancung siapapun yang akan membuat upaya untuk kabur. Para pedagang dan Kapten Elliot terus dikhawatirkan oleh tuntutan untuk menandatangani penyerahan keuntungan bersih terhadap hukuman mati warga senegara mereka yang berurusan dengan candu, dan mengajukan pengakuan klaim ketuanan Tiongkok. Tak ada orang yang menandatangani kesepakatan tersebut dan penahanan pun berlanjut.

Janji mendetil Lin di atas tak membuahkan hasil yang menyertai. Para pelayan tak dikembalikan sampai seperempat candu dikirimkan; perahu-perahu tak diijinkan berlayar kala setengah dikirimkan; dan janji agar hal-hal akan berjalan seperti biasa kala perampungan pengiriman candu dipalsukan lewat pengurangan pabrik menjadi penjara dengan satu gerai, lewat pengusiran enam belas pedagang, beberapa diantaranya tak pernah berurusan dengan candu secara keseluruhan (seperti beberapa pramuniaga dan sekelompok orang yang dilibatkan), dan lewat pengenalan aturan ringan dan tak menonjol. Tak sampai 4 Mei 1839, penahanan komunita asing di Kanton berakhir. Pada hari itu, perdagangan dinyatakan dibuka lagi dan dua hari kemudian, lima puluh pedagang lain masih ditahan sebagai sandera samapi pengiriman candu dirampungkan (21 Mei 1839). Kemudian, Elliot diperkenankan untuk pergi, namun ijin digandakan dengan tawaran yang menuntut agar enam belas pedagang Inggris utama masih akan ditahan sebagai hukuman karena berurusan dengan candu. Elliot enggan pergi tanpa mereka, dan, setelah negosiasi dilakukan, pada akhirnya (27 Mei 1839) ia menerima bujukan mereka untuk menandatangani kesepakatan mereka, memerintahkan agar mereka takkan pernah kembali ke Tiongkok. Pada akhir Mei, pelarian pedagang dan kapal Inggris dari perairan Kanton dirampungkan. Para pedagang Amerika menetap dan menjadi golongan yang disukai.

Lin meraih kemenangan. Ia terus menghentikan perdagangan candu pada suatu waktu. Namun keberhasilannya yang namp-ak hanya diraih lewat pengusiran perdaagngan Inggris dari Kanton dengan cara yang kemudian mengakibatkan pendirian Koloni Inggris di Hongkong, yang mengalihkan seluruh bekas impor pedagangan di Kanton. Ia juga terus melakukan pemberlakuan penarikan paksa sejumlah dua puluh empat juta dolar dari keuntungan candu milik Inggri9s yang membuatnya (sampai 1 Juni 1839) hancur dengan cepat di galian-galian lubang di pesisir laut di Chinkau, dekat Bogue, dan nilai penuh yang Tiongkok bayarkan pada beberapa tahun kemudian.

'Urusan ini telah diurus dengan baik,' ujar Kaisar kepada Lin, namun kejadian yang tertulis tak selalu sesuai dengan kejadian sejarah, dan enam bulan kemudian, Ratu Victoria menyatakan, dalam Pidato dari Takhta-nya (Januari 1840), bahwa 'peristiwa-peristiwa yang telah terjadi di Tiongkok sangat berdampak pada kepentingan warganya dan martabat mahkotanya.'