Lompat ke isi

Es Lilin Deni

Dari Wikibuku bahasa Indonesia, sumber buku teks bebas

Sinopsis

[sunting]

Menghabiskan waktu dengan sebuah hal yang bermanfaat menjadi kesukaan Deni akhir-akhir ini. Apalagi ketika sekolah harus diliburkan karena virus corona. Bersama dengan Kak Putri, ia membuat minuman khas daerah Sunda.

Lakon

[sunting]
  1. Deni
  2. Kak Putri

Cerita Pendek

[sunting]
Es Lilin, Minuman Khas Sunda


Sehabis mandi pagi, aku melihat Kak Putri mengobrak-abrik lemari di dapur. Beberapa menit kemudian Kak Putri sudah memegang sebuah kotak yang entah berisi apa. Karena penasaran, aku menghampirinya.

“Kakak sedang apa?”

Kak Putri tersenyum cerah sebelum menjawab pertanyaan dariku. “Kakak mau buat es lilin, kamu mau bantuin nggak?”

“Hah? Es lilin?” Aku tidak tahu es seperti apa itu, meski di sekolah pernah diajarkan lagu daerah yang berjudul sama. Tapi, sampai saat inipun aku belum pernah mencicipinya dan tahu bentuknya.

“Oh iya, kamu belum pernah makan ya. Dulu waktu Kakak masih kecil sering dibelikan es lilin, bahkan pernah dibuatkan sama Ibu. Kalo sekarang kamu tahunya es di pusat perbelanjaan aja.”

Aku mengangguk-anggukan kepala, meski masih belum terbayang bentuk es lilin itu. Apakah es yang dicampur lilin, atau es yang berbentuk lilin? Ah, daripada pusing lebih baik aku ikut membantu Kak Putri membuat es lilin. Sekalian menjadi bahan untuk tugas mengarang selama libur karena virus corona. Oh ya, namaku Deni siswa sekolah dasar negeri 4 di Kota Bengkulu, kini aku sudah kelas lima.

***

Sebelum membuat es, aku dan Kakak mencuci tangan terlebih dahulu. Rencananya kami akan membuat es lilin dari buah alpukat. Kak putri membelah buah alpukat terlebih dahulu, membuang bijinya lalu menyendok daging buahnya dan dimasukkan ke dalam blender, beserta gula pasir, susu putih kental manis, air, dan pengempuk es. Setelahnya, diblender hingga halus. Tanpa sadar aku sudah tergiur ingin mencicipi, karena aku sangat suka buah alpukat.

Aku dan Kak Putri memasukkan alpukat tadi ke dalam plastik es lilin dan mengikatnya menggunakan karet. Jadi, sekarang aku tahu mengapa disebut es lilin, itu karena plastiknya dinamai es lilin dan juga bentuk plastiknya memang mirip dengan lilin yang ramping dan panjang.

“Sudah jadi, tinggal dimasukkan ke dalam freezer dan tunggu beberapa jam baru bisa kita santap.”

“Yey, kita makan es pokat.” Ucapku kegirangan, tapi teringat bahwa Ibu tidak memperbolehkan makan es banyak-banyak. “Tapi Kak, Ibu pasti melarang aku makan es lilinnya.”

“Enggak kok, Kakak udah izin sama Ibu. Es yang kita buat juga enggak pakai pemanis buatan, dan terbuat dari buah asli jadi sehat dan enak asal enggak makan berlebihan.”

***

Aku sudah tidak sabar untuk mencicipi es lilin. Sehabis mengerjakan tugas mengarang, Kak Putri langsung menyuguhkan es lilin di atas meja. “Ayo di makan es lilin buatan kita.”

Dengan senang hati aku memakan es lilin rasa alpukat. Wah, rasanya benar-benar enak. Besok-besok aku dan Kak Putri mau membuat es lilin dengan rasa yang berbeda. “Enak sekali Kak, ternyata begini ya es lilin itu.”

“Tentu enak, kamu juga harus tahu bahwa es lilin ini merupakan minuman khas daerah sunda dengan berbagai macam rasa.”

Aku tersenyum bangga sambil terus memakan es lilin, bahkan sudah dua potong yang habis. Tapi, aku selalu ingat pesan Ibu untuk tidak berlebihan makan es, karena sesuatu yang berlebihan itu tidak baik.