Farmakologi/Penyekat Reseptor Angiotensin II
Penyekat reseptor angiotensin II (ARB)
[sunting]Penyekat reseptor angiotensin II (Angiotensin receptor blockers, ARB atau angiotensin II inhibitors) adalah golongan obat yang mendilatasi (memperlebar) pembuluh darah dan digunakan dalam pengobatan kondisi seperti tekanan darah tinggi (hipertensi), gagal jantung, atau penyakit ginjal pada penderita diabetes.
Ada sembilan ARB telah di pasarkan di dunia:
- Losartan (Cozaar)
- Candesartan (Atacand)
- Valsartan (Diovan)
- Irbesartan (Avapro)
- Telmisartan (Micardis)
- Eprosartan (Teveten)
- Olmesartan (Benicar/Olmetec)
- Azilsartan (Edarbi)
- Fimasartan (Kanarb)
Mekanisme aksi
[sunting]ARB bekerja dengan cara mengeblok aktivitas kimia alami yang disebut angiotensin II. Angiotensin II adalah vasokonstriktor kuat (menyebabkan pembuluh darah kontriksi [menyempit]). Penyempitan ini bisa menyebabkan tekanan darah tinggi dan sedikit aliran darah yang melalui ginjal.
ARB mencegah angiotensin II berikatan dengan reseptornya, reseptor angiotensin II tipe I (AT1) yang terletak di otot-otot di sekitar pembuluh darah, sehingga:
- memungkinkan pembuluh darah tersebut membesar
- mengurangi tekanan darah
- memperbaiki gejala gagal jantung
- memperbaiki perkembangan penyakit ginjal akibat diabetes
Angiotensin II juga memiliki efek pada:
- aktivasi simpatetik. Angiotensin II memiliki efek pada noradrenalin yang berkontribusi terhadap vasokonstriksi dan meningkatkan denyut jantung
- sekresi aldosteron dari korteks adrenal
- penyerapan kembali natrium dan retensi (penahanan) air oleh ginjal
Perbandingan mekanisme aksi ARB dan ACE inhibitor
[sunting]Ada 2 jalur enzim yang menghasilkan angitensinogen II yaitu RAAS (Renin Angiotensin Aldosterone System) yang melibatkan ACE, dan jalan alternatif yang menggunakan enzim lain seperti chymase.
ACE inhibitor hanya menghambat efek angiotensinogen yang dihasilkan melalui RAAS, sedangkan ARB menghambat angiotensin II dari semua jalan. Oleh karena perbedaan ini, ACE inhibitor hanya menghambat sebagian dari efek angiotensin II.
ARB tidak mengeblok reseptor angiotensin tipe 2 (AT2). Jadi efek yang menguntungkan dari stimulasi AT2 (seperti vasodilatasi, perbaikan jaringan, dan penghambatan pertumbuhan sel) tetap utuh dengan penggunaan ARB.
Kemanjuran atau efikasi
[sunting]Studi menunjukkan bahwa ARB mengurangi berlanjutnya kerusakan organ target jangka panjang pada pasien-pasien dengan hipertensi dan indikasi khusus lainnya.
ARB mempunyai kurva dosis-respon yang datar, berarti menaikkan dosis di atas dosis rendah atau sedang tidak akan menurunkan tekanan darah yang drastis. Penambahan diuretik dosis rendah akan meningkatkan efikasi antihipertensi dari ARB.
Farmakokinetika
[sunting]Seperti ACE inhibitor, kebanyakan ARB mempunyai waktu paruh cukup panjang untuk pemberian sekali sehari. Tetapi kandesartan, eprosartan, dan losartan mempunyai waktu paruh paling pendek dan diperlukan dosis pemberian 2x perhari agar efektif menurunkan tekanan darah.
Efek samping
[sunting]ARB mempunyai efek samping paling rendah dibandingkan dengan obat antihipertensi lainnya. ARB tidak menyebabkan batuk kering karena tidak memengaruhi bradikinin. Kejadian batuk sangat jarang, demikian juga angioedema; tetapi reaktivitas silang telah dilaporkan.
Sama halnya dengan ACE inhibitor, ARB dapat menyebabkan insufisiensi ginjal, hiperkalemi, dan hipotensi ortostatik. Hal-hal yang harus diperhatikan lainnya sama dengan pada penggunaan ACE inhibitor.
Kontraindikasi
[sunting]ARB tidak boleh digunakan pada perempuan hamil.
Referensi
[sunting]- Drugs.com, Angiotensin receptor blockers, diakses tanggal 15 Agustus 2017.
- Depkes RI, 2006, Pharmaceutical care untuk penyakit hipertensi, Ditjen bina kefarmasian dan alat kesehatan, Departemen kesehatan.