Festival Budaya Sekolah
SINOPSIS
[sunting]Cerita tentang Fastival Budaya yang ada di sekolah yang diikuti oleh empat siswi bersahabat yang berbeda kelas. Melati namanya yang harum dan memiliki suara merdu, Pelangi yang mampu membuat karya-karya indah, Stevia yang manis dan cantik, serta Sukma yang memiliki jiwa yang tangguh. Agar sama seperti ketiga sahabatnya, Sukma berjuang untuk melawan demam panggungnya.
LAKON
[sunting]Melati
Pelangi
Stevia
Sukma
LOKASI
[sunting]SMA Negeri 2 Pati
CERITA
[sunting]Sama seperti namanya yang harum, Melati nampak sangat memukau di atas panggung pentas gedung aula SMA Negeri 2 Pati. Suaranya sangat indah saat menyanyikan beberapa lagu keroncong daerah yang diantaranya Bengawan Solo dan Taman Jurug. Penampilannya begitu memukau membuat decak kagum seluruh orang di dalam gedung aula tersebut. Melati memang merupakan siswi yang berbakat dari kelas XI IPA 6. Dirinya sempat beberapa kali mengikuti lomba menyanyi dan selalu menjadi salah satu juaranya. Tak heran jika suaranya masih sangat berkesan walaupun dia selesai bernyanyi di atas panggung gedung aula.
Hari ini memang di SMA Negeri 2 Pati sedang mengadakan acara yaitu Festival Budaya Sekolah. Festival Budaya ini diadakan setahun sekali dipertengahan semester dua. Festival Budaya Sekolah merupakan salah satu festival yang sangat dinanti oleh para siswa. Mulai dari kelas X, XI, sampai XII ikut serta meriahkan acara Festival Budaya ini. Masing-masing kelas dari semua jenjang wajib menampilkan satu pertunjukan di panggung gedung aula. Pertunjukannya pun bermacam-macam, tergantung dari masing-masing penampil.
Suasana masih terasa sangat meriah usai penampilan Melati dari kelas XI IPA 6. Para siswa dan guru yang menonton masih sangat terbawa suasana euphoria yang terjadi. Melati yang baru selesai pentas menuju ke belakang panggung berpapasan dengan Pelangi yang sudah dari tadi mempersiapkan diri untuk mewakili kelasnya tampil pada acara Festival Budaya.
“Hessstt, giliran elu nih…!”, ucap Melati sambil menepuk pundak Pelangi.
“Iya, iya!”, Pelangi dengan cukup percaya diri menuju ke atas panggung dari belakang.
Para MC atau pembawa acara kemudian membacakan daftar penampilan peserta selanjutnya disusul dengan Pelangi yang berjalan menuju ke tengah panggung pentas. Di tangannya nampak selembar kertas bertuliskan puisi yang akan dia bacakan. Pelangi memang menjadi juara dua dalam lomba membaca puisi tingkat kabupaten. Tak heran ia tidak nampak gugup sedikitpun berada di atas panggung sembari membawakan puisinya yang berjudul Guruku.
“Guruku…, Engkaulah sinar penerang di pagi hari, Cahaya penuntun dalam kegelapan. Pejuang yang tak kenal lelah, memberi ilmu pada kehidupan. Tuntunanmu bak hujan ditanah gersang, menghidupkan tanaman yang mati kelaparan. Engkau bak malaikat yang datang membantu, memerangi kegelapan dan ketidaktahuan di negeri ini. Bagiku, Engkaulah panutan dari Tuhan, untuk menuntun kami keluar dari kebodohan. Kau mengajarkan kami ini yang buta, untuk melihat dunia yang sesungguhnya. Dirimulah orang tua penyabar kami, yang menjadi pahlawan untuk kami….”
Satu ruangan gedung aula seketika hening mendengar suara Pelangi yang membacakan puisi Guruku. Intonasi dan suaranya begitu kuat dan pas dengan puisinya tersebut. Terlihat banyak sekali siswa yang merasakan betapa harunya puisi tersebut. Terlihat pula sebagian guru yang matanya berkaca-kaca mengilhami bait demi bait puisi tersebut. Selang beberapa detik terdengar gemerutuk suara tepuk tangan dari orang-orang yang berada di dalam gedung aula. MC pembawa acara tak henti-hentinya memuji penampilan yang begitu indah dari Pelangi. Kali ini sang juara kedua membaca puisi tingkat kabupaten memang tidak bisa diragukan lagi kemampuannya.
Senyum puas terlihat jelas pada raut muka Pelangi. Sesekali dia menundukkan kepala dan melambaikan tangan kepada para penonton pertunjukan Festival Budaya Sekolah. Dengan hati yang berseri Pelangi berjalan menuju ke belakang panggung. Para MC masih asik membicarakan penampilan-penampilan yang memukau dari para siswa-siswi SMA Negeri 2 Pati. Sementara di belakang panggung sudah berjejer peserta yang akan maju pada pertunjukan berikutnya. Terlihat pula seorang siswi blasteran asing eropa yang bermuka cantik dan manis.
Stevia nama yang sangat cocok dengan mukanya yang begitu manis. Dia terlihat mengenakan busana yang terkesesan berbeda dengan budaya Indonesia. Meskipun begitu pakaiannya terlihat sangat indah menampilkan tubuh Stevia yang sangat menawan. Dengan pakaian berwarna gelap membuat kesan penampilan dirinya yang begitu kuat. Sesekali ia membuka hapenya untuk berkaca dengan gaya selfie.
Di belakang Stevia terlihat seorang siswi yang tak kalah cantiknya. Tubuhnyapun tidak jauh beda Stevia namun dengan postur yang sangat tegap dan perkasa. Dibalut dengan pakaian putih dan sabuk berwarna kuning wajahnya nampak begitu muram dan cemas.
Terlihat pula Pelangi yang masih berada disana. Menunggu penampilan dari teman-temannya.
“Cie, yang senyum-senyum sendiri selesai manggung?”, goda Melati kepada Pelangi yang baru datang dari panggung.
“Ih, apaan sih. Aku gak senyum-senyum sendiri ya!”
“Wah, penampilan yang luar biasa Pelangi. Bahkan MCnya sampai gak berhenti bicara.”, sahut Stevia yang dari tadi berselfie.
“Udah kamu persiapkan aja penampilanmu.” sahut Pelangi. “Eh, kamu kenapa Sukma dari tadi kok diem keliatan lesu?”, tanya Pelangi kepada Sukma, siswi tegap dengan pakaian putih bersabuk kuning.
“Gak tahu nih, aku cemas nanti penampilanku seperti apa. Apakah nanti bisa memeriahkan suasana apa gak?” jawab Sukma.
“Udahlah tenang aja Sukma, contohlah saja temanmu Pelangi ini yang cueknya minta ampun. Atau si Stevia yang malah sibuk selfie-selfie sendiri.”, kata Melati dengan sedikit tertawa.
“Woi, aku gak cuek ya!”, sangkal Pelangi atas sindiran Melati.
“Iya bener, kamu ngapain mesti takut. Padahal sering pentas, adu pukul pula!”, ledek Stevia pada Sukma yang memang suka bercanda seperti Melati.
“Itukan beda.., aku gak pernah pentas di pertunjukan kesenian atau festival kayak gini. Ini rasanya beda bagiku dibandingkan dengan saat bertanding. Aku lebih khawatirkan penampilanku nantinya malah dihujat dan ditertawakan penonton khususnya para siswa cowok. Kalian tahukan mereka suka mengejekku si preman wanita!”
“Udahlah, kamu tampilkan aja nanti jurus beladiri silatmu, biar para cowok takut gak berani ada yang mengejekmu lagi. Toh lagian mereka bukan mengejekmu tapi menggodamu. Hahaha”
Belum sempat melanjutkan bicara, MC pembawa acara sudah membacakan daftar peserta selanjutnya. Stevia sontak bersiap-siap melupakan godaannya yang membuat wajah Sukma merah padam sebal. Disusul dengan senyum dan tawa kecil-kecilan dari Melati dan Pelangi. Sebenarnya mereka berempat merupakan teman baik yang cukup akrab. Meskipun berbeda kelas, mereka semua tergabung dalam salah satu ekskul sekolah yaitu PMR. Tidak heran jika mereka begitu akrab, saling menggoda dan mengejek, serta saling mendukung satu sama lain.
Penampilan kali ini oleh Stevia yang mewakili kelasnya dari XI IPA 3. Stevia menampilkan sebuah tarian Tango yang sedikit dia kolaborasikan dengan dance modern. Penampilannya tidak kalah memukaunya dengan Melati dan Pelangi. Stevia memang jago menari. Disamping memiliki wajah yang manis khas perempuan blasteran eropa dia juga mempunyai tubuh yang ideal sebagai seorang wanita. Sontak hal tersebut membuat para siswa sangat antusias melihat pertunjukannya dan tak jarang meneriakinya dengan kata-kata “I love You, Stevia”. Dentaman musik dan gerakan tarian yang selaras dari Stevia memang sangat bagus dan memukau para penonton.
Sementara Stevia asik berjoget dan menari di panggung. Melati dan Pelangi justru cemas dengan keadaan Sukma yang terlihat gugup di belakang pangggung menanti penampilannya setelah Stevia. Sesekali Sukma terlihat mengusap wajahnya sampil mengucapakan doa-doa. Hal itu sontak membuat Melati dan Pelangi bingung melihat tingkahnya. Mereka tidak menyangka dibalik sosoknya yang tegas, garang, jago beladiri. Ternyata Sukma bisa mengalami demam panggung juga. Ekspresi khawatir terlihat jelas pada raut mukanya.
Lima belas menit terasa sangat singkat sekali baik bagi Sukma maupun Stevia yang diatas panggung. Terlihat Stevia begitu menikmati tariannya. Terikan para siswa dan siulan yang bersahutan menambah semangat baginya. Pertunjukaannya selesai dengan sangat sempurna. Para guru yang ada di depan panggung juga terkesima melihat penampilannya. Di akhir acara dia mengucapkan “Thank You” sambil melambaikan tanggan dan berjalan menuju belakang panggung.
Dengan tarikan nafas yang panjang Sukma bersiap untuk tampil di atas panggung. Sebisa mungkin dia menata mentalnya yang terpuruk akibat demam panggung. Melati dan Pelangi cuma bisa melihat dengan cemas dari sampingnya. Stevia yang tadinya berjalan dari atas panggung sudah muncul dari lorong samping panggung. Terlihat pula Sukma yang sudah bersiap untuk menuju ke atas panggung. Selang beberapa detik pembawa acara sudah mulai membacakan daftar peserta yang tampil selanjutnya yaitu Sukma dari kelas XI IPA 2.
Langkah kakinya terasa sangat berat saat menuju panggung. Sontak jantung Sukma terasa berdebar-debar sangat kencang. Sama seperti saat ia bertanding beladiri silat. Namun bedanya kini diselingi dengan rasa mulas di perut dan nafas yang cukup sesak. Melati, Pelangi, dan Stevia mengintip di balik tembok lorong samping panggung. Terlihat Sukma berusaha menenangkan dirinya sembari menyalami para guru dan penonton di gedung aula dengan membungkukkan badan. Matanya terpejam, sembari mengatur nafasnya yang dari tadi terasa berat, kemudian disusul dengan suara musik pengiring penampilannya. Saat membuka mata, serentak dia memulai melakukan gerakan bela dirinya sambil berteriak “YAK!”.
Satu persatu gerakan dari pencak silat yang Sukma pelajari diperagakan di atas panggung. Mulai dari gerakan dasar, kuda-kuda, teknik pukulan, teknik tendangan serta teknik tangkisan dia peragakan dengan baik. Sukma yang awalnya sangat gemetar dan cemas karena demam panggung mulai menikmati setiap pertunjukkannya. Ia tak lagi memperhatikan tatapan para penonton atau memikirkan pendapat mereka padanya. Yang dia lakukan hanyalah menikmati setiap pertunjukkan yang dia lakukan. Ketiga sahabatnya Melati, Pelangi, dan Stevia terlihat kagum pada pertunjukkannya. Meskipun tak semeriah seperti ketiga sahabatnya, namun penonton menunjukkan antusias dan ketertarikannya sendiri melihat penampilan Sukma. Hingga di suatu momen dimana dia berhasil mematahkan kayu, bata, beton, bahkan besi yang telah dipersiapkan di atas panggung oleh panitia sebelumnya berdasarkan rancangan kegiatan yang sudah dibuat oleh tiap-tiap peserta.
“Taakkk!!!, Duukk, Kelontang!!”, bunyi dari papan kayu, beton, dan besi yang berhasil dipatahkan oleh Sukma. Para penontonpun bersorak kagum dengan kehebatan bela diri yang diperagakan oleh Sukma. Tak jarang juga sesekali para siswa bersorak keheranan dengan aksinya. Pertunjukan yang dilakukan oleh Sukma memang memiliki auranya yang tersendiri. Kekaguman penonton lebih kepada segan dan hormat dengan kemampuan dan dedikasinya terhadap seni beladiri silat.
Sukma mengakhiri penampilannya dengan sangat memuaskan. Bahkan dia sendiri tidak menyangka pertunjukkannya akan begitu bagus, itu semua malah diluar perkiraannya. Di belakang panggung dia sudah disambut oleh tiga sahabatnya. Mereka semua sangat senang dan merayakan kesuksesan penampilan mereka pada Festival Budaya Sekolah di kantin sembari istirahat setelah selesai menampilkan pertunjukan.
Festival Budaya Sekolah berakhir sampai pukul 15.30 setelah masing-masing dari tiap kelas menampilkan pertunjukan mereka masing-masing. Setelah pukul 16.00 seluruh siswa diperbolehkan untuk pulang. Pagi harinya sewaktu apel pagi di halaman sekolah diumumkan terkait juara dari Festival Budaya Sekolah yang telah diselenggarakan kemarin. Juara pertama jatuh pada kelas XII IPS 1 yang menampilkan musik solo yang dipadukan dengan koreografi, juara dua dari kelas XI IPA 6 yaitu penampilan dari Melati yang menyanyikan lagu keroncong daerah, serta juara tiga jatuh pada kelas X-9 yang menampilkan pertunjukan drama bawang merah dan bawang putih. Pelangi yang dari kelas XI-IPS 2 cukup berpuas diri mendapatkan juara harapan 1. Sementara itu Stevia dan Sukma meskipun tidak mendapatkan juara namun cukup senang dan bangga dengan apa yang telah mereka lakukan untuk mewakili kelas mereka pada Festival Budaya Sekolah. Para siswa-siswi juga sangat senang dan bahagia dengan hasil penjurian yang diumumkan. Mereka semua bertepuk tangan di masing-masing barisan kelas saat apel pagi itu.
TAMAT