Lompat ke isi

For Sale Rp5000,00

Dari Wikibuku bahasa Indonesia, sumber buku teks bebas

Kategori

[sunting]

Cerita pendek anak

Penulis

[sunting]

Dian Dahlia, penulis cerita yang menyukai anak-anak dan dunianya

Tema

[sunting]

Literasi finansial

Sasaran

[sunting]

Anak usia 10-13 tahun

Premis

[sunting]

Liburan sekolah Rena membosankan karena tak ada aktivitas menarik yang bisa dilakukan. Rena pun ikut Ibu berbelanja dan tak disangka menemukan ide menarik dan menguntungkan sebagai pengisi liburan,

Tokoh      

[sunting]
Rena dan Ibu
  • Rena (anak perempuan usia 11 tahun kelas 5 SD yang kreatif)
  • Ibu (sabar, penyayang, dan mendukung kegiatan positif Rena)




Lokasi 

[sunting]
  • Rumah Rena
  • Pasar tradisional
  • Toko aksesori





Cerita Pendek

[sunting]

Keliru

[sunting]

Liburan kenaikan kelas kali ini seharusnya menyenangkan untuk Rena. Rasa lelah setelah belajar selama satu semester kemarin bisa terbalaskan dengan bersantai-santai selama 3 minggu ke depan. Meskipun harus tetap bangun pagi untuk salat Subuh, Rena tidak perlu tergesa-gesa mandi, sarapan, dan tak akan terganggu oleh PR.

Rena keliru! Selama tiga hari ia memanjakan diri tanpa melakukan sesuatu yang berarti, tetapi rasa bosan itu perlahan mulai merayapi. Rena ingin bertemu dan bermain bersama teman-temannya, tetapi mungkin mereka masing-masing sudah memiliki acara sendiri dengan keluarganya. Ia pun mondar-mandir dari teras depan ke belakang. Sesekali melongok ke pagar depan untuk melihat lalu lalang jalan.

“Apa yang bisa kulakukan, nih?” pikir Rena. Ia pergi ke kamar dan duduk bertopang dagu di meja belajar. Tiba-tiba Ibu keluar kamar dengan dandanan rapi. Tangan kanannya menggapit dompet sedangkan tangan kirinya membawa tas belanja besar.

“Hendak ke mana, Bu?” tanya Rena.

“Ke pasar, Rena. Mau ikut?” Ibu balik bertanya.

“Iya deh, Bu, daripada tak ada yang dikerjakan di rumah,” jawab Rena cepat.

“Banyak yang bisa dilakukan di rumah, Ren. Menyapu, mengepel lantai, dan lain sebagainya,” sahut Ibu.

“Rena mencari yang lain, Bu. Bosan,” keluh Rena.

“Kalau begitu bergegas ganti baju, ya. Ibu tunggu sambil mengunci pintu-pintu,” jawab Ibu.

“Siap!” Rena menjawab seraya bersikap tegap dan memberi hormat. Ibu tertawa melihatnya. Rena bergegas menutup pintu kamar dan berganti baju.

Ikut Ibu

[sunting]

Setelah naik mobil angkutan umum selama sepuluh menit, tibalah mereka di sebuah pasar tradisional. Suasananya begitu ramai. Penjual sibuk menawarkan dagangan, sedangkan pembeli berlalu lalang. Rena membuntut di belakang Ibu sambil melirik ke kanan kiri melihat apa saja yang dijual para pedagang itu. Jangan sampai ia terpisah dari Ibu.

Beberapa kali Ibu berhenti. Lapak pertama yang mereka hampiri adalah bagian ikan. Penjualnya berderet dan hampir semua dikerumuni oleh pembeli. Rena berdiri agak menjauh karena tidak suka baunya. Amis! Meski demikian, jangan salah, ya, kalau sudah dimasak sangat lezat rasanya.

Setelah itu Ibu menuju ke lapak tempe, tahu, sayur, lalu bumbu-bumbu. Keranjang belanja yang dibawa Ibu hampir penuh! Rena pun ikut membantu membawakannya. Lalu mereka menuju ke lapak buah. Horeee! Rena bersemangat membantu memilih. Ibu tersenyum-senyum saja saat tangannya ikut-ikutan memasukkan jambu air ke wadah timbangan.

Setelah sekitar satu jam berkeliling, mereka keluar pasar dengan tas belanja penuh. Banyak pedagang mainan menawarkan dagangannya di tepi jalan, tetapi Rena tak tertarik. Matanya melihat ke toko kecil di seberang jalan dengan logo besar dan meriah.

“Bu, toko itu menjual apa, ya?” tanya Rena sambil menunjuk.

“Ingin ke sana?” tanya Ibu.

Rena mengangguk.

Mereka pun menyeberang jalan. Ternyata toko kecil itu menjual bermacam-macam bahan alat jahit dan aksesori. Ada benang, jarum, pita, manik, maupun gelang dan kalung yang sudah jadi. Wow!

“Bu, boleh enggak ...," kata Rena ragu.

Ibu melihat isi dompetnya.

“Boleh, tetapi uang di dompet Ibu tersisa hanya tersisa Rp20,000,00. Ongkos naik mobil angkutan umum per orang Rp5000,00,” jawab Ibu.

Otak Rena berpikir cepat.

Rp20.000,00 – (2xRp5000,00)=?

“Oh, jadi Rena hanya bisa membeli barang senilai Rp10,000,00 saja, ya,” sahut Rena.

“Iya, Ren. Maklum, tadi belanja besar untuk seminggu ke depan,” jawab Ibu sambil menyerahkan selembar uang dua puluh ribuan.

“Kalau begitu Rena melihat-lihat dulu,” balas Rena sambil tersenyum.

Ibu mengangguk dan membiarkannya berkeliling. Kalung dan gelang harganya lumayan mahal. Uang yang dipegangnya hanya tersisa sedikit saja bila ia memaksakan membelinya. Lagipula, itu tak akan membantunya  mengatasi rasa bosan selama liburan. Tambah lagi, bisa-bisa ia dan Ibu terpaksa pulang berjalan kaki jauh dengan membawa banyak barang belanjaan. Betapa melelahkannya!

“Aha! Aku dapat ide!” pikir Rena tiba-tiba.

Ia pun sibuk mengamati bentuk kalung dan gelang yang sudah jadi. Lalu berkeliling lagi mencari barang yang diperlukan.

“Sudah, Ren? Apa yang kamu beli?” tanya Ibu.

Rena membuka telapak tangannya.

“Hanya itu yang kaubeli?” tanya Ibu sambil mengernyit melihat gulungan senar yang dipegang Rena.

Rena mengangguk yakin sambil menyerahkan kembalian.

“Segulung senar harganya Rp3.000,00. Jadi Rp20.000,00-Rp3.000,00= Rp17.000,00. Itu sisa uanganya, Bu. Cukup untuk ongkos kita naik mobil angkutan umum,” jawab Rena mantap.

“Rena mau membuat apa dengan senar itu?” tanya Ibu penasaran.

"Rena mau mencoba membuat gelang atau kalung seperti yang dipajang itu, Bun," jawab Rena.

"Lho, manik-maniknya mana? Tidak beli sekalian?" tanya Ibu lagi.

"Nah, itu di. Rena mau membuatnya dengan bahan khusus yang hemat karena banyak terdapat di sekitar rumah kita. Dulu Rena pernah memakainya untuk membuat kolase bersama biji jagung dan kacang hijau. Nanti Bunda bakal tahu, deh," sahut Rena dengan mata berbinar,

"Wah, makin bikin penasaran!" kata Bunda.

Mereka pun pulang naik mobil angkutan umum. Sopirnya baik hati karena mau membantu memasukkan keranjang belanjaan ke dalam mobil. Karena masih ada sisa uang, Ibu pun bisa memberi tambahan ongkos untuk sopir yang baik hati itu.

Ide Unik Rena

[sunting]

Sepulang dari pasar dan membantu Ibu mengurus belanjaan, Rena meminta izin ke Ibu untuk pergi ke lapangan bola di seberang rumah. Maklum, rumah mereka berada di pinggiran kota. Masih banyak tanah kosong di kanan kirinya. Aha! Itu dia yang dicari Rena. Ada banyak tanaman jali batu, jenis tanaman biji-bijian berumpun banyak, yang tumbuh liar di sana. Bijinya berbentuk oval.

Dengan memakai topi untuk menghindari sengatan matahari, Rena sibuk memetik biji jali batu yang mengeras dan sudah berwarna putih abu-abu itu. Lalu menaruhnya di tas kertas yang sudah disiapkannya dari rumah. Lumayan banyak yang didapatkannya, padahal hanya berasal dari dua rumpun saja. Biasanya biji tanaman itu dibiarkan jatuh begitu saja tanpa ada yang mengurusnya, lalu tumbuh menjadi tanaman baru.

Tanaman jali batu

Sampai di rumah Rena membersihkan bagian dalam biji jali itu hingga berlubang, lalu bereksperimen membuat kalung dan gelang sendiri. Ia menunjukkan hasilnya ke Ibu.

“Cantik, Ren. Sudah jadi berapa buah, nih?” tanya Ibu.

“Baru satu ini, Bu, Rena mau pakai sendiri,” jawab Rena.

“Coba buat lagi beberapa, Ibu boleh pajang di status, ya,” pinta Ibu.

“Rena malu, Bu,” tolak Rena.

“Malu sama siapa sih, Ren? Malahan Ibu bangga dong, Rena bisa membuat gelang bagus begini. Nanti Ibu tulis kalau gelang jali ini buatan Rena,oke?"

Rena pun mengangguk.

Gelang jali

Sore harinya, tak disangka-sangka Ibu memanggilnya.

“Ren, gelangmu ditanyakan teman Ibu,” kata Ibu.

“Siapa yang menanyakannya, Bu?” tanya Rena penasaran.

Ibu mengangsurkan gawainya kepada Rena.

“Eh, ini kok malah tanya harganya segala” tanya Rena senang.

“Iya, ya. Apa Rena berminat menjualnya?” tanya Ibu sambil tertawa.

“Masa iya sih serius?” ujar Rena tak percaya. “Boleh, deh, Bu. Buat pengisi liburan, Rena mau produksi gelang jali saja. Dijawab Rp5000,00 saja per gelang, Bu.”

“Tidak terlalu murah?” tanya Ibu dengan dahi berkernyit.

“Tidak rugi kok, Bu. Biji jalinya kan tinggal memetik. Ibu coba buka situs belanja daring untuk perbandingan. Rena ingin tahu,” jawab Rena.

“Rena tahu saja!“ Ibu tertawa.

“Ibu kadang belanja di sana juga, kan,” balas Rena sambil tertawa.

“Kita cek dulu, ya,” kata Ibu.

Mereka berdua lalu mencoba membuka beberapa situs belanja daring. Ada beberapa pilihan di sana. Gelang sederhana berbeda harganya dengan gelang dengan bermacam variasi. Bahan juga menentukan harga. Syukurlah, ada gelang jali juga di sana dan perkiraan  Rena  tak meleset. Ibu pun mengirim balasan kepada temannya.

“Teman Ibu mau pesan 10 buah nih, Ren, buat keponakan-keponakannya katanya,” kata Ibu lagi.

“Hah?” Rena terkejut mendengarnya.

“Bagaimana nih, diterima tidak?” tanya Ibu. “Rena kan desainernya. Keputusan ada di tanganmu."

“Hmm, daripada bengong di rumah lihat TV melulu, baiklah, Rena kerjakan,” jawab Rena mantap.

Hanya perlu dua hari, Rena bisa menyelesaikan pesanan dari teman Ibu itu. Lusanya teman Ibu mengambil pesanannya. Ia pun menerima uang senilai Rp50.000,00. Duh, senangnya! Belum pernah sekalipun Rena memperoleh uang sebanyak itu dengan hasil jerih payahnya sendiri. Ia meminta Ibu menukar uangnya itu dengan pecahan uang kecil. Lalu uang Ibu yang dipakai untuk membeli senar dikembalikannya. Ibu pun tersenyum-senyum saat menerimanya.

“Wah, Ibu promosi juga nih,” sahut Rena senang saat melihat profil Ibu berubah jadi foto gelang jali dengan tulisan For sale Rp5000,00 by Rena.

“Iya dong, Sayang, lumayan, kan? Ibu akan dukung aktivitas positifmu ini untuk pengisi liburan. Nah sekarang coba hitung berapa keuntunganmu?” tanya Ibu.

“Senar segulung hanya Rp3000,00 saja. Jadi keuntungan Rena Rp50,000,00-Rp3.000,00= Rp47.000,00. Wah, banyak, karena biji jalinya gratis!” jawab Rena bersemangat.

“Ibu dapat pesan singkat lagi, nih, coba baca!” pinta Ibu.

“Ada yang pesan lagi!  Tante Rita, buat suvenir ulang tahun anaknya. Berapa banyak ya? Kalau banyak, Rena harus beli senar lagi, nih,“ sahut Rena.

“Sanggup tidak, nih? Tante Rita perlu 50 gelang sesuai jumlah undangan,” kata Ibu.

“Insyaallah sanggup. Liburan sekolah masih lama. Stok biji jali juga masih banyak tersedia di lapangan bola,” jawab Rena bersemangat. “Besok Ibu antar Rena beli senar, ya. Biar tidak keluar ongkos naik mobil angkutan umum, kita naik sepeda saja.”

“Wah, pengusaha Rena sudah mulai menghitung ongkos transportasi. Nanti kalau di jalan lapar, ongkos mobil angkutan umum diganti camilan saja, ya!” sahut Ibu bercanda.

“Sambil berolahraga, Bu. Biar langsing, Ibu harus mengurangi makan camilan,” balas Rena sambil tertawa.

“Ih, memang Rena, nih!” seru Ibu gemas.

Rena tertawa sambil berkelit saat tangan Ibu hendak mencubit pipi Rena.

Hmm, liburan kali ini begitu mengesankan untuk Rena. Kulit Rena makin gelap karena sibuk memetik biji jali untuk bahan gelang dan bersepeda ke toko asesoris, tetapi ia senang sekali bisa berwirausaha. Ada satu pesanan lagi dari teman Ibu, beberapa tasbih untuk suvenir pulang umroh. Pesanan itu dikerjakannya dengan cepat, makin menambah pundi-pundi uangnya. Ia membuat catatan khusus jumlah penghasilan dan pengeluaran untuk aktivitasnya itu. Ia berencana memasukkan sebagian besar penghasilannya ke tabungannya. Selain membuat pesanan, ia juga membuat lagi beberapa buah untuk ditawarkan kepada teman-temannya selepas liburan nanti. Gelang-gelang itu dimasukkannya ke dalam kemasan berupa amplop kertas buatannya sendiri dan dilabeli tulisan tangan Rena collection. For sale: Rp5000,00.

Baru saja Rena selesai dengan kesibukannya, Ibu memanggil lagi. Lalu menunjukkan sesuatu kepadanya.

Tas manik imitasi

“Ren, teman Ibu ada yang ingin kaubuatkan ini, bisa apa tidak kira-kira?”

Kening Rena mengernyit.

“Tas manik?” sahut Rena tak yakin.

Ibu mengangguk.

“Bahannya dari biji jali juga?” lanjut Rena.

“Tepat!” balas Ibu cepat.

“Tantangan baru buat Rena, nih! Tas manik biji jali. Untuk waktu selesainya, Rena tak bisa janji, karena harus belajar dulu mengenali polanya, Bu. Jadi, izinkan Rena pinjam gawai Ibu untuk mencari cara merangkai maniknya, ya, Bu,” pinta Rena.

“Hahaha! Baiklah, tetapi sehari paling lama satu jam dan tidak boleh untuk main game!” jawab Ibu sambil mengucek rambut Rena.

“Oh, ya, Rena hitung dulu, untuk harganya nanti ….”

“Waduh, belum jadi sudah bicara harga,” sahut Ibu gemas. Beliau memeluk Rena sambil mencoba mencubit hidungnya. Rena tergelak sambil segera berkelit.

Hohoho! Selamat menikmati liburan, Kawan!

TAMAT