Lompat ke isi

Gang Ketus

Dari Wikibuku bahasa Indonesia, sumber buku teks bebas

Sinopsis

[sunting]

Dinamai Gang Ketus karena ada satu penghuni yang memiliki perilaku suka membentak dan mengusir semua orang dari gang rumahnya. Tidak ada tetangga ataupun warga yang berhuni di sekitar gang tersebut. Suatu ketika, ada seorang Ibu bersama anaknya, Dono, sengaja masuk ke Gang Ketus agar dapat sampai ke rumah dengan cepat. Namun, nenek tetap bersama prinsipnya dan mengusir kedua orang tersebut. Kira-kira alasan apa di balik perilakunya?

Lakon

[sunting]

Dono, Nenek, Ibu, dan Beruang

Lokasi

[sunting]

Gang Ketus

Cerita Pendek

[sunting]

Ada seorang ibu beserta anaknya yang masih kecil, Dono, sedang berbincang kecil sembari berjalan melalui gang yang disebut-sebut gang ketus oleh warga sekitar. Tanpa mereka sadari, nenek penghuni sebuah rumah satu-satunya di gang tersebut memantau dari kejauhan sebelum Ibu serta anaknya lewat seraya memegang sapu lidi dan bertatapan tajam. Ketika Ibu dan anaknya lewat, “Enyah kalian semua!! Pergi dari sini!” ujar sang nenek yang keluar mendadak dari persembunyian antara daun semak-semak dengan menggunakan sapu lidinya untuk mengusir.

“Ahhhh Ibu!” teriak Dono kemudian melindungi diri dibalik Ibunya.

“Aduh mbah, jangan buat anak saya takut. Turunkan sapu lidinya, kami hanya ingin pulang lewat jalan ini karena lebih dekat jaraknya.” Ucap Ibu itu dengan lembut.

“Siapa yang mengizinkan untuk lewat jalan ini?! Ini tanah miliki saya! Pergi dari sini dan jangan pernah lewat jalan ini lagi! mengerti?”

“I-iya mbah.” Ujar Ibu itu mengalah dan pergi.

“Ibu, kenapa nenek itu galak sekali? Aku selalu takut ketika ingin lewat gang ketus. Padahal ini jalan pintas untuk pulang.” Ucap Dono.

“Ibu juga tidak tahu nak kebenarannya. Mungkin nenek tadi punya pengalaman yang tidak kita tahu, jadi jangan menilai sifat nenek tadi dari luar yak nak.”

“Baiklah ibu.” kata Dono.


Keesokan harinya, hari sudah mau gelap. Dono baru saja pulang dari sekolah dengan tas gendong yang berat sekali di punggungnya. Ia berjalan menuju ke rumahnya, sampai ketemu dua perempatan, satu gang ketus, satunya lagi jalan raya. Untuk mempercepat waktu jalan pulang, jalan pintas di gang ketus hanya satu-satunya yang harus dilewati. Tetapi, Dono takut di amukin oleh nenek galak seperti kemarin. Dono pun berpikir keras, lewat gang ketus atau jalan raya ya? Langit sudah mau gelap, perut sudah menjerit-jerit, punggung juga terasa membawa karung beras lima kilo. “Ah sudahlah, aku berlari saja di gang ketus agar tidak bertemu dengan nenek.” Seperti rencana, dono pun berlari sekencang-kencangnya.


Ketika Dono hampir berhasil berlari melewati rumah nenek sebelum ujung gang, tiba-tiba, “RAWR,” Seekor binatang berbadan sangat amat besar dan berwarna coklat muncul entah dari mana menakuti Dono hingga jatuh duduk ke belakang. Terkejutlah Dono, “Be-be-beruang,” matanya membola besar menatap tidak percaya. “AAHH, tolong aku.” Teriaklah Ia. “Pergi dari sini!!” Seorang nenek muncul lagi dari semak-semak rumahnya. Kali ini Ia tidak memegang sapu, melainkan parang di tangannya sambil mengancam beruang itu untuk meninggalkan tempat ini. “EEWR,” erangnya. Beruang tersebut mendesis kecil dengan menunjukan gigi tajamnya untuk mengancam musuh. Namun, nenek itu sama sekali tidak takut seperti sudah terbiasa, jadi Ia maju sambil mengayunkan parangnya.


Seketika detik itu juga beruang tersebut mundur dan kembali di tempat sebelumnya. Nenek menoleh ke arah anak yang terjatuh tadi dan berkata, “Bangunlah nak, apa ada yang terluka?” dengan uluran tangannya.

“Tidak nenek. Terima kasih banyak nek sudah membantu,” kata Dono sambil menerima bantuan tangan nenek untuk bangun.

“Tidak apa, sekarang kamu balik ke rumah. Lain kali jangan lewat gang ini atau beruang akan muncul lagi memakan kamu. Mengerti?”

“I-iya nek, aku balik dulu. Sampai jumpa.” Lari Dono meninggalkan gang tersebut dan menceritakan kembali ke Ibunya saat pulang kembali.

Penulis

[sunting]

Nama samaran Popcorn lahir di DKI Jakarta, tepatnya di Jakarta Barat. Seorang mahasiswa yang sedang menempuh bagian jurusan sastra Inggris di salah satu Universitas di kota Bandung sejak tahun 2021. Cerita pendek “Ternyata Bukan Nenek galak” merupakan cerpen yang kedua kali diterbitkan di Wikubuku.