Gereja-gereja Yunani dan Timur/Bagian 1/Divisi 2/Bab 5
PAULISIAN
Paulisian, yang Gibbon curahkan pada seluruh bab dari sejarahnya, menjadi sekte Kristen paling banyak difitnah. Gereja Ortodoks menuduh mereka dengan banyak skandal bahwa pagan membayangkannya dengan kaitannya terhadap gereja perdana, dan dengan tanpa dasar fakta lain sampai mereka melakukan perubahan. Bahkan golongan gerejawi yang memperlakukan mereka melebihi kebencian terhadap Manikean, atau paling tidak dengan bida'ah Markionit. Kesederhanaan iman dan kehidupan keagamaan mereka, dan penolakan mereka terhadap penjunjungan dan pengkhususan Gereja, membuat sejarah dan penekanan mereka jatuh dalam kontroversi teologi yang dengan tanpa perhatian langsung, dan sehingga, sebetulnya, menjadi tekanan besar terhadap mereka. Namun yang paling terkini, menyusul hasil riset kecil, Tuan Conybeare memberikan pelayanan besar terhadap kenangan mereka dengan penerbitan dan penerjemahan karya Paulisian kuno. Kunci Kebenaran, bersama dengan kajian kritis dan historis berharga darinya. Kami kini dapat menguasfitnah-fitnah berabad-abad dan mendapati sumber asli dari pengetahuan ajaran dan praktek mereka dari banyak orang.
Di luar pegunungan Taurus di tenggara Armenia, gerakan tersebut timbul pada abad kedelapan dan kesembilan, komunitas Kristen menganggap disiplin, ritus dan doktrin mereka sendiri terpisah dari badan utama Gereja Timur dan seluruh perkembangannya pada masa berikutnya. Orang-orang tersebut, yang diketahui timbul dari dunia luar sebagai Paulisian, dan yang setelah itu menerima gelar untuk diri mereka sendiri, memiliki pemisahan asli mereka dari pemisahan geografi mereka. Sehingga, mereka harus sangat dianggap mewakili pertahanan jenis paling primitif dari Kekristenan melebihi para pengikut bid;ah yang timbul mendekati waktu tersebut kala mereka timbul menjadi sinar siang dari sejarah, dan Tuan Conybeare menghubungkan mereka dengan gerakan primitif Adopsionis, yang dapat dilihat semenjak zaman paling awal. Gagasan orang-orang tersebut kini terlihat dalam Kunci Kebenaran, yang merupakan buku Throuraketyi, atau Paulisian dari Thouraki, yang dikomposisikan pada sekitar tahun 800. Buku tersebut menjelaskan tatanan Gereja sederhana dengan tanpa hierarki. Hanya ada satu tingkat pelayanan yang terdiri dari "orang-orang terpilih," dan para pendetanya disebut secara berbeda dengan berbagai gelar rasul, imam, uskup, tetua. Penerimaan pada Gereja tersebut melalui baptisan, yang harus dinyatakan secara sukarela. Waktu sebenarnya untuk baptisan adalah usia tiga puluh tahun. Usai baptisannya, yang harus dilakukan di sungai, Roh Kudus memasuki orang tersebut secara langsung. Terdapat tiga sakramen—pertobatan, baptisan, tubuh dan darah. Perjamuan Kudus dilakukan pada malam hari, dan tak terpisahkan dari Agape, yang masih dilakukan. Pemujaan Maria dan perantaraan orang kudus ditolak; pemujaan gambar, pemakaian salib, relik, dupa, lilin, dan pembasuhan air suci semuanya dianggap sebagai praktek pemberhalaan. Gagasan purgatorium ditolak. Tahun suci dimulai dengan perayaan Yohanes Pembaptis. 6 Januari dirayakan sebagai perayaan baptisan dan kelahiran kembali spiritual Yesus. Zatik, atau Paskah, diadakan pada 14 Nisan. Mereka tak berkumpul tanpa perayaan Minggu khusus, dan mungkin Sabat Sabtu diutamakan. Tak ada perayaan Natal atau Pemberitaan Kabar Baik.
Kala kami terbesit akan pertanyaan doktrin, kami mendapati bahwa kata "Tritunggal" tak pernah muncul dalam buku tersebut. Sehingga, upacara baptisan terdiri dari satu tahap disusul oleh pencemplungan tiga tangan pada kandidatnya. Sistem tersebut bukanlah Markionit, karena tak memiliki jejak Doketisme. Sebaliknya, ini adalah Adopsionis. Paulisian dituduk menolak Perjanjian Lama. Namun, Kunci Kebenaran menunjukkan bahwa ini benar-benar bukan masalahnya. Karya tersebut mengandung kutipan dari Perjanjian Lama, meskipuyn ada namun sedikit, dan otoritas utamanya adalah Perjanjian Baru, yang sepenuhnya diterima. Paulisian juga didakwa Manikeanisme yang menganggap bahwa dunia diciptakan oleh Setan. Ini adalah fitnah, mungkin dikaitkan dengan penyangkalan mereka bahwa Kristus yang menciptakannya.
Kami dapat memahami dengan baik kenapa orang-orang yang memegang pandangan semacam itu dan melakukan praktek semacam itu dikatakan ditindas oleh Gereja Yunani. Dalam banyak penghormatan, posisi mereka mengingatkan pada para kaisar ikonoklastik, beberapa orang diantaranya berasal dari wilayah Paulisian dan mungkin dipengaruhi oleh mereka. Baptis Oriental Kuno, orang-orang yang sangat dihormati Protestan sebelum Protestanisme. Mereka memegang bentuk spiritual sederhana Kekristenan, tatanan Gereja demokratis, dan pandangan tak ortodoks dari sifat Kristus. gereja dogmatik, hierarkial, ritualistik, terjunjung mungkin tak dapat mentoleransi mereka. Musuh-musuh besar mereka adalah para biarawan, yang tak memiliki opini baik. Mereka berujar bahwa penyamaran favorit iblis adalah penampilan biarawan.
Pemimpin pertama Paulisian dikenal pada kami, yang umum dianggap sebagai pendirinya, adalah Konstantinus, yang berasal dari desa Mananalis, tak jauh dari kawasan Efrat yang disebutkan oleh Pliny. Seperti kebanyakan pemimpin agama besar lainnya, ia mula-mula timbul dari kitab suci. Seorang deakon datang dari Siria, dimana ia ditangkap oleh Muslim, sangat terhibur oleh Konstantinus, selaku atas balasan atas kemurahan hati yang diberikan olehnya yang tercantum dalam dua volume, satu berisi Injil-Injil, dan lainnya Surat-surat St. Paulus. Konstantinus sangat mendambakan mereka, dan mereka menyulut api keantusiasan misionaris. Secara khusus dalam peminatan St. Paulus, ia mengadopsi nama pengikut rasul Silvanus, memulai perjalanan kotbah pada sekitar tahun 657, dan meneruskan karyanya selama sekitar dua puluh tujuh tahun. Sepanjang kawasan Efrat, ia melintasi perbatasan besar Taurus dan menyebarkan injil ke wilayah paling barat Asia Kecil. Ia kini meninggalkan aturan toleran kekhalifahan, yang sejauh ini memberikan kebebasan Kristen untuk tak menegangkan diri mereka sendiri untuk terpecah antar sekte, menganggap ortodoksi dan bida'ah dengan perhatian yang sama, dan ia datang dengan keterikatan kekaisaran dan Gereja. Dari situ, kesuksesannya dalam mendirikan gereja-gereja atas dorongannya senridi, dinamai olehnya dengan sebutan gereja-gereja St. Paulus, sebesar Kaisar Konstantinus Pogonatus memberikan perhatiannya yang ditujukan kepadanya, dengan hasil yang mengirimkan perwira kekaisaran bernama Simeon ke tempat penindasan gerakan tersebut. Konstantinus Silvanus dan sebagian besar pengikutnya ditangkap. Mereka enggan menyerah, dan pernyataan kepercayaan mereka sangat menunjukkan bahwa hal ini dimenangkan Simeon pada pihak mereka, dan ia kemudian nampak nyaris menggerakkan nyaris selaku guru dalam misi dengan nama Paulin, Silas. Kemudian, Silvanus dirajam sampai mati, dan pada tahun 690 Simeon dan beberapa orang lainnya di kalangan Paulisian dibantai atas perintah Kaisar kejam Yustinianus ii.
Pada abad berikutnya, perpecahan terjadi di kalangan Paulisian. Kali ini, Paulus orang Armenia—yang namanya menjadi sebutan dari sekte tersebut—menjadi pemimpinnya, dan kala kematiannya, masing-masing putranya, Gegnœsius dan Teodorus, saling mengklaim suksesinya. Gegnœsius, yang lebih tua, mendasarkan klaimnya terhadap pelantikan oleh ayahnya. Doktrin suksesi apostolik kini menyelimuti gereja tersebut, yang mula-mula berdiri atas spiritualitas dan kesederhaaan demokratis. Namun, Teodorus diklaim menerima rahmatnya, kala ayahnya meraih rahmat, langsung dari Allah. Sengketa tak nampak yang kini timbul lagi menarik perhatian pemerintah terhadap Paulisian, dan pada tahun 722 Gegnœsius datang ke Konstantinopel dan menghadap Leo orang Isauria. Ini baik untuknya dan para pengikutnya ahar kaisar menjadi Ikonoklas protestan besar. Kala ia menjadi pendukung ortodoksi, hal ini akan mendatangkan sakit terhadap Paulisian; namun terdapat banyak hal umum antara orang-orang tersebut dan para kaisar ikonoklastik, dan Lao mengetahui bahwa Gegnœsius sangat toleran dan tak dapat melihat kecacatan dalam doktrin-doktrinnya, maupun dapat membujuk patriark Germanus untuk memeriksa kesalahan apapun pada mereka. Akibatnya, guru tertuduh tersebut dipulangnya dengan surat-surat kekaisaran untuk perlindungan Paulisian. Sepanjang masa kekuasaan para kaisar ikonoklastik, mereka umumnya menimati penganakemasan dan penjamahan diri.
Setelah masa depresi yang diwarnai perpecahan dan kepemimpinan tak menguntungkan pada paruh akhir abad kedelapan, Paulisian bangkit pada permulaan abad kesembialn di bawah kepemimpinan Sergius yang baik dan beramal. Seperti Silvanus, sosok tersebut memimpin jalan hidup baru di bawah pengaruh Injil-Injil dan Surat-surat Paulus, yang ia sebut lewat anggota wanita dari sekte tersebut. Ini kini menentang Gereja ortodoks atas tindakan penarikan kitab sucinya dari perhatian masyarakat. Kala kami membaca cerita Sergius ini, mereka nampak mempelopori sejarah Reformasi, yang mengambil jalur yang sama terkait dengan Alkitab.
Sergius mengikuti contoh para pemimpin sebelumnya dari sekte tersebut dan memegang nama Paulin, Tychicus, kala ia memasuki karir misionaris serupa. Ia menghimpun pengkaryanya selama tiga puluh empat tahun, mengunjungi nyaris setiap bagian dari dataran tengah Asia Kecil. Dalam salah satu suratnya, ia menulis, "Aku berjalan dari timur ke barat, dan dari utara ke selatan, sampai sendiku lemah, mengkotbahi injil Kristus." Sementara itu, seperti pendahulu besarnya St. Paulus, ia memajukan dirinya sendiri dengan berkarya dengan tangannya sendiri, perdagangannya selaku tukang kayu. Ini benar-benar menjanjikan kebangkitan keagamaan besar. Jika kelompok ikonoklastik dari pemerintahan tergabung dengan gerakan spiritual, Paulisian nampak menghimpun reformasi di Timur mendahului Reformasi di Barat selama berabad-abad. Namun, terdapat satu sifat fatal dari tujuan besar ini. Metode-metode paksaan yang didorong oleh pemerintahan kekaisaran tak sedapatnya berdampak pada reformasi agama yang sebenarnya. Kontaminasi politik tak terkira mendatangkan harapan penunjangan efektif dan bahkan berujung pada dorongan kebijakan. Leo orang Armenia, meskipun seorang Ikonoklas, mendorong penguatanposisinya dengan memohon kepada golongan Gereja untuk diijinkan menyerang Paulisian. Ini menjadi rentetan aksi, dan fatalpada penunjangan bak negarawan dari keadaan tersebut. Sehingga, kengerian menjadi penindasan yang kini pecah, kala beberapa Paulisian membunuh para hakim mereka dan kemudian kabur ke luar kekaisaran dan meminta pengungsian terhadap Muslim.
Di bawah kekuasaan Mikael ii., sekte tersebut kembali menikmati perdamaian, dan pengaruh Sergius bertumbuh dan menyebar. Photius menyatakan kepadanya hal-hal aneh dengan berkata, "Aku orang pelabuhan dan gembala baik dan pemimpin tubuh Kristus dan terang rumah Allah. Aku juga selalu denganmu, bahkan hingga akhir dunia." Namun, mereka harus selalu berada pada naungan mereka melawan laporan-lapuran musuh, khususnya kala ia juga menjadi gerejawan.
Kala rezim ikonoklastik runtuh, dan pihak ortodoksi kembali berkuasa di bawah Permaisuri Theodora (tahun 842), tak ada harapan perlakuan adil terhadap bida'ah. Para komisioner kekaisaran kini dikirim ke distrik-distrik terduga, dan orang-orang yang enggan mengikuti Gereja dihukum mati dengan cara digantung, disalib, dipenggal, ditenggelamkan. Jumlah korban tewasnya terhitung dari 10.000 sampai 100.000. Lagi-lagi, Paulisian melakukan tindakan pembalasan. Seorang perwira dalam tentara kekaisaran Timur, bernama Carbeas, memicu pemberontakan, dan tergabung dalam 5.000 pasukan.Ia memiliki keputusan baik untuk tindakannya, jika perang saudara memungkinkan, karena ia memahami bahwa ayahnya dekat dengan para perwira ortodoks. Metode eksekusi barbar tersebut, yang seringkali diterapkan oleh Turki dalam tindakan terkini mereka terhadap Kristen, diadopsi oleh sosok yang dekat dengan Kristen sendiri dan sosok yang bertindak dalam kepentingan gereja suci dan mempertahankan pengakuan imannya. Para pemberontak menggila melintasi perbatasan kekaisaran, dan dengan ijin khalifah membentengi kota Thephrike, yang menjadi markas besar mereka. Sehingga, mereka timbul dalam golongan penyerbuan, dengan kerjasama Omar sang Amir Melitene, dan berulang kali merangseki garis depan kekaisaran. Petronas, saudara Teodora, yang dipercayakan dengan komando tentara kekaisaran, tak dapat melakukan lebih dari bertahan pada pertahanan. Sepanjang putra Theodora, Michael si Pemabuk, memimpin tentara perorangan melawan pasukan gabungan Muslim dan Paulisian. Ia dikalahkan di Samosata dan memutuskan untuk kabur demi nyawanya. Lebih dari seratus tribun membawa tahanan, dan orang-orang yang tak dapat membekali diri mereka sendiri disiksa. Carbeas meneruskan kepemimpinan kelompok tersebut, berjuang melawan pasukan Paulisian pimpinan Chrysocheir, yang masih bersekutu dengan Muslim, melakukan perang di jantung Asia Kecil, sejauh pantai barat dan nyaris sampai Konstantinopel itu sendiri, melewati Ankira dan Efesus, Nikea dan Nikomedia. Di Efesus, pasukan invasi mengerahkan kuda-kuda mereka di katedral, dan menunjukkan perhatian menonjol terhadap gambar dan relik, yang mereka anggap sebagai kuil berhala. Kaisar Basil i. memutuskan untuk menyerukan perdamaian dan menawarkan upeti besar untuk mendapatkan perdamaian. Namun, Chrysocheir menolak gagasannya dan memutuskan untuk tak melakukan hal apapun sebelum kaisar pensiun ke Barat dan menyerahkan seluruh Kekaisaran Timur. Basil tak memiliki alternatif selain bertempur. Ia mengumpulkan seluruh pasukan kekaisaran yang tersedia dan menghadapkan mereka pada pemberontak. Krisokeir dikejutkan dan gugur kala penarikan diri. Tefrike dimajukan oleh pemberontak, dimasukkan oleh pasukan kekaisaran, dan terbuang sia-sia (tahun 871). Ini menjadi kemenangan penuh dan terakhir bagi Basil, dan ditempatkan untuk mengakhiri marabahaya selanjutnya dari invasi serius. Namun, kebanyakan pemberontak kabur ke pegunungan. Disini, mereka tetap merdeka dari aliansi dengan Muslim, dan dari waktu ke waktu menghadapi penyerbuan perbatasan.
Sementara, terdapat badan lain Paulisian di Trakia, keturunan dan orang yang berpindah agama yang dibawa oleh Konstantinus Kopronikus ke belahan Eropa tersebut. Orang-orang tersebut nyaman dengan gereja ortodoks, dan tak mengupayakan pemberontakan apapun atas kepentingan mereka sendiri. Namun, mereka dikenal karena mengirim bantuan kepada saudara mereka yang lebih rentan berperang, tabf dipahami oleh mereka dalam hubungan Kovenanter kepada Kameronian, atau para penduduk desa Korsika kepada banditti. Mereka memajukan ajaran protestan mereka di seluruh belahan Trakia. Mereka juga dikirim ke misionaris Bulgaria, yang sangat sukses dalam memenangkan banyak orang yang masuk agama dari para misionaris Yunani. Paulisians di Trakia diperkenankan mengatur aturan dalam golongan sebagai belasan atas jasa mereka dalam pertahanan kekaisaran. Mereka memegang kota Philippopolis dan menduduki rentetan desa dan kasil di Makedonia dan Epirus, dan para penduduk ortodoks didominasi oleh mereka. Pada perang Norman pada masa kekuasaan Alexius Comnenus, 2.500 dari mereka membelot. Namun, setelah itu mereka menyerah dan dihukum. Alexius menjalani musim dingin di Philippopolis dan mencurahkan diri sendiri untuk berpendapat dengan mereka. Karena kesuksesannya, ia—menurut putrinya—diberi sebutan "Rasul Ketigabelas." Philippopolis mempercantik taman-taman untuk pemanfaatan orang-orang yang menerima arhumen kontroversialis kekaisaran; namun kala mereka diijinkan untuk menetap disana, mereka kehilangan seluruh kekuasaan. Kami tak perlu mencantumkan pernyataan putri kerajaan dalam persoalan ini. Tak diragukan, terdapat banyak bida'ah yang baru lahir yang tak dapat didorong oleh keelokan apostolik kaisar, dan mungkin orang-orang yang tergabung dalam sekte-sekte baru yang kini berkembang.
Salah satu sekte tersebut adalah Eukit, yang berasosiasi dengan Paulisian sebagai kelanjutan dari bida'ah yang dibenci. Mereka menyebar pada wilayah-wilayah Trakia yang sama di tempat Paulisian bertumbuh. Semua yang kau ketahui dari mereka tergantung pada risalah yang ditulis oleh lawan, yang mungkin merupakan orang-orang pemerintahan Bizantium yang dikirim ke Trakia untuk menekan mereka. Sehingga, kami tak dapat mengharapkan opini tanpa bias dari sumber semacam itu. Eukit berubah dengan dualisme yang percaya akan dua putra Allah. Satanaël yang dituakan berkaitan dengan demiurge Gnostik, sementara yang muda adalah Kristus yang menopang hal-hal sorgawi. Sekte tersebut dikatakan memuja kedua putra tersebut, karena timbul dari Bapa yang sama. Jika demikian, Eukit tak dapat dikatakan sebagai Manikean, dan dualisme mereka berbeda dari Persia. Namun, beberapa hanya mengabarkan penghormatan terhadap putra muda, karena ia dipilih pada bagian yang baik, sorgawi—yang masih tanpa perkataan hal menyakitkan apapun dari yang dituakan; sementara yang lainnya dikatakan menghormati yang dituakan sebagai sosok yang lahir lebih awal dan pencipta dunia, dan bahkan menyebut kaitannya dengan putra muda, pada catatan yang dikiriminya soal gempa, hujan es, wabah. Namun ini bersifat sama dan tak tertentu. Apa yang nampak jelas adalah bahwa Eukit adalah sekte ekstatik yang berkaitan dengan nilai besar dari para pendoa panjang. Kami mula-mula mendengar nama tersebut seawal-awalnya pada abad keempat; dan mereka tersebar di Mesopotamia, Siria, dan Asia Kecil untuk bertemu lagi dan lagi pada masa perantara. Sehingga, terdapat alasan untuk mendorong bahwa mereka bersamaan dengan masa kegiatan Paulisian, yang berada dibawa pengaruh keterdahuluan terbarukan. Jika benar bahwa mereka menaungi setiap orang yang didiami oleh iblis dari kelahirannya, mereka akan nampak menerima doktrin dosa asal yang sangat luar biasa, yang akan menjadi konflik tajam dengan kepercayaan Paulisian, yang menyangkal hal apapun dari jenis tersebut. Namun, demonologi kini berseberangan dengan Kristen, dan orang-orang tak akan nampak terlalu tertarik pada pertanyaan yang konsisten dalam penerimaannya. Meskipun demikian, jika Eukit memegang pandangan tersebut, mereka tak harus diidentifikasikan dengan Paulisian, yang tak menunjukkan penjejakannya.
Badan lain yang umum diasosiasikan dengan Paulisian, khususnya di Bulgaria, adalah Bogomil, atau "Sahabat Allah." Catatan penuh dari penekanan mereka diberikan oleh Euthymius, yang menuturkan bahwa mereka menolak tulisan-tulisan Mozaik dan Allah Pentateuk, dan menganggap sosok yang dikatakan berbuat baik kepada-Nya diinspirasikan oleh Setan. Sehingga, mereka memiliki perbandingan dengan Kainit kuno. Namun pemikiran dalam pandangan Perjanjian Lama yang dikaitkan pada mereka oleh Eutimius adalah bahwa mereka tunduk pada Mazmur dan para Nabi dalam kitab-kitab suci Kristen. Pentateuk tak menyinggung soal Allah tertinggi. Mereka hanya menuturkan tindakan-tindakan putra tuanya Satanaël, yang awalnya duduk di sisi kanan Bapanya, namun dikeluarkan dari sorga karena berniat memberontak, bersama dengan para malaikat yang dihasut olehnya. Penciptaan dunia, yang meliputi umat manusia, adalah reka ciptanya, kecuali dalam rangka manusia menyerahkan jiawanya untuk dipanggil atas bantuan Bapanya. Hal ini dilakukan olehnya dengan janji agar ras baru yang tercipta dapat mengambil tempat dalam pelayanan Maha Agung yang dikosongkan oleh para malaikat yang jatuh. Namun, ia menipu Bapanya dengan menghasut Hawa dalam wujud ular, dan darinya, Kain dan saudari kembarnya Kalomena lahir. Kemudian, Adam menurunkan Habel dari Hawa. Sehingga, Satanaël adalah ayah dari Kain, dan Adam adalah ayah dari Habel, meskipun keduanya memiliki ibu yang sama, Hawa. Kala itu, Bapa tertinggi mendapati kecurangan yang diperbuat Satanaël atas keilahian. Namun, keanehan tersebut berlanjut sampai emnghimpun pengaruh besar atas umat manusia, dan melalui Musa menghasilkan hukum yang mengirim banyak kejahatan pada ras mereka. Dalam rangka menindak kejahatan tersebut, Bapa mengirim sifat Logos, yang seperti Mikael, malaikat penasehat besar, dan yang merasuki Bunda Maria, muncul dengan wujud manusia, mengajarkan injil, mengalahkan Satanaël—yang setelah itu disebut Setan—menduduki tempat Satanaël di sisi kanan Bapa, dan akhirnya tenggelam dalam nauangan Bapa, dari tempat Ia berasal.
Tak seperti Paulinis, Bogomil menolak baptisan air, dan hany memperkenankan baptisan Kristus sebagai baptisan spmtual, yang disebut "pelepasan." Hal ini ditunjang oleh upacara yang meliputi pembaringan Injil menurut St. Yohanes di atas kepala kandidat, memohon pada Roh Kudus, dan melantunkan Doa Bapa Kami. Seperti Eukit, mereka memberikan nilai besar terhadap doa, yang mereka anggap sebagai esensi agama berlawanan dengan pandangan Katolik soal pengurbanan misa. Disini, mereka merupakan Protestan di antara para Protestan. Karena sesuai dengan baptisan, yang selaras dengan Perjamuan Kudus, mereka menolak unsur-unsur material dalam perjamuan kudus, dan dalam menghormatinya, mereka meniru Quaker.
Terlalu banyak yang seharusnya tak dibuat dalam pernyataan-pernyataan tersebut secara mendetil. Kami tak mendapati buku pelayanan Bogomil, dan kami memandang mereka lewat kaca-kaca berwarna dari prasangka anatagonisme. Meskipun demikian, banyak dari hal yang diatributkan pada mereka terbaca seperti kebangkitan, atau bahkan mungkin pertahanan hidup, dari Gnostisisme Ofit abad kedua; dan pernyatan paling kuno membuatnya nampak bahwa hal-hal sebetulnya yang dipegang oleh Bogomil kurang lebih sesuai dengan yang dijelaskan. Kami dengan sulit dapat menyatakan bahwa khayalan dunia lama semacam itu akan mengeluarkan lompatan konyol dari masa lampau yang berrentang nyaris seribu tahun dalam rangka dikaitkan pada mereka. Sehingga, sulit untuk menyangkal kesimpulan bahwa Bogomil mengadopsi beberapa sistem dualisme. Di sisi lain, para cendekiawan Armenia yang kini mempelajari persoalan tersebut, dan mendapatkan kesimpulan bahwa mereka bukanlah Markionit. Kini, kami melihat bahwa Kunci Kebenaran membuatnya sangat menentukan bahwa Paulisian bukanlah Markionit. Sehingga, keduanya dianggap sebagai masa lalu. Untuk para sejarawan Yunani, mereka sama-sama disebut Manikean. Itu adalah penyebutan Anna Comnena untuk seluruh kelompok bida'ah—sebuah julukan yang menyiratkan kejijikan. Semenjak kami mengetahui bahwa Paulisian difitnah, kami menduga bahwa Bogomil juga kurang lebih diperlakukan lebih serius. Dualisme mereka mungkin kurang tercatat ketimbang yang dijelaskan. Sehingga, kami tak dapat menyangkali beberapa hal pemikiran pada mereka, kami seharusnya mengkelompokkan mereka dengan Paulisian, Seorang Paulinis terkenal, seorang tabib bernama Basilius, yang umum dianggap sebagai pemimpin Bogomilpada masanya. namun, ini adalah sebuah kekeliruan. Sosok tersebut sangat diuji oleh Kaisar Aleksius di Konstantinopel, dan menunjang kebenaran imannya membara di hipodrom. Putri Anna menyebarkan deskripsinya pada beberapa halaman soal peristiwa tersebut—bagaimana api timbul dari pohon-pohon terbesar, dan bagaimana dalam setiap penghormatan, ini menjadi kemenangan luar biasa untuk ayahnya atas bida'ah mengerikan tersebut. Keantusiasannya sangat tersentuh jika tak disulut.
Pada tahun 1140, terdapat penyetiran besar atas penemuan kekeliruan-kekeliruan Bogomil dalam tulisan-tulisan Konstantinus Krisomalus tak lama usai kematiannya, dan mereka dikecam di sinode yang diadakan di bawah naungan patriark Leo Stipiota di Konstantinopel. Menurut tulisan-tulisan tersebut, baptisan Gereja tidak berguna, dan tak ada yang didapatkan oleh orang-orang baptisan dari penilaian apapun. Rahmat Allah diterima pada pengadahan tangan, namun hanya disesuaikan dengan tindakan iman. Tiga tahun kemudian, dua uskup Cappadocia digulingkan di sinode Konstantinopel selaku Bogomiles. Pada akhir tahun 1230, patriark Gennadius mengeluhkan Bogomil diam-diam mencuri di rumah-rumah dan menyesatkan orang-orang saleh. Albigen di barat—yang dijagal denagn sangat kejam dalam perang salib Simon de Montford—nampak kurnag lebih sangat berkaitan dengan bida'ah tersebut. Mungkin, mereka didera dari fitnah yang sama. Orang-orang tersebut memegang kekeliruan teoretikal. Namun, penawaran mereka sebenarnya adalah pertentangan terhadap materialisme sakramental Gereja.