Gereja-gereja Yunani dan Timur/Bagian 2/Divisi 2/Bab 1

Dari Wikibuku bahasa Indonesia, sumber buku teks bebas

DIVISI II

GEREJA YUNANI MODERN

BAB I

KIRIL LUKAR DAN REFORMASI

Kejatuhan Konstantinopel dengan cepat disusul oleh perebutan nyaris seluruh sisa Kekaisaran Bizantium, bahkan orang-orang Venesia dan Kesatria Santo Yohanes disingkarkan dari Syam oleh pasukan Turki. Dampaknya adalah penaungan Gereja Yunani di bawah despotisme Muslim. Sultan mengakui Gereja selaku lembaga korporat, melembagakan dan mengurus hubungan resmi dengan para uskup, dan mengeluarkan aturan khusus untuk kepengurusan Kristen. Perpindahan agama paksa terhadap pengikut Yesus atau Musa, yang dianggap sebagai dua nabi Islam, dilarang oleh al-Qur'an. Meskipun para penyembah berhala disingkirkan, Yahudi dan Kristen diperkenankan untuk hidup dan menerapakn upacara keagamaan mereka, meskipun bukan kepada murtadin. Namun keduanya diperlakukan dengan perhatian, ditujukan terhadap tuntutan spesifik dan kecacatan, dan seringkali mengalami pelecehan yang tak diinginkan dan mewajibkan Kristen untuk membayar pajak khusus (disebut haratsh). Para penduduk Mussulman dari provinsi-provinsi yang sama dikecualikan. Namun beban yang mengikis dan sangat tajam membuat mereka menyerahkan anak-anak ke lembaga janisari terkenal. Persepuluhan penduduk muda, satu dari lima pemuda, dituntut oleh pemerintah. Setiap dua atau tiga tahun, para perwira pemerintahan melalui kota-kota dan desa-desa memilih pemuda tersehat dan terkuat untuk dilatih bertugas selaku prajurit sultan. Mereka diambil pada usia yang sangat muda, dan dengan hati-hati diajari Islam. Lembaga tersebut merupakan karakteristik unik Kekaisaran Utsmaniyah. Hal ini dimulai oleh Orkhan, sekitar tahun 1329, meskipun sebagian besar pemikiran lainnya dihimpun oleh putra dan penerusnya Murad, yang sehingga umum dianggap sebagai pendirinya. Dengan cara ini, para sultan mampu menghimpun pasukan tempur yang kuat yang tak diwajibkan kepada para pasha dan tak berdampak oleh kepentingan lokal, sebuah pasukan pengerahan yang sangat terlatih dan disiplin yang benar-benar diatur otoritas kekaisaran.

Kemudian, ini menjadi rahasia kekuatan Kekaisaran Utsmaniyah kala masa kejayaannya menguasai tiga benua. Pada waktu kejatuhan Konstantinopel, jumlah janisarinya adalah 12.000. Di bawah kekuasaan Suleiman sang Legislator, jumlahnya meningkat menjadi 40.000. Namun pada masa selanjutnya, para janisari itu sendiri menjadi ancaman terhadap otoritas pusat yang melemah, mengerahkan kekuatan mereka untuk kepentingan umum mereka bak pasukan Romawi di bawah para kaisar lemah. Pada tahun 1566, mereka diberikan hak dari Selim ii. untuk merekrut anak mereka sendiri. Sehingga, mereka menjadi kelompok yang memberdayakan diri. Pada akhirnya, penurunan penduduk Yunani di kekaisaran, yang menjadi unsur penghasil pajak utama, mengalami masalah serius atas keterlibatan penyerahan anak mengancam keuangan negara. Pada masa yang sama, perkembangan ketegangan janisari membuat mereka menjadi sumber tetap untuk majikan mereka.

Pada masa kekuasaan Mohammed iv. (tahun 1649-1687), metode tak alami merekrut tentara tersebut berakhir. Kasus tercatat terakhir terjadi pada tahun 1676. Meskipun demikian, kelanjutanpanjangnya menjadi landasan pengikisan masyarakat yang mendukungnya selama berabad-abad. Tak sekadar perlakuan kejam terhadap keluarga. Hal ini menjadi hunaan terbuka terhadap Kristen, karena hal ini merupakan alat pemurtadan terorganisir. Bagaimana mendatangkan Yunani untuk menundukkan leher mereka terhadap perlakuan yang memalukan, alih-alih memilih mati demi tak menaatinya? Pada sisi lain, pengajuan damai mereka terhadap kekuasaan Utsmaniyah tidaklah mengejutkan. Aturan tersebut tidaklah terlalu keras. Di Kekaisaran Turki, petani setidaknya menjadi orang bebas, sementara di negara-negara Kristen pada masa yang sama, mereka menjadi hamba, bekerja untuk tirani feodal kejam. Selain itu, disamping seluruh ketidakheroikan pada sikap Yunani, peran Gereja membuatnya mengalami pelecehan dan perlakuan kasar sepanjang berabad-abad. Secara keseluruhan, sepanjang Kristen mengalami keburukan dan ketidaksemestian dapat dengan mudah terlepas dengan menjadi mualaf. Tak ada yang terkejut terhadap sikap pencobaan tersebut. Kenyataannya adalah, sejumlah besar dari mereka menjadi Muslim. Manuel, Palæologi terakhir, masuk agama dari para penghancur takhta leluhurnya. Namun kenyataan tersebut tak dikikis dari kesetiaan dini terhadap perlakuan yang mendorong percobaan untuk murtad. Sebaliknya, mereka memegang sifat bak martir darinya. Gereja Yunani selalu disanjung karena ortodoksinya. Gereja tersebut memiliki alasan lebih untuk berbangga atas keberadaannya, landasan lain untuk penyambutan fakta bahwa gereja tersebut tak terlucuti oleh kemunculan pelecehan dan penghinaan berkelanjutan sepanjang berabad-abad.

Malangnya, sedikit orang yang dapat dikatakan meraih jabatan tertinggi Gereja sepanjang masa terbelenggu tersebut. Bagi sebagian besar petani sederhana yang mempertahankan iman mereka menentang segala cara untuk meninggalkannya. Kasus dari para petinggi mereka nampak selaras dengan kesetiaan tak duniawi tersebut. Para patriark Konstantinopel kini dipilih dan diangkat oleh sultan, walaupun khayalan pemilihan sinode kurang lebih dilaksanakan dan mereka umumnya dinaungi alat-alat di tangan pemerintahan. Itu tidaklah sangat mengejutkan, karena mereka dipilih dengan keputusan akhir ini. Mereka umumnya menerima jabatan tersebut lewat suap dan memegangnya lewat penjilatan. Sehingga, Gereja bergesekan dengan keadaan tak menentu dari pemimpin imamnya merasa ngeri terhadap kafir. Sebagai balasan atas ketersediaannya, patriark Konstantinopel diijinkan untuk mengadakan sinode dan menghimpun pengadilan, tak hanya untuk gerejawi, namun bahkan untuk kasus sipil, terhadpa umatnya sendiri.

Para patriark seringkali dilengserkan oleh sultan secara sangat arbitrer, dan mereka seringkali diberi tempat mereka lagi. Namun, beberapa pihak tak mengindahkannya, dan beberapa diasingkan. Pada suatu waktu, terdpaat empat belas patriark dalam lima belas tahun. Beberapa patriark memiliki sifat yang sangat mencoreng. Patriark Rafael dikatakan membiarkan orang-orang Yunani untuk mabuk-mabukan.

Menyusul contoh tersebut di peringkat-peringkat tinggi, para uskup memanfaatkan jabatan mereka, dan dipakai oleh pemerintah selaku magistrat dan pemungut cukai. Para patriark ortodoks Antiokia, Aleksandria, dan Yerusalem berada dalam keadaan yang sangat berbeda. Pastor utama mereka masih dipilih oleh sinode uskup lokal sepanjang waktu sebelumnya dan lebih bahagia. Namun mereka memiliki kekuatan yang kecil, kebanyakan umat Kristen dari provinsi mereka menjadi keluar dari persekutuan dengan gereja mereka. Sosok patriark yang memegang kendali mutlak atas Gereja Yunani dihargai oleh umat Yunani patriotik mereka sendiri selaku pengikis dan pengkhianat kepentingan mereka.

Sifat melankoli dari penekanan dan pengikisan Gerej Yunani adalah kekosongan nama dari riwayatnya. Jika terdapat desa Hampden atau Milton, Hampden tak memulai pemberontakan sukses dan Milton membisu dan mengacuhkannya. Pada puncak fanatisisme politik, dan di bawah penindasan yang terhitung dingin dipicu oleh pemrintah dari masa ke masa bertentangan dengan kebijakan yang berlaku, tak ada kelompok martir yang diperkaya oleh penambahan jumlah pahlawan iman. Namun, kemampuan atau kesempatan untuk menyatakan kesetian menjadi berkurang. Kisah Gereja meninggalkan dataran tinggi kala markah tanah mengacuhkan perhatian mereka dan turun menjadi dataran tanpa kekhasan dengan nuansa gurun. Terdapat penekanan yang lebih bungkam di biara-biara ketimbang yang umum dilakukan, dan pendirian perguruan tinggi diutamakan di kalangan Yunani ketimbang sebagian besar orang-orang sezaman di Eropa. Selain itu, para pedagang Yunani meraih kekayaan meskipun mengalami ketidakmampuan fiskal. Namun tak ada keasilan intelektual, tak ada sastra cerdik, tak ada pergerakan khas. Sepanjang masa itu, terdapat satu nama yang timbul yang meraih ketenaran di Eropa, dan banyak mengalami persinggungan terhadap hubungannya dengan Barat. Ia bernama Kiril Lukar, patriark Aleksandria, dan kemudian Konstantinopel, yang hidup pada masa Reformasi, dan menjadi pencetus upaya untuk memperkenalkan prinsip-prinsip Protestanisme ke Timur.

Gereja Yunani menjalin kontak dengan Lutheranisme di bawah naungan patriark Yosef ii. dan Yeremia ii., dan kemudian dengan Calvinisme lewat kegiatan Kiril Lukar. Pada tahun 1559, Melanchthon, mengambil langkah pengembalian Demetrius, seorang deakon Konstantinopel yang singgah di Wittenburg, mengirim salinan pengakuan iman Augsburg kepada patriark Yosef, mengklaim kesepakatan antara penekanan dan doktrin Gereja Timur. Hal ini mendapatkan kebungkaman, penafsiran yang sejak itu hanya terjadi pada para penutur Latin dan Jerman—bahasa yang tak dipelajari di Konstantinopel—patriark yang tak menempatkan dirinya pada ketegangan yang menempatkan deakonnya untuk menjelaskannya kepadanya. Lima belas tahun kemudian (tahun 1574), Martin Crusius membuat versi Yunani dari pengakuan iman tersebut dan mengirimkannya ke Yeremia ii., yang kala itu menjadi patriark Konstantinopel, dan menerima balasan jawaban santun. Melalui dorongan tersebut, Crusius memutuskan untuk menekankan bagaimana Lutheranisme berbeda dari Romanisme dan menunjukkan harapan penyatuan dengan Gereja Timur. Jawaban Yeremia tak menjanjikan. Satu-satunya cara untuk bersatu dengan gereja ortodoks adalah "mengikuti dekrit apostolik dan sinode." Tak ada pelonggaran dari landasan penyatuan umum. Kemungkinan tunggalnya adalah pindah agama ke Gereja Yunani dan pengajuan terhadap persekutuan yang kini terhimpun dalam rangkaian doktrin dan disiplinnya yang tak tergantikan. Pada tahun 1578, Yeremia menerima catatan yang lebih lengkap dari Lutheranisme; namun tak ada balasan terhadap penjelasan Lutheran tersebut.

Tindakan Kiril berada pada jalur berbeda. Hal ini sempat kurang ambisius dan lebih berani. Ia memahami bahwa Gereja Yunani terlalu menghiraukan kesalahannya atau membayangkan bahwa dalam kondisi terkininya, perpaduan apapun dengan Gereja Protestan -entah diterapkan atau diinginkan. Tujuannya adalah reformasi dalam Gereja Timur pada jalur Calvinistik—bukan gagasan Gereja Tinggi dari penyatuan ulang dunia Kristen, melainkan konsep injil kebenaran dan gereja murni dari Protestan.

Kiril Lukar lahir di Candia, kota utama Kreta, pada tahun 1572. Pulau tersebut kala itu berada di bawah kekuasaan Venesia, yang memperkenankan kebebasan beragama melebihi penguasa lainnya. Sejumlah orang Yunani berkepentingan dalam gerakan tersebut pada masa itu berasal dari Kreta. Namun Kiril dikirim ke Aleksandria pada awal usia sepuluh tahun, dan ditempatkan di bawah intuisi pamannya Meletius Pega—tokoh Kreta lainnya—yang berada di Italia dan nampaknya kembali dengan sikap anti-Roma yang kuat. Sebelum ia berusia dua belas tahun, ia datang ke Venesia, dan kemudian ke Padua. Disana, ia berada di bawah pengaruh guru anti-Roma Maximus, yang kemudian menjadi uskup Cerigo. Kemudian, ia datang ke Jerman dan Swiss, mungkin juga ke Inggris pada masa kekuasaan Elizabeth, yang diragukan. Pada tahun 1595, ia kembali ke Aleksandir adan ditahbiskan menjadi deakon. Pada masa hidupnya, kami mendapatinya suatu waktu di Konstantinopel, melalui usaha yang tak diketahui siapapun. Orang-orang Yunani mengadakan konferensi di Wilna dengan sejumlah bangsawan Lutheran dan berniat untuk mencari dasar penyatuan antara dua persekutuan tersebut, walaupun tanpa hasil, Sigismund, raja Polandia, seorang pejuang kepausan yang bersikukuh, melarang pengajaran doktrin-doktrin Gereja Yunani di wilayah kekuasaannya dengan ancaman hukuman berat. Meletius kemudian mengirim Kiril ke Polandia atas perantara kepentinagn Gereja Timur, dan ia bermukim di Wilna pada suatu waktu, memperkenankan dirinya untuk mengahar bahasa Yunani. Ia kini bak utusan dari Gereja Yunani, sebuah perantaraan antara Polandia dan Timur. Raja Polandia mengirimnya ke Meletius, membujuk patriark untuk menerima keutamaan St. Petrus dan mengakui Sri Paus. Meletius membalasnya dengan jawaban penuh hormat namun negatif, dan pada saat yang sama secara resmi mengangkat Kiril menjadi eksark-nya di Sclavonia. Sementara itu, Sigismund memulai penindasan terhadap kepentingan Uniat—kelompok yang menginginkan penyatuan Gereja Yunani dengan Roma sesuai ketentuan Roma. Sehingga, Kiril perlu "sembunyi-sembunyi" jika ia tetap di Polandia sementara pencobaan ini menyapu di sepanjang negara tersebut. Namun, tak ada bukti bahwa ia melakukan lebih dari tetap bungkam. Pada masa berikutnya, musuh besarnya Yesuit Sarga mengedarkan laporan yang menyatakan bahwa ia menulis surat kepada uskup agung Löwenberg yang menyatakan bahwa ia menganut Gereja Roma. Surat tersebut adalah pemalsuan dan tuduhan tersebut berdasarkan pada hal tak berdasar.

Kala kembali ke Aleksandria, Kiril dikirim ke pulau asalnya, untuk mengumpulkan kontribusi biasa untuk patriarkat. Pada tahun 1602, ia menggantikan Meletius selaku patriark ortodoks Aleksandria. Kala ia menjabat, raja Inggris, James i., menawarkannya pendidikan gratis untuk orang Yunani yang ia kirim untuk keperluan tersebut. Penerima tersohor dari tawaran tersebut adalah Metrophanes Critopulus, yang malangnya ditolak pelindungnya karena sikap berlebihan dan kepura-puraannya. Mungkin, ia pemuda yang cerkin jika bukannya berprinsip tinggi. Di Jerman, Lutheran meminjam kepengarangannya, "Pengakuan Iman Katolik dan Gereja Apostolik Timur." Kala kembali ke Mesir, ia menjadi metropolitan, dan ia diangkat menjadi patriark Aleksandria, sebetulnya, seperti Kiril, demi Gereja Yunani "ortodoks" disana. Kelompok Mesir tersebut berasal dari Gereja Koptik Monofisit.

Kiril melakukan surat menyurat dengan Uskup Agung Laud, yang mempersembahkannya dengan Pentateukh Arab "sebagai tanda cinta persaudaraan". Benda tersebut kini disimpan di Oxford, di Perpustakaan Bodleian. Sepanjang perjalanannya, ia mengamankan manuskrip abad kelima dari kitab-kitab suci di Gunung Athos. Ini merupakan Alkitab Yunani tertua yang dapat diakses, dua manuskrip yang lebih tua yang kini dipakai oleh para cendekiawan tak diketahui—yakni, Vatikan, yang dikunci di perpustakaan paus, dan Sinaitik, yang didapati di biara St. Yekaterina. Seluruh murid Inggris memiliki alasan untuk memikirkan nama Kiril Lukar dengan rasa syukur, karena ia menunjukkan manuskrip berharga miliknya kepada negarra Inggris atas nama Raja Charles i. Manuskrip tersebut kini dipertontonkan pada ruang kaca di King's Library di British Museum—salah satu benda paling berharga dari seluruh harga berharga milik Britania Raya. Kami mengenalnya sebagai manuskrip Aleksandria, tak seperti Sinaitik yang mengambil nama dari tempat manuskrip tersebut ditemukan, maupun karena mewakili teks Aleksandria—yang merupakan teks manuskrip Vatikan dan Sinaitik—namun singkatnya karena penyumbangnya adalah patriark Aleksandria, yang datang ke Inggris langsung dari kota tersebut.

Kiril mendorong upaya reformasinya di Gereja Yunani kala berada di Aleksandria. Pada tahun 1621, ia menjadi patriark Konstantinopel. Disana, ia masih bekerja dalam kepentingan Reformasi. Ia digantikan di Aleksandria oleh Gerasius, orang Kreta lainnya, namun pemegang teguh ortodoks Yunani gaya lama.

Kiril memajukan Pengakuan Iman, sebuah keputusan yang membuatnya menjelaskan bahwa ia memiliki pemahaman kuat terhadap Calvinisme. Namun sepanjang ia memajukannya, pengutaraan tersebut menjadi bahan sengketa. Para teman gereja ortodoks, dan juga gerejawan tinggi Inggris yang berupaya untuk bersatu dengan Gereja Yunani, terdorong untuk meminimisasikan Protestanismenya karena mereka tak ingin mencap Kiril selaku bida'ah. Sehingga, beberapa pernyataannya perlu dihadapkan pada kami dalam fraseologi pasti jika mereka memutuskan untuk diri kami sendiri soal pendiriannya. Ia memulainya dengan penjelasan mengenai Tritunggal—dengan penghormatan terhadap seluruh reformator utama yang disepakati. Namun, ia memajukan doktrin yunani bahwa Roh Kudus timbul dari Bapa melalui Putra. Pasal iii. menyatakan: "Kita percaya akan Allah, selaku penciptaan dunia, memdahulukan pemilihannya untuk penyanjungan tanpa penghormatan terhadap pengerjaannya, dan bahwa tak ada kepentingan lainnya yang ditujukan pada-Nya untuk pemilihan ini alih-alih kesenangan baik-Nya dan kasih Ilahi; dalam perilaku serupa bahwa penciptaan dunia yang dilakukan oleh-Nya yang dikehendaki-Nya; dari kehendak itu, jika manusia akan mendapati hak mutlak dan kedaulatan Allah, ia tak akan ragu menemukan kepentingan terhadap kehendak Allah; namun jika lagi-lagi ia menaati hukum dan aturan tatanan baik yang Ilahi akan majukan untuk pemerintahan dunia, ia akan mendapatinya selaku keadilan, untuk Allah dalam jangka panjang, namun pasti." Disini, kami memiliki doktrin pemilihan Calvinistik utuh tak terkualifikasi, termasuk kegendak, pemikiran logika, melalui klausa akhir yang nampaknya untuk memperkenalkan kualifikasi dengan melibatkan keadilan, namun hanya secara dogmatis tanpa upaya apapun terhadap rekonsiliasi dengan pernyataan sebelumnya. Pengakuan iman tersebut menyatakan regenerasi baptisan—yang disepakati sebagian besar reformator. Kristus sendiri dinyatakan "melakukan karya perantara kebenaran dan sejati"—sebuah frase yang melalui pengaitannya terhadap "kebenaran dan sejati" dikatakan tak mengkecualikan perantaraan sekunder dari para orang kudus.

Pasal ix. menyatakan: "Kami meyakini bahwa tidak ada yang dapat selamat tanpa iman. Lewat iman, kita mendapatkan pembenaran dalam Yesus Kristus, bahwa hidup dan mati Tuhan kita Yesus Kristus dihasilkan untuk kita, dan dikotbahkan injil, dan tanpanya tak mungkin ada pertolongan Allah."

Dalam perlakuan terhadap doktrin Gereja, Kiril berujar: "Gereja yang disebut Katolik terdiri dari seluruh orang beriman akan Kristus," dll. Kemudian, ia menyatakan, "Terdapat gereja-gereja yang terlihat menonjol," dll. Pada Pasal xii. ia dengan jelas menyatakan bahwa Gereja dapat salah—sebuah pernyataan yang ditujukan Yunani ortodoks sebagaimana terhadap Katolik Roma. Pasal xiii. menyatakan bahwa, "Kami meyakini bahwa manusia dibenarkan oleh iman, tanpa perbuatan. Namun kala kita menyatakan iman, kami mengartikan korelatif iman, yang merupakan pembenaran Kristus terhadap kepercayaan yang dipegang," dll.

Jika ini bukanlah Protestanisme, apa itu Protestantisme? Ini bahkan bukanlah sinergisme lembut dan pemarah dari Melanchthon. Ini lebih dekat ke Calvinisme ketimbang Lutheranisme. Pada pertanyaan yang sangat terbagi, pertanyaan mutlak soal otoritas akhir, Kiril dicap Protestan. Ia berujar, "Otoritas Kitab Suci jauh lebih besar ketimbang Gereja, karena ini adalah hal berbeda yang diajarkan oleh Roh Kudus dari yang diajarkan oleh manusia. Manusia mungkin menghiraukan kesalahan dan tipuan, serta penipuan. Namun Roh Kudus tidaklah menipu maupun tertipu, maupun menjadi subyek kesalahan, namun merupakan kemutlakan." Ini mengingatkan kami pada doktrin Chillingworth—"Alkitab agama Protestan."

Pada Juni 1627, Nicodemus Mentaxa, tokoh asal Cephalonia dan biarawan, yang berada di Inggris, datang ke Konstantinopel dengan bahan cetak dan menghimpun gaya tulis Yunani. Utusan Inggris merumahinya. Namun, Yesuit berniat untuk mengambil alih Mentaxa. Mereka menghadapkannya dengan ancaman; dan sepanjang mereka menuduhnya pengkhianat karena ia mencetak lambang kerajaan Inggris pada bagian awal dan akhir bukunya. Mentaxa mulai mencetak pengakuan iman Kiril, namun Yesuit membongkar dan merampas gaya tulisnya. Kiril kemudian mengirim dokumen tersebut ke Jenewa. Disana, pengakuan iman tersebut dicetak dalam versi Latin. Penerbitannya menimbulkan sensasi di Eropa. Ini adalah karya gerejawi pertama dalam Gereja Yunani yang menunjukkan penekanan Protestan, bahkan menggaungkan Calvinisme! Kebanyakan orang memandang dokumen tersebut sebagai pemalsuan. Kemudian, Kiril mengeluarkan edisi pengakuan iman baru, kali ini dalam bahasa Yunani, dan dengan tambahan signifikan. Ia menyatakan bahwa orang beriman diwajibkan untuk membaca Kitab Suci. Kebutuhan doktrin yang diyakini, ujarnya, ditemukan untuk diri mereka sendiri lewat orang-orang yang terregenerasi, Roh Kudus membantu mereka, dan Kitab Suci sebanding dengan Kitab Suci—kebanyakan menggaungkan Protestanisme lagi, dan atas prinsip dasarnya dan titik utama perbedaan dari Gereja, pertanyaan sumber otoritas dalam doktrin! Di sisi lain, Kiril berujar bahwa tak ada yang mengenai otoritas Gereja. Ia menambahkan pencurahan sikapnya terhadap pemujaan gambar—yang secara terapan merupakan kegiatan keagamaan populer utama dalam Gerejanya sendiri.

Kiril tak mendapati patriarkatnya dalam keadaan tenang. Tak ada patriark yang dapat memudahkannya untuk menjabat di bawah keadaan anomali, namun reformator di antara ortodoks timur dan intrik kepausan mengancam jabatan berbahaya ini. Namun, Yunani mulanya tak bersitegang pada diri mereka sendiri untuk campur tangan dengan patriark mereka, dan melalui pergerakan tersebut, musuh paling mematikannya, Yesuit, yang menjamahnya. Kiril mengeluarkan seruan pastoral terhadap keyakinan untuk menarik diri dari persekutuan dengan seluruh anggota Gereja Latin. Namun, ia tak memiliki otoritas untuk memajukan kebijakannya. Ia dicekal sebanyak lima kali, dan lima kali ia dipulihkan ke jabatannya. Untungnya, ia berteman dengan wazir agung, yang tak terhasut oleh kebohongan yang beredar mengenainya. Pada akhirnya, para musuhnya mendapatkan kesempatan mereka. Sultan Amurath pergi dari Konstantinopel dan berkirab ke Bagdad, kala Yesuit mengirim pesan kepadanya untuk memberitahukannya bahwa Kiril melakukan pengkhianatan dengan Cossack. Tersulut oleh kepentingan perang, tak mampu menyelidiki dakwaan tersebut lebih jauh, dalam rasa murka, Amurath memerintahkan agar patriark tersebut dihukum mati. Kiril dicekik dengan benang busur, dan jasadnya dilarung ke laut, pada 27 Juni 1638, dalam usia enam puluh enam tahun, dan tiga puluh enam dari dua masa jabatan patriarkatnya. Sejumlah nelayan menemukan jasadnya, dan dikebumikan pada malam hari di fsebuah pulau di teluk Nikomedia.

Profesor Kyriakos menganggap bahwa Kiril Lukar "harusnya dimasukkan selaku salah satu cendekiawan pertama pada zamannya." Persoalan ia harus dimasukkan pada posisi tersebut dalam era pemahaman ensiklopedik di antara sosok-sosok pencerahan baru di Jerman diragukan. Namun tak ada kerafuan bahwa di Timur, ia bediri sendiri secara mutlak, sosok bintang brilian pada masanya. Lebih dari itu, ia merencakan reformasi murni, meskipun ini berada pada jalur teologi Barat agar orang-orang tak mempersiapkan pelaksanaannya. Hal ini akan dipandang selaku reformasi Gereja Yunani melalui perpindahan agamanya ke Calvinisme.

Kiril dihormati dalam patriarkat Konstantinopel lewat penyebutan namanya di Berœa, yang mengadakan sinode dalam tiga bulan kematian pendahulunya. Sinode tersebut menganathemakan pengakuan iman tersebut dan juga Kiril Lukar, yang tanpa ragu dicap berkhianat karena ia adalah penulisnya. Ini membeerikan tugas para imam Kristen untuk menekan seluruh bida'ah sebisa mereka. Kiril Lukar dicap sebagai "pengacau dalam takhta Konstantinopel, terikat dengan racun bida'ah mematikan". Ia secara khusus dikecam karena mengajarkan "bahwa roti yang dipersembahkan di altar dan juga anggur tak berubah lewat pemberkatan imam dan menurunkan Roh Kudus ke dalam tubuh dan darah nyata Kristus"; dan dianathemakan selaku "Ikonoklas" dan "lebih buruk ketimbang Ikonoklas." Dekrit-dekrit sinode tersebut ditandatangani oleh tiga patriark, termasuk Metrofanes dari Aleksandria, yang sangat berbalas budi terhadap patriark yang dibunuh tersebut—sebuah contoh dari ketidaksyukuran yang mendasar.

Pada tahun 1642, sinode lain memajukan kesimpulan signifikan. Sinode tersebut mengecam pengakuan iman Kiril dan Calvinisme secara bersamaan, sehingga menunjukkan bahwa para uskup mengecam hubungan di antara mereka. Sinode tersebut tak menyebut nama Kiril selaku penulis dokumen tersebut. Namun dalam sinode Jassy di Moldavia, yang diadakan tak lama kemudian, pengakuan iman tersebut dikaitkan dengan Kiril. Salah satu uskup yang datang ke Jassy adalah Petrus Mogila, gerejawan Rusia, yang mengeluarkan perlawanan dalam bentuk pengakuan iman lainnya yang dimajukan untuk diterima sebagai uji standar ortodoks. Tak sampai tiga puluh empat tahun usai kematian Kiril, penyangkalan resmi terbuka terhadap kepengarangannya dari pengakuan iman yang menyematkan namanya dimajukan. Ini terjadi disinode Betlehem terkenal, kala Dositeus, patriark Yerusalem—yang ia sendiri merupakan orang Kreta—mengambil kesempatan terhadap dedikasi gereja baru tersebut pada tahun 1672 untuk berkumpul bersama disana. Sinode tersebut mengecam pengakuan iman Calvinistik dan menyangkal bahwa Kiril Lukar adalah penulisnya, seorang patriark Konstantinopel yang menegak racun semacam itu! Gagasan tersebut sangat mengerikan! Hal ini tak dapat dilakukan! Kami dapat menyanjung sikap psikologi tersebut. Namun dalam pandangan kritik historis, dapatkah kami mendapati nilai sebenarnya dari tindakan tersebut? Kami berbalih lebih jauh, hal terdekat dan pastinya adalah hubungan Kiril dengan pengakuan iman tersebut. Penyangkalan dari hal tersebut tertuju pada kebijakan peredaman secara keras menuturkan tak ada beban apapun. Berseberangan dengan pengakuan iman yang dianathematisasi, konsili tersebut memajukan pengakuan iman Petrus Mogila. Pengakuan iman tersebut sepenuhnya bersifat ketimuran. Namun, konsili tersebut makin mengatagoniskan Calvinisme dan mendekat dengan Roma. Konsili tersebut mengadopsi doktrin purgatorium yang dimodifikasi, menyatakan bahwa masa penderitaan tertentu di Hades akan terjadi pada "orang-orang yang telah bertobat, namun tak melakukan tindakan lebih jauh untuk menerima pengampunan." Sinode Betlehem dalam hal kecil mengaitkan Gereja Yunani dengan konsili Trente dalam Gereja Katolik Roma. Ini adalah pengecaman Reformasi dan penjunjungan ulang ajaran dan praktek lama.

Meskipun upaya Kiril untuk memulai reformasi dalam Gereja Yunani berakhir gagal, fakta tersebut tak membuat sosok berani tersebut disudutkan. Ia tak menyimpan keaslian intelektual. Ia tak mengembangkan doktrin reformasi dari gerejanya. Ia hanya berniat untuk menghimpun keeksotisan dan ini tak mengejutkan bahwa ini tak akan mengambil akar dalam wilayah asing. Reformasi di Inggris tak terjadi. Hal ini juga merupakan importasi asing, mula-mula dari Wittenberg, kemudian dari Jenewa. Namun kasus Gereja Timur yang terpencil sangatlah berbeda. Pemikiran Yunani terkadang sangat meminati pergerakan pemikiran Barat. Hal ini sangat terjamah oleh skisma Novatian dan Donatis, dan namun jelas-jelas berdampak oleh kontroversi Pelagian besar. Sehingga, kami tak harus berharap bahwa ini akan banyak digerakkan oleh seluruh agitasi Barat seperti halnya Reformasi. Namun ini tidaklah secara keseluruhan. Masa-masa tersebut tidaklah mencekam. Di Timur, tak terjadi renaisans, tak ada pelemahan intelektual seperti halnya di Barat. Tak ada penyulutan reformasi seperti para mistikus Jerman, tak menyetir hati nurani, tak ada kelaparan dan kehausan untuk hal-hal lebih baik. Dunia membutuhkan "sosok dan waktu." Mungkin Kiril bukanlah sosok tersebut. Ia tak memiliki semangat Luther yang menggebu-gebu maupun kehendak Calvin yang handal. Namun jika ia menempatkan kedua hal tersebut, ia akan gagal karena waktunya tidaklah tepat. Ledakan tersebut mungkin menyulut. Namun, tidak ada ledakan jika dinamitnya tidak siap. Gereja Yunani masih pada zaman patristik. Tak ada pergerakan di luar Yohanes dari Damaskus. Bagi Gereja Timur, zaman baru seperti yang dituturkan oleh Ulric von Hutten, "adalah kebahagiaan untuk hidup," tidaklah datang. Akankah hal ini datang?

Terdapat satu fakta karakter paling spefisik yang tak harus meninggalkan catatan kala kami menganggap karir heroik Kiril dan kegagalan mutlaknya. Mengenai pandangan yang dapat kami pegang berkaitan dengan pertanyaan pendirian agama dan hubungan benar dari Gereja dan Negara, kami harus menyoroti anomali dari situasi yunani. Bagi Gereja Kristen yang secara resmi terhubung dengan pemerintahan Muslim hanyalah sekadar aliansi tak suci. Kala Kiril menerima jabatan patriark Konstantinopel, ia menempatkan dirinya sendiri dalam pendirian palsu. Dalam satu hal, ia menerima kebebasan dalam upaya inovasinya. Pemerintahan Utsmaniyah lebih toleran ketimbang kebanyakan pemerintahan Kristen pada masanya. Kala Spanyol membakar para bida'ahnya, sultan bersikap berbeda dengan warga Kristennya, atau mungkin ia siap untuk menyambut mereka kala kekuatan pesaing Islam melemah. Pada seluruh peristiwa, yang secara resmi mengakui kepala Gereja mendapatkan pengesahannya dari sultan, Kiril dapat mendorong kebijakannya sendiri dengan kebebasan bertindak yang besar. Namun, ia membayar harga yang sesuai untuk kebebasan tersebut. Dalam hal pendiriannya dengan Yunani, dinaungi oleh perlindungan Turki, ia kehilangan pengaruh di kalangan rekannya. Pendirian resminya menetralisir misi keagamaannya. Ia terikat pada kegagalan dengan alasan bahwa "tak ada sosok yang dapat melayani dua petinggi."

Sebelum melewati persoalan sejarah tak menyenangkan tersebut, hal ini selaras dengan kesepakatan berikutnya pada Gereja Timur dari Barat, dalam tindakan non-juror Inggris. Kebanyakan orang kini menganggap sosok malang tersebut sangatlah bertindak salah. Sebagaimana tindak pemberontakan kecil terhadap keputusan di bawah kekuasaan William dan Mary, mereka mengangkat sejumlah jiwa-jiwa terkudus dalam Gereja Inggris, salah satunya Uskup Ken, penulis kidung pagi dan sore terkenal. Tak ada orang yang dapat meragukan keputusan dini mereka atau kesetiaan mendalam mereka. Kini, persoalan yang terjadi pada tahun 1713 menyatakan bahwa uskup agung Arsenius dari Thebais berada di Inggris pada salah satu ekspedisi penawaran rendah hati yang berulang kali dimajukan oleh para perwakilan Gereja Yunani lewat kedatangan rombongan mereka. Disana, ia menjalin kontak dengan para non-juror, dan ini membuat mereka membuka hubungan dengan patriark Timur melalui Petrus Agung, yang kala itu berada di puncak kekuasaannya di Rusia. Pada tahun 1717, mereka meminta tsar untuk mengirim usulan mereka kepada patriark, sebagaimana "kelompok Katolik dari Gereja-gereja Inggris." Ini nampak bahwa Petrus maupun prelatus Timur mula-mula mendakwa posisi terisolasi dari para non-juror atau ketidakterdugaan dasar mereka. Sehingga, pergerakan tersebut terhalang pada pihak Inggris, karena hal tersebut tak terjadi usai beberapa tahun kala kabar tersebut mencapai Uskup Agung Wade. Seketika, ia memahami apa yang terjadi kala—pada tahun 1724—ia menulis kepada Krisantus, patriark Yerusalem, soal posisi perkara sebenarnya. Hal ini mengalami penggelembungan. Impian non-juror ditekan pada kesempatan tersebut.