Gereja-gereja Yunani dan Timur/Bagian 2/Divisi 3/Bab 3

Dari Wikibuku bahasa Indonesia, sumber buku teks bebas
BAB III

KEBANGKITAN RUSIA

Di Roma, para paus selalu siap terkait menekan Timur sebagai kesempatan mereka sendiri; dan lebih dari pernyataan mengancam Turki kepada Konstantinopel membuka jalan untuk negosiasi antara Lateran dan istana Bizantium. Kondisi serupa teramati di Rusia di bawah penindasan Mongol. Gereja Ortodoks kini nampak sangat tak tertolong dan kondisi tanpa harapan. Penaklukan Latin atas Konstantinopel telah memaksa patriark Yunani ke pengasingan, dan tugas langsungnya adalah mengumpulkan sisa-sisa yang berserakan dari otoritasnya, sementara perampas jabatan, uskup gereja kepausan, duduk di takhtanya di St. Sophia. Kemudian dicerca dan dihina, ia tak dapat berniat untuk melakukan hal apapun untuk menolong para rekannya di utara. Di bawah keadaan tersebut, Paus Innosensius iv. memutuskan untuk membantu Rusia dengan melancarkan perang salib melawan Mongol pada kondisi penyatuan dengan Roma. Pada akhirnya, ia mengirim para legatus ke dua pangeran, Aleksander di Novgorod, dan Daniel, Pangeran Galick di selatan. Aleksander, yang terhindari dari penjamahan pasukan invasi, dapat memutuskan untuk menolak sikap kepausan; namun Daniel, yang wilayahnya didera akibat pengerahan penuh pasukan Asiatik, menerima mahkota yang dikirimkan oleh Paus kepadanya dan dengan gelar Raja Galick, meskipun menunda pengerahan bagian penawaran yang diusulkan sampai konsili ekumenikal diputusan soal pertanyaan penyatuan dua Gereja tersebut.

Jabatan metropolitan Kiev menjadi lowong selama sepuluh tahun pada masa ketegangan masa itu. Ibukota politik lama dan pusat gerejawi Rusia diserbu, dan bangunan-bangunan utamanya, yang dipakai sebagai benteng pada masa pengepungan—katedral St. Sophia, gereja Persepuluhan, biara St. Mikael, dan Biara Besar Pechersky—semuanya direbut satu per satu dan dihancurkan. Daniel kini mengambil langkah untuk mengisi kelowongan. Pada masa itu kala ia mengadakan negosiasinya dengan paus, ia juga berkomunikasi dengan patriark Manuel ii. Ia memilih sosok Rusia patriotik yang bernama Cyril untuk menjadi metropolitan Kiev, dan mengirimkannya ke Nicæa untuk penahbisan (tahun 1250). Cyril diangkat menjadi uskup besar. Ini demi tenaganya agar mereka harus berkaitan dengan tindakan besar kebangkitan cepat Gereja di Rusia usai mengalami serangan yang didapatkan dari invasi Mongol. Cyril meninggalkan reruntuhan Kiev, melintasi sepanjang kota-kota terpinggirkan Cheringoff dan Riazan, dan menuju ke Novgorod, yang telah hengkang dari pemantauan. Disana, ia menahbiskan uskup agung dan menemui Pangeran Alexander sekembalinya dari perjalanan ke gerombolan untuk membayar perlindungannya kepada khan. Kemah nomadik Mongol dipindah dari tempat ke tempat pada masa perang. Namun, kini kemah tersebut ditempatkan di Sarai. Karena banyak orang Rusia yang sebetulnya bermukim disana, atau setidaknya memutuskan pergi dari masa ke masa untuk mendatangi pemimpin asing mereka, Cyril menjadikannya keuskupan, dan menahbiskan Metrophanes, uskup pertamanya. Tahtanya masih berdiri sepanjang kekuasaan Mongol. Hal ini berakhir kala gerombolan tersebut terpecah.

Pada tahun 1274, Cyril mengadakan sinode di Vladimir pada kesempatan penahbisan Serapias, arkimandrit Biara Pechersky, ke keuskupan tersebut. Sinode membahas soal reformasi disiplin Gerwja dengan pandangan yang berakar dari simoni mereka dan penyalahgunaan lainnya, dan memutuskan penyelidikan terhadap sifat calon untuk jabatan-jabatan. Pengaruh besarnyaberdampak pada ketentuan upacara di Gereja Timur yang juga digambarkan oleh tujuan khusus setelahnya yang diberikan untuk larangan sinode tersebut terhadap kebiasaan mencampur krisma suci dengan minyak, dan pemakaian penuangan alih-alih pencelupan dalam upacara baptisan.

Kala Cyril wafat (tahun 1281), selama jangka pendek tak ada penerus yang diangkat, karena, meskipun perampasan Latin telah berakhir, dan Michael Palæologus kini memerintah di Konstantinopel, kaisar dan patriarknya sama-sama menduga keterikatan terhadap Roma. Namun setelah kematian Mikael (tahun 1282), putranya Andronicus memulihkan Yosef yang ortodoks, patriark yang dikirim ke Rusia Maximus, seorang Yunani, untuk menjadi metropolitan. Kala pangeran Rusia nampak memilih seorang metropolitan, ia memilih seorang sosok dari kebangsaannya sendiri, dan bahwa kala patriark mencalonkan siapapun untuk jabatan tersebut, ia memutuskan untuk mengirimkan orang Yunani. Kami melihat bahwa dalam fakta tersebut, Rusia dapat menjadi lebih independen. Pada tahun terakhir abad ketiga belas, metropolitan Maximus memindahkan pusatnya dari Kiev yang runtuh dan wilayah terpencilnya ke ibukota baru, Vladimir. Tak lama setelah itu, kala kematiannya (tahun 1305) pusatnya dipindah lagi ke Moskwa, sebuah kota yang ditujukan untuk metropolis besar Gereja Rusia dan kekaisaran selama beberapa tahun mendatang.

Untuk menambahkan ketegangan zaman kegelapan, para pangeran, yang memperkenankan kekuasaan di dalam negeri di bawah naungan khan, bertikai satu sama lain. Gereja kala itu merupakan satu ikatan penyatuan untuk rakyat Rusia yang tak bahagia, dan uskup metropolitan nampak menjadi sosok utamanya. Sehingga, pihak gerejawi tersebut diakui sementara di Rusia dalam bayang pengaruh yang dihimpun oleh paus di Italia pada pertikaian para baron. Ini merupakan sudut pandang fakta bahwa Pangeran Yohanes di Moskwa mengundang metropolitan untuk datang dari Vladimir dan singgah di ibukotanya. Sementara itu, gerakan lain datang di Barat. Pada tahun 1392, Lituania menjalin hubungan dengan Polandia. Delapan belas tahun kemudian, pangerannya, Vitovt, mengalahkan para kesatria Teutonik, dan sehingga menghentikan perambahan pengaruh Jerman dan kepausan. Dalam rangka memperkuat kemerdekaannya secara politik dan gerejawi, Vitovt meminta para patriark Konstantinopel agar memilih metropolitan untuk Kiev. Ini akan melihatkan kemerdekaan Moskwa dan metropolitannya. Namun, patriark tersebut takkan menghiraukannya. Kemudian, Vitovt mengadakan sinode para uskup ortodoksnya, dan memilih orang Bulgaria, Gregorius Tsamblak, pada jabatan baru tersebut.

Gregorius bersifat ortodoks menurut standar Yunani. Namun, Vitovt mengirimkannya ke konsili Constance, yang kala itu berlangsung. Tak lama kemudian, metropolitan Photius mendapatkan kesempatan bagus untuk mengunjungi Vitovt dan Yagello sang Raja Polandia. Kematian Photius disusul oleh masa perbedaan pendapat yang menyedihkan di Moskwa. Vitovt wafat, dan penggantinya, Svidrigailo, mengirim Gerasimus, uskup Smolensk, ke Konstantinopel untuk mengangkat metropolitan Kiev. Untuk beberapa alasan yang tak mudah untuk menuntaskannya, patriark Yosef tertantang. Ia menganggap bahwa kondisi runyam Moskwa tak memungkinkan metropolis baru untuk dijadikan takhta primat. Namun, ia juga memiliki beberapa penglihatan dampak tak terduga dari penggulingan metropolitan sejauh sampai mencapai Konstantinopel. Ini tak nampak menjadi tindakan formal pada pihak patriark untuk menempatkan bagian tengah dan timur Rusia di bawah metropolitan baru. Selain itu, pelantikan Gerasimus sebagai metropolitan Kiev kala takhta Moskwa lowong tak dapat melakukan hal selain pemindahan pusat gerejawi. Yosef tak dapat mengakui gereja independen Lituania. Untuk patriark Konstantinopel, Rusia sejati dan provinsi-provinsi barat di perbatasannya hanyalah sekadar bagian dari satu gereja ortodoks suci. Tak ada pergerakan besar dalam mendiskusikan keadaan menegangkan tersebut, karena bahkan meskipun metropolitan tersebut disahkan oleh patriark, Gerasimus tak dapat memegang pengaruh apapun di Rusia, atau diakui oleh uskup Rusia manapun. Meskipun ini adalah harapannya untuk datang ke Moskwa dan menghimpun dirinya sendiri disana, ia masih tertahan di Smolensk. Kala ia berhasil, patriark tak memberikan apapun pada pelantikannya. Ketegangan Gerej Rusia akan membuat Lituania tergantung pada pertikaiannya selaku distrik yang terpecah, dan Konstantinopel takkan memiliki keamanan yang baik untuk menghimpun pengaruh dan otoritasnya. Jika kami memahami bahwa dari Yosef pertama menginginkan Gerasimus untuk singgah di Moskwa, sulit untuk mendapati apa bagusnya ia dapat berharap untuk pulih dari tindak tak populernya dalam mempercayakan orang luar di Gereja Rusia. Rusia tak selalu menajukan kepada para metropolitan Yunani dengan kehendak yang baik. Namun untuk diperintah oleh orang Lituania kala Lituania merdeka dan melirik Polandia untuk simpati, tentunya ini bukanlah hal untuknya diterima dari tangan patriark.

Meskipun demikian, Lituania sendiri diuntungkan. Gerasimus datang untuk mengakhirinya. Teman dan pelindungnya Svidrigailo memberitahukan bahwa ia mengalami pengkhianatan dengan Sigismund, seorang saingan pengklaim kepangeranan tersebut. Karena rasa tak senang terhadap sosok yang sangat disukai olehnya, pangeran tersebut membakarnya hidup-hidup. Setelah tragedi tersebut, kemerdekaan gerejawi Lituania berakhir. Metropolitannya tak pernah dapat mengambil kepemimpinan Gereja Rusia. Namun gereja tersebut tidaklah kuat untuk berdiri sendiri. Pergerakan tak terkira terjadi dalam arah yang sebaliknya. Kemerdekaan Luthania berlangsung selama satu setengah abad, dan kemudian diakhiri oleh pemerintahan Lublin (tahun 1568). Secara bertahap, para keluarga utama menggabungkan diri mereka sendiri ke Polandia dan memeluk agama Katolik Roma, dan rakyatnya menyusul.

Kami kini menyoroti peristiwa-peristiwa penting yang dikaitkan dengan karir Isidore. Pada masa itu, Rusia pulih dari keterpencilannya, dan secara perorangan, perwakialn gerejawinya mengambil tempat utama dalam sejarah gereja universal. Kala Kaisar Yohanes menyiapkan konsili yang diharapkan olehnya menyatukan dunia Kristen dan membantunya dalam perjuangannya melawan Turki, Isidore dikirim dari Konstantinopel untuk menjadi metropolitan di Moskwa. Ia dipilih menjadi sosok yang dimajukan untuk penyatuan Gereja Timur dan Barat, dan menyinggung bahwa Paus Eugenius sebetulnya berintrik terhadap pelantikannya. Meskipun demikian, ia menerima sambutan hangat di Rusia. Kiev dan Moskwa memberikannya sambutan publik. Namun ia tak menjabat lebih dari empat bulan kala ia meminta kepada pangeran Basil untuk memperkenankannya untuk menghadiri konsili yang diadakan di Italia, dan menerima penolakan, atas dasar bahwa Rusia akan menjadi satu-satunya negara Kristen yang dikecualikan. Ini merupakan posisi yang sulit. Di Konstantinopel, kaisar ditekan untuk untuk bersatu dengan Roma dalam rangka menerima bantuan kekuatan-kekuatan Barat. Namun, marabahaya Konstantinopel tak terasa di Moskwa, dan tak ada orang yang memiliki harapan besar untuk penyatuan, kecuali seorang Yunani pada kepemimpinan Gereja yang dikirim kesana untuk tujuan menolongnya.

Para pangeran dan prelatus berkumpul di Ferara untuk menunggu Isidore, selaku perwakilan cabang terbesar Gereja Timur, sebelum membuka konsili. Kemudian, ia menghadiri sesi-sesi yang dimulai. Perlu diingat bahwa kala Markus dari Efesus memimpin oposisi, Bessarion, metropolitan Nicæa, dan Isidore dari Moskwa terdepan dalam mendukung usulan penyatuan. Setelah konsili dipindahkan ke Firenze, dan kala Eugenius dimenangkan dan penyatuan dinyatakan, Bessarion dan Isidore sama-sama dihargai dengan diangkat menjadi kardinal, dan Isidore mendapatkan gelar, "Kardinal Legatus Takhta Apostolik di Rusia." Ia kembali pulang dengan rasa menang. Ia memperoleh tujuannya—di Firenze. Namun apakah itu menjadi menjadi hal baik jika tindakannya tak diratifikasi di Rusia? Isidore nampak memajukan dirinya dengan catatan bahwa ia dapat menganggap apa yang dilakukan olehnya membawa Gereja-nya dengannya. Sehingga, ia memegang gagasan kepausan, bahwa ia nampak bertingkah bak paus itu sendiri. Ia nampaknya terbayang oleh sambutan antusias yang menyertainya kala ia mula-mula datang ke Moskwa. Namun kemudian orang-orang tak senang dengan metropolitan mereka sendiri usai perbincanagn panjang, kala metropolitan Lituania berniat mengambil sisi hulu Rusia. Kini, kasusnya sangat berbeda. Tanpa berkonsultasi terhadap para uskupnya, metropolitan menyerahkan titik-titik sengketa utama antara Gereja Timur dan Barat. Ini nampak seperti pengkhianatan kepercayaan. Mereka mempersiapkan kelanjutannya.

Isidore mengadakan ibadah di gereja Pemberitaan Kabar Baik pada kesempatan pertama usai ia kembali. Deakon agung yang berdiri di kursinya membacakan hasil konsili Firenze kepada kongregasi yang hadir. Isidore menyebut paus dalam doa-doanya. Kemudian, Pangeran Basil tak dapat memendang kekecewaannya. Ia menyebut Isidore pengkhianat ortodoksi dan pastor palsu.

Langkah pertamanya adalah mengadakan konsili uskup dan boyar. Mereka berkumpul bersama selaku orang-orang satu pemikiran. Tidak ada uskup, tidak ada pemimpin yang akan mengakui paus sebagai wakil Kristus. Setiap anggota konsili tanpa kecuali menolak doktrin Barat terhadap prosesi Roh Kudus. Ini mengartikan pengecaman metropolitan mereka. Di samping keterampilannya, ia tak dapat membuat kasus untuk memenangkan suara tunggal di pihaknya. Masalahnya adalah pencekalan Isidor ke Biara Choudoff.

Cerita Isidore berikutnya penuh dengan petualangan. Ia kabur dari penjaranya dan lari ke Roma. Disana, ia dikirim ke Konstantinopel untuk berupaya disana terhadap apa yang tak dapat ia perbuat pada takhtanya sendiri. Yunani seturut dengan Rusia untuk mengajukan keputusan Firenze. Isidore adalah salah satu sosok paling handal pada masanya. Namun, kemampuannya terhitung kecil kala bertikai dengan ortodoksi yang berjalan sepanjang zaman. Upayanya membawa penundaan oleh tindakan terakhir dalam tragedi Kekaisaran Timur. Kala itu Kristen bertikai dengan Turki yang melaju. Kala penaklukan Konstantinopel oleh Mohammed ii., Isidore menjadi salah satu dari banyak orang Yunani yang lari ke Italia. Tak ada seorang pun yang menerima hak yang lebih baik untuk suaka di Roma, dan disana ia dianugerahi dengan gelar hantu "Patriark Konstantinopel."

Upaya bayangan untuk menunjang otoritas kepausan yang berniat diperkenalkan ke Rusia oleh Isidore dilakukan dalam pelantikan salah satu pengikutnya yang bernama Gregorius selaku metropolitan Kiev. Namun meskipun ia diakui oleh Casimir, Pangeran Lituania, Gregorius tak pernah diakui oleh Gereja di Rusia atau bahkan di Lituania. Skisma terjadi selama beberapa waktu oleh pelantikan suksesi metropolitan Latin di Kiev. Namun, sosok tersebut tak diikuti. Mereka hanya dapat dianggap sebagai agen kepausan yang bermukim di sebuah negara yang tak memegang otoritas dan sehingga mereka tak diakui dalam cara apapun oleh masyarakat atau Gereja.

Kejatuhan Konstantinopel, yang terjadi pada tahun 1453 menjadi ketonjolan dalam sejarah Eropa, sementara peristiwa tersebut disusul oleh dampak buruk terhadap Gereja Yunani di wilayah kekuasaan Turki, yang hanya memiliki pengaruh tak langsung pada Gereja di Rusia. Secara gerejawi, dampak langsungnya adalah meraih kemerdekaan. Rusia tak lagi mengajukan patriark kekaisaran untuk pelantikan kepala pastor mereka. Metropolitan kini dipilih oleh dewan uskup Rusia. Meskipun demikian, tidak ada pemutusan penyatuan Gereja. Gereja Rusia masih dalam persekutuan dengan Gereja Yunani yang ditekan, selaku cabang gereja ortodoks suci, dan masih secara nominal tunduk pada patriark Konstantinopel. Jonah, yang diangkat usai kelowongan delapan tahun untuk menggantikan Isidore yang dilengserkan, menjadi primat terakhir yang menyandang gelar "Metropolitan Kiev." Para penerusnya disebut "Metropolitan Moskwa dan seluruh Rusia." Sehingga, perubahan yang lama terjadi menjadi dakta yang menyertai kini secara terbuka diakui lebih konservatif ketimbang seluruh lingkup—pengucapan gerejawi.

Pengaruh lainnya, yang lebih bersifat positif, kini terjadi dalam laju pengaruh Gereja Yunani. Ini adalah kebangkitan Rusia selaku negara persatuan yang besar. Sehingga, walaupun kehidupan umum tertentu timbul melalui penduduk yang menghuni sebagian besar wilayah yang kami kini sebut sebagai Rusia Eropa, ini tak bersatu di bawah satu pemerintahan. Kami melihat baagimana Lituania mendapatkan kemerdekaan selaras dengan Polandia. Novgorod juga nampak tak selaras dengan Sclav selatan dan memerintah selaku republik terpisah. Daerah lain memiliki otonomi mereka di bawah para pangeran yang berbeda. Bahkan para pemimpin utama di Kiev, dan kemudian di Vladimir, dianggap selaku pangeran, atau haryapatih, bukan selaku raja atau kaisar. Namun tak lama usai penghancuran Kekaisaran Bizantium, muncul kekaisaran baru di utara, Kekaisaran Rusia. Sehingga, kebangkitan Rusia selaku negara persatuan besar nyaris sezaman dengan kejatuhan kekuasaan yang berdiri untuk Roma di Timur. Fakta sejarah paling penting tersebut utamanya terjadi nyaris lewat kemampuan dan tenaga Ivan iii., yang berkuasa selama empat puluh tiga tahun—dari 1462 sampai 1505. Kekuatan gerombolan kini pecah dan terpencar, hanya meninggalkan fragmen-fragmen terpisah, seperti pemukiman Mongol di Krimea. Penguasa kuat memiliki tindak bersih untuk konsolidasi negaranya. Ivan mengambil langkah politik dengan menikahi Zoe, seorang kemenakan dari pahlawan Constantine Palæologus, dengan persetujuan Paus Sixtus ix., yang memandang perjodohan tersebut sebagai harapan pemenuhan mimpi kepausan dan pemimpinnya menuntaskan seluruh diplomasinya—penyatuan dunia Kristen di bawah paus. Namun, ia keliru. Zoe sebetulnya adalah anggota taat Gereja Timur. Dalam kekuatan hubungannya dengan keluarga kekaisaran Bizantium, Ivan memakai lambang elang berkepala ganda, bahkan pada lencana Rusia, dan juga gelar tsar dalam cara tentatif. Ini menandakan bahwa kekaisaran Timur yang dimatikan di Konstantinopel mengalami kebangkitannya di Moskwa. Ivan menghimpun fondasi-fondasi kekaisaran secara luas dan mendalam. Ia memutuskan untuk mendorong kesusastraan dan peradaban, dan ia menyambut banyak orang Yunani terpelajar yang datang ke Moskwa dengan Putri Zoe, memberikan manuskrip-manuskrip berharga dari mereka. Dalam beberapa hal, Rusia berbagi serangkaian mutiara pengetahuan yang menyusul pelarian para cendekiawan dari Konstantinopel, dan membawa karya-karya sastra klasik, bersama dengan para cendekiawan yang dapat menerjemahkannya, ke Eropa Barat. Moskwa tak pernah mengalami Renaisans, seperti kebangkitan menonjol yang dialami oleh Firenze dan Basle. Di sisi lain, perlu diingat bahwa, tak seperti Barat, sebelum invasi Mongol, Rusia menjalin kedekatan dengan kehidupan Konstantinopel. Para arsitek Italai juga mengunjungi kota progresif Moskwa. Salah satu tokoh paling menonjolnya adalah Aristotle Fioraventi, yang merancang banyak bangunan umum penting.

Kami melihat bahwa Gereja merasuk dalam kehidupan dan pergerakan zaman baru. Tak ada reformasi di Rusia. Ini menjadi fakta besar pertama yang tercatat, yang membedakan kekaisaran baru para tsar dari Barat. Rusia tak mengalami penyalahgunaan kepausan. Rusia tak mengalami tirani para paus yang membuat para pangeran Jerman memberontak akibat kepentingan agama. Rusia tak memiliki doktrin purgatorium dan tak menjual indulgensi—provokasi pertama Luther. Rusia tak mengalami kebangkitan intelektual besar yang membuka mata manusia berkaitan dengan agama serta pengetahuan sekuler yang di Inggris lebih dikenal sebagai "pemahaman baru." Rusia melewatkan inspirasinya terhadap gagasan baru. Rusia memiliki Alkitab dari permulaan sehingga tak mengalami pengalaman yang timbul dari penerjemahannya ke dalam bahasa Inggris dan Jerman, dan dampak mempopulerisasikan Kitab Suci sebagai harta yang lama hilang mendadak ditemukan. Terakhir, Rusia tak memiliki Luther, tak memiliki Zwingli, tak memiliki John Knox. Di sisi lain, selaras dengan ras Sclavonic yang terwakili di Rusia, mereka mengenang bahwa John Huss adalah orang Sclav. Dalam beberapa penghormatan, John Huss merupakan induknya karena ia tentunya menjadi pendahulu Reformasi di Benua tersebut. Bermula dari tokoh Inggris, Wycliffe, reformator pertama sebelum Reformasi, hal ini disahkan melalui Huss dari Bohemia ke Jerman, dan datang lagi dari Sclav ke Teuton lagi.

Kini, walau Rusia tak mengalami reformasi yang terjadi di Eropa, karena Rusia tak mengalami kekeliruan yang dialami Gereja Roma pada akhir Abad Pertengahan, Rusia memiliki penaungannya sendiri yang diambil dari masa sebelumnya, dalam nilai magis yang ditujukan pada ikon dan relik lewat misa rakyat, serta apa yang beberapa anggap sebagai kesalahan kedua cabang gereja dalam kelanjutan mereka dari gereja perdana. Di setiap peristiwa, setidaknya sampai Reformasi, menghadapi Ikonoklasmenya, menjadi kebangkitan agama, sampai Protestan harus menjadi bahan penyesalan yang tak menimpa Rusia. Kebiasaan umum yang dilestarikan Gereja Barat seperti halnya seluruh gereja yang ditimbulkan berkaitan dengan Reformasi sebagai gerakan yang menyetir dunia Kristen sampai ke kedalamannya, alih-alih singkatnya menjadi gerakan Barat. Gereja-gereja besar menduduki sebagian besar Eropa, Asia, dan Afrika, berada di luar jangkauannya, entah dipandu oleh kejahatan melawan pihak yang menentangnya maupun disuai dengan faktor kehidupan barunya.

Konsolidasi Kekaisaran Rusia di bawah kekuasaan Ivan iii. dan para penerusnya disertai oleh stimulus lainnya untuk devosi. Di barat pada tahun 1000 telah diantisipasi dengan teror kala masa kekacauan dunia. Peringatan serupa dirasakan di Rusia menjelang penutup abad kelima belas, atas dasar bahwa tujuh ribu tahun usai Penciptaan dimulai. Kemudian, para boyar menunjukkan keangkuhan mereka dengan membangun sejumlah gereja pribadi. Hasilnya menyusul. Para imam dikirim ke gereja-gereja pribadi terpisah dari rohaniwan paroki. Hanya ditugaskan menjadi pelindung mereka yang dilantik dan sosok yang didukung mereka sendiri, mereka tak berbeda dari para uskup dan terpisah dari Negara, karena mereka tak hidup lewat persepuluhan. Dengan demikian, para imam kapelan didakwa berpaling dan mengabaikan moral karena ketiadaan disiplin gerejawi. Kami tak harus menjelaskan skandal ini secara lebih mendalam, mengetahui sumber yang datang darinya.

Alih-alih akhir dunia mematikan, apa yang Rusia kini alami adalah konflik kemenangan dan terakhir dengan Mongol. Gereja mengambil bagian utama dalam upaya patriotik tersebut. Seorang sosok tua, Bassian, uskup agung Rostoff, mendorong Ivan dengan sangat antusias, menyatakan bahwa jika penguasa tak akan membiarkannya diserang. Ia didukung oleh Gerontius sang metropolitan, dan Ivan memutuskan untuk menyerang Mongol. Pemimpin mereka Achmed kabur tanpa perlawanan, dan Eussia kembali merdeka.

Sinar aneh timbul di pikiran Gereja pada masa itu lewat kisah penerus Gerontius, metropolitan Zosimus. Sosok tersebut diangkat oleh Ivan tanpa sepengetahuan sinode (tahun 1491). Ia didakwa mengadopsi "bida'ah Yahudi nista yang menolak Juruselamat kita Yesus Kristus dan seluruh doktrin-Nya." Seorang Yahudi bernama Zachariah dikatakan membawa bida'ah dari Luthania ke Novgorod pada dua puluh tahun sebelumnya, dan menghasut dua imam di kota tersebut, Alexis dan Dionysius, lewat sihir dan seni kabalistik. Kala Zosimus berada di Novgorod, ia menemui dua imam tersebut, dan sehingga membujuk mereka agar ia membawa merekanya kembali ke Moskwa, dan mengangkat salah satu imam utama di Gereja Pemberitaan Kabar Baik baru yang terkenal dan yang lainnya menjadi kepala imam Gereja Malaikat Agung. Dengan cara ini, ajaran tersebut diduga diperkenalkan ke jantung kekaisaran di tingkat otoritas gerejawi tertinggi. Bida'ah yang Yahudi tempatkan di kloset kini dikotbahkan di atas rumah. Namun Gennadius, Pangeran Novgorod, takkan membiarkan persoalan tersebut. Ia memandang ajaran baru tersebut dengan kengerian, dan meminta Ivan dan Zosimus untuk mendatangi sinode untuk ditanyai. Yosef dari Volokolamsk hadir selaku pembela ortodoksi, dan bida'ah tersebut ditentang. Alexis lantas memutuskan kebungkaman "di luar suara." Namun Dionisius dibiarkan hidup untuk menerima anathemanya, dan ia dihukum dengan ditahan di sebuah konven. Zosimus sendiri diberi waktu. Namun dua belas tahun kemudian, ia meminta pengunduran diri dari Ivan dan dikirim ke biara dengan alasan mabuk (tahun 1496). Sehingga, akhirannya adalah gagasan kepala Gereja menjadi dakwaan bida'ah yang menimbulkan skandal mengejutkan yang ditempatkan di bawah naungan apa yang dipandang sebagai kejahatan yang meringan.

Setelah itu, metropolitan baru Simon memimpin sinode yang menyerukan untuk menghimpun reformasi moral. Para konven khusus wanita diperintahkan harus tetap dijauhkan dari rumah-rumah keagamaan khusus pria, dan agar tak ada pria yang harus melakukan ibadah ilahi terhadap mereka—sebuah tindakan drastis yang memberikan sorotan terhadap dugaan dampak kunjungan imam ke konven tersebut dalam menjalankan tugas jawatan suci mereka. Sinode yang sama memberlakukan kanon, yang diterima sampai zaman kami sendiri, bahwa imam harus memberikan penyembuhan kala kematian istrinya dan pensiun di biara—sehingga berbahaya menganggap Gereja Rusia menghimpun imamat selibasi. Para imam yang bersikap kurang pantas dilucuti dari jabatan mereka dan diturunkan dari peringkat mereka. Pemberlakuan sinode tersebut menandakan pengakuan penghimpunan moral serius di Gereja.

Sementara itu, penerapannya sedikit lebih baik ketimbang kekejaman yang disaksikan di istana. Seorang tabib—yang menundukkan kepalanya dalam menghadapi kasus—secara terbuka dieksekusi karena tak menyelamatkan nyawa putra sulung Ivan yang dimintanya untuk disembuhkan. Kasus lain—seorang Jerman—karena gagal mengobati pangeran Tartar di istana, disiksa oleh putra pemimpin tersebut, yang membiarkannya hidup-hidup untuk tebusan. Haryapatih, yang memakai judul pembuat kronik tersebut, takkan membiarkannya; sehingga "mereka membawanya ke sungai Moska, di bawah jembatan pada musim dingin, dan memotongnya menjadi potongan-potongan dengan pisau, bak seekor domba." Kerendahan moral makin nampak di dSudebuik, sebuah aturan hukum yang dikeluarkan oleh Ivan pada tahun 1497 dan menandai tahap kedua yurisprudensi Rusia, yang mula-mula nampak di Russkaya Pravada. Dengan jelas, kebangkitan kekuasaan tsar dan konsolidasi Rusia menjadi kekaisaran besar, sementara tanda jenis perjuangan, dan sementara benar-benar dikaitkan dengan penyebaran budaya tertentu, tak harus dipadukan dengan laju orang-orang dengan hal-hal yang lebih tinggi yang menciptakan keagungan sebenarnya dari sebuah bangsa; maupun menuntun perkembangan Gereja yang diambil sebagai landasan jiwa Kristen menjadi kekuatan di wilayah tersebut.

Ivan iii. digantikan oleh putranya Basil (tahun 1505), dan ia digantikan oleh putranya Ivan iv., yang dikenal sebagai "Ivan yang Mengerikan." Penguasa handal nan kuat tersebut menjadi sosok pertama yang menyebut dirinya selaku tsar, dan membuat klaim terbuka selaku pewaris Kaisar Romawi, atau setidaknya setara. Kakeknya hanya memakai gelar tersebut secara kasual dan tentatif. Ivan iv. tak mewarisi pengadopsiannya.

Ivan masih merupakan anak-anak berusia sepuluh tahun kala ayahnya wafat (tahun 1533), dan pemerintahannya mula-mula diurus oleh ibunya dan kemudian oleh para boyar, sampai ia mampu untuk memegangnya sendiri. Pada suatu waktu, ia memerintah di bawah panduan imam tua Novgorod, yang bernama Silvester. Pada usia tujuh belas tahun, ia mengeluarkan edisi revisi Sudebuik karya kakeknya. Pada tahun berikutnya, Stoglat atau "Buku Seratus Bab" diterbitkan. Tujuannya adalah untuk mereformasi disiplin Gereja, dan beberapa penunjangan lainnya yang diperintahkan dalam rangka pendirian sekolah-sekolah di seluruh belahan negara tersebut, yang mengajarkan membaca, menulis dan menyanyi dalam paduan suara.

Paruh kedua masa kekuasaan Ivan memiliki sifat yang sangat berbeda. Ia sangat meningkatkan pengaruh Rusia lewat pengerahan militernya. Namun kemudian, ia merasa curiga terhadap para boyar, dan akibatnya ia menjadi gila. Ivan kini membentuk badan enam ratus pemuda, yang ia sebut "Peculiar"-nya, membakar dan menyerbu kota-kota dan desa-desanya. Ia mengklaim para budaknya, orang-orang Rusia, selaku kepemilikannya. Seturut dengan itu, ia membunuh putranya sendiri. Sehingga, Ivan menjadi relijius dalam caranya. Ia membanggakan dirinya pada ortodoksinya, dan dikenal karena handal untuk mengulang seluruh isi Alkitab. Ia akan membunyikan lonceng untuk dirinya sendiri dan menyerukan istananya pada setiap jam malam untuk mengadakan doa. Kala di Alexandrooskoe, ia menjalani sebagian besar waktunya di gereja. Ia menerapkan asketisisme ketat dan berniat untuk memaksakannya ke para pelayannya.

Seorang metropolitan setelah itu menjadi tak suka dengan tirani taat tersebut. Kala kegilaan tsar tersebut nampak, Athanasius, metropolitan yang menjabat pada masa itu, mengambil sikap halus, pensiun dari jabatan yang dipegangnya, tak dapat memenuhi seluruh tugas barunya. Ivan kemudian mengangkat Germanus, uskup agung Kazan, seorang pria tua baik, yang menawarkan untuk dikecualikan dari penanganan tugas sulit yang diberikan terhadapnya. Namun, tsar tak menerima penolakannya. Germanus, terpaksa menerima jabatannya, yang kini memberikannya penugasan. Ia sempat mengadakan wawancara dengan Ivan, dan dalam cara keayahan, kedinian, kepercayaan yang membujuknya untuk beralih dari sifat merusaknya. Penyinggungan semacam itu tak ditoleransi. Tsar meluapkan kemarahannya, dan sehingga mengirim uskup tua tersebut kembali ke bekas keuskupannya.

Pilihan berikutnya Ivan jatuh pada teman masa kecilnya, biarawan Philip, yang menarik diri ke alam liar Solovetsky. Disana, pengaruhnya mengukuhkan karya misionaris biara yang berlangsung di perbatasan Laut Putih. Dalam rasa keterpikatannya, tsar terkesima dengan kesucian pria yang dimuliakan tersebut, dan memilihnya menjadi penasehat spiritualnya. Philip menerima tawaran tersebut dan mencabut dirinya dari penarikan dirinya. Namun, ia maju dengan jiwa pahlawan dan martir. Terkadang, pihak manapun memegang tugas yang lebih menonjol. Ia dapat memutuskan untuk lari dari tugas. Namun kini, hal tersebut kini diserahkan padanya, seperti pendahulunya Gerontius, ia memutuskan untuk melaksanakannya dengan penuh keyakinan secara bulat. Philip menyerukan para uskup untuk mendukungnya melawan sifat tirani tsar. Beberapa orang secara terbuka menerimanya. Di pihak lain yang menolak, mereka memutuskan untuk tak menyatakan protes. Mereka bersatu dalam memperingatkan metropoilitan akan bahaya terhadap Gereja dan Negara dari pengusikan tirani tersebut. Namun, Philip tak mendengar kompromi apapun terhadap ketidakpantasan tersebut. Pada hari penahbisannya, ia tanpa takut menjawab penyampaian pengakuan tsar, dan Ivan mengajukannya kepada mereka, yang kini hadir di bawah seruan pemuliaannya terhadap jurubicara.

Tak lama sebelumnya, perlakuan kejam terhadap pihak Ivan membuat para boyar meminta perlindungan kepada Philip. Kemudian, ia berlagak bak Ambrosius kedua, namun dengan keadaan yang sangat berbeda. Ican yang menggila makin menjadi sosok yang berbahaya dalam berkonfrontasi ketimbang Theodosius, seorang pemimpin Spanyol. Sehingga, Philip tak mengakui Ivan kala ia datang ke gereja dengan para "Peculiar"-nya, dan kala perhatian metropolitan menyerukan sifat tsar, ia enggan untuk menerimanya. Kala Ican mendiamkan pastor menonjol tersebut dengan ancaman, Philip berujar, "Aku orang asing dan peziarah di muka bumi, seperti seluruh ayahku, dan aku siap untuk didera demi kebenaran. Dimana imanku jika aku tetap diam?"

Kemudian, tsar meninggalkan gereja dalam rasa murka karena ia tak dapat bertindak keras terhadap metropolitan yang dimuliakan tersebut. Namun tak lama kedua, beberapa tindakan dikerahkan melawan Philip, dan pengadilan hukum slavish kemudian menyatakan penggulingannya. Kala ia mengadakan liturgi di gerejanya, segerombolan "Peculiar" memergokinya dan melucuti pakaiannya—sebuah tindakan brutal yang diperintahkan oleh tsar dalam membalas hujatan terbuka yang diterima olehnya di gereja dari metropolitan tersebut. Di hadapan Ivan, Philip mendorong tsar untuk mengubah sikapnya, namun sia-sia. Hukuman Philip untuk penindakan baru tersebut adalah menerima kepala berdarah dari keponakannya yang dikirim oleh tsar kala menempatkannya di penjara. Ia kemudian dibawa ke Biara Otroch di Tver. Disana, tak lama setelah itu, ia dikucilkan atas perintah Ivan. Kisah Philip dikisahkan secara mendetil karena pewahyuan terhadap tokoh bangsawan yang diberikannya; selain juga karena ini berkaitan dengan sosok "martir" yang diakui di kalangan para prelatusnya di Gereja Rusia—sebuah Gereja yang secara tunggal bebas dari penindasan sepanjang sejarahnya.

Ivan berkuasa selama lima puluh satu tahun, dan wafat pada tahun 1584. Kiprahnya menjadi teka-teki bagi para sejarawan. Tak hanya bersifat lebih besar pada masa berturut-turut, namun sepanjang masa tersebut diwarnai perseberangan dan ketidakonsistenan. Tsar kejam tersebut sangat relijius dengan caranya sendiri, meskipun ia secara aktif meminati sastra dan budaya. Ia menghimpun pers cetak pertama di Moskwa, yang mencetak Kisah Para Rasul dan surat-surat di bawah naungan metropolitan Macarius pada masa awal bagian dari masa kekuasaannya. Tak lama kedua, tsar memiliki salinan cetakan Injil. Setelah itu, seluruh Alkitab dicetak dalam bahasa Sclavonic di Kiev, di bawah pengarahan Konstantinus sang wakil gubernur.

Beberapa tindak Ivan lebih menjadi pencapaian penguasa handal yang kuat ketimbang hal-hal yang dilakukan despot sebenarnya, bahkan kala ia sangat tirani. Sepanjang konsolidasi Rusia, ia menghancurkan kebebasan kuno Novgorod, yang memerintah dirinya sendiri selaku republik independen. Ini sebanding dengan kebijakan Rusia dalam merenggut kemerdekaan Finlandia. Ini merupakan hal kejam bagi kalangan-kalangan tersebut. Sehingga, ini dianggap sebagai kebutuhan politik oleh pemerintahan. Bak Negara, Gereja di Novgorod mengisi sendiri caranya. Pada masa terawal, sepanjang belahan Rusia, rohaniwan kurang lebih merupakan orang Yunani, atau setidaknya berada di bawah pengaruh patriark Yunani. Namun di Novgorod, mereka sepenuhnya merupakan orang Rusia, dan uskup agungnya dipilih oleh warga tanpa menunggu penobatan dari metropolitan Kiev. Ia mengambil tempat kemartabatan pertama di republik tersebut. Dalam lingkup kenegaraan, namanya dikutip mendahului seluruh nama lainnya. Novgorod ingin memiliki metropolitan; namun tak diperkenanklan, dan kini tindak Ican mengakhiri kemerdekaan politik dan gerejawinya.

Perseberangan menonjol yang mewarnai kehidupan Ivan menimbulkan pandangan berlawanan soal sifatnya. Penyair Polandia Miçkiewicz menyebutnya selaku "tiran paling bulat yang diketahui dalam sejarah." Sejarawan Karamsin—dalam pengecaman kerasnya terhadap tiran tersebut yang dibacakan olehnya kepada Alexander i., dengan kesepakatan tsar liberal tersebut—menulis, "Perpindahan agamanya akan menjadi skandal dunia dan mengguncang keyakinan yang ada. Ia bergerak terlalu jauh ke neraka agar dapat berbalik." Karamsin menganggapnya sebagai pangeran yang lahir bervisi dan kejam, yang secara ajaib membawakan hal-hal kebajikan pada suatu waktu, dan meninggalkannya sendiri dengan murka pada tahun-tahun berikutnya. Kostomarof memakai kalimat serupa. Di sisi lain, Soloviev tak mempercayai kisah-kisah partisan yang memberikannya reputasi jahat. Ia ditentang oleh para bangsawan yang kemerdekannya dibatasi olehnya, dan mereka hanya terlalu siap untuk memajukan kisah-kisah yang mendiskreditkan tentang penguasa mereka. Namun, M. Ramabaut menyerukan perhatian terhadap sepotong bukti signifikan yang mengerikan—sebuah dokumen yang tersimpan di biara Cyril, yang menyebutkan doa-doa gereja Ivan terhadap para musuhnya atas namanya—suatu sifat yang memadukan agama dan kekejaman! Dokumen tersebut terdiri dari 986 nama terpisah, dan rujukan terhadap sebanyak 3.470 orang. Dalam beberapa kasus, suatu nama disusul oleh salah satu klausa, "beserta istrinya," "beserta istri dan anaknya," "beserta putranya," "beserta putrinya." Mungkin, solusi sebenarnya dari masalah ini adalah bahwa ada serangkaian kegilaan dalam tsar yang mula-mula menampakkan dirinya dalam melankolia pada masa pengasingan, dan kemudian pada akhir masa kekuasaannya dalam hal unsur homisidal mania. Seorang tiran yang kejam, berhendak diri, bersemangat, dari kemampuan, tenaga dan perjuangan besar, sukses pada tingkat menonjol dalam perang, kekuatan dan kebijaksanaan dalam sebagian besar masa pemerintahan sipilnya, dalam perayaan-perayaan agama dan memberlakukan pengarahan yang sama terhadap orang-orang di sekitarnya, Ivan memiliki salah satu sifat paling aneh sepanjang sejarah—seorang cerdik nan gila, melakukan hal terburuknya dengan meruntuhkan kekaisaran yang dibangun olehnya dengan kemampuan menakjubkan; seorang penganut setia yang mengarungi laut darah dalam doa-doanya.