Hadiah Dua Budaya
Tentang Penulis
[sunting]Halo! Nama saya Ficky Fadhilah, seorang mahasiswi tahun ketiga jurusan Sastra Belanda yang bermukim di Jakarta.
Premis
[sunting]Dua orang sahabat berulang tahun di hari yang bersebelahan. Rani, yang lahir di Indonesia, akan memberikan kado kepada Nathalie, yang lahir di Belanda. Keduanya sangat berbahagia akan hadiah ulang tahun yang diterima. Tetapi, rupanya ada perbedaan budaya antara Rani dan Nathalie dalam kebiasaan mereka membuka hadiah ulang tahun.
Lakon
[sunting]- Rani (lahir di Indonesia)
- Nathalie (lahir di Belanda)
Latar
[sunting]Jakarta, Indonesia di bulan April.
Cerita Pendek
[sunting]Dua bulan yang lalu, Rani mendapat seorang teman baru bernama Nathalie. Ia merupakan murid baru yang pindah dari Belanda ke Indonesia. Ayah Nathalie merupakan seorang Duta Besar yang bekerja membangun hubungan antara Indonesia dan Belanda. Menurut Rani, pekerjaan ayah Nathalie sangat keren! Nathalie berkata bahwa pekerjaan ayah Rani yang seorang dokter juga sangat keren. Ayah Rani juga mengingatkan bahwa Rani harus bersikap sopan karena Nathalie yang menghabiskan masa kecil di Belanda, mungkin mempunyai budaya yang berbeda dengan Rani yang lahir di Indonesia.
Akan tetapi, perbedaan itu tidak menghalangi Rani dan Nathalie menjalin persahabatan. Hal yang terpenting adalah saling menghargai dan toleransi. Rani dan Nathalie terus berusaha untuk menghargai budaya dan kebiasaan satu sama lain. Di bulan April yang menyenangkan ini, rupanya Rani dan Nathalie akan merayakan ulang tahun mereka. Rani dan Nathalie memiliki hari ulang tahun yang bersebelahan! Nathalie berulang tahun 11 April dan Rani 12 April. Benar-benar sebuah kebetulan!
Dua hari sebelum ulang tahun mereka, keduanya sudah sangat sibuk mempersiapkan kado terbaik. Rani harus memastikan bahwa Nathalie merasa bahagia dapat berteman dengannya dan Nathalie berusaha agar Rani tahu bahwa Ia sangat senang dapat berteman dengan Rani. Keduanya telah menjadi sahabat sejati, walaupun mempersiapkan hadiah ulang tahun harus tetap rahasia! Hihihi.
Tanggal 11 April ternyata datang begitu cepat. Rani bertamu ke rumah Nathalie yang mengadakan pesta kecil-kecilan, membawa kado dengan bungkus berwarna oranye yang cerah. Ada hal yang sedikit membuat Rani terkejut, yaitu Nathalie segera membuka kado yang diberikan oleh Rani. Ia membuka kado tersebut langsung di depan Rani. Padahal, biasanya kado akan disimpan terlebih dahulu.
Akan tetapi, keterkejutan Rani langsung sirna begitu melihat wajah bahagia Nathalie karena diberikan kado berupa buku bergambar. Mungkin, nanti Rani akan menanyakan kepada ayah mengapa Nathalie membuka kado langsung di depan orang yang memberikan. Untuk sore ini, lebih baik ia menikmati kue khas Belanda, stroopwafel, yang disajikan untuk perayaan ulang tahun Nathalie!
Ternyata, hari esok datangnya cepat sekali. Tiba-tiba sudah sore hari di tanggal 12 April, ayah dan ibu Rani sudah bersiap menghidangkan banyak makanan dan kue. Nathalie juga datang tepat waktu dan langsung memberikan hadiah ulang tahun yang dibungkus kertas merah muda. Rani senang sekali! Ia mengucap terima kasih dan segera menaruh hadiah tersebut di meja bersama dengan kado-kado lain yang Ia terima.
Sepanjang pesta, teman-teman Rani sangat terhibur karena kehadiran badut ulang tahun dan sangat menikmati hidangan nasi kuning yang dimasak sendiri oleh ibu Rani. Sayangnya, di akhir pesta, Nathalie justru kelihatan lesu dan pulang dengan senyum yang tipis. Rani bertanya apakah Nathalie tidak menikmati pestanya, tetapi Ia menjawab bahwa pestanya sangat seru dan badutnya sangat lucu. Lantas, ada apa ya?
Hari kemarin, Rani belum sempat bertanya karena ayah sibuk memasang dekorasi di rumah. Hari ini pun, Rani terlalu lelah dan jatuh tertidur selepas pesta ulang tahun. Mungkin, ia memang harus menanyakan tentang ini esok hari langsung ke Nathalie. Ia tidak ingin ada salah paham di antara mereka berdua dan sahabat yang baik adalah sahabat yang saling mengerti. Siapa tahu, dengan menanyakan langsung ke Nathalie, Rani bisa mengerti lebih baik tentang kesedihan Nathalie dan juga kebiasaan Nathalie membuka hadiah di hadapan orang yang memberikan.
Keesokan harinya, di jam istirahat, Rani kembali duduk di taman bersama Nathalie seperti biasa. Nathalie tidak kelihatan sedih lagi dan mereka berdua bertukar beberapa potong lauk. Nathalie membawa bitterballen yang merupakan makanan ringan khas Belanda, sementara Rani membawa tempe goreng yang merupakan makanan kesukaannya. Di tengah obrolan, Rani akhirnya memberanikan diri untuk bertanya.
“Nathalie, kemarin di pesta ulang tahunku, kamu kelihatan bersedih. Ada apa?” tanya Rani, wajah Nathalie yang ceria tiba-tiba menunduk.
“Maaf… karena kamu tidak membuka kado dariku, aku kira kamu tidak tertarik dengan hadiahku. Tetapi, Papa bilang, memang begitu budaya di Indonesia. Ternyata, membuka kado setelah pesta juga menyenangkan, karena aku punya banyak waktu untuk membaca surat-surat dari teman-teman!” jelas Nathalie, sekali lagi dia meminta maaf kepada Rani.
“Wah, aku juga minta maaf, Nathalie. Sebetulnya, aku juga terkejut karena kamu langsung membuka hadiah dariku kemarin. Apakah itu juga budaya dan kebiasaan yang kalian miliki di Belanda?” Rani bertanya lagi.
“Iya, benar. Menurut orang Belanda, membuka hadiah di depan si pemberi hadiah berarti kita merasa senang dan tertarik dengan hadiah tersebut. Kita juga dapat menunjukkan rasa bahagia kita langsung.”
Rani mengangguk-angguk.
Nathalie berkata lagi, “tetapi, aku pikir budaya Indonesia atau budaya Belanda sama-sama memiliki arti yang baik. Kita hanya perlu bertanya dan belajar tentang budaya masing-masing agar saling mengerti kan, Rani?”
“Betul! Aku juga berniat bertanya ke ayah tentang itu. Tetapi, ternyata aku bisa bertanya langsung ke kamu, Nathalie. Aku jadi lebih mengerti kamu. Terima kasih banyak atas pelajaran yang baru ini— dan hadiahmu juga! Dari mana kamu tahu aku suka boneka sapi?”
“Tahu dong! Aku kan sahabatmu!”
Keduanya tertawa dan saling berpelukan. Rani akan terus mengingat pesan ayah tentang menghargai budaya dan kebiasaan yang berbeda-beda. Nathalie juga ingin terus belajar tentang budaya Indonesia, tempat dimana ia sekarang tinggal. Papa bilang, dimana bumi dipijak, disitu langit dijunjung. Jika Rani mau belajar tentang budaya Belanda, maka, Nathalie juga harus belajar tentang budaya Indonesia.
TAMAT.