Lompat ke isi

Imbas Kesombongan

Dari Wikibuku bahasa Indonesia, sumber buku teks bebas

Premis

[sunting]

Imbas Kesombongan tentang kisah seorang siswa sekolah dasar yang hendak menyelesaikan konflik yang terjadi di lingkungan sekolahnya akibat dari sifat anak baru yang sombong.

Lakon

[sunting]
  1. Rizki
  2. Bagas
  3. Robert
  4. Nala
  5. Guru
  6. Teman-teman Sekelasnya

Lokasi

[sunting]
  1. SDN Pekanda di Jawa Timur
  2. Halaman Sekolah

Cerita Pendek

[sunting]

Kesombongan merupakan penyakit yang timbul dari hati setiap manusia, namun kita tidak tahu apakah kesombongan itu murni tercipta atas pencapaian yang diraih atau atas kejadian yang telah terjadi? Hmm, entahlah.


Inilah Rizki merupakan siswa tingkat akhir yang hampir menyelesaikan pendidikan dasarnya di sekolah SDN Pekanda di daerah Jawa Timur. Di masa-masa akhir sekolah, ia menghabiskan waktu yang produktif untuk mengisi citranya sebagai seorang siswa yang sesuai dengan janji yang di ikrarkan setiap upacara bendera berlangsung.


Lingkungan sekolah Rizki cukup unik dan kebanyakan siswanya di isi oleh kalangan menengah kebawah, serta memiliki sikap dan sifat yang berbeda-beda. Disana Rizki berteman dekat dengan seorang anak yang bernama Bagas namun, keduanya memiliki sifat yang jauh berbeda. Bagas yang memiliki perilaku yang penengkar dan keras kepala membuatnya sering berselisih dengan temannya, namun dibalik sifatnya yang seperti itu Bagas merupakan anak yang pengayom dan bisa membedakan mana lawan atau kawan.


Pada saat masuk sekolah, ia melihat adanya murid baru yang bernama Robert. Dia merupakan siswa pindahan dari ibu kota yaitu Jakarta, orang tuanya merupakan Pengusaha yang sukses memutuskan berpindah kota karena ingin membuka cabang usaha baru sekaligus tidak ingin merasakan hiruk-pikuk ibukota yang macet dan angka kriminalitas yang tinggi. Itulah alasan Robert berpindah sekolah dari Jakarta ke Provinsi Jawa Timur.


Pada saat jam istirahat, Rizki memberanikan diri untuk berkenalan dengan anak baru tersebut yang tengah duduk sendirian di depan kelas.


“Halo Robert, salam kenal ya aku Rizki.” Sembari mengulurkan tangannya.


“Owh iya, salam kenal juga ya. Aku Robert dari ibu kota, ngomong-ngomong kamu anak kampung ya?” ujar Robert dengan congkaknya.


Atas respon tersebut, Rizki sedikit kecewa karena pertanyaan yang dilontarkan kepadanya. Namun dia tidak peduli dengan pertanyaan itu dan memilih membalasnya dengan.


“Ia aku dari kampung.” Rizki dengan tersenyum.


Bagas dan teman-temannya yang hendak menuju ke kantin seketika berhenti dan menatap tajam mata Robert yang seakan tidak terima mendengar pertanyaan Robert tersebut.


“Kenapa kalau dari kampung? Apakah tanah kami membuat kaki mu gatal!” sahut Bagas dengan tegas.


Celotehan dari mulut Bagas membuat Robert pergi dengan raut wajah yang kesal sembari mengeluarkan perkataan, “Maaf aku tidak ingin membuang waktu dengan orang seperti kalian.” 


Akhirnya naik pitam lah Bagas dan teman-temannya tersebut, namun Rizki mencoba untuk menenangkan mereka, lalu melanjutkan waktu istirahatnya seperti biasa.


Keesokan harinya di kelas, Rizki melihat Robert kembali berselisih dengan teman sekelasnya, akibat dari sifat congkaknya tersebut.  Rizki pun bertanya-tanya dalam hati. “Anak itu emang kaya, tetapi apakah orang kaya harus seperti itu? Jangan-jangan ada sesuatu dibalik dia yang seperti itu?”


Kemudian datang guru secara mendadak, langsung mengakhiri konflik di antara mereka.


Namun masalah tersebut belum usai. Atas jawaban dari sifatnya yang jumawa, ternyata Bagas beserta teman sekelasnya berencana memberi pelajaran kepada Robert setelah pulang sekolah tanpa sepengetahuan Rizki.


Ketika waktu pulang sekolah telah tiba, Rizki melihat gerombolan teman-temannya itu berkumpul di gerbang sekolah. Ia pun merasa penasaran. “Tumben ya, anak-anak pulang sekolah bareng.”


Untuk menjawab rasa penasarannya, lalu ia sempatkan menghampiri gerombolan teman sekolahnya itu dan bertanya, “Tumben pulangnya barengan, lagi ada acara apa nih?”


Salah satu temannya pun membalas dengan terbata-bata karena mereka tidak ingin Rizki tahu tentang rencana mereka, karena Rizki yang dikenal dengan sifat cinta damainya takut menggagalkan rencananya. “i-ini anak-anak lagi ma-mau memberikan kejutan ulang tahun kepada Riska anak kelas 6B,” bujuk temannya itu sembari berkeringat dingin.


“Oalah, okelah kalau begitu. Aku duluan ya.” Rizki lalu pergi meninggalkan teman-temannya itu.


Saat Rizki hendak pulang, terdengar suara teriakan dari seorang gadis yang membuat langkah Rizki harus berhenti. “Ki, jangan pulang dulu!” teriaknya.


Setelah Rizki berhenti, ternyata suara teriakan itu berasal dari perempuan yang bernama Nala yaitu, teman sekelasnya. Raut wajah Nala yang terlihat seperti orang kecemasan menarik perasaan empati Rizki dan bertanya, “Apa yang sedang terjadi Nal?”


“Rizki, anak-anak akan melalukan niat buruk kepada Robert!” tegas Nala dengan rasa   khawatir.


Bagas yang menunggu Robert lama di gerbang depan, ia terpaksa harus masuk ke sekolah kembali untuk mencari Robert sekaligus akan memberikan dia pelajaran.


Ketika dia mencari ke kelas, dia tidak mendapati adanya Robert disana. Lalu Bagas disusul teman-temannya itu pun mencari dan terus mencari dimana letak Robert berada.


Robert yang berada di perpustakaan sembari menunggu jemputan, tiba-tiba dering ponsel ia berbunyi.


“Halo ini siapa?” tanya Robert dengan ponsel yang sedang ia genggam.


“Aku Rizki, lebih baik kamu keluar lewat  gerbang belakang deh,” jawab Rizki dari balik suara tersebut.


“Kenapa Ki?” tanyanya.


“Sudah nurut saja, ini demi kebaikan kamu!” ucap Rizki dengan tegas.


“O-oke, Rizki,” ujar Robert dengan sedikit khawatir kemudian ia langsung bergegas ke gerbang belakang.


Robert yang bingung mencari jalan gerbang belakang itu dimana dan seperti apa, karena dia adalah murid baru wajar saja jika dia merasa kebingungan dalam mencari jalan, ditambah lagi dengan rasa khawatir yang menderu-deru di hatinya.


Sesampainya di gerbang belakang, Robert melihat Rizki dan Nala yang sudah menunggu dirinya.


Tanpa banyak basa-basi, lantas Nala pun menceritakan apa yang akan menimpa dirinya.“Robert, kamu itu sedang dicari sama Bagas dan teman-teman yang lain,” tutur Nala.


“Apakah dia marah kepadaku gara-gara kejadian tadi?” tanya Robert dengan nafas yang masih terengah-engah.


“Iya Bert, mending kamu besok minta maaf deh daripada mereka tambah marah nantinya. Jangan lupa sikapmu juga dirubah ya Bert!” Rizki mengingatkan.


“Baiklah, besok aku akan minta maaf. Ngomong-ngomong soal sikapku yang seperti itu, aku mempunyai alasan tersendiri Ki,” ucap Robert.


“Emang apa alasannya?” Rizki yang pernah mengira bahwa sikap Robert itu pasti ada alasannya pun benar-benar terjawab.


“Gini loh Rizki dan Nala, aku bersikap sombong seperti itu karena aku dulunya pernah dimanfaatkan oleh teman sekolahku dulu karena aku terlalu baik kepada mereka. Kemudian aku mencoba mengubah diriku untuk lebih cuek dan sombong agar ada batasan interaksi kepada orang di sekitarku supaya kejadian itu tidak terulang kembali,” cakap Robert dengan nada menyesal.


Nala yang merasa terenyuh mendengar cerita Robert pun berkata, “Oalah begitu Bert, maaf ya sudah berfikir buruk tentang mu.”


“Tapi yang harus kamu ketahui Bert, meskipun kita kebanyakan di isi oleh kalangan menengah ke bawah kita berteman dengan tulus kok,” sahut Rizki sembari tersenyum.


Atas ucapan Rizki dan Nala tadi, Robert pun akhirnya meminta maaf dan menyesali perbuatannya itu. Pada akhirnya mereka pulang kerumahnya masing-masing.


Di pagi harinya, Rizki melanjutkan aktivitasnya seperti biasa yaitu berangkat sekolah. Senyum sumringah Rizki menandakan bahwa ini merupakan hari yang baik untuk melalukan sebuah aksi damai kepada Robert yang sedang berselisih dengan teman-temannya itu.


Sesampainya di kelas, ia berjumpa dengan Robert yang termangu di meja belajarnya. “Gimana Bert, kamu sudah minta maaf?” tanya Rizki dengan tersenyum.


“Belum Ki, nanti temenin aku ya,” ucap Robert dengan nada sedikit sungkan.


Setelah sekian lama, gerombolan anak laki-laki yang berisi Bagas dan teman-temannya itu akhirnya datang. Mereka bagaikan gerombolan geng motor yang ada di film-film barat itu.


Robert yang merasa ketakutan dengan kedatangan mereka pun langsung mendekap di belakang Rizki sembari berucap, “Waduh, celaka aku.”


Kemudian Bagas beserta teman-temannya mendapati Robert dan Rizki yang sedang berdiri di dekat meja-meja siswa, setelah itu mereka menghampirinya.


Saat mau menghampiri, seketika itu Rizki langsung menghentikan langkah mereka. “Eitsss, stop! Mau apa kalian?” tanya Rizki dengan ketus.


Bagas yang kaget dengan tingkah Rizki pun langsung berucap, “Eh, Sebentar Ki. Aku dan anak-anak gamau aneh-aneh kok, lagian aku juga mau minta maaf.”


Robert yang kaget mendengar pernyataan Bagas pun langsung menyodorkan tangannya kehadapan Bagas dan teman-temannya itu. “Yang seharusnya minta maaf itu aku, maaf ya apabila sikap ku telah membuat kalian kesal,” ujar Robert dengan merasa bersalah.


“Tidak apa-apa Bert, aku juga minta maaf ya,” respon Bagas dengan tersenyum.


Rizki pun merasa bingung kenapa Bagas tiba-tiba ayem kepada Robert. Setelah itu Rizki menyaksikan mereka berdua berjabat tangan.


Kemudian untuk menjawab rasa penasarannya, Rizki bertanya perihal itu dengan usil, “Gas kamu habis kesurupan jin baik ya?” Sembari meletakkan tangannya di pundak Bagas.


“Enggak mungkin lah Ki. Gini loh, tadi sebelum aku memasuki kelas, Nala tiba-tiba menghampiri ku untuk memaksa memaafkan kesalahan Robert dan menjelaskan semuanya,” jawabnya.


“Oalah begitu, syukurlah jika masalah kalian sudah usai. Sekarang dimana Nala?” tanya Rizki.


“Dia lagi di kantin sepertinya,” jawab Bagas.


“Owh, yaudah kalau begitu,” ujar Rizki.


Rizki yang kagum dengan tindakan Nala seraya berkata dalam hati.

“Kok ada ya manusia seperti itu yang bertindak dibalik keheningan demi kedamaian.”


  SELESAI