Itulah Hasil dari Perbuatannya

Dari Wikibuku bahasa Indonesia, sumber buku teks bebas

Premis[sunting]

Rival anak SMP yang suka sekali dengan seni gambar, sering kali mendapatkan masalah karena kesukaan nya itu. Hingga akhirnya, ia tersadar bahwa kesukaan nya itu dapat merugikan orang lain. Jika, ia melakukannya di sembarang tempat.

Lakon[sunting]

  1. Rival
  2. Rizal
  3. Bu Ros
  4. Ayah Rival
  5. Ibu Rival

Lokasi[sunting]

  1. Di sekolah
  2. Di kelas
  3. Belakang perpustakaan
  4. Transportasi umum
  5. Ruko

Cerita Pendek[sunting]

Hal yang kulakukan ini tidaklah salah[sunting]

Namanya Rival, umurnya 13 tahun. Di sekolah, Rival memang tidak terlalu pandai dalam semua mata pelajaran. Ia hanya tertarik pada pelajaran seni budaya. Terkhususnya dalam hal seni menggambar. Jika dalam hal menggambar, Rival adalah anak yang sangat terampil. Sampai suatu ketika, karena keterampilan nya ini. Ia sering kali dapat teguran oleh guru-gurunya di sekolah. Ia ditegur karena, kebiasaannya yang selalu menggambar di tempat yang tidak semestinya, seperti; meja, kursi, bahkan tembok sekolah. Rival memang tidak menggambar hal-hal aneh seperti murid lain, di sekolah. Tapi, tetap saja itu merugikan bagi guru-guru dan murid-murid lain di sekitarnya. Dan termasuk tindakan vandalisme di sekolah.

Pukul 9.00. bel istirahat berbunyi. Rival yang saat itu sedang di kelas Bersama teman sebangkunya, malah menggambar di meja.

“Val… kamu gak kapok dimarihin guru?” ujar teman sebangkunya yang bernama Rizal.

Rival yang saat itu sedang menggambar doodle art di meja. Bersikap apatis terhadap teman sebangkunya, dan hanya menjawab singkat. “Gak”

“Emangnya apa sih… tujuan kamu gambar-gambaran di meja gitu?” ujar Rizal tampak kesal dengan sikap Rival yang apatis.

“Bukannya aku pernah bilang, aku hanya mengekpresikan diriku aja ke dalam bentuk gambaran seperti ini” ujar Rival sembari masih menggambar.

“Bukan itu maksud ku, aku memang sudah tau kamu menggambar karena sebagai ungkapan ekspresi dalam dirimu. Tapi, apakah kamu nggak merasa bersalah gitu? Karena sudah merusak dan mengotori fasilitas milik sekolah?” tanya rizal.

Rival yang mendengar perkataan Rizal, tampak tersinggung. Lalu menoleh ke arah Rizal. “Apa? Mengotori kau bilang? Menurutku hal yang kulakukan ini tidaklah salah. Malahan, bisa mempercantik fasilitas-fasilitas di sekolah” ujar Rival.

“Oh… begitu yah… Baiklah, jika itu mau mu. Aku tak akan berkata-kata lagi” ujar Rizal tampak kesal. Lalu, pergi meninggalkan Rival dan lebih memilih menuju kantin.

Kemelut[sunting]

Pukul 9.15. bel berbunyi lagi, menandakan bahwa waktu istirahat telah usai. Para murid pun bergegas masuk ke kelas, dan menunggu mata pelajaran selanjutnya. Khusus untuk kelas VII-J yaitu kelasnya Rival, sekarang mereka akan belajar Matematika, mata pelajaran yang paling tidak disukai oleh Rival.

Para murid sudah terduduk dan berkumpul di kelas. Sisanya tinggal menunggu guru matematika masuk kelas. Setelah 5 menit menunggu. Akhirnya, guru matematika pun masuk ke kelas. Nama guru matematika tersebut adalah Ibu Rosita atau biasa dipanggil “Bu Ros”.

“Baik, selamat siang anak-anak” ujar Ibu Ros menyapa seluruh murid sembari bergegas ke meja nya.

“Selamat siang juga bu…” ujar para murid serempak.

Bu Ros pun mulai mengajar. Ia menyuruh para muridnya untuk membuka Buku paket halaman 165, tentang materi Perbandingan. Para murid di kelas menuruti perkataan Bu Ros, membuka Buku halaman 165. Saat bu Ros akan menerangkan materi tersebut, tiba-tiba mata Bu Ros refleks melirik Rival. Terlihat olehnya, Rival bukannya membuka Buku. Ia malah asik sendiri menggambar di meja.

Lantas, Bu Ros menegur Rival. “Rival! Sudah Ibu bilang beberapa kali, kalo lagi belajar jangan malah ngegambar! Apalagi di meja! Itu tidak baik, kalo kamu terus begini Ibu bakal keluarin kamu dari kelas sekarang!” ujar Bu Ros, tampak kesal.

Kelas tiba-tiba hening.

Para murid yang mendengar perkataan Bu Ros tampak ketakutan dan terdiam sembari menoleh ke arah Rival.

Tau dia ditegur, Rival langsung menyudahi kegiatan menggambarnya. Lalu, Ia bergegas membuka Buku Paketnya.

Meluapkan kekesalan[sunting]

Pukul 15.00. bel pulang sekolah berbunyi. Para murid berhamburan keluar kelas. Setelah keluar kelas, Para murid bergegas menuju gerbang keluar sekolah, di sana mereka ada yang menunggu jemputan orang tuanya dan adapula yang pulang mandiri menggunakan transportasi umum.

Ketika para murid sudah keluar sekolah. Rival yang saat itu masih di area sekolah, malah pergi menuju belakang tembok perpustakaan. Ia kesana karena, ingin meluapkan kekesalannya hari ini ke dalam bentuk gambaran. Ia pun mulai menggambar di tembok tersebut. Ia menggambar dengan alat seadanya seperti; spidol berwarna, Tip-X dan pulpen.

10 menit sudah berlalu. Akhirnya, gambaran yang ia buat telah selesai. Terlihat di tembok tersebut, ada gambar kepala dengan ekspresi seperti sedang berpikir. Di atas gambar kepala tersebut, tampak seperti ada asap-asap yang mengepul di atas kepalanya. Tampak takjub dengan gambaran nya sendiri, Rival pun bergegas mengambil gawai yang ada di saku nya. Lalu, memotret gambar tersebut dengan gawai miliknya.

Karena sudah puas dengan tindakannya itu. Rival akhirnya, bergegas pulang menuju Rumah menggunakan transportasi umum.

Berbohong[sunting]

30 menit di perjalanan. Akhirnya ia sampai di Rumah. Ia bertempat tinggal di sebuah Ruko(Rumah Toko) milik kedua orang tuanya. Kedua orang tuanya membuka bisnis beli dan sewa baju batik.

“Aku pulang Bun… yah…” ujar ia sembari melewati para pengunjung di tokonya.

“Ehh… Rival kenapa kamu telat pulang?” ujar Ibunya yang sedang terduduk. Ayahnya tak melirik nya karena sibuk dengan pengunjung yang akan membeli batik.

“Iya Bun… Hmm… soalnya ada pelajaran tambahan tadi” ujarnya tampak  gugup, karena berbohong.

“Oh begitu yah… yaudah kamu masuk sana, mandi dulu, lalu makan. Soalnya ibu sama ayah bakal sibuk hari ini. Karena lagi banyak pengunjung yang akan membeli batik” ujar Ibunya.

“Oke bun… Rival masuk dulu ya…”

“Iya”

Setelah mandi dan makan. Rival bergegas menuju kamar tidurnya. Di kamar, ia langsung merebahkan diri sembari memainkan gawai nya. Di gawai nya tersebut. Ia membuka galeri fotonya. Lalu, melihat-lihat gambar yang telah ia buat di belakang tembok perpustakaan tadi.

10 menit kemudian. Tanpa sadar, Ia telah tertidur lelap.

Introspeksi Diri[sunting]

Pukul 5.00. pagi. Saat Ibu dan ayahnya akan membuka toko. Mereka tampak kaget, karena melihat ada banyak gambar dan tulisan di depan pintu lipat toko. Di tambah gambar dan tulisan tersebut tampak permanen, tidak bisa dihapus. Karena, menggunakan cat semprot.

Rival yang saat itu sedang tertidur lelap di kamar. Ikut terbangun, karena suara Ibunya yang kaget tadi. Rival bergegas menuju sumber suara. Setelah sampai di sana. Rival ikut kaget. Karena, melihat ibu dan ayahnya tampak sedih. Rival yang belum tau karena apa kedua orang tuanya sedih. Memberanikan diri untuk bertanya.

“Bun… Yah… ada apa ya? Kok kalian sedih begitu” ujarnya.

Ibunya tak menjawab, karena masih terkejut dengan situasi sekarang.

“Lihat nak… ada orang yang tidak bertanggung jawab mencorat-coret toko kita. Padahal salah kita apa coba? Kita hanya berjualan aja selama ini, dan tidak pernah mengganggu siapapun” ayahnya yang sama-sama sedih, terpaksa menjawab sembari menunjuk coretan-coretan di depan tokonya.

Rival yang melihat berbagai coretan dan gambar tersebut, ikut terkejut. Ia jadi mengingat perbuatan-perbuatannya di sekolah selama ini, yang selalu menggambar sembarangan di fasilitas milik sekolah. Penyesalan tampak di wajahnya. Rival pun akhirnya, tersadar dan berjanji pada diri nya sendiri. Untuk tidak menggambar dan mencorat-coret fasilitas di sekolah ataupun di sembarang tempat lagi.

TAMAT