Juno dan Kerajaan Semut

Dari Wikibuku bahasa Indonesia, sumber buku teks bebas

Juno dan Kerajaan Semut[sunting]

Pengantar[sunting]

Nama saya Christine Angeline Laurent, peserta dari kompetisi wikibooks. Cerita pendek anak ini bertemakan literasi digital, yaitu kemampuan untuk menggunakan teknologi dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu kemampuan tersebut adalah bisa atau tidaknya seseorang menyerap dan menyaring informasi dengan baik. Cerpen ini mengusung tema tersebut, menceritakan tentang Juno yang mendapat informasi dari internet dan menganggapnya serius tanpa bertanya kepada orang tuanya terlebih dahulu.


Cerita Pendek[sunting]

Siang itu panas, Juno baru pulang dari sekolah.

Dia jalan kaki dari sekolah ke rumah sehingga seragamnya basah oleh keringat. Bibirnya kering dan tenggorokannya lebih kering lagi. Begitu sampai di rumah, Juno buru-buru mengecek kulkas. Dia minum air dingin yang telah berada di kulkas sejak kemarin.

“Ma, hapeku mana?” Juno langsung mencari ponselnya.

“Ganti baju dulu, makan, baru mama berikan.” Mama Juno keluar dari dapur, tangannya penuh dengan piring. Mama Juno baru saja mencuci piring dan mengeringkannya dengan kain, dia akan menaruhnya di lemari setelah ini. Juno menghela napas, panasnya matahari membuat dia tidak ingin melakukan apa-apa. Hanya masuk ke kamarnya, menyalakan pendingin ruangan, lalu berbaring sambil bermain ponsel.

Juno mandi, kemudian berganti baju. Setelah itu dia makan nasi goreng yang sudah disiapkan oleh mamaya. “Sudah selesai! Mana ponselku?” Seru Juno selagi menaruh piringnya di wastafel. “Di kamar. Kamu hanya boleh main 1 jam ya!” Juno tidak mendengarkan lagi, dia buru-buru masuk ke kamar mamanya, mengambil ponsel yang tergeletak di atas ranjang.

Kamar itu dingin dan nyaman, Juno segera berbaring dan membuka sosial media.

Di sana dia melihat cuplikan-cuplikan kartun yang dia sukai, kemudian berita.

“Kerajaan semut akan menyerang Indonesia,” Baca Juno. Juno bangun dari ranjang, kemudian mengetik hal sama persis di internet. Beberapa artikel muncul, namun karena malas, Juno memutuskan untuk hanya membaca judul, lalu beberapa kalimat dari artikel itu.

Di sana tertulis, “Para orang dewasa tahu, namun memutuskan untuk diam. Mereka tidak memberi tahu anak-anak karena berencana untuk menjadikan mereka tumbal, para semut paling suka menggigiti anak kecil.”

Juno menggeleng-geleng dengan panik.

Juno benci semut, dia sangat benci.

Melihat semut berkumpul membuatnya merinding, apa lagi jika semut berjalan di atas kulitnya. Juno akan pingsan saat itu terjadi. Juno segera menghubungi teman-temannya, “Kamu dengar? Katanya kerajaan semut akan menyerang Indonesia!” Seru Juno kepada Dinda, sahabatnya.

Dinda terkejut, “Yang benar?!” Terdengar suara beberapa barang jatuh dari telpon. “Iya! Aku baca di sosial media dan berita!” Jawab Juno dengan yakin. “Kalau begitu, kita harus memberi tahu orang tua kita!” Dinda mengusulkan. Juno memberi tahu Dinda tentang kutipan dari artikel yang dia baca.

“Orang tuaku tidak mungkin begitu!” Seru Dinda, dari suaranya, Juno tahu bahwa Dinda hampir menangis.

“Tapi itu yang ditulis di berita, Dinda! Kalau kita beri tahu orang tua kita, lalu mereka tahu, pasti mereka akan melakukan sesuatu yang jahat!” Seru Juno. Anak laki-laki itu mengintip dari pintu kamarnya, mengamati mamanya yang sedang sibuk membuat kue. Mama Juno terlihat santai, dia sesekali bersiul sambil menyanyikan lagu dangdut kesukaannya. Namun Juno tidak akan tertipu, pasti mamanya sedang merencanakan sesuatu!

Juno kembali menutup pintu, “Kita harus memberi tahu teman-teman kita yang lain besok.”

Dinda sedang menangis di seberang telpon, “M—Memang, kapan mereka akan menyerang?” Tanya Dinda. Nadanya putus asa. Juno mengecek artikel itu lagi, mencari tanggal yang tercantum di sana.

“2 hari lagi.” Ujar Juno.

Keesokan harinya setelah pulang sekolah, Juno mengajak tiga temannya berkumpul di markas rahasia.

Markas rahasia merupakan salah satu ruangan di apartemen tua. Apartemen itu bersih walaupun tua, kadang mereka suka menyimpan barang berharga mereka di sana. Terdapat sofa besar dan meja kayu di tengah ruangan. Tempat yang hanya diketahui teman-temannya, tempat yang tidak diketahui orang dewasa.

“Lihat artikel ini! Katanya kerajaan semut akan menyerang Indonesia!” Seru Juno. Temannya satu per satu membaca artikel itu, kemudian berteriak panik. “Bagaimana ini?!” Seru Bambang.

“Kita harus bersiap,” Jawab Juno.

“Kemarin aku sudah cari di internet, katanya semut itu bisa dibasmi dengan bubuk merica dan kayu putih. Aku punya banyak di rumah, kalau masing-masing dari kita membawa barang itu ke sini, pasti kita bisa melindungi markas ini.” Ujar Juno penuh tekad, dia tidak akan membiarkan semut merayap dan menggigit kulitnya.

“Aku punya minyak kayu putih! Setiap hari aku pakai di perutku!” Seru Mikael sembari mengelus perutnya yang buncit. Dinda dan Bambang juga mengaku mempunyai barang itu.

“Besok kita bawa barang-barang itu ke sini.” Perintah Juno.

Setelah pertemuan rahasia, Juno kembali ke rumahnya.

“Kamu dari mana saja, Juno?” Mama Juno bertanya begitu Juno kembali.

“Main sama teman, ma. Di depan komplek,” Jawab Juno, dia berbohong. Mama Juno sama sekali tidak mencurigai kebohongan Juno, “Jangan main jauh-jauh.” Mamanya menasehati. “Oke, ma.” Juno memasukkan sepedanya ke dalam rumah, “Oh iya, ma. Kita ada bubuk merica dan minyak kayu putih kan? Minta dong,” Juno meminta. “Buat apa?” Mama Juno keluar dari dapur dengan kue di tangannya. Kue itu bulat dan mulus, warnanya hijau. Mulut Juno berair melihatnya.

Juno menggeleng-geleng, keselamatan dia dan temannya adalah yang utama.

“Tugas sekolah.” Juno berbohong lagi.

“Tugas sekolah apa yang menggunakan bubuk merica dan kayu putih?” Mama Juno bingung. Dia menaruh kue itu di meja, lalu mengecek lemari hitamnya, tempat dimana dia menyimpan semua barang. “Tugas IPA, Ibu Santi yang menyuruh.” Juno mengepalkan tangannya, kedua tangannya berkeringat. Berharap mamanya tidak menyadari kebohongannya, Mama Juno menemukan minyak kayu putih itu dengan mudah.

“Ini ya, mama taruh di kursi. Jangan lupa besok di bawa,” Mama Juno kembali ke dapur.

“Makasih ma!” Seru Juno.

Juno mengambil minyak kayu putih dan bubuk merica itu, lalu memasukkannya ke tas sekolah. Dia siap untuk menghadapi serangan semut.

Pada malam hari, Juno tidak bisa tidur.

Dia sangat ketakutan. Beberapa hari ini, semut raksasa terus muncul dalam mimpinya. Semut itu badannya lebih besar daripada badan Juno, antenanya panjang, dan taringnya tajam. Semut itu terus mengejar-ngejar Juno sampai dia tidak bisa bernapas. Juno takut semut itu akan muncul lagi dalam mimpinya. Sudah hampir satu jam Juno mencoba untuk tidur, namun dia gagal.

Pada akhirnya, Juno bangun dari ranjang dan menghampiri mamanya di kamar sebelah.

“Ma.” Panggil Juno, dia berbaring di samping mamanya.

“Kenapa, sayang?” Mama Juno sedang membaca buku. “Aku takut,” Mama Juno mengelus kepala Juno, “Takut kenapa? Mimpi buruk?” Juno memeluk mamanya. “Semut…” Gumam Juno.

“Semut?” Ulang Mama Juno, dia kebingungan.

“Mama tidak ingin memberi tahu Juno sesuatu?”

Mama Juno menatap anaknya sebentar, lalu menggeleng. “Mama tidak punya rahasia, Juno.” Mama Juno berkata dengan nada tulus, sampai-sampai Juno hampir percaya. Air mata mulai berkumpul di pelupuk mata Juo, dia tidak percaya mamanya baru saja berbohong kepadanya. “Aku kembali ke kamarku dulu.” Juno bangun dari kasur, kepalanya menunduk. Dia tidak ingin mamanya melihat dia menangis.

Keesokan harinya, Juno dan kawan-kawan berkumpul di markas mereka setelah pulang sekolah.

“Ini barangku,” Bambang menyerahkan minyak kayu putihnya.

“Aku hanya punya segini.” Dinda mengeluarkan bumbu merica dari tasnya.

Mikael dan Juno ikut mengeluarkan bubuk merica serta minyak kayu putih mereka. Juno mengamati tumpukan barang-barang tersebut di meja, kemudian mengangguk puas. “Kita bisa menang melawan mereka besok!” Seru Bambang.

“Kalian tidak memberi tahu orang tua kalian kan?” Tanya Juno.

“Tidak!” Seru kawannya sembari menggeleng. “Bagus, kita akan latihan untuk mengalahkan semut.” Juno mengajarkan teman-temannya bagaimana cara bubuk merica serta minyak kayu putih itu digunakan. “Kalian harus menabur bubuk merica itu ke atas badan semut dan menuang minyak kayu putih tersebut ke kerumunan semut.” Jelas Juno. Teman-temannya mengangguk.

Mereka berada di sana sampai malam, menyusun strategi dan berlatih.

“Sudah malam, aku harus pulang,” Ujar Dinda. “Mamaku pasti khawatir.” Dia menambahkan. Juno berdiri di depan pintu markas, “Kita tidak boleh pulang ke rumah, kalau kamu tidur dan semut-semut itu masuk ke rumahmu bagaimana? Persiapan kita sia-sia! Kita harus menunggu di sini!” Juno berusaha membujuk kawan-kawannya. Dinda tidak mengatakan apa-apa.

“Aku setuju!” Seru Bambang, dia mulai mencari tempat yang nyaman untuk tidur.

Ekspresi Mikael menunjukkan bahwa dia tidak setuju.

Mikael menghampiri Juno, “Aku harus pulang,”

“Kamu ingin dimakan semut?” Juno bertanya. Mikael terdiam sebentar, dia lagi-lagi ragu. Akhirnya Mikael menggeleng, namun tetap dia ingin pulang. Mikael memeluk tubuhnya sendiri, tanda bahwa dia kedinginan. Terlihat jelas bahwa Mikael tidak ingin berada di sini, namun dia tak melangkah pergi. Mungkin karena takut dengan semut.

Ketika suasana mulai tenang, mereka mendengar suara.

“Juno!”

“Dinda!”

“Bambang!”

“Mikael!”

Juno dan kawan-kawan mendengar nama mereka dipanggil. Juno mengintip keluar, dia melihat kerumunan orang tua yang meneriakkan nama anak mereka. “Itu orang tua kita,” Juno memberi tahu yang lain. “Kita harus—” Belum sempat Juno menyelesaikan kalimatnya, Mikael dan Dinda sudah berlari pergi dari markas. Meninggalkan yang lain.

“Mama! Papa!” Teriak mereka.

Orang tua Mikael dan Dinda berlari menghampiri anak mereka.

“Kamu dari mana saja nak?” Mama Dinda memeluk anaknya dengan erat.

“Dari markas rahasia,” Gumam Dinda sembari terisak.

Juno keluar dari markas rahasia juga, mengamati Dinda dan Mikael. Dia kecewa dengan dua temannya yang langsung lari ke orang tua mereka.

“Juno!” Mamanya menghampiri Juno.

“Mama tidak pernah izinin kamu main sampai malam, kenapa sudah larut seperti ini kamu belum pulang?” Mama Juno meraih tangan Juno, namun Juno berlari menjauhi mamanya. “Kalian orang dewasa semuanya pembohong, kalian mau menjadikan kami tumbal bagi semut!” Juno berteriak, dia akhirnya meledak. Juno kecewa dan sedih sehingga dia menangis.

“Tumbal?” Mama Juno tidak mengerti.

“Tertulis begitu di artikel internet.” Bambang memberitahu.

Mama Juno mencari artikel yang dimaksud Bambang di ponselnya. Dia mengusap wajahnya setelah membaca seluruh isi artikel itu. Mama Juno terlihat bingung, dia tidak tahu harus tertawa atau menangis. “Artikel ini bohong, Juno. Berita ini hoaks!”

Juno ikut bingung, “Hoaks? Apa itu hoaks?”

Mama Juno menepuk jidat, “Berita palsu, berita yang disebarkan dengan niat jahat. Ini salah satunya, Juno. Kerajaan semut tidak akan menyerang Indonesia, kita aman, sayang.” Mama Juno menghampiri anaknya, memeluk Juno dengan erat. “Lain kali, tanya mama dulu sebelum mempercayai suatu berita ya?” Mama Juno mengusap kepala Juno.

Juno merasa malu. Dia menyembunyikan wajahnya di perut mamanya.

“Ayo pulang.”

Juno memasukkan barang-barangnya di markas ke tas sekolahnya, kemudian pulang.

Malam itu Juno tidur dengan nyenyak, dia akhirnya mengetahui bahwa mamanya tidak berbohong kepadanya dan kerajaan semut tidak akan menyerang mereka.


TAMAT Christinewkii (bicara) 22 Februari 2023 12.46 (UTC)