Lompat ke isi

Kelahiran Kembali Turki/Bab 1

Dari Wikibuku bahasa Indonesia, sumber buku teks bebas

I

MUSTAPHA KEMAL PASHA, SEORANG SOSOK

Penampilan pribadinya—​Tradisi pemerintah Timur kala ia lahir—​Tradisi Barat kala ia berupaya merombak negaranya—Keragaman Turki dari kehidupan militer sampai ekonomi, yang menjadi permulaannya—​“Apakah aku berpikir kau akan sukses?”

Dikirimkan ke Kantor Luar Negeri di Angora untuk pelantikan Mustapha Kemal Pasha, sebuah pesan akhirnya mencapaiku pada sekitar pukul 2 siang kala separu jam aku jalani pada penutup sesi siang Mahkamah Agung. Bangunan granit abu-abu yang merumahi Mahkamah, berdiri di kaki Angora, dengan Bulan Sabit Merah merah putih berkibar di atsnya pada malam serta siang hari. Mobil “Pasha” ditempatkan di halaman. Ia tinggal di sebuah vila yang dipersembahkan kepadanya oleh kota Angora, di Tchan-Kaya, sebuah daerah berjarak tiga mil, dan penampakan mobilnya, sebuah mesin abu-abu panjang buatan Jerman, adalah salah satu dari beberapa barang yang ditempatkannya. Ia adalah orang terawal yang bertemu, namun paling sulit untuk dipertemukan.

Di bangunan tersebut, salah satu pengawal Kemal membawaku ke ruang besar di luar koridor, yang menunggui akhir sesi. Ini adalah ruangan tempat aku pertama kali menemuinya, sebuah ruangan besar dengan laci atas datar di tengah satu sisi, dengan deretan kursi di sekitaran empat tembok, dan kompor lapis besi dengan potongan kayu di sampingnya, di tengah karpet. Aku diyakini menunggu separuh jam, menyimak kebisingan dari ruang Mahkamah dan menjadi penasaran terhadap ketegangan tersebut. Aku berharap menjalankan satu atau dua ham dengan Kemal dan menyimak, kala sebulan aku berada di Angora, sejumlah persoalan yang membuatku penasaran untuk mendapatkan pendapatnya. Namun, ia tak hanya kesulitan untuk menemukan selain sulit untuk berlama-lama. Aku memutuskan pergi ke Kantor Luar Negeri sepekan sebelumnya dan aku meyakini bahwa mereka tak hanya berkehendak namun berkesemaptan untuk mengadakan pelantikan yang aku inginkan. Namun, pengajuanku dilakukan bertepatan dengan krisis dalam Mahkamah dan aku menjalani separuh jam yang baik.

Sesi tersebut tak lagi pecah dan sekelompok deputi mulai keluar dari ruangan ke koridor, selain pengawal yang mengantarku. Mereka melintasi koridor ke ruang kecil dengan laci atas datar dan, di persimpangan di balik laci tersebut, terbentang spanduk hijau tinggi yang ditulis dengan huruf-huruf emas Turki. Dari kursinya di laci, sosok militer Kemal sendiri berbusana sipil menyambutku—seorang sosok dengan wajah besi mengenakan kalpak abu-abu besi besar. ia bertutur dalam bahasa Prancis dan sinar emas di gigi bawahnya menunjukkan unsur militer terhadap perilakunya, ​sebuah perilaku yang menghimpun kemiripan kavaleri yang besar.

Wajahnya adalah salah satu baris yang sangat sederhana. Baris bawah kalpak ditempatkan pada lapisan alis, dan tak ada ruang yang terbuang antara alis dan matanya sendiri. “Sang Pasha” berulangkali menyelaraskan tekanan yang terjadi pada mereka sendiri dalam pernyataan tertulis di pupil matanya, namun sepanjang waktu, aku berbincang dengannya pada siang hari, mata biru pucat meyakinkan diri mereka sendiri padaku dan tak pernah meninggalkanku.

Terdapat kisah jenderal Jerman terkenal yang menunjukkan senyuman hanya sebanyak dua kali dalam hidupnya, sekali saat mertuanya wafat dan sekali kala ia mendengar bahwa Staf Umum Swedia menempatkan penugasan militer tertentu di luar Stockholm sebagaibenteng. Ditujukan kepada Kemal, kisah tersebut sulit dipegang kebenarannya karena ia memiliki hadiah yuang menjadikan dirinya sengat bahagia kala ia peduli untuk mengambilnya. Aku dapat memperbincangkannya hanya dalam hubungan dengan penanganan orang-orang Barat yang tinggal di Angora pada empat tahun terakhir. Turki tak hanya menjadi Turki namun pengikisan Turki pada tahun-tahun terakhir, sehingga tak ada perayaan umum dari kemanangannya yang diadakan di Angora tanpa penanganan orang Barat di kota yang didatangi dan tanpa Kemal sendiri membuat kesempatan untuk menerima mereka pada kesempatan tersebut. Pada kesempatan tersebut, mereka menerima pendirian yang sangat sensitif oleh orang-orang barat di rumah yang tak pernah terjadi di negara-negara kelahirannya, tanpa masyarakat yang memperdebatkan, namun di lumpur dan darah penderitaan.

Namun, Kemal adalah prajurit profesional, yang dipecat dari Tentara Utsmaniyah lama oleh Kementerian Damad Ferid di Konstantinopel dan kini menduduki posisi politik-militer di pucuk Pemerintah Turki baru. Ia datang ke Angora dengan pengarahan prajurit alih-alih negarawan, dan prestise pribadi menonjolnya telah mewarnai seluruh pemerintahannya. Sehingga, ini tak layak untuk mengartikannya sebagai prajurit. Kepala Negara Turki baru tersebut menjadi prajurit karena tradisi dominan Kekaisaran Utsmaniyah lama adalah tradisi militer Turki. Di neagra manapun dengan tradisi militer besar, otak terbaik dari negara terbentang pada ranah ketentaraan dan otak terbaik ketentaraan terbentang pada Staf Umum. Kemal menjadi Staf Umum Tentara Utsmaniyah lama pada masa kala otak terbaik di negara tersebut berniat untuk membawanya dari tradisi pemerintahan timur yang telah memiliki pengalaman yang lama dan kaya, ke tradisi Barat yang baru yang masih memegang penampilannya.

Jika memungkinkan untuk menekankan perbedaan antar dua tradisi pemerintahan ke batas kalimat tunggal, yang dikatakan bahwa tradisi timur pada tindak dan tradisi barat yang dituturkan. Di bawah tradisi timur, pemerintah terpusat pada penguasa tunggal yang kekuatannya nyaris absolut seperti kemampuan pribadinya sendiri yang memperkenankannya untuk membuatnya. Di bawah tradisi Barat, fungsi pemerintah terdesentralisasi dan otoritas diserahkan pada pemilu, yang diwakili oleh para deputi dalam parlemen yang pemerintahan pada masa itu bertanggung jawab secara langsung. Di bawah tradisi Timur, segala hal dimungkinkan pada penguasa tunggal sepanjang ia meniadakan unsur penghalang untuk memberlakukannya. Di bawah tradisi barat, seluruh hal memungkinkan pada pemilu sepanjang terjauhkan dari paksaan untuk memberlakukannya. London adalah rumah dari tradisi barat modern namun mendapati rumah tradisi Timur saat ini dibutuhkan untuk bergerak jauh lebih ke timur ketimbang Turki, ke negara seperti Afganistan. Satu peristiwa yang menggambarkan pergesekan antara dua tradisi tersebut, adalah kala seorang sosok Afganistan yang datang ke London pada masa itu kala pemerintah jatuh, dan sosok yang tak kehilangan waktu untuk mengirim perwakilan ke ujung barat untuk membeli senjata yang dipakai untuk mempertahankan dirinya sendiri. Untuk penggambaran lebih lanjut, ia menuturkan pengalamannya sendiri. Aku memanggil Dubes Afganistan di Angora yang bersinggah disana dan mendapati, aku pikir, penghirauan cara-cara barat kami. Ia menyediakan teh, yang disajikan oleh seorang priyayi yang membawa revolver di lacinya sepanjang perbincangan kami dan dua Jurutulis Kedubes yang, aku pikir, bersiap akan keadaan darurat. Namun, ini terjadi tanpa kedaruratan yang berkembang dan perbincangan kami pada durasi sejam berakhir secara bahagia sebagaimana permulaannya.

Namun jika kami orang barat membangun secara perlahan pemerintahan sebenarnya kami sendiri di dalam negeri, kami tak selalu membawanya dengan kami ke timur. Dalam kontak kami dengan orang-orang timur di wilayah kami sendiri, kami memutuskan untuk mengadopsi tradisi timur. Kami menemui pengerahan dan kemungkinan sulit untuk menyalahkan hal lain dari orang-orang timur jika mereka beranjak dari kontak mereka dengan kami di sepanjang garis depan kami sendiri, agar tradisi pemerintahan mereka sama dengan mereka. Kami menekankan pemerintahan hukum, namun imperialisme kami di timur tak selalu mencontoh kecintaan hukum kami. Mungkin, ketakberhukuman relatif mereka secara alami dibenarkan oleh kebutuhan, karena pergerakan terkompilasi dari kondisi tuntutan pengamanan perdagangan barat jika itu bekerja secara halus. Imperialisme tanpa ragu yang menjadi metode paling sederhana yang memberikannya tingkat pengamanan, aku terus berlanjung sepanjang dapat mengarahkan unsur tertinggi, walau secara alami ini merupakan perendahan keseharian terhadap sosok terkuat dari orang-orang timur. kebutuhan akan membenarkan kelanjutannya sampai orang-orang timur menyatakan bahwa mereka dapat mengadaptasi tradisi hukum mereka untuk kebutuhan mereka sendiri dan agar mereka sendiri dapat menghimpun pengesahan perdagangan barat (bukan jenis perraihan kekayaan yang cepat) agar keamanan yang memiliki haknya diberlakukan. Ini adalah tugas adaptasi tradisi hukum Barat kepada kebutuhan timur, menyediakan rezim hukum timur dan baru di timur untuk ketidakberhukuman imperialisme, sesambil terganggu sekecil kemungkinan gelombang penyuaraan dan perdagangan sah—​ni merupakan tugas yang dihadapi persoalan Turki saat ini.

Kemal adalah orang barat yang lahir di bawah absolutisme Timur dari Abdul Hamid. Ia mengenal Timur, Barat dan perwujudan menonjol terhadap keduanya, imperialisme. Ia adalah anak desa yang masuk pada masa lampau pada manusia manapun yang menunjang kekuatan yang dibutuhkan untuk mengambilnya dan yang menghargai sosok kuatnya dengan penghargaan atau secangkir racun atau keduanya. ia adalah turki Muda konsisten, walau keyakinannya sempat mendorongnya keluar dari negaranya dalam ketidakrahmatan dan kemudian menghadapkannya pada keadaan sekarat negaranya yang melakukan apa yang ia lakukan dengannya. Dalam pengecapan tak berdampaknya, ia mentubuhkan jenis pejabat Utsmaniyah lamanya dalam hal terbaiknya, dan sehingga hal terbaiknya adalah jenis paling sempurna. Ia adalah Turki besar dan sebagai sosok di tengah orang-iorang, ia adalah pucuk menara dan pundak di atas jenis orang yang demokrasi Barat kami terkadang memiliki rencana dlaam kehidupan politik. Seabad dari sekarang, sejarawan masa depan akan menampakkannya dalam sudut pandang yang lebih besar dan paling diikuti ketimbang yang kami dapat meliriknya sebagaimana ia gerakkan di kalangan kami pada saat ini.

Ia meneruskan kedudukannya di balik laci, dengan spanduk hijau dan emas bergantung di sudut belakangnya, dan menempatkan serangkaian rajutan dari pantungnya dengan bungkus coklat. Pipinya sangat tinggi, hidungnya lurus dan kuat, mulutnya lurus dan berbibir tipis. Aku berpikir kartunis akan mendapatinya mudah untuk melakukan—sebuah besi menara-kalpak abu-abu, dan memandaatkan garis kuat lurus dari alis, mulut dan dagu. Ia mengenakan setelan tembak Inggris, kerah halus abu-abu dengan dasi abu-abu, dan sepatu tinggi dengan hak pendek yang asli dari Timur Dekat. Secara fisik, ia memberikan penekanan kuat.

Ia berbicara dalam bahasa Turki atau Prancis (ia tak memahami bahasa Inggris) dengan nada terringan, susah melampauinya dan dengan logat kental yang dilakukan untuk terbebas dari sugesti apapun yang bergesekan. Aku membentuk penekanan bahwa ia tak mendapati gaya bicara; ia berujar apa yang perlu dikatakanselain yang disimak olehnya. tentunya, ia sangat menghindari kecintaan pembicaraan yang terkadang menimpa negarawan barat dan yang merupakan salah satu aspek kurang indah dari traidis barat kami dari pemerintahan populer. Seperti prajurit baik lainnya, tak ada jejak terjelas dari yang dihimpun di dalamnya. Ia tak memakai orang barat, untuk kami, melebihi rekan-rekan timur; kala ia berbincang dengan kami, ia mengujarkan dorongan mereka sendiri untuk berbincang satu sama lain, dengan kesederhanaan dan pengarahan. Pada satu kali setelahnya, ia memutuskan untuk menyebut persoalan tersebut dengan teman barat di Konstantinopel. “Apa yang ia katakan kepadamu?” “Bahwa ia akan mengirimkanku esok hari.” “Dan apakah ia melakukannya?” “Ya.” Temanku menganggapnya berlebihan; ia tinggal di Konstantinopel selama sekitar tiga puluh tahun. “Jika kau dapat benar-benar mengambil orang Turki manapun untuk memberikanmu kata pasti tentang subyek manapun di bawah matahari tanpa membuatmu menunggu sebulan untuknya,” ia akhirnya berujar, “secara adil tentunya, terdapat revolusi pada negara.”

Aku memiliki perasaan dari permulaan bahwa aku berbincang dengan citra besi, bahwa otaknya bermil-mil jauhnya menyibukkan dirinya dengan seribu satu urusan. Ia memiliki perilaku pertanyaan penolakan dengan pertanyaan sebagaimana yang membuatnya sangat sibuk selain tak ingin menjadi tak sopan, dan menumpuk serangkaian kertas pada lacinya yang sangat tertata dan rapi menjadikannya memungkinkan bahwa ini pastinya adalah sebuah kasus. Aku mengubah taktikku pada akhirnya dan mulai memajukan pertanyaan kepadanya secara rancu, memutuskan untuk mengambil perhatian tak terbaginya. Ia mendadak menyinggungnya dengan isyarat yang dapat sangat tidak sabaran, dan menggerakkan kalpaknya, menunjukkan tali penutup dahinya, menempatkannya di atas dengan rambut coklat yang sangat tipis, dahi yang sepenuhnya tertata dengan garis yang sangat sederhana dari wajahnya. Jika wajahnya adalah wajah besi dari perwira kavaleri, dahinya adalah dahi negarawan.

Aku menahan pengajuan pertanyaan kepadanya sampai aku merasa bahwa otaknya menunda pada kejauhan untuk menyimak. Aku terus mengajukan pertanyaan kepadanya sampai aku merasa bahwa otaknya menurun, menggerakkannya dari kejauhan dan duduk manis di balik mata biru tajam tersebut, dengan mengajukan pertanyaannya:

“Mendadak penduduk Barat di Timur meninggalkan negara secara massal kala Kapitulasi diakhiri?”

“Barat dapat membantu kami atau menghindarkan kami secara besar,” ia berujar, “selain berniat untuk mengingat bahwa kami orang Turki memiliki masalah kami sendiri untuk dikerjakan di Turki.”

“Apa artinya pada masalahmu sendiri?”

“Kau lihat negara ini, kau mengetahui kondisi yang Turki alami. Desa-desa kami, kota-kota kami, komunikasi kami, semuanya dibutuhkan untuk membangun hal baru dari awal. Kami memiliki tentara yang baik pada masa lampau. Aku tak dapat percaya ada tentara yang baik di Eropa. Namun, kami kemudian berharap untuk dapat medemobilisasi dan kemudian pengerjaan nyata kami akan dimulai. Kami harus memiliki negara kaya secara potensial di taman kami dan kami harus memiliki hak yang tak kami miliki saat ini, untuk melakukan apa yang kami dapat dengannya. Kami ingin menjadikannya negara yang menguntungkan atas namanya, kami ingin memberikannya tak hanya hal terbaik dari peradaban miliknya sendiri yang menawarkannya selain hal terbaik yang dapat kami ambil dari peradaban lain. Pada akhirnya, kami harus menyambut pertolongan pihak lain selain dalam ranah penugasan kami, bantuan aappun yang didapatkan oleh kami dari pihak lai harus dinaungi pada upaya kami sendiri. Hika kami tak dapat berhasil, tak ada orang lain yang dapat melakukannya.”

“Apakah kau berpikir kau akan sukses?”

“Jika kau akan kembali dua tahun usai perdamaian, aku akan melihat apa jenis permulaan yang kami buat.”

Kala waktuku tiba, aku meninggalkannya dan berjalan berbalik dalam keheningan ke ruanganku. Aku meminta teh kepada pelayan Armenia lansia, melepas sepatuku dan memakaikan sandalku. Aku merasa suatu hal sebagai orang yang melakukan kala aku melihat perubahan kavaleri besar dan kembali ke ruangannya dan mengambil sepatunya. Aku menjadi sadar akhirnya serombongan kereta kerbau nampak pada jendelaku. Serombongan panjang dari mereka melintasi trek 300 mil dari pesisir sampai pangkalan tentara di pelosok. Udara dipenuhi dengan suara pelan mereka, yang dengan delibrasi melepaskan kulit dari setiap catatan dalam skala kromatik, derit poros kayu yang diolesi tar menampilkan nada-nada musik dari sekelompok lembu. Setiap gerobak, sebuah wadah kayu sebenarnya yang digerakkan roda kayu, melintang panjang pada lembu dan memanfaatkan ujung genggaman tali dari dua atau empat atau enam kotak kayu baru yang diantar, jumlah kotak tergantung pada kaliber cangkang di dalamnya. Kebanyakan pengemudinya adalah wanita petani Turki, berjaket dan berpantalon, kaki mereka memakai wol ikat tali, wajah dan tangan mereka dirias dengan indah. Para ayah dan putra dan saudara orang mati dalam ketentaraan, dan para putri orang mati di balik ketentaraan—namun masih terikat-mengangkut kotak-kotak yang diangkut dari laut….

Ini adalah kekuatan dini dari penduduk desa yang tradisi militer Turki telah dirias berabad-abad lampau. Namun dapatkah Turki mengarahkan kekuatan mereka dari traidisi militer asli mereka ke traidisi ekonomi Barat dan baru? Ini adalah markah pertanyaan yang tergantung pada masalah Turkis aat ini dan Kemal mengetahuinya.

“Apakah kau pikir kau akan sukses?” Aku menanyainya.

“Jika kau akan kembali dua tahun usai perdamaian, aku akan melihat apa jenis permulaan yang kami buat.”