Lompat ke isi

Kelahiran Kembali Turki/Bab 18

Dari Wikibuku bahasa Indonesia, sumber buku teks bebas

XVIII

NASIONALISME TURKI

TRADISI PEMERINTAHAN BARAT YANG MEMBANGUN MAJELIS NASIONAL BESAR—CARA NASIONALISME TERBENTUK—KEKALAHAN UNANI DI SUNGAI SAKARIA—​PERDAMAIAN DENGAN PRANCIS DI KILIKIA—ARMENIANISME AMERIKA DAN KILIKIA—CARA PEMERINTAHAN SIPIL DIMULAI DI ANGORA SEMENTARA FEVZI PASHA MEMOBILISASI ULANG DAN MEMPERSENJATAI ULANG PASUKAN TURKI.

Kala Majelis Nasional Besar membuka sesi pertamanya pada 23 April 1920, di gedung beton abu-abu di kaki Angora, Bulan Sabit Bintang didatangkan pada tiang bendera di atas gedung tersebut dan, walaupun parit digali untuk pertahanan militernya jika dibutuhkan, bendera Turki dikibarkan disana pada malam dan siang hari bahkan sejak bendera tersebut mula-mula dikibarkan. Pada satu sudut halaman, tepat di luar parit yang mengitari gedung tersebut, sebuah tiang gantungan didirikan. Di rumah makan kecil dekat gedung Majelis, aku berdiri di ruang makan dengan tiang gantung tersorot lewat jenderal, Aku berpikir beberapa kali kala aku duduk disana sejumlah orang Amerika di rumah dapat menghimpun pandangan kurang sederhana pada warag Timur Tengah dan Timur Dekat pada hari-hari yang berlalu, jika mereka dapat duduk di ruang makan di Angora dengan persimpangan dan penarik tiang gantung menghadap pada mereka.

Gedung Majelis sendiri terdiri dari satu lantai dengan koridor di tengahnya, deretan ruang komite di satu sisi dan ruang besar di sisi lain. Ruang tersebut dipakai untuk pemakaian Majelis oleh pembangunan meja atas untuk “Tuan Jurubicara” di tengah satu tembok dan meja bawah di depannya dipakai oleh para deputi dalam mengalamatkan Majelis. Berkelompok dalam gaya semi-melingkar di sekitaran meja Jurubicara, meja-meja kecil dipakai oleh deputi sendiri dikerumuni pada lantai ruang tersebut dalam barisan panjang. Pada separuh jalan tembok samping, galeri-galeri kecil dibangun untuk pengunjung. Seluruh peralatan terbuat dari kayu. Ini nampak seperti ruang sekolah. Ini adalah ruang sekolah, mungkin lebih seperti ruang sekolah pada negara manapun yang pernah didatangi.

342 deputi Majelis berada pada bagian besar, dan walaupun demikian, orang-orang Timur terjalin dalam mengadaptasi tradisi pemerintahan Barat pada pemakaian mereka sendiri, selain mereka tak pernah menjual hak kelahiran Timur besar mereka untuk tembikar Barat. Kala mereka berkumpul untuk sesi pertama pada pukul 1 pada 23 April 1920, sebuah motto kecil, yang dibuat dalam aksara Turki berwarna putih pada latar biru, sebuah kutipan dari al-Qur'an seperti yang dapat ditemukan di ribuan rumah Muslim taat, digantung di tembok atas meja Jurubicara. Terjemahan besarnya adalah: “Mari kita berkumpul bersama di desa dan berdiskusi.” Ini adalah landasan pada unsur nasionalisme baru yang membawa petani konservatif Anatolia di balik Khalifah di Konstantinopel kepada al-Qur'an itu sendiri, yang memisahkan Anatolia dari Sultan dan Wazir Agungnya sesambil bertahan dari pelanggaran kesetiaan apapun terhadap Kekhalifahan Utsmaniyah.

Disamping motto tersebut, para deputi bertemu pukul 1 setiap hari selain Jumat, yang merupakan Sabat Muslim. Mereka terdiri dari para pria berbusana Barat dan kalpak, para pejabat berjubah besar tua dari zaman Pasukan Utsmaniyah, dan hoja dengan jubah Timur dan sorban. Mereka memiliki penampilan pribadi yang beragam dari sosok handal sampai polos dari Djelal-ed-Din Arif Bey, deputi untuk Erzerum, sampai tiga kepala suku Kurdi yang tak dapat membaca ataupun menulis. Kegiatan perbincangan mereka, baik di dalam ruangan dan di koridor, berkelanjutan dan memperantarai lonceng tangan Jurubicara dilakukan sedikit untuk mengadakannya, karena Majelis di Angora seberisik seluruh Parlemen lainnya.

Kediktatoran militer yang ditamengi Fevzi Pasha dan Rafet Pasha atas Anatolia berada dalam tradisi Timur. Namun, di lembaga Majelis, penanaman Barat mulai mengambil akar di tanah Timur Anatolia. Kediktatoran militer akan berlalu dengan perang namun Majelis berniat untuk menjadikannya permanen dan mendandaninya dalam kesiapan untuk memulai fungsi serta perang yang diperkenankan. Dalam strukturnya, tradisi Barat mengadaptasi apa yang diyakini menjadi kebutuhan negara. Ini perlu didandani dengan sebuah teori pada mulanya, untuk sejumlah musuh yang mengelilinginya membuat kediktatoran menjadi esensial. Kala perang mencapai akhir, sebagaiman pasukan lain dan uang lain menjadi tersedia, penerapan dapat memodifikasikannya namun dengan kehilangan Parlemen di Konstantinopel, ini hanya menyediakan upaya pada pemerintahan sipil mutlak yang dihimpun negara.

Ini adalah teori yang dibangun: Di bawah Konstitusi Utsmaniyah, sebagaimana yang direvisi oleh Revolusi tahun 1908, kekuasaan mendeklarasikan perang dan perdamaian, membubarkan Parlemen, menerima perwakilan diplomatik negara-negara asing, dan melantik Kabinet dan Senat, berada pada Sultan. Dalam pembentukan Majelis Nasional Besar, Sultan menggulingkan dan prerogratifnya didistribusikan ulang. Majelis sendiri menjadi kursi otoritas dan sejak sesinya disahkan oleh hukum fundamentalnya dalam jangka waktu dua tahun, tak ada hak pembubarannya yang diterima. Kekuasaan menerima perwakilan diplomatik negara asing diserahkan kepada Presiden Majelis. Kekuasaan melantik Kabinet dipegang oleh Majelis dan sejak itu menteri-menterinya secara individual dijadikan bertanggung jawab atas Majelis, baik fungsi eksekutif dan legislatif pemerintah berada pada tangannya. Senat dihilangkan dengan Sultan dan Pemerintahan Majelis Nasional Besar menjadi secara radikal berstruktur republikan. Perbedaan wacana yang timbul pada Partai Nasionalis menghimpun struktur permanennya, sebuah aliran kecil wacana monarkis menyatakan bahwa bentuk pemerintahan yang tak siap menjadi republik takkan menunjukkan dirinya selaras dengan kebutuhan masa damai negara tersebut, namun ukarena waktu menajdi kontroversi domestik yang dikubur mendalam di luar urgensi situasi militer. Namun, tak ada perbedaan wacana yang timbul di kalangan orang Barat yang mengetahui Timur. Ini telah lama menjadi keyakinan di Barat bahwa Timur hanya dapat diperintah oleh Sultan. Kami orang-orang Barat dapat menjadi benar atau kami dapat menjadi salah salam pandangan kami terhadap Timur, namun Nasionalisme Turki telah memberikan kami tantangan yang paling terarah dalam republikanisme terbuka Majelis Nasional Besarnya. Kala perang berakhir, kami harus melihat apa yang kami harus lihat.

Majelis Nasional Besar dengan cepat menghimpun kerjasama hukum fundamental yang dapat diambil sebagai Konstitusi dalam embrio Negara Turki baru. Hal tersebut akhirnya diadopsi pada 17 Juni 1920, dan klausa-klausa paling pentingnya diterjemahkan dari bahasa Turki sebagai berikut:

“Pasal I. Kedaulatan dimasukkan pada negara tanpa pelestarian. Pemerintahan kedaulatan negara berdasarkan pada prinsip keputusan langsung masyarakat.

“Pasal II. Kekuasaan eksekutif serta kekuasaan legislatif dikonsentrasikan dalam Majelis Nasional Besar Turki yang dengan sendirinya mewakili negara.

“Pasal III. Turki diperintah oleh Majelis Nasional Besar dan Pemerintahannya disebut ‘Pemerintahan Majelis Nasional Besar.’

“Pasal IV. Majelis Nasional Besar terdiri dari para anggota yang dipilih oleh para penduduk provinsi.

“Pasal V. Pemilu anggota Majelis Nasional Besar diadakan sekali dalam setiap dua tahun. Jangka waktu keanggotaan hanya berkisar dua tahun. Para anggota dapat dipilih kembali. Majelis meneruskan sesinya sampai Majelis baru diadakan. Dalam kasus tak memungkinkan untuk mengadakan pemilu baru, sesi Majelis dapat dipertahankan hanya selama setahun. Setiap anggota Majelis Nasional besar tak hanya mewakili provinsinya namun juga perwakilan negara.

“Pasal VI. Sesi umum Majelis Nasional besar diadakan pada satu November tanpa diganggu gugat.

“Pasal VII. Hak-hak fundamental seperti peniadaan pemberlakuan Syariat (hukum Muslim), membuat, memodifikasi dan meniadakan hukum, keputusan konvensi dan perjanjian damai, dans eruan untuk pertahanan negara, dimasukkan pada Majelis Nasional Besar. Pembuatan hukum harus berdasarkan pada prinsip hukum yang sangat erat diadaptasi ke kebutuhan negara dan kewajiban adat dan perilakunya. Kekuasaan dan tugas dewan mandat menteri negara harus ditentukan oleh hukum khusus.

“Pasal VIII. Majelis Nasional Besar mengurusi departemen pemerintahannya melalui Menteri mandat yang dipilih oleh Majelis, menurut aturan yang disediakan dalam hukum khusus. Majelis Nasional Besar dapat memerintah Menteri mandat dalam persoalan eksekutif dan jika memerlukan pergantian menteri….

“Pasal XI. Dalam persoalan lokal, provinsi memiliki kepribadian otonom. Dengan pengecualian kebijakan dalam dan luar negeri, Syariat, hukum, urusan militer, hubungan ekonomi itnernasional, penugasan peemrintah dan persoalan antar-provinsi, provinsi diubah dengan pemerintaha, di bawah hukum yang diberlakukan oleh Majelis Nasional Besar, dari Evkaf (mahar keagamaan Muslim), lembaga pendidikan, jasa sanitasi, ekonomi lokal, pertanian, kepegawaian negeri dan layanan sosial….”

Pasal-pasal yang tersisa menjelaskan organisasi pemerintahan provinsi dan anak provinsi. Dalam hukum fundamental tersebut, Revolusi Nasionalis tahun 1920 membawa dampak desentralisasi yang sama dalam pemerintahan sebagaimana Revolusi Turki Muda tahun 1908 gagal berdampak. Ini menghimpun secara tak terbatas melebihi itu. Pada kejutan tunggal, ini menaikkan Negara Turki baru keluar dari genggaman mati pemakaian agama kuno yang mendompleng Revolusi tahun 1908, yang pada kenyataannya membuat revolusi efektif dari jenis tradisional dan meretas ketidakmungkinan di Kekaisaran Utsmaniyah lama. Kala Negara Turki baru akan terus menghimpun kebebasan barunya dan sangat menjanjikan dari tradisi agama yang menahan Kekaisaran lama, sesinya terlihat. Reaksi Kristen datang dan kalah di medan tempur, namun reaksi Muslim masih ditekan oleh tangan besi UU Pengkhianatan Majelis. Bersembunyi dalam kesendirian pahit Anatolia, Partai Nasionalis memakai metode drastis dalam menghimpun fondasi-fondasi struktur pemerintahan Baratnya di tanah timur Anatolia. Jika fondasi tersebut berjalan baik dan terhimpun, mereka setidaknya memiliki suatu hal baru di timur.

Orang-orang Barat yang tak menjamah lapisan tebal perang yang menyelimuti Anatolia dari dunia pada masa pengepungannya, takkan mudah menemukannya untuk mewujudkan penaungan tersebut yang kami anggap di Barat. Diturunkan lagi dan lagi oleh Mr. Lloyd George, ditekan oleh kejahatan Yunani berulang yang secara tak berkehendak ditegakkan oleh kisah kejahatan liar terhadap pers penyantunan Amerika yang membuka kolomnya, hanya sosok kesabaran besi Mustapha Kemal Pasha yang dapat menahan amarah warganya untuk menghimpun pencarian teradap pelarian damai dari nasib yang menyelimuti mereka pada stiap garis depan. Sehingga di tengah-tengah penaungan yang menghimpun Anatolia pada tahun-tahun sulit tersebut, Partai Nasionalis membuat unsur manusia baru dan sangat nyata yang dikenal sebagai nasionalisme. Patriotisme, cinta akan tanah air orang itu sendiri, adalah sentimen barat yang akan mengharuskan generasi di bawah keadaan normal untuk transplantasinya pada tanah timur Anatolia, namun di bawah keadaan Smyrna Yunani, ini terhampar dalam keberadaan sepanjang malang. Penyair Turki, Mehmed Emin Bey, berjalan dari desa ke desa di Anatolia dengan seorang perwira Turki yang menemaninya, menambahkan bahan bakar pada bara nasionalisme baru dengan seruan lamanya, “Aku orang Turki; ras dan bahasaku agung.” Pabrik-pabrik surat kabar, yang diseludupkan dari Konstantinopel, potongan-potongan mesin pers dilakukan dalam bagasi penjelajah, penanganan jenis yang diturunkan dalam kantung-kantung penjelajah, menghasilkan harian dan mingguan baru di Anatolia yang menuangkan bahan bakar lain pada bara baru tersebut. Seluruh budaya Turki bergerak sedikit demi sedikit dari ibukota lama ke pusat baru kehidupan negara tersebut. Mahkamah Kemerdekaan Militer Rafet Pasha menekankan upaay apapun untuk mengobarkan bara yang baru. Mahkamah tersebut sangat mengingatkan bahwa terdapat sebuah hal seperti peradaban Timur Tengah khas dan bahwa ini datang pada waktu kala tak ada lagi ruang apaun di Anatolia untuk warga asli yang tak setia pada peradaban mereka sendiri. Pembagian keagamaan lama yang telah memecah penduduk Anatolia berubah mencair pada kehangatan bara yang baru. Papa Eftim Effendi memberikan hak kemasyarakatannya dan enam puluh delapan gereja Ortodoks di pelosok mengikutnya dalam Gereja Ortodoks Turki baru, bersepakat untuk tak melantik metropolitan selain orang yang dapat membaca dan menulis dalam bahasa Turki, yang memiliki orangtua Turki, yang tinggal setidaknya lima tahun di negara tersebut dan terlepas dari “kegiatan politik.” Mereka kemudian bersepakat bahwa metropolitan yang dituduh melakukan kejahatan sekuler, alih-alih kebal dari penangkapan tanpa mula-mula dilucuti dan kemudian dipenjahara hanya di patriarkat Oekumenikal, akan ditangkap dan diadili sebagaimana warga Turki lainnya. Muslim diperkenankan memegang jabatan baru yang disebut Menteri Hukum Suci untuk menjadi anggota biasa Kabinet di Angora, dan kekayaan besar yang dikunci dalam mahar Muslim di negara tersebut dibuka dan ditempatkan pada genggaman pemerintahan provinsi. Pengadilan dan sekolah Muslim masing-masing diambil alih oleh Menteri Kehakiman dan Pendidikan. Walaupun gerejawan Amerika masih ditempatkan dalam keputusan Kekaisaran Utsmaniyah lama, masih berperan pada pemisahan keagamaan lama antara Muslim dan Kristen yang menghimpun keruntuhan dari keduanya, unsur politik baru dari nasionalisme memadukan mereka di Turki sebagaimana di Suriah, Palestina dan Mesir. Nasionalisme anehnya menjadi unsur baru dan Barat di Timur saat ini dan sehingga Anatolia jauh menghimpunnya dalam menghadapi setiap upaya yang Mr. Lloyd George dan gerejawan Amerika dapat melemparkan negara tersebut kembali ke reruntuhan masa lalu pahitnya.

Selama setahun usai Yunani mendarat di Smyrna pada 15 Mei 1919, mereka duduk di wilayah pelosok pelabuhan besar yang menunggu untuk Perjanjian Sevres, sementara Fevzi Pasha dan Rafet Pasha bekerja bak pasukan Troya di Angora. Pada Mei 1920, mereka mengalihkan sorotan mereka ke depan Selat, Ismet Pasha tak membuat upaya untuk menjamah mereka. Pada November 1920, Yunani lama akhirnya menghadapkan dirinya terhadap Mr. Venizelos, seorang penjelajah yang bergerak antara Athena dan Phanar, dan prancis membuat keputusan kepada Konstantinus untuk tak mengaitkan diri mereka sendiri dari Yunani. Para pejabat Royalis kini mengambil alih garis depan di balik Smyrna dengan tanpa hormat terhadap veto Sekutu pada pergerakan menuju Eski-Shehr dan Afium-Karahissar. Dengan dua persimpangan jalur kereta api yang diduduki, Yunani ajan menghimpun semi-lingkaran besar jalur kereta api yang bergerak dari Konstantinopel ke Smyrna, dan Turki aakn memegang jalur dalam Angora-Konia yang diam-diam mereka mobilisasi ulang dan persenjataan ulang pasukan mereka di garis depan Smyrna. Sehingga pada Januari 1921, komando Royalis Yunani mengupayakan kekuatan mereka dari Brussa menuju Eski-Shehr dan ditarik tanpa melawan perlawanan Turki. Situasi tersebut kini menjadi datar. Eski-Shehr dan Afium menjadi tempat mereka dirawat untuk mengambil mereka. Sebagaimana bagi Fevzi Pasha dan Rafet Pasha at Angora, mereka memberlakukan embargo ketat pada penjelajah di pelosok Anatolia dan kerahasiaan diteruskan oleh mereka dalam melestarikan salah satu kesuksesan tempur mereka.

Dua bulan kemudian, pada Maret 1921, komando Yunani Royalis meluncurkan pergerakan gandanya, Angkatan Selatan bergerak dari Ushak ke Afium, Angkatan Udara dari Brussa ke Eski-Shehr. Untuk kejutan mereka, kedua pergerakan tersebut melawan pasukan Turki terorganisir dari kekuatan menonjol. Angkatan Selatan, melawan perlawanan keras, berkasih dalam menduduki Afium namun Angkatan Udara, melewati rute yang bergerak pada Januari, dikerahkan dalam pertempuran berdarah di Inë-Onü dan berbalik jatuh ke posisi lamanya di Brussa, Angkatan Selatan berbalik jatuh dari Afium ke Ushak dengannya. pertempuran tersebut merupakan pertemuan pertama pasukan Yunani dan Turki di Asia Kecil dan kini menjadi salah satu epik dari Turki baru.

Inë-Onü adalah pergerakan pertama yang dilakukan oleh Yunani dari apa yang dilakukan oleh Fevzi Pasha dan Rafet Pasha di Angora, dan Athena mulai meningkatkan pasukannya dalam rangka mengurusi “pukulan” terhadap komando Ismet Pasha yang harus dibangun dalam pasukan reguler. Athena bsrsiap pada Juli dan tiga Angkatan, yang dimulai dari front selatan, tengah dan utara, diperintahkan untuk bergerak ke Kutahia, sekitar separuh jalan antara Eski-Shehr dan Afium. Operasi berkembang seturut rencana, Kutahia jatuh, Eski-Shehr dievakuasi di bawah ancaman sekeliling dan, walau Ismet Pasha bergerak memergoki Yunani di Eski-Shehr selama sepuluh hari, Yunani tertahan dan Ismet Pasha mundur ke Sungai Sakaria, melingkupi Angora sendiri. Komando Yunani memenangkan persimpangan jalur kereta api Eski-Shehr dan Afium dan kini menguasai rangkaian jalur kereta api yang menghubungkan Konstantinopel dan Smyrna. Komando Turki telah kehilangan jalur kereta api pelosoknya dans atu-satunya penghubung antara Angora dan Konia kini menjadi jalan barang yang melewati dua kota tersebut selama lima hari.

Meskipun diwarnai oleh kemungkinan “pukul mundur,” komando Yunani kini rehat selama sebulan dan kemudian meneruskan kirabnya. Menjelang akhir Agustus, mereka menghadapi kembali kontak dengan Turki di Sungai Sakaria, tempat Marsekal Lapangan Mustapha Kemal Pasha memegang komando secara perorangan. Di Angora, pemerintah sipil telah membuat persiaspan untuk evakuasi ke Caesarea, kerumunan pengungsi bersiap mengerumuni kota, dan sebagian besar penduduk dikerahkan untuk membuat kamar untuk rumah-rumah sakit militer.

Pertempuran Sungai Sakaria yang terjadi, adalah Inë-Onü lainnya namun pada skala yang lebih besar. Peristiwa tersebut berlangsung tiga pekan dan bahkan Kemal Pasha sendiri terluka dalam peristiwa tersebut, mwakipun hanya pengumuman yang menyatakan cederanya di Angora menjadi komunike singkat yang menyatakan bahwa ia telah “jatuh dari kudanya.” Berniat untuk mengelilingi sayap kiri Turki, Yunani mengkomandoi pergerakan ke selatan sepanjang wilayah gurun namun Kemal menarik pasukannya untuk memergoki emreka. Yunani bergerak ke pelosok sepanajng empat puluh mil dalam dorongan untuk mencari sayap kiri Turki, dan akhirnya mengubah rencana tempur mereka, menempatkan diri mereka sendiri melawan barisan Turki dalam pertikaian frontal, beberapa serangan Yunani menggerakkan seluruh jalan dan kemudian dihimpun oleh kegagalan resimen yang mengikuti mereka. Serangan balasa Turki ebsar akhirnya menjelaskan bahwa komando Yunani telah memperkirakan kekautan Turki dan bahwa jalur komunikasi Yunani panjang menguaknya pada resiko penarikan secara tak tertata. Pada pertengahan September, komando Yunani mulai menarik balik pasukannya, membakar desa-desa Turki yang mereka inginkan. Pada awal Oktober, Yunani berbalik ke posisi lama mereka menyelimuti persimpangan jalur kereta api di Eski-Shehr dan Afium dan pemulihan Turki terhadap Smyrna menjadi satu-satunya persoalan waktu. Pada akhir Oktober, Miss Annie T. Allen dan Miss Florence Billings, para perwakilan Near East Relief di Angora, mengkominikasikan laporan tentang keadaan desa-desa Turki yang telah dibakar Yunani pada masa penarikan mereka dan memajukannya kepada markas besar Near East Relief di Konstantinopel. Namun Near East Relief telah pernah menerbitkan laporan tersebut, karena Mr. Lloyd George tak pernah menerbitkan laporan Bristol tentang perlakuan buruk Yunani di Smyrna.

Kemenangan Turki atas tepi Sakaria secara radikal mengubah keadaan politik Timur Dekat dan Timur Tengah. Selama 200 tahun, Barat telah memecah Kekaisaran Utsmaniyah lama. Namun, di Sungai Sakaria, peristiwa tersebut melawan Turki sendiri dan kala itu menyentuh Turki pada peralihan pasang sejarah. Sejarah akan suatu hari mendapati peristiwa besar di Sungai Sakaria sebagai salah satu pertempuran berpengaruh pada masa kami.

Kemenlu Prancis yang telah menunggu di bagian luar peristiwa tersebut bahkan sejak gencatan senjata Mudros mengerahkan Pasukan Prancis dari komando tunggal terantisipasinya di Konstantinopel, kini mengerahkan M. Henry Franklin-Bouillon ke Angora, kala ia menegosiasikan perjanjian damai Prancis-Turki tertanggal 20 Oktober 1921. Meskipun surat yang dilampirkan dari Yusuf Kemal Bey, Menlu Pemerintah Turki, berisi satu-satunya rujukan kepada “landasan ekonomi” yang menandai hasil negosiasi Franklin-Bouillon, Kemenlu Prancis mungkin mengharapkan perjanjian tersebut tak hanya mengakhiri keadaan perang yang komando Prancis di Beirut hadapi di Kilikia, selain juga menyelamatkan wilayah jalur kereta api Perier yang menjadi subyek negosiasi Prancis dengan Pemerintahan Utsmaniyah lama pada 1914. Tebusan Prancis sejumlah £22.000.000 telah menawarkan Pemerintahan lama pada Februari tahun tersebut dengan bayaran £16.000.000 pada April berikutnya, kelompok Perier Prancis dalam mengembalikan wilayah jalur kereta api sepanjang 1.800 mil di utara dan timur Anatolia. Namun, tebusan tersebut tak pernah diwujudkan, wilayah tersebut tak pernah diratifikasi oleh Parlemen lama dan nampak sangat memungkinkan bahwa, bahkan jika ini terjadi, perang akan menundanya. Nmaun, perdamaian di Kilikia telah menjadi kebutuhan mendesak, karena pasukan Prancis secara perlaahn mendorong Pasukan Prancis-Armenia kembali ke laut. Untuk mengamankan perdamaian, serta tujuan lainnya yang dipikirkan M. Franklin-Bouillon, Kemenlu Prancis menyerahkan serangkaian panjang wilayah kepada Turki, bermula dengan Kilikia dan membentang sampai timur provinsi Mosul. Namun, sebuah perusahaan Prancis mempertahankan hak operasi Jalur Kereta Api Bagdad dari pelabuhan Mersina di Kilikia sampai terminus timurnya pada wilayah datar Mesopotamia Hulu.

Kabar penyerahan tersebut mendorong Pasukan Inggris agar Jenderal Dufieux, komandan Prancis di Kilikian, langsung meninggalkan Adana ke Beirut, hanya meninggalkannya para perwira Prancis bawahan untuk melakukan evakuasi. Ini membuat warga Armenia di Kilikia menjadi panik. Dalam mempersiapkan Negara Armenia independen di bawah naungan Prancis, mereka melakukan balasan drastis terhadap Turki di Kilikia dan terdapat landasan tak meragukan terhadap kekhawatiran mereka bahwa Turki akan meneruskan usaha buruk tersebut. Dalam rangka menenangkan kekhawatiran mereka, Pemerintah Turki memproklamasikan amensti, mengkecualikan mereka dari penugasan militer yang memiliki hak hukum untuk diklaim dari mereka, mengkecualikan mereka dari penarikan empat puluh persen yang diberlakukant erhadap seluruh warga Turki lain di negara tersebut, dan menjamin keamanan mereka sekuat-kuatnya yang dapat digunakan. Untuk membekingi penjaminan tersebut, mereka mengerahkan dua orangt erbaik yang tersedia, Muheddin Pasha sebagai gubernur militer wilayah pendudukan ulang dan Hamid Bey, yang telah disebutkan di atas dalam hubungannya dengan Samsun, seorang pejabat politik. Muheddin Pasha adalah perwakilan menonjol dari perwira Pasukan Utsmaniyah lama. Ia adalah salah satu guru Mustapha Kemal Pasha di Akademi Perang di Konstantinopel dan ia diperkenalkan oleh Kemal Pasha sebagai “sosok yang memberikan kita seluruh gagasan kebebasan kita.” Ia tak terlibat dalam deportasi Armenia tahun 1915 atau dengan Pemerintah Enver yang memerintahkannya. Di bawah rezim Hamidian, ia diasingkan sebanyak empat kali dan dua kali diganjar hukuman mati. Pada masa perang, ia bertugas sebagai panglima Utsmaniyah yang nyaris jauh dari ibukota kala Enver Pasha dapat mengirimnya.

Pendudukan ulang Turki direncanakan dimulai pada 1 Desember 1921, dan dirampungkan pada 4 Januari 1922. Pada 20 November, Muheddin Pasha dan Hamid Bey menerbitkan proklamasi dalam surat kabar Turki, Yeni Adana, yang dirancang untuk meredam kekhawatiran Armenia. Pada 22 November, mereka mengadakan pertemuan dengan para pemimpin Armenia di ruang atas stasiun kereta api Yenidje, dan M. Franklin-Bouillon kemudian mendatangi Yenidje pada hari itu dari Angora untuk menyatakan bantuan ulang mereka. Pada 26 November, mereka bergerak ke Mersina tempat sekitar 40.000 orang Armenia menunggu untuk pengangkutan dan mendatangi sekelompok 100 orang Armenia berpengaruh di gedung pemerintah. Pada 29 November, M. Franklin-Bouillon kembali ke Mersina sendiri dan mengadakan konferensi akhir dengan orang-orang Armenia. Sejak mereka menjadi warga Utsmaniyah, Pemerintah Turki memberikan hak dalam hukum untuk melarang mereka pergi dari tanah Turki, namun menjadi jelas bahwa tanpa pengawalan, ini dapat mendorong mereka untuk bertahan secara sukarela dan Pemerintah mempertahankan mereka dari persinggahan mereka secara tak sukarela. Kebanyakan dari mereka datang ke Suriah untuk hidup pada yayasan Near East Relief di Alexandretta, yang hanya berjarak beberapa mil, dan rumah-rumah mereka yang ditinggalkan di Kilikia jatuh ke tangan komite Turki yang dilantik oleh Hamid Bey untuk diserahkan pada mereka dalam jangka waktu setahun. Sebagian besar Kilikia berada dalam kondisi kekeringan dan terdapat beberapa pengerjaan yang dilakukan dalam memperbaiki keadaan perang, namun sejumlah Armenia menetap untuk tinggal di yayasan Amerika di barak-barak Alexandretta lama.

Beberapa hal menyatakan bahwa hal tersebut akan mendapatkan penulisan ulang sepuluh abad dalam sejarah di provinsi-provinsi timur dan lima abad di Kilikia. Ini dapat menjadi beberapa hal yang akan membuka pengalihan semi-otonomi komunitas Ermeni lama dari basis keagamaan ke teritorial, namun dengan seluruh kehendak baik yang memungkinkan, penemuannya atau kemungkina paling menunjukkan terhimpun di luar kekuatan penulis saat ini. Jika masalah Armenia dapat benar-benar dipahami di Amerika Serikat, tak ada orang Amerika yang akan menhindarkannya. Namun, masalah lalu berada di luar penuturan ulang. Dalam posisis tragis yang orang-orang Armenia alami saat ini, tiga kesepemahaman mendorong mereka sebagaimana yang dibuka pada orang-orang Amerika di masa depan:

Pertema, Kongres dapat mendeklarasikan perang terhadap Turki dan dengan mengerahkan pasukan luar biasa berkekuatan sekitar 200.000 pasukan, mereka dapat merebut Kilikia dan menghimpun Negara Armenia yang akan berdiri sepanjang Pasukan kami atau beberapa Pasukan Barat lain tetap menduduki dan tak lama lagi; dan lewat tindakan tersebut, kami harus berhasil dalam membenarkan suatu keburukan dengan melakukan keburukan yang lebih besar. Senangnya, tindakan tersebut berada di luar persoalan

Kedua, kami dapat terus mendukung Armenia dengan kepedulian dan menghimpun “hak minoritas” di Turki sebagai pembeda dari hak mayoritas Turki. Persoalan yang kami ikuti secara konsisten sejak 1918, dan hanya dapat berhasil dalam menaungi Turki, memperlakukan Armenia dan menghimpun agar perdamaian yang menjadi esensial paling utama dari keduanya.

Ketiga, kami mengijinkan Armenia untuk bekerja sendiri pada masa depan mereka. Ini adalah tindakan yang menghimpun Armenia di Timur yang kini kita ingin adopsi, dan lawan utamanya yang tersisa adalah orang-orang Armenia tertentu yang tinggal di New York dan jauh dari kenyataan. Jika kami mengadopsi tindakan tersebut untuk masa mendatang, ini nampak sangat memungkinkan bahwa orang-orang Armenia yang lebih memilih tinggal di negara mereka sendiri pada waktu akan mendapati jalan mereka menuju Armenia Soviet dan orang-orang yang bertahan di Turki akan diberi hak setara dan kewajiban setara dengan orang-orang Turki sendiri. Turki dan Armenia akan memahami satu sama lain. Sampai lima puluh tahun lalu, mereka hidup bersama secara umum pada perjanjian damai sepanjang berabad-abad dan fakta (yang tak datang sampai dalam negeri) bahwa Rusia Czarist telah lenyap, nampak menjanjikan kemungkinan keberlanjtuan berikutnya di Negara Turki baru dengan perdamaian yang sempat mengkarakterisasikan hubungan mereka….

Evakuasi Prancis terhadap Kilikia membersihkan sayap kiri Turki, namun Yunani di jalur Eski-Shehr-Afium masih bertikai pada pusat Turki dan Sekutu di Konstantinopel masih bertikai dengan sayap kanan Turki. Sementara itu, komando Inggris di ibukota dieksekusi dalam tingkat yang lbih rendah pada pemanjatan yang sama sebagaimana yang dilakukan oleh Prancis dalam kaitannya dengan Angora. Akibat kemenangan Turki di Sungai Sakaria, orang-orang Turki yang dideportasi di Malta ditukar di Ineboli, pesisir Laut Hitam dengan para tahanan Inggris yang ditahan di Anatolia. Sehingga, Rauf Bey kembali ke Angora.

Tak ada orang Turki yang menjadi pecinta yang lebih besar terhadap Inggris ketimbang Rauf Bey (Rauf berdarah Sirkasia dan Albania, namun secara politik ia adalah orang Turki dan tak seperti kebanyakan orang Turki, bahasa asingnya adalah Inggris alih-alih Prancis). Ia menghadap ke Kedubes Inggris pada 1914 untuk menolong menjaga negaranya agar tetap netral, namun tak ada jawaban yang diberikan kepadanya. Ia menghadap ke Laksamana Calthorpe pada 1918 untuk gencatan senjata, namun gencatan senjata berujung pada pendudukan Konstantinopel oleh Sekutu dan pendudukan Smyrna oleh Yunani. Ia bertindak dalam kepercayaan baik terhadap intimasi dari Jenderal Milne pada 1920 dan membawa para deputi Nasionalis dari Angora ke Konstantinopel, namun tindakan tersebut menempatkannya di balik kawat berduri Inggris di Malta. Apakah ini merupakan persoalan yang menakjubkan yang memiliki tradisi ebsar pada generasi-generasi warga Inggris yang terbangun di Konstantinopel, yang kini telah lenyap? Tak ada orang Turki yang berjuang susah payah untuk Inggris selain Rauf Bey, dan beberapa negara telah lebih konsisten mencederai para temannya sendiri di Turki ketimbang Inggris yang dipimpin oleh Mr. Lloyd George. Pengalaman tragis Rauf Bey di tangan negara mereka adalah sesuatu yang dapat dilakukan oleh warga Inggris dengan baik untuk dihimpun pada hari-hari baru, kala perahu-perahu Turki membawa para pedagang Inggris ke Teluk Smyrna.

Ali Fethy Bey, seorang Turki Makedonia yang rendah hati dan nyaris pemalu yang secara sederhana tak memberikan kekuatan yang dicurahkan olehnya kepada Angora, kembali dengan Rauf dan daftar panjang deputi lain dalam Parlemen di Konstantinopel. Mereka adalah otak sipil yang terhimpun di Angora dalam kebutuhan terbesar dan kini menjadi memungkinkan bagi Majelis Nasional Agung untuk memulai pendirian pemerintahan sipil. Musim dingin telah datang dan situasi militer akan secara dibutuhkan bertahan untuk tetap berdiri. Majelis tersebut memberikan guncangan langsung pada Kementerian Perangnya (Kementerian Pertahanan Nasional adalah sebutan resminya). Rafet Pasha digulingkan dan Kementerian Dalam Negeri dipisahkan dan diserahkan kepada Ali Fethy Bey. Disini, ia menghadapi kesulitan yang sama dengan yang dihadapi oleh kebanyakan pemimpin Nasionalis—ia tak mengetahui Anatolia dan memeinta sebagian besar musim dingin untuk mempelajari bagian dalam dan luar departemennya. Rauf Bey menyerahkan Kementerian Kepegawaian Negeri selain pada perombakan Kabinet, ia hadir menggantikan Fevzi Pasha sebagai Perdana Menteri, sebuah jabatan yang lebih selaras dengan kemampuannya yang sangat tinggi. Kementerian Keuangan ditingkatkan pada otoritas sebenarnya, berbeda dari kepala jabatannya, dan para perwakilan Near East Relief yang bertugas untuk mengkonsultasikan Rafet Pasha pada persoalan kepentingan saling menguntungkan, kini mendapati diri mereka sendiri merujuk dengan Hassan Tahsin Bey, Menteri Keuangan, kala mereka ingin menerima pengecualian suplai pemulihan dari pembayaran bea cukai. Rafet Pasha ditugaskan untuk menghimpun penerapannya sebagaimana mereka menjadi persoalan pribadi, namun Tahsin Bey adalah warga asing. Dengan rezim Kapitulasi berakhir, Amerika mendapati diri mereka sendiri dalam posisi menjadi dibutuhkan untuk memperlakukan pegawai Pemerintahan di Turki sebagaimana ia menjadi pegawai Pemerintahan. Bagi beberapa orang Amerika, perubahan tersebut menonjol, dan masih menghimpun suatu kesulitan.

Pada suatu waktu, Kemenlu yang ditempatkan di gedung Utang Publik lama, telah menandatangani perjanjian pengakuan saling menguntungkan dengan Rusia Soviet pada 16 Maret 1921, pada waktu yang sama kala perjanjian Rusia-Persia ditandatangani. Dalam perjanjian Rusia-Turki, pengakuan Rusia penuh diberikan kepada program Erzerum, termasuk klausa yang menghormati Konstantinopel dan Selat. Tak ada ilustrasi lebih nampak yang timbul dari pengartian Revolusi Rusia ketimbang pergesekan antara Perjanjian Rusia-Turki 1921 dan Perjanjian Inggris-Rusia 1907.

Penerapan dalil Perjanjian 1921 untuk garis depan Rusia-Turki baru dalam Perjanjian Kars yang ditandatangani pada 13 Oktober 1921 nyaris membawa perdamaian di provinsi-provinsi timur, dan para menteri Azerbaijan dan Afganistan, yang diakreditasikan kepada Mustapha Kemal Pasha, disambut di Angora. Seorang Dubes Rusia juga disambut dan sejumlah perjanjian dagang dan konsuler dimulai.

Hanya tiga bagian garis depan Negara Turki yang kini tetap disahkan—garis depan Mosul, garis depan Smyrna dan garis depan di Eropa. Komunikasi dengan Barat, dengan pandangan penetapan perdamaian dari sengketa garis depan tersebut, kini terbuka untuk diarahkan konstantinopel, komando Inggris membuka jaringan dari Kantor Pos Umum di Stamboul ke “pelosok” pada waktu yang sama kala mereka mengembalikan orang-orang yang dideportasi dari Malta. Jalur barang dari Adabazar yang teesedia lewat rel dari Konstantinopel, pada masa lalu ditinggalkan oleh Yunani ke Angora juga dibuka, namun brigade Yunani dan Sirkasia seringkali menyerbunya agar tak dapat dipakai tanpa pengamanan kuat. Akses ke Angora pada prakteknya masih dipercayakan kepada jalur kereta api dari Mersina ke Konia dan sehingga lewat angkut barang ke Angora, atau dari pesisir Laut Hitam melalui pegunungan ke Angora. Namun, pemasukan ke pelosok yang terkadang ditangani oleh perwakilan baru Pemerintah Turki di Stamboul, bagi Yunani masih berlaku di Eski-Shehr dan Afium-Karahissar dan perang masih terjadi.

Kondisi di Anatolia sangat berpengaruh pada musim dingin 1921-’22. Permulaan pemerintahan sipil muncul, namun situasi militer terus dibutuhkan untuk mendominasi. Fevzi Pasha tersu mengadakan munisi kala ia dapat mengambilnya. Beberapa datang dari Italia, beberapa datang dari prancis (tak memungkinkan seragam Amerika yang dikenakan beberapa prajurit Turki, aslinya ditinggalkan sebagaimana saham surplus Amerika di Prancis), dan beberapa datang dari Inggris, karena Kepala Panglima Inggris dan Komisioner Tinggi Inggris di Konstantinopel berada dalam perasaan bahagia pada pihak Yunani sebagaimana Kementerian Perang Inggris dan Kementerian Luar Negeri Inggris pada sejumlah pihak Timur lainnya. Namun, pada utamanya, pasukan Turki dimobilisasi ulang dan dipersenjatai ulang oleh sumber daya asli dari Turki sendiri, sebagaimana yang dipersonifikasikan dalam sosok menonjol Fevzi Pasha. Bahkan usai ia mengamankan amunisi asing, usai sekelompok wanita desa merebutnya dari pesisir di gerobak kerbau dan di punggung keledai dan unta, permesinan telah terhimpun untuk mengubah kaliber kebanyakn darinya sebelum memastikan meriam-meriamnya. Ini adalah kisah yang sangat menonjol dalam sejarah militer modern ketimbang kisah bagaimana Fevzi Pasha memobilisasi ulang dan mempersenjatai ulang pasukan Turki dari serangkaian artileri yang dibongkar dan amunisi yang tak siap. Bayaran pasukan ke Anatolia dalam kondisi tertunjangnya telah diterapkan, namun pembentukan mereka oleh Fevzi Pasha di bawah kondisi pengepungan yang terhimpun, tak lebih dari mukjizat.