Lompat ke isi

Kelahiran Kembali Turki/Bab 9

Dari Wikibuku bahasa Indonesia, sumber buku teks bebas

IX

DEPORTASI ARMENIA 1915

ENVER DAN PATRIARK ARMENIA—TEMPAT TINGGAL ARMENIA—MISIONARIS AMERIKA DAN ORANG ARMENIA—​RUSIA DAN ARMENIA—BRITANIA RAYA BERGABUNG DENGAN RUSIA DALAM PERJANJIAN TAHUN 1907—TUNTUTAN ​ENVER UNTUK PEMERINTAH INGGRIS DI PROVINSI-PROVINSI TIMUR—PERANG DAN DEPORTASI ARMENIA.

Kala Pemerintah Enver memasuki perang, Enver Pasha sendiri memperingatkan Patriark Armenia di Konstantinopel melawan upaay apapun untuk menurunkan perang terhadap pergerakan Armenia. Kontak tersebut memperkenalkan kami pada hubungan Utsmaniyah paling intim dan satu hal yang tak dapat disurvei selain kami meragamkan pikiran kami akan Kapitulasi dan sikap terhadap Pemerintah Utsmaniyah yang melahirkannya.

Pada diri mereka sendiri, Kapitulasi telah ada pada masa pra-Utsmaniyah kala warga asing dinaungi pemerintah di bawah hukum mereka sendiri dan pemakaian apapun yang mereka himpun untuk hidup. Pada zaman keemasan Kekaisaran Utsmaniyah, para Siltan mengkonfirmasikan mereka dan kala prestise Utsmaniyah menurun, peningkatan jumlah hak Kapitulasi bertumbuh di luar hak spesifik yang aslinya diberlakukan dalam firman-firman kekaisaran. Secara umum, mereka dinyatakan bahwa mereka menghimpun status diplomatik pada seluruh orang Barat di Kekaisaran, menghimpun mereka pada Konsulat mereka sendiri alih-alih Pemerintah Utsmaniyah di negara mereka tinggal. Mereka diberlakukan oleh Pemerintah Enver pada 28 September 1914, dalam deklarasi unilateral kala Blok Sentral tak berada dalam posisi untuk mencegah dan melawan Kekuatan Sekutu yang hanya dapat mendaftarkan protes mereka.

Namun, Kapitulasi melebihi proses hukum yang sebenarnya. Mereka menghimpun sikap mental terhadap Pemerintah Utsmaniyah. Mereka menjadikannya perilaku Barat yang tak berkaitan dengan Pemerintahan dan mendirikan kontak Barat dengan para warganya yang sangat independen secara pasti dan mendirikan hubungan dengan negara tersebut. Di bawah Kapitulasi, Barat telah lama mendirikan kontak dengan warga Kristen Pemerintah Utsmaniyah dan kode perilaku pemerintah dan pembangunan tak dikehendaki yang diterapkan Barat terhadap Pemerintah itu sendiri. Di bawah kode tersebut, Kristen Utsmaniyah manapun memberi hak memberontak melawan Pemerintah namun Pemerintah, walau menjadi satu-satunya badan yang ditugasi dengan mengurusi perdamaian di negara tersebut, menyangkal hak untuk menuntaskan pemberontakan Kristen. Kode tersebut yang diterapkanBarat tidak kepada Pemerintah lainnya. Rusia Ortodoks berulang kali menindak pemberontakan Muslim di Asia Tengah dengan brutalitas besar sebagaimana Pemerintah Utsmaniyah yang pernah pakai melawan warga Kristennya, namun kode yang Barat terapkan kepada Pemerintah Utsmaniyah tak pernah diterapkan kepada Rusia. Barat tak pernah mengakuisisi perilaku tak terkait dengan Pemerintah Rusia di negara yang ditugasi dengan tugas pemerintahan. Rusia adalah pertumbuhan modern yang tak pernah mengenal Kapitulasi.

Jika tak memungkinkan bagi kami untuk meragamkan pikiran kami terhadap keputusan akhir Kapitulasi, untuk menerapkan Pemerintah Utsmaniyah secara pasti dengan kode yang sama dari tindakan pemerintahan yang telah menjadi kebiasaan mereka untuk menerapkan absolutisme Timur Rusia Lama, hubungan Pemerintah Utsmaniayh dengan warga Armenianya sangat diuji.

Populasi Armenia sebelum perang terdiri dari sekitar 1.500.000 di Kekaisaran Utsmaniyah, sekitar 1.000.000 di Kekaisaran Rusia, sekitar 150.000 di Persia dan sekitar 250.000 di Mesir, Eropa dan Amerika Serikat. Meskipun koloni-koloni kecil mereka ditemukan di seluruhb bagian Kekaisaran Utsmaniyah, sebagian besar dari mereka tinggal di provinsi-provinsi timur, sebuah wilayah pegunungan yang, dengan tetangga Turki mereka, mereka membentuk pertanian sedentari di kalangan penduduk nomadik Kurdi.

Di provinsi timur tersebut, mereka menghimpun masyoritas penduduk dan berkaitan dengan itu, mereka sangat berbeda dari Yunani dan Bulgaria dari provinsi-provinsi Balkan lama. Ini bukan karena penaklukan Utsmaniyah, karena kerajaan independen terakhir Armenia besar telah lenyap dalam invasi Seljuk tahun 1079, dan Mesir mengakhiri Armenia Kecil di Kilikia pada 1375. Tak sampai 1514, Sultan Utsmaniyah Selim I, dalam kampanyenya melawan Persia, menduduki provinsi timur modern dan menghantarkan penduduk mereka ke Kekaisaran Utsmaniyah. Seturut dengan toleransi yang dihimpun Sultan-sultan Besar, Gereja Gregorian yang dianut orang-orang Armenia, menjadi komunitas terakui dalam hak penuh kebebasan budaya dan gerejawinya. Tak seperti Yunani dan Bulgaria di Eropa yang menghimpun mayoritas dan yang akibatnya telah menjadikan diri mereka sendiri dan seluruh unsur kebangsaan, orang-orang Armenia menikmati lembaga-lembaga kemasyarakatan mereka hanya pada tingkat otonomi yang dapat mereka nikmati. Pada dasarnya sangat muda bagi Yunani dan Bulgaria, kala gagasan nasionalisme Barat mencapai mereka, untuk memperlebar otonomi lembaga kemasyarakatan mereka sendiri menjadi kemerdekaan teritorial, namun upaya apapun untuk mengerahkan otonomi Armenia dari dasar keagamaan ke teritorial merupakan persoalan lainnya. Penduduk provinsi timur modern tak mungkin membangkitkan Kerajaan Armenia lama dan masih tak mungkin sampai beberapa hal mendapati penulisan ulang sepuluh abad sejarah.

Orang-orang Armenia sangat diperlakukan buruk oleh Sultan-sultan modern di Konstantinopel. Tak ada hal yang meragukannya. Dan bahkan pada tetangga Turki dan Kurdi mereka. Ini berada dalam perlakuan yang sangat buruk pada masalah yang dilayangkan Kekaisaran Utsmaniyah modern, dan bahwa masalah tersebut menjadi masalah Turki serta masalah Armenia. Revolusi Turki Muda tahun 1908 menjadi upaya terjujur untuk menyelesaikannya dengan membangkitkan Konstitusi dan mendesentralisasikan Pemerintah, namun di tangan Komite Persatuan dan Kemajuan, Revolusi tersebut terpecah dan masalah Kekaisaran Utsmaniyah modern masih tak terselesaikan.

Para misionaris Amerika menjalin kontak dengan minoritas Armenia selama nyaris seabad lampau, dan mulai merencanakan sejumlah perpindahan dari Gereja Gregorian ke Protestanisme. Perpindahan agama tersebut sangat ditindas oleh rohaniwan Gregorian yang Sultan akhirnya mengakui mereka, suatu waktu pada 1850’an, sebagai komunitas Protestan terpisah dalam menikmati hak ibadah yang diperkenankan oleh mereka. Penindasan Gregorian berkelanjutan membaut mereka meningkat dalam pengerahan misionaris yang menjadi alat lewat orang-orang Amerika di Amerika Serikat yang dirancang untuk bersentuhan dengan komunitas Protestan baru di Kekaisaran Utsmaniyah. Ini membuktikan bahwa penjamahan tersebut harus mengirim orang Armenia berkontak dengan gagasan sipil serta keagamaan Amerika, dengan peradaban Barat yang mentubuhkan Protestanisme Amerika, dan bahwa kekeliruan yang sangat nyata dan tak diragukan yang diderita oleh orang-orang Armenia di bawah pemerintahan Hamidian harus dikenal di Amerika Serikat. Ini berada dalam pemenuhan proses kesehatan pada dirinya, namun tragedinya terbaring dalam fakta bahwa misionaris tak dapat atau takkan membuatnya membiarkan pendukung mereka di Amerika Serikat agar Turki terdera dari kekeliruan yang sama. Sehingga, alih-alih mengirim seluruh ras Kekaisaran secara sebagian ke dalam sorotan Amerika, sebagai gantinya membuatnya selaras di Amerika Serikat dengan rezim Hamidian di Konstantinopel menjadi penindas dan Turki dan Armenia bak korbannya, dampak dari dorongan misionarsi Amerika untuk memfokuskan perhatian Amerika terhadap pedneritaan Armenia sendiri.

Pada suatu waktu, Rusia menjalin kontak dengan Armenia pada jenis yang sepenuhnya berbeda. Tercapai lewat pembatas Pegunungan Kaukasus dan mendirikan pemerintahan sementaranya di Trans-Kaukasia, Rusia memindahkan sejumlah besar Armenia dari Utsmaniyah ke kedaulatan Rusia, melucuti mereka dari otonomi lembaga komunitas mereka dan mempertahankan mereka dalam perintah dengan tangan besi. Pada Perang Rusia-Turki 1876, pasukannya mengerahkan kirab mereka menuju Alexandretta di Kars kala mereka melirik Armenia Utsmaniyah di provinsi-provinsi timur. Perjanjian San Stefano yang menutup Perang tahun 1876 dicetuskan dan dalam Perjanjian Berlin tahun 1878, niat Rusia untuk reformasi yang diterapkan kepada Armenia disepakati oleh seluruh pihak penandatangan. Namun, dalam Konvensi Siprus 1876, Britania Raya memutuskan dirinya untuk menghimpun kerajaan Sultan melawan Rusia, dan provinsi-provinsi timur, yang kini menjadi provinsi paling sulit dan paling penting di Kekaisaran luar, menjadi palagan yang secara langsung menekan kebijakan Inggris dan Rusia. Namun, Rusia, di samping pengerahannya kala kekalahan Perjanjian San Stefano, menang di Berlin. Klausa Armenia dalam Perjanjian Berlin memberlakukan pendirian Armenia untuk mengamankan kekeliruan mereka secara independen dari tetangga Turki mereka yang sama-sama menderita dengan mereka di bawah rezim Hamidian. Pwenakanan tersebut kini makin ditemukan dalam pengerahan dalam gerakan Nihilis yang berkembang di Rusia usai Perang Rusia-Turki. Armenia yang tertindas pada Trans-Kaukasia Rusia bergabung dengan gerakan Nihilis, namun merkas besar mereka di Tiflis dicekal oleh kepolisian Czar dan revolusionis Armenia kabur ke Swiss, Paris, London dan New York.

Hubungan antara Turki dan Armenia di Kekaisaran Utsmaniyah kemudian jauh lebih damai. Mereka berdua terdera di bawah Pemerintah di Konstantinopel dan bahkan kala Wasternisme mengasingkan Bulgaria di Eropa, Armenia di provinsi-provinsi timur masih menjadi “komunitas setia.” Namun, revolusionis Armenia di Barat, alih-alih menjalin pengerjaan mereka dengan Trans-Kaukasia Rusia, berniat untuk juga mengumpulkan dana di Kekaisaran Utsmaniyah, dan hubungan Turki-Armenia kuno mulai terracuni. Komite Armenia berhasil dalam memberikan penekanan pada Turki bahwa “komunitas setia” tak lagi setia, dan Abdul Hamid menjawabnya dengan pembantaian kejam tahun 1894 dan 1896. Karena usaha tersebut, Barat melayangkan kesalahan tersebut terhadap “Abdul yang Terkutuk,” dand orang Turki yang sabar terkadang mencapai batas yang paling parah, yang umumnya dikecualikan dari kesalahan.

Pada 1907, provinsi-provinsi timur menjadi ranah yang nyaris dihadapkan dalam hubungan Inggris-Rusia. Di bawah Perjanjian Inggris-Rusia pada tahun tersebut, kedua belah pihak memberi dampak pemisahan langsung Persia dan menghimpun pemisahan masa depan terhadap Kekaisaran Utsmaniyah kala provinsi-provinsi timur akan diserahkan ke Rusia dan Mesopotamia akan diserahkan ke Britania Raya. Ini akan memasukkan Rusia pada posisi militer kala negara tersebut dapat mengancam koridor Siria sampai Mesir dan Mesopotamia itu sendiri, namun mungkin kepercayaan Inggris yang dijadikan pada Perjanjian 1907 menyatakan bahwa, jika Rusia Lama membaut kehidupan baik tak memungkinkan bagi Inggris di Asia, Rusia Liberal yang diyakini lahir dalam Revolusi tahun 1905, akan menghimpun tetangga yang memungkinkan untuk hidup pada nuansa pertemanan di Rusia. Sehingga, aneksasi usia terhadap provinsi-provinsi timur menjadi program umum Britania Raya dan Rusia, dan dari masa itu, Rusia mengadopsi kebijakan liberal terhadap Armenianya di Trans-Kaukasia yang kelompok aneksasionis Rusia kecil kemudian nampak di kalangan Armenia di provinsi-provinsi timur. Faktatersebut harus ditunjang bahwa tak pernah ada penduduk Rusia di provinsi tersebut dan bahwa Armenia menghimpun satu-satunya dasar Rusia untuk campur tangan dan kemudian aneksasi.

Perjanjian Inggris-Rusia tahun 1907 dengan cepat disusul oleh Revolusi Turki Muda tahun 1908. Turki dan Armenia bergabung bersama dalam penggulingan rezim Hamidian. Blok Armenia dibentuk dalam Parlemen baru dan Komite Persatuan dan Kemajuan nampak masuk dalam hubungan baik dengannya. Serangkaian wacana Armenia di Kekaisaran nampak berkehendak untuk menggarap revisi Konstitusi dan memulai, seumum dengan tetangga Turkinya, reformasi terhadap seluruh ras Utsmaniyah yang dihimpun dalam keperluan pembangunan. Namun, revolusioner Armenia di Barat telah menghimpun komite kemerdekaan di Kekaisaran dan menekankannya dalam teknik revolusi. Tanggapan komite terhadap apa yang nampak menjadi kerjasama Turki-Armenia dalam Parlemen di Konstantinopel, adalah “pembantaian” Adana. Ini sangat berbeda dengan rencana dari kekejaman Abdul Hamid pada 1894 dan 1896, dan kekeliruan utama yang ditemukan dengan Turki di Adana adalah niat mereka untuk menghentikannya. Komite kemerdekaan meluncurkannya dalam gaya yang disepakati dari revolusi Balkan, memuncakinya di Adana umumnya dengan pandangan menghimpun campur tangan Barat di dekat pelabuhan Mersina. Kapal-kapal tempur Barat pada kenyataannya berlabuh di jalan Mersina, namun menahan diri dari pendaratan pasukan.

Rusia kini menyoroti provinsi-provinsi timur namun pada Perang Balkan dihiraukan dari tindakan, mungkin dalam rangka mengijinkan Pemerintah Enver untuk mempertahankan Konstantinopel melawan Bulgaria, Rusia memiliki rancangannya sendiri terhadap Konstantinopel. Masih khawatir untuk mencapai beberapa solusi masalah provinsi timurnya yang akan melawan niat Rusia, Pemerintah Enver pada 1912 secara sukarela menuntut pemerintah Inggris, kala negara tersebut memiliki hak untuk melakukannya di bawah Konvensi Siprus tahun 1876. Kemenlu Inggris beralih menuntut atas dasar bahwa Rusia akan menentang pengerahan Inggris di sekitaran garis depan. Namun setahun sebelumnya, Kemenlu mengalihkan permintaan Mr. Morgan Shuster, Bendahara Umum Amerika terhadap Persia, untuk pengerjaan pegawai Inggris di Tegeran dan telah mengutip alasan yang sama untuk tindakannya. Terdapat ketiadaan dalam surat Perjanjian Inggris-Rusia tahun 1907 yang memerintahkan Kemenlu untuk melarang pelantikan Mayor Stokes di Teheran, maupun terdapat hal apapun dalam surat Perjanjian tersebut yang membagi Kekaisaran Utsamniyah antara Rusia dan Britania Raya. Pemahaman tersebut diberlakukan di bawah pernyataan dari apa yang disebut oleh Sir Edward Grey sebagai “jiwa” Perjanjian tahun 1907.

Kala Pemerintah Inggris usai perang mengerahkan Sir Edward Grey, Waliraja Grey dari Fallodon saat itu, ke Washington untuk ditujukan menjadikannya Dubes Inggris untuk Amerika Serikat, ia diperkenankan untuk kembali ke London tanpa memegang tugas-tugasnya. Namun, gerejawan Amerika tak selalu sedekat kenyataan sebagaimana pemerintah mereka di Washington berada. Namun, pengajar Amerika di Kekaisaran Utsmaniyah telah menyaksikan karya misionaris di tangan pertama untuk jangka waktu panjang sehingga saat ini orang tertua dari mereka membuat rangkaian paling lengkap dari dorongan jenis misionaris manapun pada esensial pertama dalam manajemen sekolah mereka.

Kemenlu Inggris tak lagi mengalihkan tuntutan Pemerintah Enver ketimbang Rusia yang menyajikan tuntutannya sendiri di Konstantinopel. Pemerintah Enver mengajukan pada Jerman dan kompromi kemudian berdampak di bawah orang Belanda dan Norwegia yang diangkat menjadi Inspektur-Jenderal di provinsi-provinsi timur. Tidak ada dari mereka yang berada di Timur Dekat dan tidak ada yang memahami bahasa Timur Dekat manapun. Perang dimulai tak lama kemudian dan tak satupun dari mereka yang pernah mencapai Timur Dekat.

Blok Armenia dalam Parlemen di Konstantinopel mengadakan kongres tahun 1914-nya di Erzerum di provinsi-provinsi timur kala Pemerintah Enver memasuki perang. Utusan-utusan pemerintah mengunjungi mereka disana dan melayangkan proyek Pan-Turanian kepada mereka yang menjad tujuan langsung untuk memukul mundur Rusia. Pemisahan Trans-Kaukasia Rusia dicetuskan, wilayah taklukan dibagi antara Armenia, Georgia dan Tartar, masing-masing seturut otonomi di bawah kedaulatan Utsmaniyah. Blok Armenia menjawab bahwa jika perang menyediakan kebutuhan, mereka akan melakukan tugas mereka selaku warga Utsmaniyah namun mereka menasehati Pemerintah untuk tetap netral. Ini dapat dianggap bahwa para wakil Armenia di Parlemen masih berkehendak, disampign penolakan rezim Enver, untuk mengerjakan Konstitusi dengan para wakil Turki. Namun, komite-komite independen mendapati inspirasi mereka di Barat dan program mereka dielektrifikasi oleh perhatian penuh terhadap kemerdekaan Armenia kala Blok Sekutu memulai perang. Kelompok aneksasionis Rusia sama-sama terdampak. Dalam pandangan mereka, kesempatan Rusia untuk “membebaskan” provinsi-provinsi timur berada di genggaman.

Di bawah Konstitusi 1908, Pemerintah Enver memiliki hak untuk memobilisasikan Armenia usia militer serta Turki, namun oposisi bersenajta sempat pecah, terutama di Zeitun, sebuah kota pegunungan Armenia yang telah lama menikmati kemerdekaan lokal yang nyaris penuh. Di sepanjang garis depan timur, orang-orang Armenia mulai membelot ke pasukan Rusia dan Pemerintah Enver, yang terganggu dengan kesetiaan orang-orang yang bertahan, menyingkirkan mereka dari pasukan tempur dan memasukkan mereka ke kelompok-kelompok pekerja yang komisariat, dengan menempatkannya secara ringan, bekerja bahkan lebih pelik ketimbang pasukan tempur.

Dengan situasi dalam keadaan tersebut, Enver Pasha melintasi garis depan Rusia dan Persia namun pada Januari 1915, ia dipukul mundur di balik garis depannya sendiri oleh kemenangan Rusia di Sarykamish. Kemenangan tersebut membakar harapan aneksasionis dan kelompok sukarelawan Armenia bersenjata mulai beroperasi di balik pasukan Utsmaniyah. Pada April, Lord Bryce dan “Friends of Armenia” di London mengajukan dana untuk mempersenjatai sukarelawan tersebut, dan Rusia mungkin juga bukannya tak meminati mereka. Melihat bahwa Britania Raya dan Rusia berperang dengan Pemerintah Utsmaniyah, ini akan mengejutkan jika pergerakannya disorot. Kelompok sukarelawan tersebut akhirnya merebtu Van, salah satu ibukota provinsi timur, pada April dan, membantai penduduk Turki, mereka menyerahkan apa yang masih ada di kota tersebut kepada pasukan Rusia pada Juni. Kabar dari Van menyebabkan Turki tentunya selaku kabar dari Smyrna yang berdampak pada mereka kala Yunani mendarat disana pada Mei 1919. Rumor langsung menyebar sampai Asia Kecil bahwa Armenia telah bangkit.

Pada masa itu, situasi militer berubah tajam melawan pemerintah Enver. Kemenangan Rusia di Sarykamish berkembang dan gelombang pengungsi Turki tumpah dari kawasan barat ke Asia Kecil tengah. Inggris meluncurkan kampanye Dardanelles mereka pada gerbang Konstantinopel, dan Bulgaria tak lagi datang. Ini nampak beralasan untuk menyatakan bahwa kesempatan tersebut, dari segala kesempatan, akan dipilih oleh Pemerintah Enver untuk mengambil tindakan besar melawan warga Armenianya tanpa meyakini bahwa tindakan semacam itu dibutuhkan secara langsung. Tindakan diambil. Para gubernur provinsi di belahan Kekaisaran tersebut yang menghadapi musuh, yakni provinsi-provinsi timur dan pesisir Laut Tengah tempat pasukan perang Inggris dan Prancis mengadakan patroli, diperintahkan untuk mengumpulkan warga Armenia mereka dan mengkirab mereka ke selatan menuju kawasan Arab untuk pemindahan. Jika deportasi tersebut dilakukan dalam rangka penataan, penghimpunan polisi terkuat dan paling layak dibutuhkan namun aransemen yang Pemerintah Enver tak dapat atau takkan dibuat. Secara umum, deportasi hanya mengumpulkan warga Armenia bersamaan dan menggerakkan mereka tanpa perlindungan pada penduduk yang diperingatkan dan dimurkai oleh kabar dari Van. Mereka terpecah dalam bisnis mematikan kala pasukan Armenia usia militer ditembak di lapangan dan wanita, anak dan lansia yang tersisa yang tka siap melakukan perjalanan mereka selaku pengungsi ke Trans-Kaukasia Rusia, akhirnya singgah di Mesopotamia dan Suriah di bawah kondisi berkebutuhan.

Bisnis tersebut menghantarkan Rusia pada klaim tunggalnya terhadap campur tangan di provinsi-provinsi timur, dan Kemenlu Inggris yang berbagi dalam program Inggris-Rusia dalam membagi Kekaisaran Utsmaniyah sebagaimana Persia yang telah dibagi, secara alamiah mendapatkan sebagian besar darinya. Perkiraan Lord Bryce terhadap jumlah orang Armenia yang tewas secara keseluruhan adalah 800.000.