Kepergian-Nya meninggalkan jejak

Dari Wikibuku bahasa Indonesia, sumber buku teks bebas

Kepergiannya memang menuaikan perasaan yang berkecamuk karena, aku merasa pada hari itu adalah hari yang tidak akan ku lupakan oleh jalan kehidupanku, bagaimana tidak orang yang aku kenal 3 tahun belakangan ini telah meninggalkanku untuk selama – lamanya. Aku terbangun dari lamunan ku yang sangat menghantui kepala ku beberapa bulan ini sosok “dia” selalu saja berada dikepala ku, seperti jika aku merasa kesepian seolah – olah dia hadir di dekatku sambil memeluk diriku. “Ah apa yang telah ku pikirkan, tidak akan mungkin hal itu dapat terjadi” gumamku sambil mencoba menahan air mata ku yang sejak tadi ingin kulampiaskan namun, aku sekarang berada di keramaian di sebuah kedai makan duduk sendiri sembari melihat orang – orang berlalu – lalang sedangkan aku hanya menyendiri duduk di ujung kedai makan tersebut.

Jejaknya tetap selalu ada kini dan nanti.

“Hari yang aneh, hari ini aku menemukan 2 sisi dari diriku bisa tertawa dan sekarang di keramaian orang - orang dapat saja aku menangis” gumamku lagi sambil menyeruput teh es kesukaan ku. Aku memang menyukai kesendirian lebih tepatnya setelah “dia” pergi aku tidak punya lagi sahabat yang bisa ku ajak makan, jalan – jalan tidak jelas dan lain – lain. Setelah makanan ku habis aku segera bergegas untuk pulang sebelumnya aku membayar makanan ku di kasir, cukup murah karena ini adalah kedai makan kesukaanku bagus untuk diri ku yang ingin berhemat tetapi dengan makanan yang enak. Namun, di perjalanan aku berpikir “ku rasa hari ini aku harus lebih cepat beristirahat mungkin saja aku memang kelelahan serta pikiran ku yang selalu saja tentang “dia” menguras tenaga ku” ucapku sambil melihat di sekeliling jalan yang mulai kosong oleh orang – orang karena sekarang telah sore menuju malam, membuat ku segera melajukan motor biru kesayangan ku yang diberikan ayah ku di waktu ulang tahunku.

Setelahnya, aku melihat bahwa langit semakin gelap dan air dari langit tetes demi tetes menjatuhi helm biru ku, karena hujan semakin deras akupun tidak mampu lagi dan  memutuskan untuk berhenti sejenak di depan hotel, aku berteduh disitu sendirian sembari menatap langit berharap hujan cepat teduh agar aku bisa tidur di kasur ku yang empuk sembari scrolling tiktok. “hmm, lagi – lagi aku mengingat momen ini” aku teringat moment di tahun 2020 dimana aku dan “dia” juga berteduh, saat itu kami ingin mengambil sertifikat magang kami di sebuah perusahaan, karena hujan yang deras kami pun berteduh di depan hotel. Akupun melamun mengingat saat itu kami tertawa – tawa sambil bercerita banyak hal – hal yang random tidak sadar air mata ku turun selaras dengan hujan turun ke bumi. Namun, aku tersadar karena ada yang menepuk bahu ku seorang ibu – ibu sepertinya beliau juga kehujanan sama dengan ku namun, aku tidak mengetahui sejak kapan beliau sudah ada disini.

Ibu itu berkata “mbak, jangan ngelamun seperti itu nanti kesambet loh  aku segera menghapus air mataku dan tersenyum saja melihat ibu – ibu tersebut lalu menatap langit selaras berkata di dalam hati “hujan adalah salah satu jejak kenangan ku dengan kamu, sahabatku”. Lalu aku berterima kasih kepada ibu tersebut karena telah menyadarkan ku dari lamunanku setelahnya, kami berbincang – bincang hingga akhirnya langit sudah mulai kembali cerah, segera aku memasang helm biru ku serta berpamitan kepada ibu tersebut dan menjalankan motor ku yang telah basah sejak tadi.

Akhirnya, setelah perjalanan yang cukup panjang aku sampai ke rumah kecilku dengan cat warna hijau itu ku lepas helm biru yang akhirnya tetap basah karena sebelum ku berhenti helm ku sudah terkena hujan “yah helm ku basah, motor ku juga kotor tambah lagi kerjaanku cape banget loh” gumamku yang melihat helm serta motor ku yang kotor terkena tanah yang becek karena hujan. Aku pun langsung masuk ke rumah dan mandi untuk membersihkan badan ku agar aku tidak sakit, dari dulu orang tua ku selalu bilang bahwa jika kena hujan maka di rumah harus langsung mandi namun itu memang ajaib tetapi fakta aku tidak akan sakit jika aku melakukan hal itu.

Aku bangun tidur setelah semalaman aku benar – benar tidak ada memeriksa handphone ku sama sekali rasanya kemarin aku sangat kelelahan selain lelah fisik akupun lelah pikiran yang selalu terkenang mengenai sahabat ku yang telah pergi, iya dia sudah meninggal beberapa bulan yang lalu karena penyakit yang dideritanya dia orang yang kuat dan sabar untuk menghadapi penyakitnya itu, hal itulah yang membuat ku selalu teringat akan tentangnya. “Huh hari yang melelahkan kemarin, sampai – sampai aku melupakan benda kecil ku yang sejak tadi berdenting – denting memanggil untuk diperiksa” ucapku yang baru bangun tidur sudah bergumam sendiri, aku langsung menghampiri handphone ku dan memeriksanya aku melupakan sesuatu saking sibuknya diri ku bahwa hari ini adalah hari penting dalam hidup ku yaitu hari ulang – tahun ku  21 Desember adalah tanggal kelahiran ku dan sekarang aku beranjak 19 tahun, umur yang cukup dewasa semakin banyak yang harus dipikirkan terutama mengenai masa depan ku.

Banyak sekali ucapan – ucapan dari teman – teman ku membuat ku tersenyum seraya berkata “Terima kasih Tuhan engkau memberikan ku orang – orang yang baik” namun, tiba tiba senyumku memudar ketika aku melihat salah satu ucapan dari teman ku yang berkata “Selamat ulang tahun juga buat Iti, sedih banget belum sempat berkenalan dengan dia terima kasih sudah menjadi sahabat bila yang baik” aku langsung duduk di kasur ku dan tiba tiba langsung menangis membacanya. Bagaimana tidak, kenangan – kenangan ketika kami 3 tahun belakang ini selalu merayakan ulang tahun bersama – sama langsung menempel di otak ku, aku menarik nafas panjang – panjang dan langsung mendoakan sahabat ku yang telah tenang di alam sana, aku mencoba untuk menenangkan diri ku dan pada akhirnya aku tertidur dengan mata ku yang masih basah karena menangis. Setelah beberapa jam aku pun terbangun dalam keadaan mata ku yang sudah sembab karena menangis, aku segera bangun dari tidur ku dan mandi agar badan ku lebih segar akupun berkata “mungkin, aku memang harus ke rumah dia” langsung aku bersiap – siap untuk berangkat ke rumahnya, “rumah” yang aku maksud disini adalah rumah terakhir dia, sahabat ku.

Perjalanan yang panjang menuju kuburan sahabat ku, namun karena aku merasa selalu terpikir dengan dia aku akan mengobati perasaan kangen ku yang selama ini ku pendam, akhirnya aku sampai di tempat pemakaman umum perjalanan yang menempuh sekitar 1 jam terbayarkan ketika aku melihat nama dia di nisan tersebut. Aku langsung duduk dan tersenyum seraya berkata “Hai, aku datang aku kangen” aku menahan air mata ku untuk tidak menangis “aku tidak ingin menangis” disini ucapku dalam hati, segera aku mengeluarkan buku surah Yaasiin yang sudah aku siapkan dari rumah aku setelahnya aku membacanya dan mendoakan agar sahabat ku mendapatkan tempat yang terbaik di alam sana, aku pun tersadar “pertemuan kita memang singkat, namun kamu memberikan jejak kenangan yang mendalam, aku telah mengikhlaskan perpisahan kita ini sahabatku, perpisahan ini tidak membuat ku akan melupakanmu sahabat ku, terima kasih sahabat ku semoga kita bertemu lagi nanti di tempat yang lebih indah” aku tersenyum sambil melihat nisan tersebut dan merasa sudah cukup, aku pun segera meninggalkan tempat tersebut dan aku pun pulang.


Cerita ini ditulis oleh Nabil