Komunisme "Sayap Kiri": Sebuah Penyakit Kekanak-Kanakan/BAB 8

Dari Wikibuku bahasa Indonesia, sumber buku teks bebas

Tidak diperbolehkan kompromi apapun?

Dalam kutipan dari brosur Frankfurt kita telah lihat betapa tegasnya kaum “Kiri” mengajukan semboyan ini. Sungguh sedih melihat orang-orang yang pasti menganggap dirinya Marxis dan yang ingin menjadi Marxis sudah melupakan kebenaran-kebenaran pokok Marxisme. Inilah yang ditulis oleh Engels – yang, seperti Marx, tergolong pada penulis-penulis yang jarang dan paling jarang diketemukan, yang tiap-tiap kalimatnya dalam setiap karyanya yang besar mengandung isi yang sangat dalam – pada tahun 1874 melawan manifes dari 33 orang Komunar-Blanquis:

“’Kita adalah kaum Komunis’ (tulis kaum Komunar Blanquis dalam manifes mereka), sebab kita hendak mencapai tujuan kita tanpa berhenti di stasiun-stasiun perantara, tanpa mengadakan suatu kompromi, yang hanya menunda datangnya hari kemenangan dan memperpanjang masa perbudakan”.

Kaum Komunis Jerman adalah kaum Komunis sebab dengan melalui semua stasiun perantara dan semua kompromi, yang diciptakan bukan oleh mereka melainkan oleh jalannya perkembangan sejarah, mereka melihat dengan jelas dan tetap mengejar tujuan yang terakhir, yaitu penghapusan klas-klas dan pembangunan seuatu masyarakat di mana tidak akan ada lagi temapt untuk hakmilik perseorangan atas tanah dan atas semua alat-alat produksi. 33 orang Blanquis itu adalah kaum Komunis sebab mereka mengira bahwa sekali mereka hendak melompat melangkahi stasiun-stasiun perantara dan kompromi-kompromi, maka segala sesuatunya menjadi beres, dan bahwa jika ‘peristiwa akan mulai’ dalam beberapa hari yang akan datang – yang mereka anggap sudah semestinya – dan kekuasaan jatuh ke tangannya, maka ‘Komunisme akan sudah dijalankan ‘ pada hari lusanya. Jadi, jika hal itu tidak mungkin dengan segera, maka mereka bukanlah kaum Komunis.

Sungguh adalah suatu kenaifan kekanak-kanakan untuk mengemukakan ketidak-sabaran sendiri sebagai suatu argumen teori!” (Fr.Engels, “Program kaum Komunis-Blanquis” [40], dari suratkabar Sosial-Demokratis Jerman Volksstaat [41], 1874, No.73, dimuat dalam terjemahan bahasa Rusia dalam “Artikel-artikel 1871-1875”, Petrograd, 1919 halaman 52-53).

Dalam artikel itu juga Engels menyatakan penghormatannya yang besar kepada Vaillant, dan membicarakan “jasa yang tak terbantah” dari Vaillant (yang, seperti Guesde, adalah seorang pemimpin yang paling terkemuka dari Sosialisme internasional sampai pada bulan Agustus 1914, yaitu sampai pada ketika mereka kedua-duanya mengkhianati Sosialisme). Tetapi Engels tidak membiarkan suatu kesalahan yang menyolok berlalu tanpa analisa yang teliti. Sudah tentu, bagi orang-orang revolusioner yang masih muda sekali dan belum berpengalaman, begitu juga bagi kaum revolusioner burjuis kecil, sekalipun yang sudah sangat tua dan sangat berpengalaman, rupanya sangat “berbahaya”, tidak bisa dimengerti dan tidak benar untuk “membolehkan kompromi-kompromi”. Dan banyak kaum sofid (karena menjadi politisi yang luar biasa atau terlalu “berpengalaman”) berfikiran presis seperti gembong-gembong oportunisme Inggeris yang disebut oleh Kawan Lansbury:”Jika kaum Bolsyewik boleh mengadakan suatu kompromi, mengapa kita tidak boleh mengadakan kompromi yang mana saja?” Tetapi kaum proletar yang dilatih dalam banyak pemogokan (untuk hanya mengambil contoh manifestasi ini dari perjuangan klas) biasanya memahami betul-betul kebenaran (filsafat, sejarah, politik dan psychologi) yang paling dalam yang dibentangkan oleh Engels. Tiap orang proletar telah menjalani pemogokan-pemogokan dan telah mengalami “kompromi-kompromi” dengan kaum penindas dan penghisap yang dibenci, di waktu kaum buruh terpaksa kembali bekerja tanpa mencapai sesuatu apapun ataupun hanya menerima dipenuhinya sebagian dari tuntutan mereka. Tiap orang proletar – berhubung keadaan-keadaan perjuangan massa dan bertambah tajamnya pertentang klas di mana ia hidup –melihat perbedaan antara kompromi yang dipaksakan oleh keadaan-keadaan obyektif (seperti kekurangan dana-dana pemogokan, tidak adanya sokongan dari luar, kelaparan dan kehabisan tenaga yang di luar batas), suatu kompromi yang sekali-kali tidak mengurangi kesetiaan dan kesediaan revolusioner untuk berjuang lebih jauh dari kaum buruh yang telah menyetujui kompromi serupa itu, dan – di lain pihak – suatu kompromi dari kaum pengkhianat yang berusaha membenarkan kerakusan sendiri dengan syarat-syarat obyektif (kaum pemecah-pemogokan juga mengadakan “kompromi”!), kekecutan, keinginannya untuk menjilat kepada kaum kapitalis, dan kelemahan hatinya untuk menyerah kepada intimidasi, kadang-kadang kepada bujukan, kadang-kadang kepada suapan, dan ada kalanya kepada mulut manis dari kaum kapitalis. (Sejarah gerakan buruh Inggeris memberikan terutama banyak contoh tentang kompromi yang khianat semacam itu dari pihak pemimpin-pemimpin serikat buruh Inggeris, tetapi dalam satu bentuk atau lainnya, hampir semua kaum buruh di semua negeri telah menyaksikan hal semacam itu).

Sudah tentu, ada satu-dua kejadian yang sangat sulit dan ruwet ketika sifat yang sesungguhnya dari “Kompromi” ini atau itu dapat ditentukan secara tepat hanya dengan mengatasi kesulitan yang sebesar-besarnya; seperti ada kalanya perkara pembunuhan yang sekali-kali tidak mudah untuk ditentukan apakah pembunuhan itu sepenuhnya adil dan malahan perlu (seperti, misalnya, pembelaan diri yang sah), atau merupakan kelalaian yang tidak boleh dimaafkan, ataupun bahkan rencana yang mencederai yang dilakukan dengan licin. Sudah tentu, dalam pilitik di mana persoalannya adakalanya mengenai hubungan-hubungan -- nasional dan internasional – yang istimewa ruwet antara klas-klas dan partai-partai, akan timbul banyak sekali kejadian yang akan jauh lebih sulit daripada soal-soal “kompromi” yang sah dalam suatu pemogokan, atau “kompromi” yang khianat dari seorang pemecah pemogokan, pemimpin yang khianat, dan sebagainya. Merumuskan suatu resep atau suatu ketentuan umum (“kompromi apapun tidak diperbolehkan”!) yang berlaku untuk semua kejadian adalah suatu kemustahilan. Orang harus mempunyai akal budi sendiri supaya menjadi pandai menelaah setiap kejadian yang khusus. Itulah, sesungguhnya, antara lain, makna suatu organisasi partai dan pemimpin-pemimpin partai yang patut mendapat sebutan demikian, supaya, melalui usaha-usaha yang lama, tabah, beranekaragam dan menyeluruh dari semua wakil yang berpikir [*] dari klas tertentu, mengembangkan pengetahuan yang perlu, pengalaman yang perlu dan – di samping pengetahuan dan pengalaman – naluri politik yang perlu untuk pemecahan cepat dan tepat masalah-masalah politik yang kompleks.

Orang-orang yang naif dan tidak berpengalaman samasekali mengira bahwa cukuplah untuk mengakui diperbolehkannya kompromi pada umumnya – dan dengan demikian akan dihapuskan garis pemisah manapun antara oportunisme, terhadap mana kita melakukan dan harus melakukan perjuangan yang tak kenal damai, dan Marxisme revolusioner, atau Komunisme. Tetapi orang-orang macam itu, kalau mereka belum tahu bahwa semua garis pemisah dalam alam maupun dalam masyarakat adalah luwes dan sampai batas tertentu relatif, tidak dapat dibantu kecuali dengan pengajaran, pendidikan, penerangan pikirannya, pengalaman politik dan pengalaman sehari-hari yang lama. Adalah penting untuk pandai memilih dari soal-soal yangpraktis dalam politik mengenai saat sejarah yang tersendiri atau yang khusus, soal-soal yang di dalamnya menyatakan diri bentuk yang paling pokok dari kompromi-kompromi yang tidak diperbolehkan, yang khianat, yang menjelmakan oportunisme yang membencanakan klas revolusioner, dan mengerahkan segala usaha untuk menjelaskan hakekatnya dan memberantasnya. Di masa perang imperialis tahun 1914-1918 antara dua gerombolan negeri-negeri yang sama-sama merampok dan merampas, bentuk yang terutama, yang pokok dari oportunisme adalah sosial-sovinisme, yaitu sikap menyokong “pembelaan tanahair”, yang, dalam perang semacam itu, sesungguhnya sama saja dengan membela kepentingan-kepentingan perampokan dari burjuasi “sendiri”. Sesudah perang pembelaan terhadap “Liga Bangsa-Bangsa” [42] yang bersifat perampokan; pembelaan terhadap persekutuan-persekutuan yang langsung atau tidak langsung dengan burjuasi negerinya sendiri menentang proletar revolusioner dan gerakan “Sovyet”; pembelaan terhadap demokrasi burjuis dan parlementerisme burjuis menentang “kekuasaan Sovyet” – itulah yang menjadi manifestasi-manifestasi yang terutama dari kompromi-kompromi yang tidak diperbolehkan dan yang khianat, yang keseluruhannya membentuk oportnuisme yang membencanakan proletarit revolusioner dan urusannya.

“……..Orang harus menolak dengan sekeras-kerasnya semua kompromi dengan partai-partai lain ….. semua politik bermanuver dan mengadakan persetujuan-persetujuan, -- demikian tulis kaum kiri Jerman dalam brosur Frankfurt.

Sungguh mengherankan bahwa kaum Kiri ini, yang mempunyai pendirian-pendirian serupa itu, tidak mencela Bolsyewisme dengan keras! Karena bukankah tidak mungkin bahwa kaum Kiri Jerman tidak tahu bahwa seluruh sejarah Bolsyewisme, baik sebelum maupun sesudah Revolusi Oktober, adalah penuh dengan kejadian-kejadian dilakukannya manuver, persetujuan dan kompromi dengan partai-partai lain, termasuk partai burjuis.

Melakukan peperangan untuk menggulingkan burjuasi internasional, suatu peperangan yang seratus kali lebih sukar, lebih lama dan lebih banyak seluk-beluknya daripada peperangan biasa yang paling sengit antara negara-negara, dan sebelumnya sudah menolak untuk melakukan manuver untuk menggunakan pertentangan kepentingan-kepentingan (sekalipun hanya buat sementara waktu) antara musuh-musuhnya, menolak persetujuan dan kompromi dengan sekutu-sekutu yang mungkin (sekalipun hanya buat sementara waktu, tidak stabil, ragu-ragu dan bersyarat) – apakah ini bukannya sesuatu yang tak terhingga menggelikannya? Bukankah ini menyerupai hal di mana melakukan pendakian yang susah pada suatu gunung yang belum diselidiki dan yang selama ini belum bisa ditempuh, kita sebelumnya kiranya sudah menolak untuk kadang-kadang berjalan berliku-liku, kadang-kadang menempuh kembali jejak-jejak kita, kadang-kadang meninggalkan arah yang tadinya sudah dipilih, dan mencoba arah-arah lainnya? Dan nah, orang-orang yang begitu kurang sadar dan tidak berpengalaman (jika alasannya karena masih muda, maka tidak akan begitu buruk; orang-orang muda ditakdirkan oleh Tuhan sendiri untuk bicara omongkosong serupa itu selama suatu masa) dapat disokong – sama saja secara langsung atau tidak langsung, secara terang-terangan atau sembunyi-sembunyi, sepenuhnya atau hanya sebagian-sebagian – oleh beberapa anggota partai Komunis Belanda!!

Sesudah revolusi Sosialis pertama dari proletariat, sesudah digulingkannya burjuasi di satu negeri, proletar di negeri itu dalam waktu yang lama tetap lebih lemah daripada burjuasi, semata-mata karena hubungan-hubungan internasional yang amat luas dari burjuasi itu dan juga karena dipulihkan dan dihidupkannya kembali kapitalisme dan burjuasi secara spontan dan terus-menerus oleh produsen-produsen kecil barangdagangan di negeri yang telah menggulingkan burjuasi itu. Musuh yang lebih kuat hanya dapat dikalahkan dengan mengerahkan secara luarbiasa segala tenaga, dan tidak boleh tidak, dengan sangat sungguh-sungguh, hati-hati, teliti dan dengan bijaksana menggunakan tiap “retak”, sekalipun yang paling kecil, di kalangan musuh-musuh, tiap pertentangan kepentingan-kepentingan antara burjuasi negeri-negeri yang berlainan dan anatara grup atau jenis burjuasi yang berlainan di dalam negeri-negeri tertentu, dan juga tiap kesempatan, sekalipun yang paling kecil untuk memperoleh sekutu massal, meskipun sekutu ini hanya buat sementara waktu, ragu-ragu, tidak stabil, tidak dapat dipercaya dan bersyarat. Siapa yang gagal memahami ini, ia gagal memahami suatu apapun dalam Marxisme, dan Sosialisme ilmiah yang modern pada umumnya. Siapa yang belum membuktikan dengan perbuatan-perbuatan dalam masa yang cukup lama, dan dalam situasi-situasi politik yang cukup beraneka ragam, kecakapannya melaksanakan kebenaran ini dalam praktek, ia belum belajar membantu klas revolusioner dalam perjuangannya untuk membebaskan seluruh umatpekerja dari kaum penghisap. Dan hal ini berlaku juga pada masa s e b e l u m dan s e s u d a h proletariat merebut kekuasaan politik.

Teori kita bukanlah dogma, tetapi pedoman untuk bertindak, kata Marx dan Engels [43]; dan adalah kesalahan yang maha besar, kejahatan yang maha besar pada pihak kaum Marxis yang sudah “ mendapat patent” seperti Karl Kautsky, Otto Bauer, dan lain-lain, bahwa mereka belum mengerti hal ini, dan tidak dapat menggunakannya pada saat-saat yang terpenting dari revolusi proletariat. “Aktivitas politik bukalah trottoir di Jalan Raya Nevski”(Trottoir yang bersih, lebar, rata dari jalan raya yang sangat lurus di Petersburg) – demikian pernah diucapkan oleh N.G.Cernisyevski [44], seorang Sosialis Rusia yang besar pada masa sebelum Marx. Sejak jamannya Cernisyevski kaum revolusioner telah membayar dengan korban yang tak terhingga karena mengabaikan atau melupakan kebenaran ini. Orang harus berhasil supaya bagaimanapun juga mencegah kaum Komunis Kiri dan kaum revolusioner di Eropa Barat dan Amerika yang setia pada klas buruh membayar semahal seperti yang dilakukan oleh orang-orang Rusia, yang masih terbelakang, dalam menguasai kebenaran ini.

Sebelum jatuhnya tsar kaum Sosial-Demokrat Rusia yang revolusioner berulang-ulang menggunakan jasa-jasa kaum liberal burjuis, yaitu mengadakan banyak sekali kompromi yang praktis dengan mereka; dan dalam tahun 1901-1902, masih belum lahirnya Bolsyewisme, Dewan redaksi Iskra yang lama (yang terdiri dari Plechanov, Akselrod, Zasulitj, Martov, Potresov dan saya sendiri) mengadakan persekutuan pilitik yang formil (betul, tidak lama) dengan Struwe, pemimpin politik dari liberalisme burjuis, dan dalam pada itu juga menjadi pandai melakukan dengan tak henti-hentinya perjuangan ideologi dan politik yang paling tak kenalampun menentang liberalisme burjuis dan menentang manifestasi yang sekecil-kecilnya dari pengaruh di dalam gerakan buruh. Kaum Bolsyewik selalu memegang teguh politik ini. Sejak tahun 1905, mereka secara sistimatis telah mempertahankan persekutuan antara klas buruh dan kaum tani menentang burjuasi liberal dan tsarisme (misalnya, di waktu pemilihan babak kedua, atau di waktu pemungutan suara sekali lagi) dan tidak pernah menghentikan perjuangan ideologi dan politik yang paling takkenaldamai menentang partai tani burjuis-revolusioner, yaitu kaum “Sosialis-Revolusioner”, dengan menelanjangi mereka sebagai kaum demokrat burjuis-kecil yang dengan palsu menamakan dirinya kaum Sosialis. Di waktu pemilihan untuk Duma dalam tahun 1907, kaum Bolsyewik untuk masa yang pendek mengadakan blok politik yang formil dengan kaum “Sosialis-Revolusioner”. Di anatar tahun 1903 dan 19012 terdapat masa-masa yang terdiri beberapa tahun di mana kami secara formil bersatu dengan kaum mensyewik dalam satu partai Sosial-Demokratis; tetapi kami tidak pernah menghentikan perjuangan ideologi dan politik kami terhadap mereka sebagai kaum oportunis dan saluran pengaruh burjuis di kalangan proletariat. Di masa perang kami mengadakan kompromi tertentu dengan kaum “Kautskyis”, Kaum Mensyewik Kiri (Martov), dan dengan segolongan dari kaum “Sosialis-Revolusioner” (Cernov dan Natanson); kami bersidang bersama-sama dengan mereka di Zimmerwald dan Kienthal [45] dan mengeluarkan manifes-manifes bersama; tetapi kami tidak pernah menghentikan dan mengendorkan perjuangan ideologi dan politik kami terhadap kaum “Kautskyis”, Martov dan Cernov (Natanson meninggal dalam tahun 1919, seorang Narodnik-“Komunis Revolusioner” [46], dia rapatb sekali dengan kami dan hampir sependirian dengan kami). Persis pada saat itu juga dari Revolusi Oktober, kami mengadakan blok politik yang tak formil tetapi yang penting sekali (dan sangat berhasil) dengan kaum tani burjuis-kecil dengan menerima program agraria kaum Sosialis-Revolusioner dalam keseluruhannya, tanpa satu perubahanpun – yaitu kami betul-betul mengadakan kompromi supaya membuktikan kepada kaum tani bahwa kami hendak bukan “menggilas” mereka, melainkan mencapai persetujuan dengan mereka. Dalam pada itu kami mengusulkan (dan tidak lama kemudian mengadakan) satu blok politik yang formil, termasuk ikut serta dalam pemerintah, kepada kaum “eser-Kiri” [47], yang membubarkan blok ini sesudah diadakannya Perjanjian Perdamaian Brest dan kemudian, dalam bulan Juli 1918, bertindak sampai mengadakan pemberontakan bersenjata, dan sesudah itu perjuangan bersenjata melawan kami.

Oleh karena itu adalah jelas bahwa sepakterjang-sepakterjang kaum Kiri Jerman terhadap CC Partai Komunis Jerman karena mempunyai pikiran diperbolekannya mengadakan blok dengan kaum “Merdeka” (“Partai Sosial-Demokratis Merdeka Jerman”, kaum Kautskyis) kami anggap sebagai yang tidak serius samasekali dan yang membuktikan dengan nyata kekeliruan kaum “Kiri”. Kami di Rusia juga mempunyai kaum Mensyewik Kanan (yang ikut serta dalam pemerintah Kerenski), yang sama dengan kaum Scheidemann di Jerman, dan kaum Mensyewik Kiri (Martoc), yang sama dengan kaum Kautskyis di Jerman, yang beroposisi terhadap kaum Mensyewik Kanan. Beralihnya massa kaum buruh secara berangsur-angsur dari kaum Mensyewik ke pihak kaum Bolsyewikkelihatan dengan jelas dalam tahun 1917: pada Kongres Sovyet-Sovyet Se-Rusia Pertama, dalam bulan Juni 1917, kami hanya mempunyai 13% dari jumlah suara. Mayoritasnya dimiliki kaum Sosialis-Revolusioner dan kaum Mensyewik. Pada Kongres Sovyet-Sovyet Kedua (25 Oktober 1917 menurut pengalaman lama) kami mempunyai 51% dari jumlah suara. Apa sebabnya maka di Jerman perpindahan kaum buruh dari Kanan ke Kiri yang serupa dan betul-betul sama itu tidak memperkuat kaum Komunis secara langsung, tetapi lebih dulu memperkuat partai “Merdeka” sebagai partai tengah, meskipun partai ini tidak pernah mempunyai ide-ide politik apapun yang bebas, atau suatu politik bebas, dan hanya terobang-ambing antara kaum Scheidemann dan kaum Komunis?

Teranglah, yang menjadi salah satu sebabnya yalah taktik yang salah dari kaum Komunis Jerman, yang harus tanpa takut-takut dan dengan jujur mengakui kesalahan ini dan belajar memperbaikinya. Kesalahannya yalah penolakan oleh mereka untuk ikut serta dalam parlemen-parlemen burjuis yang reaksioner dan dalam serikatburuh-serikatburuh yang reaksioner; kesalahannya teletak dalam banyak sekali tanda penyakit kanak-kanak “Kiri” yang sekarang telah muncul dan karena itu akan diobati dengan lebih sempurna, lebih cepat dan dengan lebih banyak berfaedah bagi organisme.

“Partai Sosial-Demokratis Merdeka Jerman” terang bukanlah suatu badan yang bulat: di samping gembong-gembong oportunis yang lama (Kautsky, Hilferding dan, kiranya, sampai ukuran yang berarti, juga Crispien, Ledebour dan lain-lainnya) – yang telah mendemonstrasikan ketidakmampuan mereka untuk memahami arti kekuasaan Sovyet dan diktatur proletariat, ketidakmampuan mereka untuk memimpin perjuangan revolusioner dari proletariat – dalam partai ini telah muncul sayap Kiri, sayap proletar yang tumbuh dengan sangat cepatnya. Ratusan ribu anggota partai ini (yang, rupanya, mempunyai kira-kira ¾ juta orang anggota) adalah kaum proletar yang sedang meninggalkan Scheidemann dan dengan cepat menuju Komunisme. Sayap proletar ini telah mengusulkan – pada Kongres kaum “Merdeka” di Leipzig (1919) – penggabungan diri dengan segera dan tak bersyarat pada Internasionale III. Takut “berkompromi” dengan sayap ini dari partai tersebut adalah sungguh menggelikan. Sebaliknya, adalah menjadi kewajiban bagi kaum Komunis untuk mencari dan mendapatkan bentuk kompromi yang cocok dengan mereka, suatu kompromi yang, di satu pihak, akan mempermudah dan mempercepat fusi sepenuhnya yang harus dengan sayap ini dan, di pihak lain, yang sekali-kali tidak membatasi kaum Komunis dalam perjuangan ideologi dan politik mereka melawan sayap kanan yang oportunis dari kaum “Merdeka”. Mungkin tidak akan mudah mencari bentuk kompromi yang cocok – akan tetapi hanya tukang jual obat palsu sajalah yang dapat menjanjikan kepada kaum buruh Jerman dan kaum Komunis Jerman suatu jalan yang “ringan” menuju kemenangan.

Kapitalisme tidak menjadi kapitalisme lagi jika proletariat “murni” tidak dikelilingi oleh tipe-tipe peralihan yang sangat beranekaragam dan banyak sekali jumlahnya antara kaum proletar dan setengah-proletar (mereka yang mencari penghidupannya sebagian dengan menjual tenaga kerjanya), kaum setengah-proletar dan petani-kecil (dan tukang-kecil, pekerjatangan dan majikan-kecil pada umumnya), petani-kecil dan petani-sedang, dan sebagainya, dan jika di dalam proletariat itu sendiri tidak terdapat perbedaan menurut lapisan-lapisan yang lebih maju dan yang kurang maju, menurut asal daerah, pekerjaan, kadang-kadang menurut agama, dan sebagainya. Dan dari semua ini timbullah keharusan yang mutlak, bagi pelopor proletariat, bagi golongannya yang berkesadaran-klas, bagi Partai Komunis, untuk melakukan manuver-manuver, mencapai persetujuan-persetujuan dan mengadakan kompromi-kompromi dengan berbagai grup kaum proletar, dengan berbagai partai kaum buruh dan majikan-majikan kecil. Seluruh persoalannya yalah menjadi pandai menggunakan taktik ini dengan maksud meninggikan, dan bukan menurunkan, taraf umum kesadaran klas proletar, jiwa revolusioner dan kesanggupannya untuk berjuang dan mencapai kemenangan. Antara lain, perlu dicatat bahwa kemenangan kaum Bolsyewik atas kaum Mensyewik menghendaki dijalankannya taktik manuver-manuver, persetujuan-persetujuan dan kompromi-kompromi tidak hanya sebelum tetapi juga sesudah Revolusi Oktober tahun 1917, tetapi, sudah tentu, manuver-manuver dan kompromi-kompromi yang akan membantu, mempercepat, mengkonsolidasi dan memperkuat kaum Bolsyewik atas kerugian kaum Mensyewik. Kaum demokrat burjuis-kecil (termasuk kaum Mensyewik) pasti bimbang anatar burjuasi dan proletariat, antara demokrasi burjuis dan sistim Sovyet, antara reformisme dan revolusionerisme, antara cinta pada kaum buruh dan ketakutan pada diktatur proletar, dan sebagainya. Taktik yang tepat bagi kaum Komunis harus terletak dalam menggunakan kebimbangan-kebimbangan ini, jangan mengabaikannya; dan menggunakan kebimbangan-kebimbangan itu menghendaki pemberian konsesi-konsesi pada elemen-elemen yang condong kepada proletariat – kapan saja dan sampai sejauh mereka condong kepada proletariat – di samping menentang mereka yang condong kepada burjuasi. Sebagai akibat penggunaan taktik yang tepat itu Mensyewisme kian hari kian berantakan, dan tetap berantakan di negeri kami, gembong-gembong oportunis yang kepala-batusemakin terisolasi, dan kaum buruh yang terbaik dan elemen-elemen yang terbaik di kalangan kaum demokrat burjuis-kecil semakin ditarik ke dalam kubu kami. Ini adalah suatu proses yang lama, dan “putusan” yang terburu-buru – “kompromi-kompromi apapun dan manuver apapun tidak diperbolehkan” – hanya bisa merugikan pekerjaan dalam memperkuat pengaruh proletariat revolusioner dan memperbesar kekuatannya.

Akhirnya, salah satu kesalahan yang pasti dari kaum “Kiri” di Jerman yalah desakannya yang berkepala-batu untuk tidak mengakui perdamaian Versailles [48]. Semakin pandangan ini dirumuskan dengan “dalam-dalam” dan “hebat”. Dengan “tegas” dan keras oleh K.Horner, misalnya, semakin bodoh kelihatannya usahanya itu. Dalam keadaan-keadaan revolusi proletar internasional seperti sekarang ini, tidaklah cukup hanya menolak ketololan-ketololan yang gila tentang “Bolsyewisme Nasional” (Laufenberg dan lain-lainnya), yang telah berbicara sampai-sampai menganjurkan mengadakan blok dengan burjuasi Jerman untuk berperang melawan Entente. Orang harus menginsyafi bahwa taktik tidak diperbolehkannya bagi Jerman Sovyet (jika republik Jerman Sovyet segera akan lahir) keharusan mengakui Perdamaian Versailles untuk waktu tertentu dan tunduk kepadanya adalah salah sampai keakar-akarnya. Itu tidak berkesimpulan bahwa kaum “Merdeka” – pada waktu ketika kaum Scheidemann duduk dalam pemerintah, ketika pemerintah Sovyet di Hongaria belum digulingkan, dan ketika belum tertutup kemungkinan bahwa suatu revolusi Sovyet di Wina akan menyokong Hongaria Sovyet – adalah benar, waktu mereka dalam keadaan-keadaan seperti itu, mengajukan tuntutan supaya Perdamaian Versailles ditanda tangani. Pada waktu itu kaum “Merdeka” berbelok-belok dan bermanuver dengan sangat kaku, karena mereka sedikit atau banyak menerima pertanggunganjawab atas pengkhianat-pengkhianat macam Scheidemann dan sedikit atau banyak merosot dari pendirian perang klas yang takenalampun (dan paling berkepala dingin) melawan kaum Scheidemann sampai pada pendirian “tak berklas” atau “di atas klas”.

Akan tetapi keadaan sekarang adalah terang demikian rupa sehingga kaum Komunis Jerman tidak boleh mengikatkan tangannya dan berjanji dengan pasti dan dengan tegas akan menolak Perdamaian Versailles jika Komunisme menang. Itu adalah bodoh. Mereka harus mengatakan: Kaum Scheidemann dan kaum Kautskyis telah melakukan serentetan tindakan pengkhianatan yang mempersukar (dan sebagian langsung merusak) urusan persekutuan dengan Rusia Sovyet dan Hongaria Sovyet. Kita kaum Komunis, dengan segala jalan akan berusaha mempermudah dan mempersiapkan persekutuan demikian itu; dan dalam pada itu kita seklai-kali tidak diharuskan untuk pasti menolak Perdamaian Versailles , dan, di samping itu, dengan segera. Kemungkinan menolaknya dengan berhasil tidak hanya tergantung pada Jerman saja, tetapi juga pada sukses-sukses gerakan Sovyet internasional. Kaum Scheidemann dan kaum Kautskyis merintangi gerakan ini; kita membantunya. Itulah hakekat persoalan, di situlah letak perbedaan yang radikal. Dan jika musuh-musuh klas kita, kaum penghisap dan budak-budak mereka, kaum Scheidemann dan kaum Kautskyis, telah menyia-nyiakan banyak kesempatan untuk memperkuat gerakan Sovyet Jerman maupun gerakan Sovyet internasional, untuk memperkuat revolusi Sovyet di Jerman akan memperkuat gerakan Sovyet internasional yang merupakan benteng yang terkuat (dan satu-satunya benteng yang terpercaya, tak terkalahkan dan yang perkasa secara sedunia). Dalam melawan Perdamaian Versailles, melawan imperialisme internasional pada umumnya. Mendahulukan dengan mutlak, dengan tegas dan dengan segera soal pembebasan dari Perdamaian Versailles, daripada soal pembebasan negeri-negeri lain yang ditindas oleh imperialisme dari kungkungan imperialisme, adalah merupakan nasionalisme filistin (layak bagi Kautsky, Hilferding, Otto Bauer & Co.) dan bukan internasionalisme revolsuioner. Penggulingan burjuasi di sesutau negeri besar di Eropa, termasuk Jerman, akan merupakan suatu keuntungan yang begitu besar bagi revolusi internasional sehingga demi kepentingannya orang dapat, dan wajib, jika itu perlu, membiarkan adanya Perdamaian Versailles lebih lama lagi. Jika Rusia sendirian, demi keuntungan revolusi, dapat menahankan adanya Perdamaian Brest selama beberapa bulan, maka samasekali bukanlah tidak mungkin bahwa Jerman Sovyet, yang bersekutu dengan Rusia Sovyet, demi keuntungan revolusi, akan menahankan adanya Perdamaian Versailles untuk masa yang lebih lama lahi.

Kaum imperilais Pernacis, Inggeris, dan lain-lainnya, sedang memprovokasi kaum Komunis Jerman dan memasang perangkap bagi mereka: “Katakanlah bahwa kalian tidak mau menandatangani Perdamaian Versailles”. Dan kaum Komunis Kiri daripada dengan bijaksana melakukan manuver terhadap musuh yang cerdik dan yang, pada waktu sekarang ini, lebih kuat, daripada mengatakan kepadanya: “Sekarang kami akan menantangani Perdamaian Versailles”, mereka seperti anak-anak jatuh ke dalam perangkap yang dipasang bagi mereka itu. Sudah lebih dulu mengikat tangan kita, dengan terang-terangan mengatakan kepada musuh yang pada waktu sekarang ini lebih baik persenjataannya dari pada kita, apakah kita akan melawan dia, dan kapan, adalah suatu kebodohan dan bukan revolusionerisme. Menyetujui pertempuran pada waktu kita terang ia menguntungkan musuh dan tidak menguntungkan kita adalah suatu kejahatan; dan poltikus-politkus klas revolusioner yang tidak mampu berhasil “berbelok-belok, melakukan manuver, dan berkompromi” supaya dapat menghindari sutau pertempuran yang terang tidak menguntungkan, adalah tidak berguna samasekali.

[*] Di dalam setiap klas, sekalipun dalam keadaan-keadaan yang berlaku di neger-negeri yang paling beradab, sekalipun di dalam klas yang paling maju, dan sekalipun jika keadaan pada waktu itu telah membangkitkan semua kekuatan spirituilnya sampai pada tingkat yang luarbiasa, selalu ada – dan pasti tetap ada selama ada klas-klas, selama masyarakat yang tidak berklas belum berakar dan mengkonsolidasi diri sepenuhnya, dan belum berkembang di atas dasar-dasarnya sendiri – wakil-wakil klas yang tidak berpikir dan tidak mampu berpikir. Jika tidak demikian halnya, maka kapitalisme sudah tidak lagi kapitalisme yang menindas massa.