Kumpulan Cerita Rakyat/Ande Ande Lumut

Dari Wikibuku bahasa Indonesia, sumber buku teks bebas

Versi pertama[sunting]

Pada suatu hari, tinggalah seorang wanita cantik bernama Dewi Candra Kirana. Ia memiliki suami seorang putra mahkota Kerajaan Jenggala, bernama Raden Putra. Raden Putra diusir dari Kerajaan Jenggala karena tidak ingin menggantikan ayahnya menjadi raja. Maka suatu ketika ia pergi tanpa mengajak istrinya. Sehingga istrinya tidak tahu suaminya akan pergi kemana.

Suatu hari, Dewi Candra Kirana mencari keberadaan suaminya dengan menyamar menjadi perempuan desa biasa. Dalam perjalanannya, ia bertemu dengan seorang janda kaya. Namanya Mbok Randa Karangwulusan. Ia lalu mengangkat Dewi menjadi anak angkatnya. Si Mbok kemudian mengganti nama Dewi Candra Kirana dengan nama Kleting Kuning. Sebenarnya Si Mbok sudah memiliki tiga anak perempuan. Mereka adalah Kleting Abang, Kleting Wungu dan Kleting Biru. Lalu Dewi Candra Kirana atau Kleting Kuning ini dianggapnya sebagai anak bungsu. Ketiga anak Mbok Randa Karangwulusan tidak menyukai Kleting Kuning. Mereka selalu berperilaku jahat terhadapnya. Mereka iri dengan kecantikkan Kleting Kuning, bahkan mereka memaksa Kleting kuning untuk selalu menggunakan pakaian jelek agar terlihat lusuh seperti pembantu.

Selain itu, Mereka selalu memerintahkan Kleting Kuning untuk melakukan pekerjaan rumah tangga seperti, mencuci pakaian, piring, dan membersihkan rumah. Terkadang, mereka meminta Kleting kuning untuk membersihkan hal-hal yang sulit dikerjakan. Tubuh Kleting Kuning menjadi berbau karena ia tidak memiliki kesempatan untuk mengurus dirinya sendiri. Namun Kleting Kuning tidak pernah mengeluhkan apa yang telah saudaranya perbuat. Ia selalu sabar dan ikhlas dan percaya bahwa kesabarannya ini akan membuahkan hasil dikemudian hari. Suatu hari tersiar kabar bahwa di desa Dadapan terdapat seorang pria tampan yang sedang mencari istri. Mbok Randa memerintahkan ketiga anaknya untuk menemui pemuda tampan tersebut. Sementara Kleting Kuning dimintanya agar tetap di rumah. Ketiga anak Mbok Randa kemudian pergi menuju desa Dadapan. Mereka mengenakan pakaian yang paling bagus yang mereka punya.

Menuju desa Dadapan tidaklah mudah, Mereka harus melewati sungai luas terlebih dahulu. Tiba-tiba dari pinggir sungai munculah seekor kepiting raksasa, bernama Yayu Kangkang. Ia menawarkan bantuan dengan imbalan berupa permintaan agar ketiga putri Mbok Randa itu bersedia dicium dan mencium Yayu Kangkang. Mendengar hal tersebut, ketiga saudara itu bersedia menerima tawaran Yayu Kangkang, karena bagi mereka yang terpenting adalah dapat menyebrangi sungai lebar itu. Kabar tersiarnya pemuda tampan juga sampai kepada Kleting Kuning. Ia lalu meminta ijin kepada Mbok Randa Karangwulusan. Namun Mbok Randa berkata bahwa Kleting Kuning tidak pantas untuk menemui pemuda tampan tersebut. Bahkan Mbok Randa sempat memarahinya. Namun Kleting Kuning sama sekali tidak sakit hati dengan perkataan Mbok Randa. Ia tetap bersikeras untuk dapat menemui Ande-ande Lumut. Sampai akhirnya Mbok Randa mengijinkan Kleting Kuning pergi.

Sama halnya dengan ketiga saudara angkatnya, Kleting Kuning pun ditawari menyebrangi sungai oleh Yayu Kangkang si Kepiting Besar. Kleting Kuning juga bersedia dengan persyaratan yang diberikan oleh Yayu Kangkang. Namun, Kleting Kuning tidaklah kehabisan akal. Sesampainya menyebrangi sungai, Kleting Kuning bergegas menempelkan kotoran ayam yang ia bawa ke pipinya. Hal ini berhasil membuat Yayu Kangkang tidak mau mencium Kleting Kuning karena baunya yang amat menyengat.

Sesampainya di desa Dadapan, Kleting Kuning mendapati ketiga kakak angkatnya telah ditolak Ande-Ande lumut. Rupanya Ande-Ande Lumut menolak mereka karena mereka telah dicium oleh Yayu Kangkang. Kleting Kuning terus melanjutkan perjalanannya menuju Ande-ande lumut. Sesampainya di sana, Kleting melihat Ande-ande lumut. Tak disangka Ande-ande lumut menyambut kedatangan Kleting Kuning. Mbok Randa Dadapan sampai berkata bahwa betapa naifnya Ande-ande lumut karena menolak semua wanita cantik dan menerima Kleting Kuning yang kumal dan bau tersebut. Mendengar hal itu, Ande-ande Iumut segera menjawabnya. Ia berkata bahwa ia tidak boleh melihat dari luarnya. Karena Ande-ande lumut meyakini bahwa Kleting Kuning telah menjaga kehormatannya, tidak seperti gadis-gadis yang lain.

Ketika itu Kleting Kuning pergi meminta izin untuk membersihkan diri. Betapa kagetnya Ande-ande Lumut ketika melihat Kleting Kuning yang sudah mengenakan pakaian yang layak. Ia menjadi wangi dan kecantikannya terpancar. Kecantikan yang terpancar itu rupanya tidak asing bagi Ande-ande Lumut. Ande-ande Lumut berkata bahwa ia adalah Raden Putra, suaminya Dewi Candra Kirana. Seketika itu semua orang yang melihat tercengang. Begitu juga ketiga saudara angkat Kleting Kuning. Mereka sangat kaget ketika mengetahui kalau Kleting Kuning adalah Dewi Candra Kirana dan Ande-ande Lumut adalah Raden Putra. Dewi Candra Kirana dan Raden Putra amat sangat senang. Mereka akhirnya bertemu satu sama lain. Keduanya lantas hidup sebagai suami istri kembali seperti yang mereka lakukan dahulu di istana Kerajaan Jenggala.

Versi kedua[sunting]

Di daerah Jawa Timur ada dua buah kerajaan kembar, yaitu Kerajaan Jenggala yang dipimpin oleh Raja Jayengnegara dan Kerajaan Kediri yang dipimpin oleh Raja Jayengrana. Sesuai dengan pesan Airlangga, Panji Asmarabangun (putra Jayengnegara) dinikahkan dengan Sekartaji (Putri Jayengrana) agar tidak terjadi peperangan di antara kerajaan tersebut. Suatu ketika, Kerajaan Jenggala diserang oleh kerajaan musuh. Putri Dewi Sekartaji melarikan diri ke sebuah desa dan menyamar sebagai gadis kampung. la mengabdi kepada seorang janda kaya bernama Nyai Intan. Nyai ini mempunyai tiga orang putrid, yaitu: Klenting Abang (sulung), Klenting ljo, dan Klenting Biru (bungsu). Oleh Nyai Intan, Dewi Sekartaji diangkat menjadi anak dan diberi nama Klenting Kuning. la diperlakukan tidak baik oleh ketiga kakak angkatnya.

Sementara itu, di Kerajaan Jenggala, Panji Asmarabangun bersama pasukannya berhasil mengalahkan pasukan musuh. Setelah itu, sang pangeran berusaha untuk mencari istrinya. Sang pangeran pun memutuskan untuk menyamar menjadi seorang pangeran yang sedang mencari jodoh dengan sayembara. Keesokan harinya, sampailah Panji Asmarabangun dan beberapa pengawalnya di Desa Dadapan. la menyamar dengan nama Ande Ande Lumut dan tinggal di rumah seorang wanita tua bernama Mbok Randa.

Ketiga saudara dan ibu angkat Klenting Kuning yang akan mengikuti sayembara sudah sampai di tepi sungai Bengawan Solo. Tidak lama kemudian, datanglah seekor kepiting raksasa yang bernama Yuyu Kangkang. Kepiting itu berjanji akan menyeberangkan dengan syarat: satu per satu dari mereka menciumnya. Persyaratan tersebut akhirnya diterima. Tidak lama kemudian, Klenting Kuning juga tiba di tepi sungai.

Ketika Yuyu Kangkang mengajukan persyaratan yang sama, Klenting Kuning menolaknya. la memukulkan cambuknya ke sungai dan seketika itu pula air Sungai Bengawan Solo surut. Ketika sayembara dimulai, pangeran langsung menjatuhkan pilihan pada Klenting Kuning dengan alasan hanya dia yang menolak untuk mencium si Yuyu Kangkang. Saat itu juga, Ande Ande Lumut membongkar penyamarannya, ia adalah Panji Asmarabangun. Dengan cambuk saktinya, Klenting Kuning pun segera mengubah dirinya kembali menjadi Dewi Sekartaji.

Referensi[sunting]

  • Versi pertama [1]
  • Versi kedua [2]