Kumpulan Cerita Rakyat/Asal Mula Huruf Jawa

Dari Wikibuku bahasa Indonesia, sumber buku teks bebas

Asal Mula Huruf Jawa adalah cerita rakyat yang ditemukan di daerah Jawa.

Sinopsis[sunting]

Alkisah, datanglah seorang pengembara yang bernama Aji Saka ke Tanah Jawa. Dia hendak mengajarkan ilmu kepada masyarakat Jawa. Dia tidak datang sendiri; dia datang bersama dua abdinya, yaitu Dora dan Sembada.

Aji Saka mulai berkeliling ke berbagai daerah untuk mengajarkan ilmu pengetahuan. Dalam perjalanan ke Medang Kamulan, ia istirahat di Gunung Kendeng. Setelah istirahat, Aji Saka berpesan kepada Sembada untuk tinggal di Gunung Kendeng dan menjaga kerisnya dengan maksud untuk menghindari maksud berperang. Sembada diminta untuk tidak memberikan keris tersebut kepada siapa pun selain Aji Saka.

Sampailah Aji Saka di Medang Kamulan. Dia bertemu dengan seorang laki-laki tua yang ditemuinya. Aji Saka bermaksud untuk mengabdi kepada Sang Prabu. Namun, laki-laki tua tadi mencegahnya karena Sang Prabu terkenal suka memakan daging manusia sehingga banyak rakyatnya yang mengungsi.

Aji Saka tetap bertekad untuk menemui Sang Prabu. Lalu, dia diantar oleh laki-laki tua tadi untuk menghadap Sang Patih. Sang Patih pun mengingatkan juga tentang sifat Sang Prabu. Aji Saka tidak gentar dan bahkan meminta hadiah tanah seluas ikat kepalanya kepada Sang Patih bila berhasil selamat. Sang Patih pun mengiyakan.

Aji Saka telah menjadi abdi di Medang Kamulan. Waktu makan malam pun tiba. Aji Saka berubah menjadi anak-anak yang tampan lagi gemuk. Sang Prabu sangat senang dan akan memakannya. Namun, Aji Saka memegang kedua bibir Sang Prabu, lalu merobeknya. Sang Prabu pun menemui akhir hayatnya.

Aji Saka kembali ke wujud aslinya. Dia meminta tanah kepada Sang Patih sesuai janjinya. Aji Saka melepas ikatan kepalanya dan merentangkannya hingga menutupi seluruh Medang Kamulan. Sang Patih pun menyerahkan Medang Kamulan kepada Aji Saka.

Para rakyat pun senang karena raja yang suka memakan manusia telah pergi sehingga kerajaan pun kembali damai. Mereka pun mengangkat Aji Saka menjadi raja. Aji Saka tidak hanya membebaskan rakyat Medang Kamulan dari ketakutan, tetapi juga membenahi masalah-masalah lainnya, seperti pendidikan, sehingga kerajaan menjadi negeri yang tenteram, aman, damai, dan makmur.

Setelah beberapa lama, Aji Saka teringat tentang Sembada. Dora diperintah Aji Saka untuk pergi ke Gunung Kendeng, mengambil kerisnya, dan mengajak Sembada ke Medang Kamulan.

Dora pun pergi ke Gunung Kendeng. Dia bertemu dengan Sembada. Dora meminta Sembada untuk menyerahkan keris yang dititipkan kepadanya. Sembada menolak dengan alasan bahwa dirinya telah diperintah oleh Aji Saka untuk menjaga kerisnya dan tidak pergi dari Gunung Kendeng.

Keduanya sama-sama sangat patuh kepada Aji Saka. Mereka saling adu kepandaian, kekuatan, dan kesaktian. Pada akhirnya, Dora dan Sembada meninggal.

Aji Saka cemas karena mereka tidak kunjung datang ke kerajaan. Dia pun menyusul mereka. Sesampainya, dia sedih karena keduanya telah meninggal. Aji Saka menyesalkan perintah yang telah diberikan kepada mereka.

Aji Saka ingin mengenang jasa-jasa para abdi setianya. Dia menulis huruf-huruf yang susunannya sebagai berikut.


ha

na

ca

ra

ka
"ada utusan"

da

ta

sa

wa

la
"mereka bertengkar"

pa

dha

ja

ya

nya
"sama saktinya"

ma

ga

ba

tha

nga
"keduanya menjadi mayat"

(Susunan huruf tersebut berarti bahwa ada dua utusan yang terlibat dalam pertengkaran, sama saktinya, dan mati bersama.)